Ahmad Syaifuddin
The Security of Maiyah
Manusia sesama manusia tidak bisa berhenti bertengkar ataupun bermusuhan, karena selalu ada manusia yang senang keributan ataupun kegaduhan. Apalagi di era sekarang ini kebencian dan permusuhan terjadi dimana-mana berbalut rapih dengan berbagai embel-embel entah itu agama, ras, keyakinan, amah, madzhab dan berbagai macam hal bahkan sampai guyon pun dijadikan masalah. Contohnya saja agama yang dijadikan sebagai masalah, di era sekarang agama sudah bukan murni agama yang sesungguhnya letak agama di era sekarang dletakan di rak politik, kepentingan pribadi, bisnis kapitalis dan apapun itu untuk kesrakahan, agama tidak diletakan di dalam sanubari dimana agama diletakan dan digunakan sebagai penenang hati dan tujuan manusia sebagai alat untuk mencari ketenangan dan kedamaian, dan Gus NU Garis Lucu yang adminnya adalah seorang kiai pun juga ikut mengamininya dengan memberikan statemen yang berbunyi “lha nek agomo wes digunakan untuk hal yang tidak sepautunya contohnya membenci dan mennghardik lalu manusia akan kemana mencari kedamaian. Pun dalam beragama sekarang manusia tida bisa membedakan antara manis dengan gula, contohnya saja orang sering mengatakan bahwa arab itu islam dan yang tidak seperti arab adalah kafir, itulah yang menyebabkan pola pikir tentang bangkit. Sebenarnya lucu kalau dipikir apa yang mereka maksud tentang khilafah, lha gimana wong memahami khilafah saja kamu salah, bukankah gusti Allah menyuruh manusia menggunakan akal ‘afala ta’killun. Bisa jadi yang dikatakan Mbah Nun itu benar bahwa manusia sekarang itu kurang guyon, “urip pisan nek raiso guyon modaro wae” loh kok guyon ga boleh mbok coba kamu baca beberapa hadits ketika nabi muhamad bercanda kepada sahabat, umat dan bercanda kepada istrinya. Terus kamu pikir islam itu harus saklek, harus medeni lha kok amatiran sekali islammu. Selain itu orang-orang sekarang juga gampang mengharamkan dan menghalalkan darah sesama jangankan sesama manusia yang beda agama yang sesama agama pun dihalalkan darahnya, oalah lehmu ngaji ki do nandi sakjane. Padhal kalau dipikir-pikir masa kecilku tidak seperti sekarang ini suasananya, dulu bercanda dimasjid hingga iqomahpun di plencengkan oleh anak-anak kecilpun tak masalah dan orang tua pun hanya maklum seraya berkata “hussssshhh seng sae le ngendika” setelah itu ya tetep diulangi lagi sama anak-anak, berbeda dengan sekarang ngomong dikit aja penistaan, kenapa kok beragama jadi semenyeramkan ini, mbok ya kita itu saling mengamankan satu sama lain, membuat nyaman dan senang lho kenapa begitu? Kan output
agama itu bukan kebenaran melainkan kebaikan to, hmmm mesti tidak jelas dengan maksudku jadi gini saya ibaratkan kalau anda jualan makanan apakah dapur itu letaknya didepan? Kan yang letaknya didepan itu hanya apa yang sudah matang dan yang akan disajikan dan yang disajikan adalah makanan yang enak. Salah satu contoh saling mengamankan sesama ada di majlis maiyah yang diasuh oleh Cak Nun, disana orang-orang saling mengamankan satu sama lain, tidak ada rasa curiga antara satu dengan lainnya lha bisa dilihat helm hilang tak pernah ada, kecopetan tdiak pernah terjadi paling hanya sendal yang hilang karena le seleh embuh nandi. Jadi akhirnya begini bisa saya simpulkan bahwa yang bukan saudaramu seagama adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Dan untukmu yang tidak terlalu paham agama maka ikutilah tradisi agama apa yang ada di daerahmu entah itu kajian langgar, berjanjen, kenduri, tahlilan, selametan atau lainnya yang sudah turun temurun, dan jika ada faham baru yang kau temui lebih baik kau timbang dari segi baik buruknya.