Tgs Sp Kom Kep

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tgs Sp Kom Kep as PDF for free.

More details

  • Words: 1,988
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal atau kematiannya. Karena itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup. Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi. Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda. Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien, sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan tersebut. Atau contoh lain adalah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga kesehatan tersebut. Jika kesalahan penerimaan pesan terus menerus berlanjut dapat berakibat pada ketidakpuasan baik dari pasien maupun tenaga kesehatan. Kondisi ketidak puasan tersebut akan berdampak pada rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, dan larinya pasien kepada institusi pelayanan kesehatan lainnya yang dapat memberikan kepuasan. Untuk menghindari rendahnya mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan (perawat) dan hilangnya pasien atau pelanggan ke tempat lain maka alangkah sangat bijaksana dan tepat, jika suatu institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas pelayanannya. Salah satu bentuknya adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi yang baik dan tepat bagi perawat. Berikut akan dibahas secara detail komunikasi

1

BAB II EVALUASI DIRI DAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI 1.

EVALUASI DIRI

1.1

Pengertian Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klie. 1.2 Tahap Evaluasi Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya.

2

Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor : 1. Tujuan tidak realistis 2. Tindakan keperawatan yang tidak tepat 3. Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. 1.3

Tujuan Evaluasi 1. Tujuan Umum : a.

Menjamin asuhan keperawatan secara optimal

b.

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus : a.

Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

b.

Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum c.

Meneruskan rencana tindakan keperawatan

d.

Memodifikasi rencana tindakan keperawatan

e.

Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan

belum tercapai 1.4

Manfaat Evaluasi 1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien 2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan keperawatan yang diberikan 3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan 5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan keperawatan

1.5

Langkah-Langkah Evaluasi

3

1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi 2. Mengumpulkan data baru 3. Menafsirkan data baru 4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku 5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan 6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan 1.6

Kriteria dan standar Evaluasi Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang dapat memberi

petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar

menunjukkan

tingkat

pelaksanaan

yang

diinginkan

untuk

membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar akan memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan atau keadaan menunjukkan keberhasilan atau tercapainya tujuan. 1.7

Mengukur Pencapaian Evaluasi 1. Kognitif : meliputi pengetahuan a.

Interview : recall knowledge (mengingat), komprehensif

(menyatakan informasi dengan kata-kata klien sendiri), dan aplikasi fakta (menanyakan tindakan apa yang akan klien ambil terait dengan status kesehatannya). b.

Kertas dan pensil

2. Affektif : meliputi tukar-menukar perasaan, cemas yang berurang, kemauan berkomunikasi, dsb. 3. Psikomotor : observasi secara langsung apa yang telah dilakukan oleh lien 1.8

Metoda Evaluasi

4

1

Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi dalam keluarga.

2

Wawancara keluarga, yang berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat

3

Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana

4

Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan.

1.9

Alasan Pentingnya Evaluasi 1. Menghentikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna 2. Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan 3. Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan 4. Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.

1.10

Dimensi dalam Evaluasi 1. Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang diakitkan dengan pencapaian tujuan 2. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu, tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan 3. Kecocokan, dikaitkan dengan kesanggupan tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai dengan pertimbangan profesional 4. Kecukupan, menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah semua tindakan dilaksanakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

1.11

Hasil Evaluasi 1. Tujuan tercapai : jika menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

5

2. Tujuan tercapai sebagian : jika menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapan 3. Tujuan tidak tercapai : jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. 1.12

Beberapa Hal yang Perlu di Pertanyakan dalam Evaluasi 1. Kecukupan informasi 2. Relevansi faktor-faktor yang berkaitan 3. Prioritas masalah yang disusun 4. Kesesuaian rencana dengan masalah 5. Pertimbangan fator-faktor yang unik 6. Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi 7. Logika hasil yang diharapkan 8. Penjelasan dari tindakan keperawatan yang dilakukan 9. Keberhasilan rencana yang telah disusun 10. Kualitas penyusunan rencana 11. Timbulnya masalah baru

2.

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI

2.1

Pengertian Hambatan komunikasi dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari

lima jenis utama : Resistens, Transferens, Kontertransferens, Pelanggaran Hubungan Terapeutik (batas) dan Pemberian hadiah. Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik.

6

Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. 2.2 Bentuk hambatan komunikasi 1. Resistens Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah. Faktor Penyebab Resistens : a.

Perawat berfokus padadiri sendiri

b.

Perawat terlalu membuka diri

c.

Trust belum terbina

Bentuk Resistens : a. Supresi dan represi b. Putus asa terhadap masa depan c. Devaluasi d. Hambatan intelektual: lupa, mengantuk e. Perilaku amuk atau tidak rasional f. Pembicaraan yg bersifat permukaan g. Menolak tg. Jawab h. Menolak berubah 2. Transferens

7

Transferens adalah respon yang tidak disadari oleh klien terhadap perawat terkait dengan kehidupan masa lalu. Transferens merupakan ketidak tepatan respon klien dalam peng- gunaan koping pengisaran (displacement) yang maladaptif. Transferens juga sering merupakan suatu kumpulan reaksi yg timbul sebagai upaya utk mengurangi kecemasan dan ketidak puasan klien thd perawat akibat intensitas pertemuan yg berlebihan. Reaksi yang ditampilkan: a.

Bermusuhan/bersikap negatif thd perawat

b.

Menghindar/memutuskan hubungan

c.

Membantah, mengkritik

d.

Mengomel

e.

Pelupa

f.

Ketergantungan atau membenci

Upaya mengatasi transferens : a. Menjadi pendengar aktif atau sikap tidak menyalahkan klien, perhatikan respons non verbal klien. b. Klarifikasi dan refleksi atau pembicaraan lebih fokus, klien menyadari pikiran dan perasaannya. c. Mengkaji perilaku diperlukan pengetahuan dan pengalaman tentang perilaku manusia. 3. Kontertransferens Kontertransferens adalah kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Kontertransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat

8

mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon resisten klien. Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik. Reaksi yang ditampilkan: a.

Sangat mencintai/ caring berlebihan

b.

Sangat membenci/bermusuhan

c.

Marah berlebihan atau tidak sabar

d.

Cemas dan rasa bersalah, muncul berulang

e.

Tidak mampu berempati

f.

Menekan perasaan selama pertemuan

g.

Tidak bersikap bijak saat membuat kontrak dengan klien

h.

Berdebat dengan klien

i.

Keterlibatan dengan klien pada tingkat personal/sosial

j.

Melamunkan klien

k.

Klien menjadi besar kepala

l.

Klien sulit berubah, ketergan- tungan, klien menjadi manja.

m.

Klien tidak terbuka

Cara identifikasi terjadinya kontertransferens : a.

Mempunyai standar yg sama tentang harapan terhadap klien

b.

Melatih hubungan terapeutik

c.

Menemukan sumber masalah

d.

Melatih kontrol diri

9

e.

Pengawasan secara individual

f.

Kontertransferens tidak mudah diatasi, membawa dampak

terhadap hubungan perawat – klien g.

Perlu upaya atau keseriusan dari perawat untuk mengatasinya

4. Pelanggaran Hubungan Terapeutik (batas) Dalam hubungan terapeutik peran perawat sebagai penolong (helpher)à klien maupun perawat hrs menyadari batasan ini. Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan terapeutik à terjadi hubungan personal. Bentuk Pelanggaran : a.

Menerima ajakan makan diluar/undangan

b.

Menjadi hubungan sosial

c.

Memberikan informasi personal pd klien

d.

Klien mengenalkan perawat pd anggota klg utk tujuan hub sosial

e.

Menerima hadiah dari klien

f.

Menjalankan bisnis / memesan pelayanan dari klien

g.

Secara rutin membelai/ memeluk klien

h.

Menghadiri acara- acara sosial klien

Upaya Pencegahan : a.

Membuat kesepa- katan ttg interaksi yg akan dilakukan

b.

Fokus pd tujuan interaksi à meng- ingatkan kontrak dan tujuan

interaksi 5. Pemberian Hadiah Merupakan masalah kontroversial dlm keperawatan. Bentuk hadiah dapat konkrit maupun abstrak. Pemberian hadiah pd tahap orientasi à klien dapat memanipulasi perawat. Pemberian hadiah pd tahap terminasi à perawat

10

menunda proses terminasi, pe- mindahan hubungan menjadi sosial/ hubungan personal. 2.3

Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi 1. Siap untuk ungkapkan perasaan atau dasar pengetahuan ttg hambatan therapeutik. 2. Gunakan Klarifikasi dan refleksi perasaan & isi 3. Kaji latar belakang klien maupun perawat thd perilaku yang ditampilkan atau berdampak negatif terhadap proses therapeutik. 4. Tinjau kembali tujuan hubungan terapeutik sesuai masalah klien.

11

BAB III KESIMPULAN Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilaukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Hasil dari evalasi, yaitu : 1. Tujuan tercapai : jika menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 2. Tujuan tercapai sebagian : jika menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapan. 3. Tujuan tidak tercapai : jika tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru. Hambatan komunikasi dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari lima jenis utama : Resistens, Transferens, Kontertransferens, Pelanggaran Hubungan Terapeutik (batas) dan Pemberian hadiah. Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. Untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi, yaitu dengan cara : 1. Siap untuk ungkapkan perasaan à dasar pengetahuan tentang hambatan komunikasi. 2. Gunakan Klarifikasi dan refleksi perasaan & isi.

12

3. Kaji latar belakang klien maupun perawat terhadap perilaku yang ditampilkan à berdampak negatif terhadap proses terapeutik. 4. Tinjau kembali tujuan hubungan terapeutik sesuai masalah klien.

DAFTAR PUSTAKA ─ http://www.depkes.com/~ted.power/tahapan.evaluasi.htm (Jum’at / 24 Juli 2009 : 19.30 WIB) ─ http://www.kabarindo.Wily.com/evaluasi/home (Jum’at / 24 Juli 2009 : 19.35 WIB) ─ http://eric.ed.gov/hambatan.komunikasi.therapeutik/Home.Portal. (Sabtu / 25 Juli 2009 : 10.00 WIB) ─ http://www.depkes.org/komunikasi/search.html (Sunday / 04 – 01 – 2009 : 10.00 a.m)

13

Related Documents

Tgs Sp Kom Kep
June 2020 4
Tgs
May 2020 26
Tgs
June 2020 20