TUGAS: Teori pengambilan keputusan
ANALISIS KEPUTUSAN
Oleh:
FAJRUL IMAN IBRAHIM (A21103746)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITA HASANUDDIN 2009
ANALISIS KEPUTUSAN
Dalam mengambil keputusanbiasanya digolongkan menjadi empat, yaitu certainty, risk, uncertainty, dan conflict. Dikatakan certainty jika semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui secara sempurna dan tidak berubah. Dalam suasana certainty solusi model dan hasil keputusan dapat dijamin dan terkendali. Suasana dengan informasi tidak sempurna biasanya dibedakan menjadi risk dan uncertainty. Suasana dikatakan risk jika informasi sempurna tidak tersedia,tapi seluruh peristiwa dan probabilitasnya diketahui. Suasana dikatakan uncertainty jika seluruh peristiwa yang akan terjadi diketahui, tapi tanpa mengetahui probabilitasnya masing-masing. Pada suasana risk, peristiwa atau hasil dapat disajikan dengan distribusi probabilitas, sementara pada suasana uncertainty tidak dapat dibuat distribusi probabilitasnya. Karena itu certainty dan uncertainty dapat dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan yang mewakili ketersediaan informasi, sementara risk adalah suatu titik diantaranya A. Keptusan Dalam Ukncertainty (Ketidakpastian) Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasan keputusan di mana probabilitas hasil-hasil potensial tak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternative dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambilan keputusan tak dapat menetapkan probabilitas peristiwa. Kriteria maximin Kriteria maximin yang kadng-kadang dinamakan criteria wald, didasarkan pada asumsi bahwa pengambilan keputusan adalah pesimistik atau konservatif atau risk avolder tentang masa depan menurut kriteria ini hasil terkecil untuk setiap alternatif dibandingkan dan alternatif yang menghasilkan nilai maksimum dari hasil-hasil minimum dipilih.
kriteri Maximax Kriteria maximax didasarkan pada asumsi optimisme pengambilan keputusan. Menurut kriteria ini pengambilan keputusan memilih alternatif yang merupakan nilai maximum dari pay off yang maksimum. Kriteria laplace
Kriteria maximax diasumsikan bahwa peristiwa yang paling disukai akan terjadi. Sementara kriteria maximin diasumsika bahwa peristiwa yang paling tidak disukai akan terjadi. Kriteria likelihood atau kriteria menyarankan bahwa karena probabilitas peristiwa tidak diketahui, seharusnya semua diasumsikan bahwa semua peristiwa mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi. B. Keputusan Dalam Suasana Risk Prosedur analisis keputusan dalam suasana risk mengikuti tahapan berikut. Pertama , diawali dengan mengidentifikasi bermacam tindakan yang tersedia dan layak. Kedua, peristiwaperistiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus diduga. Ketiga, pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan. Bukan hal yang mudah untuk membuat monetary pay off kombinasi tindakan peristiwa secara tepat. Namun, pengalaman yang banyak dan atau catatan masa lalu memberikan dugaan pay off yang relatif tepat. Kriteria yng paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan adalah expected value. Expected value untuk suatu tindakan adalah rata-rata tertimbang pay off, yaitu jumlah dari pay off untuk setiap tindakan peristiwa dikalikan probabilitas peristiwa yang bersangkutan. Alternatif yang logis adalah yang memiliki expected value terbesar. Justru yang sering terjadi adalah bahwa keuntungannya bukan sebesar expected valuenya. Kreteria ini digunakan karena untuk jangka panjang (situasi serupa yang terjadi berulang) dapat memaksimumkan pay off. Sementara jika situasinya tidak berulang, penggunaan expected value tidak tepat. Expected Opportunity Loss Suatu kriteria alternatif untuk mengevaluasi keputusan dalam dalam suasana risk dinamakan expected opportunity loss (EOL). Prinsip dasar EOL adalah meminimumkan kerugian yang disebabkan karena pemilihan alternatif keputusan tertentu. Opportunity loss dihitung untuk setiap peristiwa dengan pertama kali mengidentifikasikan tindakan terbaik untuk setiap peristiwa. Expected Value of Perfect Information Suatu perluasan dari kriteria expected value (EV) dan EOL adalah expected value of perfect information (EVPI). Dalam pembuatan keputusan pada suasana risk, informasi yang tersedia kurang banyak dibanding keputusan dalam suasana certainty. Dalam hubungannya dengan teori keputusan,
ini
ditafsirkan
sebagai
selisih
antara
hasil
yang
berhubungan
dengan
probabilitas(yaitu risk) dan pengetahuan pasti dimana hasil akan terjadi (certainty). Jika
informasi yang diperoleh pengambil keputusan dapat mengubah suasana risk menjadi certainty, informasi itu dikatakan menjadi informasi sempurna.
Keputusan Dengan Informasi Tambahan Meskipun informasi sempurna tentang apa akan terjadi di masa depan sulit di peroleh mendapat tambahan informasi yang tidak sempurna yang dapat memperbaiki keputusan adalah sangat mungkin. Dengan menerapkan teori Bayes nilai informasi tambahan yang tak sempurna itu dapat diduga. Dalam hal ini dapat menggunakan alat bantu yang dinamakan decision tree, yaitu pemanfaatan diagram pohon (probabilitas tree) dalam pembuatan keputusan. Pada decision tree noktha dibedakan menjadi kotak dan lingkaran. Kotak merupakan keputusan dan cabang-cabang yng muncul dari kotak itu menunjukkan pilihan yang tersedia. Lingkaran merupakan probabilitas dan cabang-cabangnya menunjukkan peristiwa yang mungkin. Decision tree dapat mengambarkan urutan peristiwa dalam suatu situasi keputusan yang memerlukan suatu rangkaian keputusan yang berhubungan. Jika kasusnya, matriks pay off tak dapat digunakan sebab ia terbatas pada keputusan statis, yaitu yang melibatkan satu titik waktu. Untuk melakukan analisis expected value dengan menggunakan decision tree ini perlu diketahui besarnya probabilitas ramalan optimistik, P(O), dan pesimistik, P(P). Probabilitas dua peristiwa bersama: P(OC) = P(OIC) P(C) dan P(OL) = P(OIL) P(L) Karena pasar cerah dan lesu tidak dapat terjadi serentak, maka dua dari dua peristiwa bersama itu bersifat mutually exclusive. Karena itu, P(O) = P(O) + P(OL) P(O) = P(OIC) P(C) + P(OIL) P(L)
Kreteria Utility Dalam Suasana Risk Dalam praktek sering dijumpai bahwa keputusan tidak didasarkan pada expected value tertinggi da expected cost terendah. Ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, orang lebih
memilih terhindar dari musibah (bencana) potensial disbanding mewujudkan keuntungan dalam jangka panjang (expected value tinggi). Kepribadian seperti ini dinamakan risk averse. Contohnya adalah kepuasan membeli berbagai polis asuransi, untuk jelasnya ikuti ilustrasi pada table 3.4 Table 3.4 Pay off Asuransi Kecelakaan Peristiwa Keputusan
Beli Polis Tidak beli
Selamat
Kecelakaan
P1=0,98
P2=0,02
-3.000.000
-3.000.000-100.000.000+100.000.000
0
-100.000.000
Expected value untuk setiap pilihan adalah: (beli polis) = - 3.000.000 (0,98) - 3.000.000 (0,02)
= -3.000.000
(tidak beli) =
= -2.000.000
0
(0,98) – 100.000.000 (0,02)
Berdasarkan kriteria expect value, keputusannya seharusnya tidak tidak membeli polish karena expected valuenya lebih tinggi. Tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa perusahaan jasa asuransi cukup diminati. Kadang kriteria expected value tidak selalu digunakan dalam keputusan. Tindakan ini disebabkan karena adanya perbedaan sikap seseorang dalam menghadapi resiko. Sikap itu sangat dipengaruhi oleh peran pay off potensial terhadap kejayaan. Von Nouman dan morgestern menjelaskan tingkah laku itu dengan konsep utility. Konsep ini banyak di gunakan untuk bermacam keperluan dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam konteks ini utility berarti ukuran kesenangan yang ditimbulkan dari pay off moneter. Menurut mereka utility dapat dinyatakan dalam skala numerik (kardinal) sehingga utility merupakan suatu skala preferensi, angka lebih tinggi berarti lebih disukai disbanding yang lebih rendah. Dengan demikian keputusan didasarkan pada ekspekted utility yang tertinggi, yang dihitung serupa dengan perhitungan expected value. Kesulitan
menggunakan kriteria utility adalah menentukan utility adalah
menentukan utility. Kurva utility atau kurva preferensi adalah alat untuk mengkonversi atau menghubungkan pay off moneter dengan utility atau skala preferensi. Kurva ini biasanya
dibentuk dengan menetapkan pengambilan keputusan dalam berbagai situasi hipotesis dan kemudian menggambarkan pola pilihannya. Untuk menggambarkan kurva itu diperlukan konsep certainty equivalent, yaitu suatu nilai rupiah tertentu yang sedia diterima untuk menggantikan penerimaan potensial dari peristiwa yang tidak pasti. Jadi kurva preferensi sesungguhnya menghubungkan certainty equivalent dengan skala preferensi sesungguhnya menghubungkan certainty equivalent dengan skala preferensi.
DAFTAR PUSTAKA Barry Render. Teori Pengambilan Keputusan. Ir. M. Iqbal Hasan,M.M., 2002. Pengantar Bisnis. Cetakan pertama. Ghalia indonesia, Yogyakarta