KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah kami yang berjudul "Aspek Teologi dalam Islam" serta tak lupa kami panjatkan sholawat beserta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari bahwa baik dalam penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penunjang dalam pembuatan makalah kami berikutnya. Wassalamualaikum Wr. Wb Indralaya,M aret 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2 BAB 1 ..................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN .................................................................................................. 3 1. Latar Belakang ................................................................................................ 3 BAB II ..................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5 1. Khawarij ......................................................................................................... 5 2. Murji’ah ......................................................................................................... 8 3. Jabariyah ...................................................................................................... 11 4. Qadariyah ..................................................................................................... 15 BAB III ................................................................................................................. 19 KESIMPULAN ..................................................................................................... 19 Kesimpulan ....................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
2
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Teologi dari segi etimologi berasal dari bahsa yunani yaitu theologia. Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan . menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu theology yang artinya discourse or reason concerning god (diskursus atau pemikiran tentang tuhan) dengan katakata ini Reese lebih jauh mengatakan, “teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove mengatkan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.1[1]. Sedangkan menurut Fergilius Ferm “pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta). Dalam ensiklopedia everyman’s di sebutkan tentang teologi sebagai pengetahuan tentang agama, yang karenanya membicarakan tentang tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan tuhan. Disebutkan dalam New English Dictionary, susunan Collins, ilmu yang membahas fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara tuhan dan manusia).2[2] Permulaan dari perpecahan umat Islam, boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi. Tetapi perpecahan itu menjadi reda, karena terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah. Demikianlah berjalan masa-masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dalam kubu persatuan yang erat dan persaudaraan yang mesrah. Dalam masa ketiga khalifah
itulah
dipergunakan
kesempatan
yang
sebaik-baiknya
dan
mengembangkan Islam keseluruh alam. Tetapi setelah Islam meluas kemanamana, tiba-tiba diakhir khalifah Utsman, terjadi suatu cedera yang ditimbulkan oleh
tindakan
Utsman
yang
kurang
disetujui
oleh
pendapat
umum.
Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yang lapar
1[1] Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu kalan, (Bandung, Pustaka Setia, 2006), Cet II, h. 14 2[2] A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta Pustaka: Alhusna Baru, 2003), Cet VIII, h. 1
3
kedudukan,
menggulingkan
pemerintahan
Utsman.
Semenjak
itulah,
berpangkalnya perpecahan umat Islam sehingga menjadi beberapa partai atau golongan. Pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang mazhab Khawarij, Murjiah, Qadariyah, dan Jabariyah.
4
BAB II PEMBAHASAN
1.
Khawarij
a.
Asal usul nama Khawarij Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa arab(kharaja) yang
berarti keluar. Nama ini diberikan kepada mereka karena mereka keluar dari barisan Ali[1]. Adapun yang di maksud dengan khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun perang siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah[2]. b. Kelompok-kelompok penting dalam al-Khawarij 1. al-Muhakamiyah Kelompok muhakamiyah adalah mereka yang tidak menaati ‘ali ibn thalib setelah terjadinya tahkim (arbitrasi). Mereka berkumpul di sebuah desa bernama harurah, dekat kota kufah. Kelompok ini di pimpin oleh ‘abdullah ibn jarir, yazid ibn abi ashim al-muharibi, harqus ibn zuhair al-bahali, yang di kenal dengan al- najdiah. Jumlah kelompok ini sekitar dua belas ribu orang yang taat melakukan shalat dan puasa.[3] Rasulullah berbicara tentang kelompok ini dalam sabdanya:
ام ِه ْم ِ َصي ِ ص ْو ُم أَ َح ِد ُك ْم فِى َج ْن ِ صالَة ُ أ َ َح ِد ُك ْم فِى َج ْن ِ ب َ صلضاتِ ِه ْم َو َ ب َ ت َ ْحقُ ُر .َولَ ِك ْن الَّ يُ َجا ِو ُز إِ ْي َمانُ ُه ْم تَ َراقِيَ ُه ْم
2Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, ( Surabaya: IAIN SA Press, 2011) 25 3Ibid,. 25-26 4Asywadie Syukur, Al-Milal Wa Al-Nilan, (Surabaya: Bina Ilmu) hlm 102-103
5
“kamu akan meremehkan shalat salah seorang kamu dibanding shalat mereka, puasa salah seorang kamu di banding dengan puasa mereka, namun iman mereka tidak melewati tenggorokan mereka.”[4] Mereka itulah yang sebenarnya yang merusak agama sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
َس ْه ُم ِمن ِ الر ُج ِل قُ ْو ٌم َي ْم ُرقُ ْونَ ِم ْن ِ ْضئ ِ س َي ْخ ُر ُج ِم ْن َ الدي ِْن َك َما َي ْم ُر ُق ال َ َ ض ِئ َهذَا .الر ِميَّ ِة َ “akan keluar dari keturunan lelaki ini satu kelompok orang yang keluar dari agama seperti keluarganya anak panah dari busurnya.”[5] 2. al-Azariqah Al-Azariqah adalah kelompok pendukung abu rayid nafi ibn Al-Azraq (60 H) yang memberontak terhadap pemerintahan ‘Ali ibn Abi Thalib. Ajaran bid’ah yang diajarkan oleh kelompok- kelompok Khawarij yaitu: Mereka mengkafirkan ‘ali ibn abi thalib. Menurut mereka, allah telah menurunkan sebuah ayat yang berbicara tentang ‘ali ibn abi thalib ialah ayat: “dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras” (QS. Al-Baqarah 204).[6]
3. an-Najadaat al-‘Aziriah An-Najadaat adalah kelompok yang mengikuti pemikiran seseorang yang bernama Najdah ibn ‘Amir Al-Hanafi yang dikenal dengan nama ‘Ashim yang menetap di nyaman. Dalam perjalanannya menemui kelompok Azariqah di tengah jalan ia bertemu dengan Fudaik, ‘Athiah ibn Al-Aswad Al-Hanafi yang tergabung dalam kelompok yang membangkang terhadap Nafi ibn Azraq. Kelompok Abu Fudaik dan ‘Athiah berbeda pendapat dan perbedaan ini diiringi dengan tudingan menyalakan pendapat kelompok yang lain, dan 5
Ibid., 103 6 Ibid.,103 7 Ibid., 106
6
perselisihan ini hampir saja mengabarkan api peperangan antara kedua kelompok.[7] Perselisihannya antara Nafi dan Najdah Berkisar tentang boleh atau tidak boleh melakukan taqiah, dan hukum mereka yang enggan ikut bertempur. Nafi berpendapat taqiah tidak diperbolehkan dengan alasan firman Allah:
“… tiba-tiba dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh) seperti takutnya kepada Allah. …” (QS. An Nisa 77).[8] 4. al-Baihasiah Kelompok Baihasiah adalah kelompok yang mengikuti pendapat-pendapat Abu Baihas al-Haisham ibn jabir salah seorang dari suku Bani Saad Dhubai’ah. Di masa pemerintahan khalifah al-Walid, dia selalu di cari-cari oleh al-Hajjaj namun dia berhasil melarikan diri dan bersembunyi di Madinah, namun dapat di tangkap oleh Utsman ibn Hayan al-Muzani.[9] 5. al-‘Ajaridah Kelompok al-‘Ajaridah adalah kelompok yang di pimpin oleh seorang yang bernama abd al-Karim ‘Araj yang isi ajarannya mirip dengan ajaran anNajdiah. Kelompok al-‘Ajaridah ini terbagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok mempunyai ajaran tersendiri yang menjadi ciri khasnya.[10]
8 Ibid., 110 9 Ibid., 110 10Ibid., 111 11 Ibid., 114
7
Pertama kelompok ash-Shalthiah yang mengikuti ajaran-ajaran yang di kembangkan Utsman ibn Abi Shalt atau Shalt ibn Abi ash-Shalt. Kedua, kelompok al-Maimuniyyah yang mengikuti ajaran Maimun ibn Khalid. Maimun termaksud kelompok Khawarij al-‘Ajaridah, tetapi pendapatnya bahwa baik dan buruk itu berasal dari manusia berbeda dengan kelompok al‘Ajaridah. Ketiga, kelompok al-Hamziyyah yang berdasarkan ajaran Hamzah ibn adrak. Kelompok ini sependapat dengan Mai’muniyyah tentang qadar, namun mereka berbeda pendapat tentang anak muslim dengan musyrik. Keempat, kelompok al-Khallafiyyah adalah kelompok yang mengikuti ajaran khallaf al-Khariji. Kelompok ini termaksud kelompok Khawarij yang ada di daerah Kirman dan Makran yang berbeda pendapat dengan al-Hamziyyah tentang qadha dan qadar. Kelima, kelompok al-Athrafiyyah adalah salah satu kelompok yang sependapat dengan kelompok al-Hamziyyah tentang qadha dan qadar.
2.
Murji’ah
a. Pengertian Murjiah Nama Murjiah di ambil dari kata irja’ atau arja’a yang berarti penundaan, penangguhan dan pengharapan. Kata arja’a mengandung pula memberi harapan, yakni memberikan harapan kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Adapun secara istilah, murjiah adalah kelompok yang mengesampingkan atau memisahkan amal dari keimanan, sehingga menurut mereka suatu kemaksiatan itu tidak mengurangi keimanan seseorang. [11] Kaum Murjiah berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar status ke-islaman ditangguhkan, apakah masih termaksud muslim atau sudah menjadi kafir. Keputusannya di serahkan kepada allah di hari perhitungan di akhirat. Setelah Khalifah Ali terbunuh oleh kaum Khawarij, bani umayyah menduduki singgasana kekhalifahan dengan cara dan bertindak represif. 12 Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bamdung: Pustaka Setia, 2001) 56
8
Antara syiah, khawarij, dan Bani Umayyah satu sama lain saling bermusuhan dan saling menumpahkan darah. Di tenggah kondisi yang demikian muncullah firqoh Murjiah yang bersikap netral tidak memihak ke salah satu pihak yang sedang terjadi.[12] Menurut al-Asy’ari sendiri iman adalah pengakuan dalam hati tentang keEsaan Tuhan dan tentang kebenaran Rasul-Rasul serta segala apa yang mereka bawa.[13] Orang yang melakukan dosa besar, jika meninggalkan dunia tanpa taubat, nasibnya terletak ditangan Tuhan. Ada kemungkinan Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya, tetapi ada pula kemungkinan Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosanya yang dibuatnya dan kemudian baru ia dimasukkan kedalam surga, karena ia tidak mungkin akan kekal tinggal dalam neraka. Faham yang sama diberikan olehal-Baghdadi ketika ia menerangkan bahwa ada tiga macam iman: a) Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka: yaitu mengakui Tuhan, Kitab, Rasul-rasul, kadar baik dan buruk, sifat-sifat Tuhan dan segala keyakinan-keyakinan lain yang diakui dalam syari’at. b) Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan yang menyelapkan nama fasik dari seorang serta yang melepaskannya dari neraka, yaitu dengan mengerjakan segala yang wajib dan menjahui segala dosa besar. c) Iman yang membuat seseorang memperoleh prioritas untuk langsung masuk surge tanpa perhitungan, yaitu mengerjakan segala yang wajib serta yang sunnat dan menjahui segala dosa besar.[14] Ringkasannya menurut uraian diatas orang yang berdosa besar bukanlah kafir, dan tidak kekal dalam neraka. Orang demikian adalah mukmin dan akhirnya akan masuk surga.
13 Zainal Arifin, Aqidah Akhlak, (Klaten: Sinar Mandiri, 2009) 14 14 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986) 28 15 Ibid., 29
9
b. Ajaran pokok Murjiah Ajaran pokok Murjiah pada dasarnya bersumber dari gagasan doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik, doktrin irja di implementasikan dengan sikap politik netral atau momblok, yang hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Berkaitan dengan doktrin teologi Murjiah, W. Montgomery Watt menerimanya sebagai berikut: 1)
Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah
memutuskannya di akhirat kelak. 2) Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Alkhalifah Ar-Rasydin. 3) Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah. 4) Doktrin-doktrin dari Murjiah mempunyai pengajaran (madzhab) para skeptic dan empiris dari kalangan helenis. c. Sekte-Sekte Murjiah Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murjiah tampaknya dipicu oleh perbedaan pendapat (bahwa hanya dalam hal intensitas) di kalangan para pendukung Murjiah sendiri. Ash-Syahrastani, seperti dikutip oleh Watt, menyebutkan sekte-sekte Murjiah,[15] sebagai berikut: 1)
Murjiah-Khawarij
2)
Murjiah-Qodariyah
3)
Murjiah-Jabariyah
4)
Murjiah Murni
5)
Murjiah Sunni (tokoknya adalah Abu Hanifah)
16 Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bamdung: Pustaka Setia, 2001)59-60
10
3.
Jabariyah
a.
Pengertian dan Asal-Usul Jabariyah Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti “memaksa”. Dalam istilah
bahasa inggris faham ini disebut fatalism atau predestination. Kaum Jabariyah, berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya[16]. Dalam faham Jabariyah, manusia terikat pada kehendak mutlak tuhan, perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar. Faham Jabariyah muncul bersama dengan timbulnya faham Qadariyah, faham Jabariyah diperkenalkan pertama kali oleh Ja’d bin Dirham dan disebarkan oleh Jahmbin Shafwan dari Khurasan. Para ahli sejarah pemikiran mengkaji kemunculan faham Jabariah melalui pendekatan geokultural banga arab. Di antara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin, ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang di kelilingi oleh gurun pasir memberikan pengaruh esar kedalam bangsa arab. Ketergantungan mereka pada alam yang ganas telah memunculkan sifat penyerahan.
b. Para Pemuka Jabariyah dan Doktrin-Doktrinnya Jabariyah dapat di kelompokan menjadi dua bagian,ekstrim dan moderat.Doktrin Jabariyah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri,melainkan perbuatan yang dipaksakan atas dirinya.Pemuka Jabariyah ekstrim adalah Jahm bin Dirham. Berbeda dengan Jabariyah ekstrim,Jabariyah moderat berpendapat bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia,baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik,tetapi manusia memiliki bagian di dalamnya.[17] Yang termasuk Pemuka Jabariyah moderat adalah an-Najjar dan ad-Dhirar. Ada beberapa pendapat dan ajaran tokoh Jabariyah murni adalah: 1) Jahmn bin Safwan
17Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, ( Surabaya: IAIN SA Press, 2011) 57-56 18Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bamdung: Pustaka Setia, 2001) 68
11
Sebagai penganut paham Jabariyah murni, Ia berhasil menyebarkan ajarannya sampai ke Tirmidz di Balk. Pendapatnya yang berkaitan dengan teologi adalah: a) Sifat dan Dzat Allah Allah adalah Dzat saja karena bukan sesuatu (sya’i).Tujuan Jahm dengan pendiriannya itu adalah untk menjauhkan Tuhan dari segala penyerupaan dengan makhluk-makhluknya. b) Melihat Allah Jahm bin Safwan menolak pendapat bahwa Allah kelak di hari kiamat dapat dilihat karena bersifat maujud, maka sesuatu yang tidak maujud tidak dapat dilihat berbeda dengan golongan ahli sunnah wal jamaah kelak di hari kiamat Allah dapat di lihat. Sebagaimana Al-Qur’an surat qiyamah ayat 22-23
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri seri. 23. Kepada Tuhannyalah mereka Melihat. c) Kehendak dan Kemerdekaan Manusia Manusia pada dasarnya tidak memiliki kehendak dan oilihan dengan kata lain terpaksa, keterpaksaan ini dapat di kategorikan menjdi 2 macam: Manusia tidak memilki kehendak, pilihan dan kemampuan sama sekali Manusia masih memilki andil dalam pekerjaan yang ia lakukan, sehingga ia tidak terpaksa sepenuhnya. Manusia tidak seperti wayang yang hanya dapat digerakkan oleh dalang, tetapi manusia masih mempunyai bagian dalam mewujudkan perbuatannya. Tuhan bekerja sama dalam mewujudakan perbuatan manusia. d) Kehancuran surga dan neraka Menurut Jahm manusia akan kekal, baik dalam surga maupaun dalam neraka. Surge dan neraka akan fana apabila semua calon penghuninya masuk kedalamnya. Penghuni surga menikmati kelezatan surge dan penghuni neraka
12
merasakan kepedihan siksa. Karena itu tidak akan tergambar akan berakhir dan berbuah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat HUD ayat 107[18].
107. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi[736], kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. e) Iman Pendapat jahm berbeda dengan jumhur ulama’ yaitu: ketetapan hati di ucapkan dengan lisan, ucapan lisan menjadi syarat seseorang menjadi muslim atau kafir, berbeda dengan pendapat jahm bahwa orang tidak mendapt kafir hanya karena mengurtarakan dengan lisan asalkan sudah ma’rifah. f)
Akal sebagai ukuran bagi baik dan buruk Jahm berpendapat bahwa akal manusia mampu membedakan antara yang baik
dan buruk meskipun tidak ada wahyu[19]. 2) Ja’ad bin Dirham Adalah seorang maulana bani hakim yang tinggal di damaskus. Ia di besarkan dalam lingkunag orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Pada awalnya ia di percaya untuk mengajar di lingkungan bani umaiyah, tetapi etelah tampak pikirannya yang controversial, bani umayyah menolaknya. Kemudian ja’ad lari ke ku’fah dan disana ia bertemu dengan jahm, dan mentrasfer pikirannya kepada jahm untuk dikembangkan dan di sebar luaskan. Doktrin pokok Ja’ad secara umum adalah sama dengan jahm yaitu: a.
Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahluk
b.
Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.[20]
19Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, ( Surabaya: IAIN SA Press, 2011) 61 20 Ibid., 59-62 21 Ibid., 63
13
Tokoh paham Moderat yaitu: 1) An-Najar Pendapatnya adalah bahwa tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam menyajikan perbutan-perbuatan itu. 2) Adh-Dhirar Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najr yaitu manusia mempunyai bagian dalam pewujudan dari perbuatan dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya.[21] 3) Dalil-dalil Jabariyah Ayat-ayat yang membawa kepada faham Jabariyah yaitu: Surat As-Shafat ayat 96
96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". Surat Al-Hadid ayat 22
22. Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Surat Al-Anfal ayat 17
17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk 22 Ibid., 64-65
14
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenan-gan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Surat Al-Insan ayat 30
30. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.[22] 4.
Qadariyah
a. Pengertian Qadariyah Secara etimologi bahasa kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Adapun secara terminologi istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya
atas
kehendaknya
sendiri.[23]
Berdasarkan
pengertian
tersebut dapat difahami bahwa faham Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya untuk mewujudkan perbuatanperbuatannya. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya faham ini dikenal dengan nama free will dan free act.[24] Seharusnya sebutan Qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang buruk. Namun, sebutan tersebut telah melekat pada kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Menurut Ahmad 23 Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 66 24bid., 70. 25 Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, ( Surabaya: IAIN SA Press, 2011), 67.
15
Amin, sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadits yang menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah. Hadits itu berbunyi:
القدريه مجوس هده االمه “Kaum Qadariyah merupakan majusi umat islam, dalam arti golongan tersesat.” b. Ajaran-Ajaran Qadariyah Menurut Tokohnya 1) Ajaran Ma’bad Al-Juhani Menurut Ma’bad, perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri. Oleh karena itu ia bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya. Tuhan sama sekali tidak ikut berperan serta dalam perbuatan mengetahuinya. 2) Ajaran Ghailan al-Dimasqi adalah: a) Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik serta buruk tanpa campur tangan Tuhan. Iman adalah mengetahui dan mengakui
Allah
dan
Rasul-Nya,
sedangkan
amal
perbuatan
tidak
mempengaruhi iman. b) Al-Qur’an itu makhluk c) Allah tidak memiliki sifat d) Iman adalah hak semua orang bukan dominasi Quraisy, asal cakap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.[25] Paham Takdir, menurut Qadariyah takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam Al-Qur’an adalah Sunnatullah. Secara alamiah manusia mempunyai takdir yang tidak dapat dirubah. Manusia dalam bentuk fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga, manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu
26 Ibid., 70-71
16
membawa barang beratus kilogram, dan lain-lain. Akan tetapi, manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif. Menurut Ahmad Amin pokok-pokok ajaran Qadariyah adalah sebagai berikut: 1) Orang yang berdosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi fasiq dan masuk neraka, 2) Allah SWT tidak menciptakan amal dan perbuatan manusia. Manusia sendirilah dan jika amanya jelek akan masuk neraka. Oleh karena itulah maka Allah SWT berhak disebut adil, 3) Akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, walaupun Allah tidak menurunkan agama.[26] c. Dalil-Dalil Pendukung Qadariyah Dengan pemahaman seperti ini tidak ada alasan untuk menyandarkan perbuatan kepada Allah. Di antara dalil yang mereka gunakan adalah banyak ayat-ayat Alquran yang digunakan sebagai pendukung faham Qadariyah. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut [27] Q.S Fussilat ayat 41 Artinya: ”Berbuatlah apa yang kamu kehendaki, Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”[28]
Artinya: “Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuhmusuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.[29]
27 Ibid., 72 28 Zainal Arifin, Aqidah Akhlak, (Klaten: Sinar Mandiri, 2009) 22 29 Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, ( Surabaya: IAIN SA Press, 2011), 73 30 Zainal Arifin, Aqidah Akhlak, (Klaten: Sinar Mandiri, 2009) 23
17
Q.S Al-Ra’ad ayat 11
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”[30] Tuhan tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebab-sebab kemunduran mereka, artinya bahwa manusia berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan atas kehendak dan kekuasaannya sendiri. Manusia tidak dikendalikan seperti wayang yang digerakkan oleh dalang tetapi dapat memili sendiri perbuatan yang mereka inginkan. Meskipun perbuatan itu mengarah kepada kejelekan yang menghasilkan kemadhorotan bagi dirinya sendiri.[31]
Q.S An Nisa ayat 111
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan dosa, Maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemadhorotan) dirinya sendiri, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Meskipun demikian, faham Qadariyah pada massa penyebarannya tak pernah berjalan mulus, berbagai tantangan selalu muncul begitu saja. Banyak kritikan yang ditujukan kepadanya, tetapi para pengikutnya tak cepat surut begitu saja. Sebab, menurut pengikutnya faham Qadariyah dianggap lebih rasional dibanding faham sebelumnya.
31 Ibid., 32 Ibid., 74
18
BAB III KESIMPULAN Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa : 1.
Khawarij merupakan suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi
Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/648 M, dengan kelompok bughat (pemberontak) Mu’awiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah. Adapun kelompok yang penting dalam alKhawarij antara lain al-Muhakamiyah, al-Azariqah, an-Najadaat al-‘Aziriah, alBaihasiah, al-‘Ajaridah. 2.
Murji’ah merupakan kelompok yang mengesampingkan atau memisahkan
amal dari keimanan, sehingga menurut mereka suatu kemaksiatan itu tidak mengurangi keimanan seseorang. Dalam pemahamannya kaum Murjiah berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar status ke-Islaman ditangguhkan, apakah masih termaksud muslim atau sudah menjadi kafir. Keputusannya di serahkan kepada allah di hari perhitungan di akhirat. Setelah Khalifah Ali terbunuh oleh kaum Khawarij, Bani Umayyah menduduki singgasana kekhalifahan dengan cara dan bertindak represif. Dan dalam ajaran pokok Murjiah pada dasarnya bersumber dari gagasan doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun teologis. 3.
Jabariyah merupakan salah satu aliran kalam yang berpendapat bahwa
manusia tidak memiliki kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Dalam faham Jabariyah, manusia terikat pada kehendak mutlak tuhan, perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha dan qadar. 4.
Qadariyah merupakan suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan
manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001 Asywadie Syukur, Al-Milal Wa Al-Nilan, Surabaya: Bina Ilmu Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986 Tim Penyusun MKD,Ilmu Kalam, Surabaya: IAIN SA Press, 2011 Zainal Arifin, Aqidah Akhlak, Klaten: Sina
-
20