Terapi Kognitif K1.docx

  • Uploaded by: Adelia Nurfadillah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terapi Kognitif K1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,635
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan

jaringan

untuk

memperbaiki/mengganti

diri

dan

mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, yang terjadi secara perlahan-lahan. sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constatinides, 2006). Proses tersebut menyebabkan manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi serta mengalami distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai ”penyakit degeneratif”. Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut, batas umur seseorang dikatakan usia lanjut adalah ≥60 tahun (Nugroho, 1995). Fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial, kemampuan membuat konsep dan intelegensi (Kaplan, 1997; American Psychology Assosiation, 2007). Kemampuan kognitif berubah secara bermakna bersamaan dengan lajunya proses penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia menunjukkan penurunan kognitif sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif sama seperti usia muda. Penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap proses penurunan kognitif tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia yang sehat. Pada beberapa individu, proses penurunan fungsi kognitif tersebut dapat berlanjut sedemikian hingga terjadi gangguan kognitif atau demensia (Pramanta dkk., 2002). Gangguan atau penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat dicegah dengan melakukan beberapa latihan atau terapi kognitif. B. Rumusan masalah 

Apa yang dimaksud Terapi Kognitif?



Bagaimana langkah-langkah melakukan terapi kognitif?

1

C. Tujuan Diharapkan mahasiswa dapat : 

Mengetahui penegertian terapi kognitif



Langkah-langkah melakukan terapi kognitif

2

BAB II KONSEP TEORI

A. Pengertian Terapi Kognitif Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif. Terapi Kognitif-Perilaku mengajarkan individu untuk mengenali pengaruh pola pikir tertentu dalam memunculkan penilaian yang salah mengenai pengalaman-pengalaman yang ia temui, hingga memunculkan masalah pada perasaan dan tingkah laku yang tidak adaptif. Tugas perawat adalah secara aktif dan langsung membantu klien mempertimbangkan kembali stressor dan mengidentifikasi pola pemikiran atau keyakinan yang tidak akurat untuk mengatasi masalah klien dari perspektif kognitif. Prinsip dasar dari Terapi Kognitif-Perilaku antara lain (Westbrook, Kennerley & Kirk, 2007): 1) Prinsip kognitif : masalah psikologis merupakan hasil interpretasi dari sebuah kejadian, bukan kejadian itu sendiri. 2) Prinsip perilaku : perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran dan emosinya. 3) Prinsip kontinum : gangguan bukanlah suatu proses mental yang berbeda dengan proses mental normal, melainkan proses mental normal yang berlebihan hingga menjadi masalah. 4) Prinsip here-and-now: lebih baik berfokus pada proses masa kini daripada masa lalu. 5) Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah sebagai interaksi dari pikiran, emosi, perilaku, fisiologi, dan lingkungan yang dimiliki individu.

3

6) Prinsip empiris : penting untuk mengevaluasi teori dan terapi secara empiris.

B. Tujuan Terapi 1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan kognisi negative klien. 2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas 3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional 4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive, pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya 5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan dengan mengubah cara berfikir maladaptive dan otomatis. Klien harus menyadari kesalahan cara berfikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negative, mencarikan alternative, membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku yang baru dan lebih adaptif 6. Membantu

menargetkan

proses

berfikir

serta

perilaku

yang

menyebabkan dan mempertahankan panic dan kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi, mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing 7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsessive kompulsif dan selanjutnya mencegah responnya. Misalnya

dengan

cara

pelimpahan

atau

pencegahan

respon,

mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui psikoedukasi

4

8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk hierarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertahankan respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah presepsi klien terhadap situasi yang ditakutinya 9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif 10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang salah 11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk meningkatkan aktifitas sosialnya 12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal

C. Komponen-Komponen dalam Terapi Kognitif-Perilaku untuk Depresi Terapi Kognitif-Perilaku untuk depresi memiliki berbagai komponen berupa teknik-teknik di dalamnya yang mengkombinasikan pendekatan kognitif dan perilaku. Yang akan digunakan dalam teknik perilaku adalah psikoedukasi, monitor perasaan, merancang kegiatan harian, relaksasi, latihan memecahkan masalah. Sedangkan teknik kognitif ialah mengenali pikiran negatif dan melakukan restrukturisasi kognitif atau pikiran. Berikut ini penjabaran untuk masing-masing teknik yang digunakan: 1) Psikoedukasi Psikoedukasi merupakan program terapi yang berfokus pada penyampaian informasi sebagai bagian dari pendekatan kognitifperilaku. Informasi yang diberikan akan tergantung pada jenis masalah yang ingin ditangani oleh terapis. Dalam menangani depresi, maka psikoedukasi yang diberikan adalah seputar depresi. Melalui pemberian psikoedukasi, individu yang menjadi klien didorong untuk memahami masalahnya dengan baik. Dalam psikoedukasi juga penting untuk menyampaikan esensi Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri agar klien memahami prinsip-prinsip terapi yang akan ia jalani.

5

Selain

itu,

psikoedukasi

juga

berfungsi

mengembangkan

pemahaman mengenai pentingnya terapi yang dilakukan kepada klien, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan klien dalam menjalankan terapi yang diberikan. 2) Monitor Perasaan Monitor perasaan dilakukan untuk membantu klien mengenali hubungan antara kegiatan yang ia lakukan dengan perasaan yang muncul

ketika melakukannya. Dengan cara ini, klien akan dapat

mengetahui kegiatan- kegiatan yang bisa membuat perasaannya menjadi positif dan negatif atau depresif. Kegiatan yang meningkatkan perasaan positif dapat dipertahankan, sementara yang menghasilkan perasaan negatif dan depresif dapat dihindarkan. 3) Pembuatan Rencana Kegiatan Harian Pembuatan rencana kegiatan harian merupakan salah satu teknik Terapi Kognitif-Perilaku yang didasarkan pada ide pentingnya memperbaiki lingkaran masalah dari kegiatan yang dilakukan individu sehari-hari. Pembuatan rencana kegiatan harian ini dapat berfungsi sebagai sarana merancang kegiatan yang lebih sehat secara psikologis, dalam arti meminimalkan kemungkinan munculnya perasaan yang depresif. Kegiatan yang dimasukkan dalam rancangan kegiatan adalah kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan perasaan positif dalam kehidupan klien sehari-hari. 4) Relaksasi Ketegangan fisik merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi membuat masalah psikologis tetap bertahan dalam diri individu, termasuk depresi. Ketegangan fisik ini misalnya bisa ditandai dengan peningkatan detak jantung, pusing pada kepala, dan lain-lain. Gejala-gejala

ketegangan

fisik

ini

dapat

diredakan

dengan

menggunakan teknik relaksasi. Ada beberapa pendekatan relaksasi yang berkembang untuk diberikan pada kasus depresi, misalnya relaksasi progresif dan relaksasi pernapasan perut dengan penjelasan sebagai berikut :

6

a. Relaksasi progresif Relaksasi progresif merupakan teknik relaksasi

yang memanfaatkan kumpulan otot tubuh untuk ditegangkan dan dilemaskan. Perbedaan antara otot yang tegang dan lemas menjadi esensi dari relaksasi yang dilakukan. b. Relaksasi pernapasan perut Relaksasi pernapasan perut dapat

membantu klien menyadari perubahan dalam pernapasan ketika merasakan ketegangan tertentu. Oleh karena itu, mengatur pernapasan saat sedang mengalami gejala psikologis tertentu penting untuk dilakukan agar klien dapat menenangkan dirinya dengan sesegera mungkin. Pemilihan pendekatan relaksasi yang digunakan dalam terapi didasarkan pada kecocokan dengan klien. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pendekatan relaksasi apapun adalah : a. Menjelaskan kepada klien bahwa belajar menjadi rileks sama seperti

belajar keahlian baru, sehingga membutuhkan latihan b. Belajar relaksasi sebaiknya dimulai saat klien sedang merasa tenang

atau tidak terlalu tegang c. Lebih baik mulai mengajari klien relaksasi dengan kondisi yang

dekat dengan kondisi sehari-hari, misalnya dengan duduk di kursi daripada berbaring. d. Belajar relaksasi sambil menutup mata akan lebih mudah karena

dapat mengurangi kemungkinan klien mengalami distraksi e. Memonitor munculnya tanda-tanda masalah psikologis penting

untuk dilakukan agar relaksasi dapat digunakan melawan tandatanda tersebut sebelum berkembang terlalu kuat f.

Pilih tempat yang tenang untuk melakukan relaksasi

g. Relaksasi sebaiknya tidak dilakukan saat lapar karena dapat

menyebabkan munculnya ketegangan, juga tidak segera setelah makan karena dapat mendatangkan kantuk. 5) Latihan Memecahkan Masalah Dalam teknik pemecahan masalah, klien yang mengalami depresi dibantu untuk belajar mengatasi masalah yang dapat menjadi penyebab 7

depresinya secara lebih objektif dan produktif. Secara umum, langkahlangkah dasar yang perlu dilakukan dalam latihan pemecahan masalah antara lain : a. Mengadaptasi pendekatan latihan pemecahan masalah, yaitu memahami bahwa mengidentifikasi masalah perlu dilakukan dengan baik agar solusi yang tepat dapat ditemukan, masalah merupakan bagian dari kehidupan dan individu bisa belajar dari masalah yang ia alami, serta pentingnya memikirkan alternatif solusi untuk menghasilkan pemecahan masalah yang efektif. b. Mengidentifikasi masalah, yaitu menentukan masalah secara jelas dan spesifik, sehingga individu dapat mencari solusi yang sifatnya spesifik pula. c. Menyusun tujuan, yaitu tujuan yang spesifik untuk mengubah situasi yang bermasalah itu sendiri, serta untu mengibah reaksi individu terhadap masalah yang dialaminya. d. Membuat berbagai solusi, yaitu memikirkan sebanyak mungkin alternatif solusi yang mungkin dilakukan guna memperbesar kemungkinan keberhasilan usaha pemecahan masalah. e. Memilih solusi yang paling baik, yaitu menentukan solusi terbaik dari seluruh alternatif solusi yang ada. Kemudian, memikirkan sisi positif dan negatif dari solusi yang dipilih, serta rintangan yang mungkin muncul saat mencoba mengimplementasikannya. f. Mengimplementasikan solusi yang dianggap paling baik, yaitu mencoba mempraktekkan solusi yang sudah dipilih. Hal ini perlu didukung dengan kemampuan, kesempatan, dan motivasi individu untuk mempraktekkannya. g. Mengevaluasi efek dari solusi yang diambil, yaitu menilai kesuksesan dari implementasi solusi yang sudah dilakukan. Jika masalah belum terpecahkan, individu perlu melakukan upaya lain, misalnya mencoba solusi lain. Jika masalah berhasil dipecahkan, maka proses pemecahan masalah sudah selesai dilakukan. 6) Mengenali Pikiran-pikiran Negatif

8

Pikiran-pikiran negatif muncul secara otomatis dan dapat mempengaruhi perasaan serta perilaku klien yang mengalaminya. Pikiran-pikiran negatif yang biasanya dimiliki oleh klien depresi antara lain (Laidlaw, Thompson, Gallagher-Thompson & Dick-Siskin, 2003): a. Arbitrary inference (Berprasangka buruk) Membuat kesimpulan yang spesifik berdasarkan ketiadaan bukti. Contoh: Saat tidak disapa oleh seorang teman di jalan, klien berpikir bahwa temannya sengaja tidak menyapanya. b. Selective abstraction (Pikiran selektif) Memfokuskan diri pada detail di luar konteks dan mengabaikan informasi yang lebih positif. Contoh: Klien memberi apresiasi hanya pada pekerjaan yang sangat positif menurut dirinya. Ia mengabaikan pujian kecil yang ia terima, dan hanya fokus kepada kritik. c. Dichotomous reasoning (Berpikir hitam-putih) Kecenderungan untuk mengkategorikan seluruh pengalaman ke dalam satu atau dua kategori saja. Contoh: Klien berpikir dirinya benar-benar gagal ketika tidak mendapat hasil yang memuaskan bagi dirinya. d. Overgeneralization (Overgeneralisasi) Membuat kesimpulan berdasarkan tidak munculnya bukti tertentu. Contoh: Klien menganggap seluruh temannya tidak menyukainya karena salah seorang temannya mengatakan tidak suka kepadanya. e. Catastrophizing (Katastropisasi) Kecenderungan untuk berpikir mengenai kemungkinan terburuk yang dapat muncul dari situasi tertentu. Contoh: Klien mengatakan dirinya terkena serangan jantung dan akan meninggal karena merasakan debaran agak keras pada jantungnya. f. Negative imperatives (Keharusan) Ide yang tegas mengenai keharusan akan segala sesuatu yang ditemui dalam kehidupan. Contoh: Klien memecahkan barang di rumah dan menyalahkan dirinya bahwa ia seharusnya berhati-hati, seharunya tidak beraktivitas di dekat barang tersebut, dan lain-lain.

9

7) Restrukturisasi Kognitif atau Pikiran Dalam restrukturisasi kognitif atau pikiran, individu diajak memikirkan kembali pikiran-pikiran negatif yang ada dalam dirinya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berupa Socratic questioning yang ditanyakan oleh terapis. Setelah itu, individu diajarkan untuk berlatih mencari bukti-bukti yang dapat digunakan untuk melawan pikiran negatif tersebut, serta mencari alternatif pemikiran lain yang lebih sesuai. Restrukturisasi kognitif atau pikiran biasanya dilakukan dengan strategi A-B-C-D-E, yaitu : a. A (Antecedent) merupakan peristiwa aktual yang mendasari munculnya perasaan dan atau pikiran tertentu. b. B (Beliefs) merupakan keyakinan yang muncul sebagai hasil dari pikiran, biasanya berupa pikiran negatif. c. C (Consequences) merupakan konsekuensi berupa perasaan yang muncul dari suatu pikiran tertentu. d. D (Dispute) merupakan usaha menantang pikiran yang sudah muncul sebelumnya dengan menggunakan pikiran alternatif tertentu. e. E (Evaluation) merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap perasaan setelah menantang pikiran negatif.

D. Penerapan Terapi Kognitif pada Lansia yang Mengalami Depresi Penggunaan Terapi Kognitif-Perilaku bagi lansia yang mengalami depresi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian, terutama dalam kecepatan memberikan terapi. Terapi Kognitif-Perilaku untuk lansia yang mengalami depresi biasanya diberikan dalam tiga fase besar, yaitu : 1) Fase awal Pada fase ini, terdapat lima komponen yang perlu dipenuhi, yaitu (1) membangkitkan harapan lansia terhadap terapi yang akan ia dapatkan, (2) menjelaskan karakteristik Terapi Kognitif-Perilaku yang bersifat kolaboratif, sehingga membutuhkan partisipasi aktif lansia sebagai klien, (3) mengklarifikasi bahwa Terapi Kognitif-Perilaku memiliki

10

batasan waktu dan sesi-sesi yang sudah tersusun dengan jelas, (4) menekankan fokus Terapi Kognitif-Perilaku untuk membahas masalah yang sifatnya “here-and-now”, serta (5) membangun tujuan-tujuan yang akan dicapai selama

sesi-sesi selanjutnya. Seluruh komponen ini

dikaitkan dengan masalah depresi yang dialami oleh lansia. Fase ini akan diisi dengan perkenalan dan pengantar mengenai proses terapi, sekaligus penjelasan mengenai Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri yang dikaitkan dengan depresi. 2) Fase pertengahan Pada fase ini, isi dari Terapi Kognitif-Perilaku mulai diberikan dan lansia diperkenalkan dengan alat-alat bantu dalam terapi, misalnya alat untuk mencatat kegiatan sehari-hari, lembar kerja saat sesi, dan lainlain. Pada fase ini juga, terapis dapat memberi pekerjaan rumah kepada lansia yang terkait dengan tujuan sesi. Di fase ini, lansia diajak untuk menjalankan peran aktifnya dalam mengatasi

depresi dalam

kesehariannya. Fase ini akan berisi pemberian terapi berupa teknik monitor

perasaan,

rencana

kegiatan

harian,

relaksasi,

teknik

memecahkan masalah, mengenali pikiran negatif, hingga restrukturisasi kognitif atau pikiran, termasuk pemberian tugas yang perlu dikerjakan secara mandiri oleh lansia yang menjadi partisipan. 3) Fase akhir Pada fase akhir, lansia dipersiapkan untuk mengakhiri terapi bersama terapis dan membuat rencana untuk mencegah terjadinya kekambuhan masalah depresi

dalam dirinya (relapse prevention).

Lansia perlu diajak untuk membahas materi-materi yang pernah diberikan dalam terapi dan membuka catatan untuk dapat mengingatnya dengan mudah. Cara ini bias membuat lansia merasa dihargai dan percaya diri bahwa ia masih bisa belajar dari terapi yang diberikan walaupun usianya sudah tua. Fase ini berisi upaya membahas dan mengerjakan ulang seluruh teknik yang sudah diberikan dalam proses terapi menjelang terminasi,

11

agar lansia yang menjadi partisipan

semakin memahami teknik-teknik yang sudah diberikan dan terdorong untuk mencegah kekambuhan depresi dalam dirinya. Walaupun memerlukan penyesuaian dalam penerapannya, Terapi Kognitif-Perilaku terbukti efektif menangani depresi pada lansia karena dapat mengurangi tendensi berpikir negatif pada lansia yang dianggap berkontribusi besar terhadap kemunculan depresi dalam diri mereka. Efek dari Terapi Kognitif-Perilaku pada lansia yang mengalami depresi pun tercatat dapat bertahan sampai 2 tahun untuk mengurangi kecenderungan depresi pada diri lansia, hingga dinilai cukup efektif untuk jangka panjang.

E. Alat Ukur a. Inventaris Depresi Beck (IDB) Inventaris Depresi Beck (IDB) merupakan alat pengukur status afektif yang digunakan untuk membedakan jenis depresi yang memengaruhi suasana hati. Instrumen ini berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhadap seseorang, kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri, keinginan untuk menangis, mudah tersinggung, menarik diri, ketidakmampuan untuk membuat keputusan, gambaran tubuh, gangguann tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat badan. Selain itu ,juga berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang berhubungan dengan depresi. Setiap hal direntang menggunakan skala 4 poin yang menandakan intensitas gejala. Alat mudah dinilai dan dapat dilakukan oleh sendiri atau diberikan oleh perawat dalam 5 menit. Penilaian dengan cepat membantu dalam memperkirakan beratnya depresi. Inventaris Depresi Beck (IDB) Skor

Uraian A. Keseedihan

3

Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya

12

2

Saya galau/sideh sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1

Saya merasa sedih atau galau

0

Saya tidak merasa sedih B. Pesimsime

3

Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik

2

Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1

Saya merasa berkecil hati menghadapi masa depan

0

Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan C. Rasa kegagalan

3

Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)

2

Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan

1

Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

0

Saya tidak merasa gagal D. Ketidakpuasan

3

Saya tidak puas dengan segalanya

2

Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun

1

Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0

Saya tidak merasa tidak puas E. Rasa Bersalah

3

Saya merasa seolah-oalh sanagt buruk atau tak berharga

2

Saya merasa sangat bersalah

1

Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik

0

Saya tidak merasa benar-benar bersalah F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

3

Saya benci diri saya sendiri

2

Saya muak dengan diri saya sendiri

1

Saya tidak suak dengan diri saya sendiri

0

Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri G. Membahayakan Diri Sendiri

13

3

Saya akan membunuh diri saya sendiri juka memiliki kesempatan

2

Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1

Saya merasa lebih baik mati

0

Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri H. Menarik Diri dari Sosial

3

Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka semua

2

Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan memiliki sedikit perasaan pada mereka

1

Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya

0

Saya tidak kehilangan minat pada orang lain I. Keragu-raguan

3

Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2

Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1

Saya berusaha membuat keputusan

0

Saya membuat keputusan yang baik J. Perubahan Gambaran Diri

3

Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan

2

Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya tidak menarik

1

Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tak menarik

0

Saya tidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya K. Kesulitan Kerja

3

Saya tidakmelakukanpekerjaansamasekali

2

Saya telahmendorongdirisayauntukmelakukansesuatu

1

Saya memerlukanupayatambahanuntukmulaimelakukansesuatu

0

Saya tidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya L. Keletihan

3

Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2

Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

1

Saya merasa lelah dari yang biasanya

14

0

Saya tidakmerasa Lelah lebihdaribiasanya M. Anoreksia

3

Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

2

Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang

1

Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0

Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya Penilaian

0-4

Depresi tidak ada atau minimal

5-7

Depresi ringan

8-16

Depresi sedang

16 >

Depresi berat

b. Skala Depresi Geriatrik Yesavage Skala depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut dengan Getriatric Depression Scale (GDS) merupakan instrument yang disusun secara khusus untuk memeriksa depresi. Instrument ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK. GDS ini telah diuji kesahihan dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila dipilih instrument GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan GDS Long Version, sedangkan yang menggunakan 15 item pertanyaan biasa disebut GDS Short Version. Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Long Version No

Pertanyaan

Jawaban

1

Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda?

Ya/Tidak

2

Apakah Anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/

Ya/Tidak

kesenangan Anda? 3

Apakah Anda merasa kehidupan Anda hampa?

Ya/Tidak

4

Apakah Anda sering merasa bosan?

Ya/Tidak

15

Skor

5

Apakah Anda penuh pengharapan akan masa depan?

Ya/Tidak

6

Apakah Anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat Anda

Ya/Tidak

keluarkan/ungkapkan? 7

Apakah Anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu?

Ya/Tidak

8

Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda?

Ya/Tidak

9

Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda?

Ya/Tidak

10

Apakah Anda sering merasa tidak berdaya?

Ya/Tidak

11

Apakah Anda sering merasa gelisah dan resah/gugup?

Ya/Tidak

12

Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi keluar

Ya/Tidak

dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? 13

Apakah Anda sering kali khawatir akan masa depan?

Ya/Tidak

14

Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat

Ya/Tidak

Anda dibandingkan kebanyakan orang? 15

Apakah Anda piker hidup anda sekarang ini menyenangkan?

Ya/Tidak

16

Apakah Anda merasa murung dan sedih?

Ya/Tidak

17

Apakah Anda merasa tidak berharga seperti perasaan Anda saat ini?

Ya/Tidak

18

Apakah Anda sangat khawatir tentang kejadian-kejadian masa lalu?

Ya/Tidak

19

Apakah

Ya/Tidak

Anda

merasakan

bahwa

kehidupan

ini

sangat

menyenangkan/menarik? 20

Apakah Anda merasa berat untuk memulai proyek/pekerjaan baru?

Ya/Tidak

21

Apakah Anda merasa penuh semangat?

Ya/Tidak

22

Apakah Anda merasa bahwa keadaan Anda tidak ada harapan?

Ya/Tidak

23

Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada

Ya/Tidak

Anda? 24

Apakah Anda seringkali kesal terhadap hal-hal sepele?

Ya/Tidak

25

Apakah Anda seringkali merasa ingin menangis?

Ya/Tidak

26

Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam berkonsentrasi?

Ya/Tidak

27

Apakah Anda senang bangun dipagi hari?

Ya/Tidak

28

Akaha Anda lebih senang menghindari kegiatan social?

Ya/Tidak

29

Apakah mudah bagi Anda untuk mengambil keputusan?

Ya/Tidak

30

Apakah pikiran Anda jernih seperti biasanya?

Ya/Tidak

16

Total

Intepretasi Skor 0-9

:not depressd (tidak depresi/normal)

Skor 10-19

:mild depression (depresi ringan)

Skor 20-30

:severe depression (depresi sedang/berat)

Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Short Version No

Pertanyaan

Jawaban

1.

Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda?

Ya/Tidak

2.

Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau

Ya/Tidak

kesenangan Anda? 3.

Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?

Ya/Tidak

4.

Apakah anda sering merasa bosan?

Ya/Tidak

5.

Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?

Ya/Tidak

6.

Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada

Ya/Tidak

anda? 7.

Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda?

Ya/Tidak

8.

Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

Ya/Tidak

9.

Apakah lebih senag tinggal dirumah daripada keluar dan

Ya/Tidak

mengerjakan sesuatu yang baru? 10.

Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya

Ya/Tidak

ingat anda disbanding kebanyakan orang? 11.

Apakah pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan?

Ya/Tidak

12.

Apakah anda tidak merasa berharga seperti perasaan anda saat ini?

Ya/Tidak

13.

Apakah anda merasa anda penuh semangat?

Ya/Tidak

14.

Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?

Ya/Tidak

15.

Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada

Ya/Tidak

anda?

17

Skor

Total

Interpretasi : Skor 0-4 : not depressed (tidak depresi/ normal) Skor 5-9 : mild depression (depresi ringan) Skor 10-15 : severe depression (depresi sedang/ berat)

18

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika. Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. Andi Offset Arjadi, Retha. 2012. Terapi Kognitif-Perilaku Untuk Menangani Depresi Pada Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 03 September 2018. http://lib.ui.ac.id/file

20

Related Documents

Kognitif
May 2020 21
Kognitif
October 2019 29
Kebolehan Kognitif
July 2020 16
Terapi
June 2020 40

More Documents from "Hikari Sota"