MAKALAH AKIDAH AKHLAK Judul Tauhid Dalam Konsep Islam 1. Karakteristik Perilaku Bertauhid 2. Keutamaan Perilaku Tauhid
D I S U S U N Oleh Kelompok 3 ( Tiga) Kelas : X MIPA - 2 - Abdul Wahab - Dimas Ardian Kusuma - Lidya Austie Rizaldi - Sri Mulyani Ahda
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 TANJUNG PURA T.A : 2017- 2018
TAUHID DALAM KONSEP ISLAM Dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu esa’. Tauhid (Arab : )توحيدdilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah.Dari segi syari’ tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri tetapkan melalui Nabi-nabi Nya Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya. Namun, tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu, menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. A. . Karakteristik Perilaku Bertauhid 1. Memaafkan Kita sering menyaksikan sekelompok masyarakat begitu mudah mengumbar emosi tanpa mempertimbangkan akibatnya. Nafsu setan menjadi komandonya. Dia bertindak layaknya hewan. Merusak hubungan pertemanan, menghancurkan kekeluargaan, kalau perlu merusak hubungan seiman dan seagama. Ini sangat berbahaya jika tidak ada ‘rem pengendali’ yang berupa kemaafan. Bisa-bisa kekerasan yang individual itu menjadi komunal. Oleh karena itu, masing-masing individu hendaknya memiliki tauhid yang dalam kepada Allah sehingga seseorang tidak cepat memuncak emosinya jika menghadapi masalah sebesar apapun. Memaafkan merupakan bukti ketulusan hati terhadap perilaku orang yang menyakiti.
“Maka, barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah”. (Qs Asy-Syura: 40) dan masih banyak ayat yang lain yang senada dengan hal ini. 2.
Keyakinan terhadap qadha’ Seorang hamba sebenarnya hanya satu dari sekian sebab yang ada, dan bahwa penentu takdir sebenarnya adalah Allah. Oleh karena itu berserahlah kepada Allah yang melindungi diri kita.
Alangkah damainya masyarakat kita apabila memiliki sikap saling mengalah dan merendah dan tidak saling berbangga terhadap kelebihanya masing-masing. Apabila ia menang ia tidak berlaku sewenang-wenang dan berbuat zalim. Sebaliknya yang kalah tidak merasa berkecil hati apalagi dendam dan sakit hati. Masyarakat seperti ini menyadari bahwa kelebihan merupakan karunia Allah dengan mengatakan,”Hazda min fadhli rabbi.” 3.
Penghapusan dosa Artinya kita harus menyadari bahwa kejahatan yang dilakukan orang lain kepada diri kita berarti dosa-dosa kita dihapuskan, kesalahan-kesalahan kita dimaafkan, keburukankeburukan kita dileburkan, dan derajat kita diangkat. Bukan sebaliknya, api dibalas api tapi bagaimana api tersebut dibalas dengan air biar cepat padam api permusuhan. Kita harus belajar dari orang-orang terdahulu bagaimana mereka memperlakukan musuhnya. Shalahudin Al-Ayyubi sebagai contoh. Tatkala perang Hittin sedang berkecamuk mereka menyusup, menyamar untuk mengobati musuhnya yang terluka. Lantas setelah kejadian itu musuhnya masuk Islam atas keluhuran akhlak beliau. Untuk saat ini, sikap seperti ini perlu digalakkan walaupun itu pada musuh sekalipun.
4.
Menunjukkan sikap ramah. Artinya kita harus bersikap ramah kepada orang yang menyakiti diri kita. Karena bagaimanapun dia berhak diperlakukan ramah. Tindakannya yang selalu menyakiti orang lain dan sikapnya yang terlalu berani menentang perintah Allah untuk tidak menyakiti orang lain dan sikapnya yang terlalu berani menentang perintah Allah untuk tidak menyakiti orang muslim, menempatkannya dalam posisi orang yang harus kita tanggapi dengan lembut dan ramah, dan posisi orang yang kita hindarkan dari keterpurukannya. Sabda Nabi: “Tolonglah saudaramu yang zalim maupun yang dizalimi”. Ketika Misthah mencemarkan nama baik Abu Bakar dan Aisyah, anaknya, maka Abu Bakar bereaksi dengan bersumpah untuk menghentikan suplai makanan kepada Misthah. Misthah sendiri adalah seorang miskin yang secara rutin mndapat biaya hidup dari Abu Bakar. Maka Allah pun menegurnya lewat firman-Nya :
artinya: “Dan, janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan member (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang miskin dan orang yang berhijrah pada jalan Allah dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (Qs An-Nur: 22) 5. Ikhlas,
yaitu melakukan sesuatu hanya bertujuan untuk mencari keredhaan Allah semata, tidak bertujuan selain hanya ke Allah Swt. 6. Tidak iri dan dengki, maksudnya orang yang bertauhid tidak akan mendengki terhadap orang lain yang memperoleh nikmat dari Allah, karena dia mengetahui Allah Maha Bijaksana dan Adil dalam membagikan rezki, Allah Maha Menentukan setiap takdir dan kejadian, sehingga tidak perlu merasa iri atau dengki kepada orang yang telah ditakdirkan memperoleh nikmat-Nya. 7. Tidak banyak mengeluh, orang yang bertauhid tidak akan suka mengeluh, karena mengetahui setiap peristiwa dan episode hidup adalah atas izin Allah Swt. Jika dia mendapat masalah, dia akan segera mengoreksi diri dan mengevaluasi tauhidnya, apakah selama ini ada yang kurang tepat, sehingga tanpa disadari telah bermaksiat terhadap Allah. Setelah itu dia memperbaiki dirinya. 8. Tidak licik, artinya orang yang bertauhid pasti tidak akan melakukan hal-hal yang licik dalam kegiatan apapun, karena dia menyakini bahwa Allah pasti akan membalas erbuatan sekecil apapun serta Allah lah yang membolak-balik hati dan mengetahui setiap apa saja yang terlintas dalam hati. B. Keutamaan Perilaku Tauhid Berbicara tentang keutamaan sebenarnya terkandung unsur wajib didalamnya. Jadi bukan berarti bahwa ketika kita berbicara tentang keutamaan tauhid berarti tauhid itu tidak wajib, sebab tidak mungkin seorang hamba mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah swt dengan suatu amalan tanpa bertauhid kepadanya, karena kunci suatu amal akan diterima adalah dengan bertauhid kepada Allah swt. Diantara keutamaan tauhid adalah : 1. Mendatangkan semangat kepada Allah dalam beramal. Orang yang bertauhid akan merasa dekat kepada Allah, sehingga dalam suasana hatinya yang ada hanya Allah. Dan itulah yang selalu diliputi kesemangatan dan kekhusuyuannya dalam melakukan ibadah, baik dalam menyendiri maupun ketika bersama orang banyak, tidak perlu diperhatikan atau tidak oleh orang lain. Sebaliknya orang yang tidak bertauhid dikatakan sebagai orang yang riya’ karena hanya melakukan ibadah jika dalam fikirannya ada yang memperhatikan, atau paling tidak orang lain mengetahui bahwa dirinya telah berbuat ibadah. 2. Menambah kedekatan pada Allah
Orang yang amalnya tidak dicampuri oleh riya’ atau beramal penuh dengan ketauhidan kepada Allah akan mengantarkan seseorang pada kedekatan kepada Allah swt, karena ia melakukan ibadah demi ketaatan dan memurnikan ibadah hanya karena Allah Swt.. 3. Mendapatkan Hidayah
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orangorang yang mendapat petunjuk”. (QS.Al-An’aam: 82) Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Nya semata yang tidak ada sekutu bagi Nya, dan mereka tidak menyekutukan Allah Swt. sedikitpun dalam berbagai hal. Mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan pada hari Qiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.” Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –hafizhalullah- mengatakan: Firman Allah Swt. (Wahum Muhtaduun; dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah) maksudnya di dunia, (mendapatkan hidayah) menuju syari’at Allah Swt. dengan ilmu dan amal. Mendapat hidayah dengan ilmu adalah hidayah irsyaad, sedangkan mendapat hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq. Mereka juga mendapatkan hidayah di akhirat yang menuntunnya menuju surga. Sedangkan hidayah untuk orang-orang yang zhalim adalah yang menuntunya pada jalan menuju neraka jahim. 4. Diliputi ketenangan, Yakni mendapatkan ketenangan dan rasa aman baik di dunia begitu pula di akhirat.