Tatalaksana Manajemen bedah standar HSCR bervariasi dari pusat ke pusat. Namun, tujuan awal manajemen adalah untuk meresusitasi pasien (beberapa anak dengan enterokolitis memiliki defisit cairan yang buruk). Tujuan selanjutnya adalah untuk meredakan obstruksi usus. Pada kebanyakan pasien, hal ini dapat dicapai dengan pencucian rektal yang memadai secara rutin dengan salin hangat setiap 6 jam (Rectal Washout). Jika obstruksi teratasi dengan cara ini, maka pencucian dapat dilanjutkan sampai operasi korektif dini dapat dilakukan (diusahakan dalam masa nenonatal). Jika dekompresi total tidak terjadi dengan cara ini, stoma surgical mungkin masih diperlukan pada pasien pasien ini. Stoma harus didasarkan pada tingkat usus yang terganggu. pengelolaan obstruksi dengan irigasi usus memungkinkan untuk operasi satu tahap lebih cepat, operasi dapat dilakukan pada periode neonatus. Hal ini memungkinkan untuk tatalaksana lebih awal dan pemulihan fungsi normal gastrointestinal. Prinsip Penanganan bedah dan hasilnya Koreksi masalah dengan cara operasi defnitif bertujuan untuk mereseksi usus aganglionik yang abnormal dan memastikan bahwa usus yang normal (berganglion) dianastomose ke rektum tanpa mempengaruhi kontinensia. prosedur bedah pull-through untuk HSCR telah mengalami banyak dimodifikasi sejak deskripsi aslinya oleh Swenson dan Bill pada tahun 1948. Sebagian besar modifikasi ini masih mematuhi prinsip menghilangkan segmen obstruktif aganglionik dan reanastomosis usus yang sehat ke rektum. Neonatal pull-through Trend saat ini menuju ke prosedur utama dengan teknik transanal (dijelaskan dalam bagian "Transanal pull-through teknik") versus teknik dua-tahap atau laparoskopi merupakan perubahan besar dalam praktek bedah. Argumen untuk keuntungan modifikasi terbantu-laparoskopi adalah memungkinkan pemetaan histologis biopsi usus, sehingga memungkinkan identifkasi tingkat zona transisional. oleh karena itu secara umum, ada bukti yang mendukung bahwa tehnik neonatal pulltrough saat ini adalah metode pengobatan HSCR yang aman dan layak, terutama pada pasien yang didiagnosis pada periode neonatal. Pasien yang datang kemudian dengan megacolon yang terlalu besar mungkin lebih baik dilakukan operasi pengalihan aliran feses dengan cara kolostomi,
sehingga memungkinkan usus yang mengalami distensi kronik untuk kembali ke lumen kaliber normal sebelum koreksi bedah yang definitive. Teknik transanal pull-through Pendekatan pull-through transanal saat ini sedang digemari di banyak bagian dunia karena menghindari bekas luka perut, mendorong pemberian makan lebih awal, dan menyederhanakan pemulihan pasca operasi. Ini sangat cocok untuk segmen aganglionik pendek. Anastomosis biasanya dengan teknik Soave atau Swenson yang dimodifikasi yang disesuaikan untuk pendekatan anal (teknik dilakukan secara terbalik). Namun tehnik ini kurang cocok pada kasus dengan segemen aganglionik yang panjang, serta dengan posisi aganglionik yang lebih proksimal. Sumber: https://www.researchgate.net/publication/303670939