Tabulasi Usia Bumi Menurut Teks Masoret.docx

  • Uploaded by: Yessy Saraswati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tabulasi Usia Bumi Menurut Teks Masoret.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,810
  • Pages: 27
1. Tabulasi usia bumi menurut Masoretic Text, Samaritan Pentateuch, dan Septuagint. Jawab: a)

Tabulasi menurut Masoretic Text Kronologi Masoret yang buruk ditemukan di semua Alkitab Kristen termasuk KJV, NASB, NIV, dll. a. Kronologi ini sangat jelas buruk , mengejutkan bahwa lebih banyak orang Kristen belum mengenal hal ini sebelumnya. b. Kronologi Masoretik menggunakan Seder Olam Rabbah sebagai blueprint untuk mengompresi sejarah bumi dengan alasan teologis antiKristen. c. Kronologi Masoret seperti Seder Olam, adalah kompresi ekstrem dari sejarah Yahudi yang sebenarnya sehingga setiap keturunan Nuh sampai ke Abraham (kecuali Peleg), hidup saat Abraham lahir. Ini berarti bahwa Nuh, Sem, Pachshad, Shelah, Eber, Rau, Serug dan Nahor mungkin telah menghadiri pesta ulang tahun pertama Abraham dan mungkin telah membantu Abraham meniup lilin ulang tahunnya yang satu. d. Setiap keturunan Nuh setelah air bah tidak hanya tinggal untuk melihat Abraham, namun dalam beberapa kasus hidup lebih lama dari Abraham! e. Ingatlah, orang-orang Yahudi secara keliru menggambarkan Abraham terlahir saat Terah berusia 70 dan bukannya dari sudut pandang Yahudi, menggeser Abraham 60 tahun yang lalu yang bahkan berarti Peleg hidup

melewati kelahiran Abraham. Orang Kristen memperbaiki kesalahan ini 60 tahun. f. Masalah besar lainnya adalah dinamika populasi. Dari air bah ke Menara Babel sampai Abraham hanya 358 tahun. Dalam 358 tahun itu Anda harus mulai dengan 8 orang, mengisi bumi ke menara Babel, kemudian membubarkan penduduknya lagi cukup untuk membangun piramida besar dalam 100 tahun setelah babel. g. Hal ini menciptakan masalah besar lain dari sudut pandang arkeologi, tidak hanya cukup tenaga untuk membangun piramida, penanggalan mereka sampai sekitar 2500 SM, yang dari kronologi Septuaginta, 800 tahun penuh setelah air bah.

b). Tabulasi menurut Samaritan Pentateuch a. "Annales Veteris et Novi Testamenti" (diterbitkan pada tahun 16501654), oleh Uskup Agung Anglican James Ussher (1581-1656), di mana peristiwa dimulai pada waktu yang telah berlalu sejak penciptaan, sampai dia menemukan sebuah peristiwa yang dapat diberi judul oleh ekstraalkitabiah, yang merupakan kematian Nebukadnezar dan dimulainya masa pemerintahan Merodakh Babel, pada 562 SM atau tahun 3442. Perhitungan Bishop Ussher, berdasarkan Alkitab, dunia diciptakan pada tahun 4004 SM. Itu adalah 5.998 tahun yang lalu pada tahun 1994. Tanggal menurut kalender Ibrani hanya 5.754 yang berarti dia bervariasi 244 tahun. b. Kalender Yahudi tradisional di mana penciptaan berada pada 3760 sampai 3761 SM. berawal dari karya rabbi yang berjudul "Seder Olam Rabbah" dari abad kedua C.E. c. Sayangnya, untuk perhitungan semacam itu, data bersifat ambigu atau memberikan pilihan. Kronologi Uskup Ussher menempatkan air bah terjadi pada tahun 2348 SM. d. Salah satu contoh variasi 244 tahun antara sistem Uskup Agung Ussher dan sistem Yahudi tradisional, ada dalam Kejadian 11:26. Ahli waris Terah, yang terdiri dari Abram, Nahor, dan Haran, lahir di tahun ketujuh puluh, secara harfiah menyarankan kembar tiga. Menurut Kejadian 11:32, Terah hidup total 205 tahun, dan Kejadian 12: 1 dapat dianggap bahwa

Abram berangkat pada usia 75 tahun setelah kematian Terah (Kej 12: 4), dalam hal ini Abram lahir ketika Terah berusia 130 tahun bukan 70. e.

Dengan demikian akan ada perbedaan antara 60 tahun. Menurut Seder Olam Rabbah Abram lahir pada tahun 1948 dan dengan demikian perhitungan Ussher akan di tahun 2008 SM. Hal ini masih menyisakan perbedaan 184 tahun diantara keduanya. Seperti yang bisa Anda lihat di dua halaman sebelumnya ada lebih dari 244 tahun.

c). Tabulasi menurut Septuagint a. Penciptaan tanggal dari semua sumber sastra kuno yang dapat diandalkan memvalidasi Kronologi Septuaginta yang lebih panjang: b. Sebuah. Setiap sumber literatur yang dapat diandalkan sebelum tahun 100 M menggunakan kronologi LXX yang lebih panjang dan bukan Masoretik yang lebih pendek. c. Baik Philo dan Yosefus menggunakan manuskrip Ibrani yang ada pada zaman mereka yang mengikuti kronologi LXX yang lebih panjang. d. Ini adalah temuan besar karena mereka tidak menggunakan Septuaginta Yunani yang digunakan di Sinagog sebagai teks sumber mereka, namun Tanakh Ibrani digunakan di Bait Suci Yerusalem. e. Sebenarnya, banyak ilmuwan membuat kesimpulan dangkal (dan salah) bahwa Yosefus dan Philo menggunakan Septuaginta KARENA mereka memiliki kronologi yang lebih panjang. f. Kesimpulan yang benar adalah Philo dan Josephus menggunakan Teks Ibrani Pra-Masortik ketika angka-angka tersebut setuju dengan LXX Yunani. g. Sumber-sumber sastra di bawah ini menjadi bukti utama bahwa orangorang Yahudi sekitar tahun 160 M di Zippori mengubah teks Ibrani karena alasan teologis anti-Kristen. h. Saat ini Septuaginta berisi jumlah kronologis awal untuk umur bumi pada 5554 SM.

2. Legenda nasional tentang Air Bah. Jawab: a. Cerita Rakyat tentang Situ Bagendit (Jawa Barat) Pada zaman dahulu kala, di sebelah utara kota Garut, terdapat sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, serta persawahan penduduk selalu menghasilkan padi yang sangat berlimpah ruah.Akan tetapi walaupun seperti itu, kehidupan para penduduk di desa itu tetap selalu saja miskin dan kekurangan. Hal tersebut disebabkan oleh ulah seorang tengkulak bernama Nyai Bagendit. Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka.Ya karena Hari ini sudah waktunya memanen padi. Mereka akan segera menuai padi yang sudah menguning lalu menjualnya kepada Nyai Bagendit. Nyai Bagendit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus muat untuk menampung seluruh padi yang dibelinya dengan paksavdari seluruh petani di desa itu. Ya! Padi hasil seluruh petani.Memang bukan dengan karena sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Bagendit.Hal itu karena mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah atas dasar dipaksa.Ya kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan wanita itu. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari Nyai Bagendit dengan harga yang melambung tinggi.

“Sampai kapan ya nasib kita berubah makmur sejahtera?” ujar seorang petani kepada temannya.”Sudah gak tahan saya dengan hidup miskin seperti ini. Kenapa ,Tuhan tidak segera menghukum si lintah darat Bagendit itu?” “Sssst, jangan keras-keras, nanti ada yang dengar!”temannya menanggapi. “Kita harus lebih sabar! pasti akan datang pembalasan yang setimpal untuk mereka yang suka berbuat aniaya pada orang lain.Harus kamu ingat Tuhan tidak pernah tidur!” Sementara itu Nyai Bagendit sedang memeriksa lumbung padinya. “Barja!”kata Nyai Bagendit pada centengnya.”Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?” “Beres Nyi!”jawab Barja.”Lumbung sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat lagi:’ “Ha ha ha ha...! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padi dariku.Dan Aku pasri akan semakin kaya!” Nyai Bagendit senang. “Para petani itu harus selalu di awasi, jangan sampai mereka mencoba menjual padi hasil panennya ke pedagang lain.Jangan ragu,Beri pelajaran bagi siapa saja yang mencoba melawan!” Seperti yang sudah di perkirakan, beberapa minggu setelah masa panen kemudian para penduduk desa sudah mulai kehabisan bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Bagendit selalu hura hura berpesta pora dengan segala makanan-makanan mewah di rumahnya. “Bagaimana ini Pak, persediaan beras kita sudah mulai menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Bagendit.” keluh seorang penduduk

desa pada suaminya. “Kata tetangga harganya sekarang lima kali lipat dibanding saat kita jual dulu. Bagaimana ini, Pak?” Pada suatu siang yang panas, dari kejauhan jalan desa terlihat seorang nenek yang berjalan terbungkuk dan tertatih.Sampai di keramaian warga desa,di menatap dengan rasa iba. “Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja.Sudah semestinya harus secepatnya diakhiri” pikir si nenek.Sang nenek pun berjalan mendekati seorang penduduk yang tengah menumbuk padi. “Permisi! Saya numpang tanya kata si nenek. “Ya, Nek ada apa ya?”jawab wanita yang sedang menumbuk padi tersebut. “Dimanakah saya bisa menemukan rumah orang yang paling kaya dan mewah di desa ini?”tanya si nenek. “Oh, maksud nenek rumah Nyai Bagendit?”kata wanita itu. ”Sudah dekat,Nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan, lalu belok kiri. Nanti akan terlihat rumah yang sangat besar. ltulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyai Bagendit?” “Saya mau minta sedekah’kata si nenek” “ Percuma saja nenek minta sama orang pelit seperti dia,saya berani jamin dia tidak akan memberi sedekah pada nenek.Jika nenek lapar,bisa makan di rumah saya, tapi hanya makan seadanya” kata wanita itu. “Tidak usah, terima kasih”jawab si nenek.”nenek hanya ingin tahu apa yang akan di perbuatnya jikalau ada pengemis yang minta sedekah. Oh iya, tolong

beritahu penduduk desa lainnya agar siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.” “Nenek ini sedang bercanda, ya?”kata wanita itu kaget.”Mana mungkin ada banjir di musim kemarau?” “Aku sedang tidak bercanda hai warga desa kata si nenek”Aku ini datang memberi pelajaran pada lintah darat Nyai Bagendit.Sebentar lagi akan datang banjir bah ,Untuk itu cepatlah mengungsi,ingat bawalah barang berharga milik kalian kata si nenek sembari pergi berjalan. masih berdiri mematung. Sementara itu Nyai Bagendit yang tengah menikmati makanan mewah yang berlimpah,begitu juga dengan para centengnya. Si pengemis nenek tua itu pun tiba di depan rumah Nyai Bagendit dan langsung dicegat oleh para centeng. “Hei nenek pengemis tua untuk apa kau kemari!Lekas enyah dari sini!” teriak centeng. “Saya datang kemari hendak meminta sedekah.Saya harap ada sisa makanan yang ikhlas untuk saya yang bisa saya makan. “Apa peduliku teriak centeng lagi. “lapar?ingin makan..beli dong!, jangan cuma minta! Enyah sana, lekas pergi sebelum saya seret!” Akan tetapi sang nenek tidak mau pergi dan masih di tempatnya. “Nyai

Begendit

keluarlah!

Aku

mau

minta

sedekah.

Nyai

Bagendiiit . . .!“teriak si nenek. “Siapa sih yang berteriak-teriak di luar ujar Nyai Bagendit. “Mengganggu orang makan saja!”

“Hei, siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?”bentak Nyai Bagendit. “Saya hanya mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan’kata nenek. “Saya tidak akan memberimu makanan! Enyah pergi, kamu begitu kotor nanti rumahku banyak penyakit.”Namun, sang nenek bukannya pergi tapi justru menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Bagendit dengan emosi kemarahan. “Nyai Bagendit! Sadarkah kau selama ini Tuhan memberimu rezeki yang sangat berlimpah ruah tapi kau malah tidak bersyukur. Kau kikir,pelit,dzalim! Lihatlah dengan hatimu penduduk desa kelaparan kau justru menghamburhamburkan makanan” teriak si nenek pengemis berapi-api. “Inilah Aku datang kesini sebagai jawaban atas dari doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu yang dzalim,kikir ! Kini bersiaplah kau menerima hukumanmu!’ “Ha ha ha ... menghukumku? Kamu pikir kau siapa?Apa matamu buta , tidak lihat centeng-centengku banyak! Dan kuat kuat bahkan Sekali pukul saja, kau pasti mati kata Nyai Bagendit. “Tidak perlu repot-repot mengusirku kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.’’ “Dasar nenek gila. Apa susahnya mencabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!”kata Nyai Bagendit sombong. Lalu hup! Nyai Bagendit pun mencoba mencabut tongkat itu hanya dengan satu tangan.Namun ternyata tongkat tetap tidak

bergeming.Tidak menyerah Bagendit mencoba lagi dengan dua tangan. Tetapi tongkat tersebut masih juga tidak bergeming juga. “Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Ingat harus bisa tercabut.Jika gagal gaji kalian pasti akan ku potong!” Centeng-centeng berbadan besar dan kuat itu pun mencoba mencabut tongkat si nenek, namun tidak membuahkan hasil,meski sudah ditarik oleh tiga orang bahkan lebih , tongkat itu tetap tak bergeming dari posisinya. “Ha ha ha... kalian tidak ada yang berhasil?”kata si nenek.”Inilah bukti bahwa ternyata tenaga kalian tidak ada apa apanya.Buka mata kalian dan lihat aku akan mencabut tongkat ini.” Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras. “Bagendit! inilah hukuman untukmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara dan miskin karena perbuatanmu.Maka Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”Setelah berkata demikian si nenekbpengemis itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Nyai Bagendit yang panik melihat air yang muncul dengan sangat deras dengan tidak lama genangan air hampir menenggelamkan dirinya.Bagendit pun berusaha berlari sembari menyelamatkan harta harta berharganya,akan tetapi masih kalah dengan air bah yang lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya. Kini, di desa itu terbentuklah sebuah danau kecil yang dinamakan ‘Situ Bagendit’’ Situ artinya danau dan Bagendit berasal dan nama Bagendit. Beberapa

banyak orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau.Yang Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Bagendit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.

b. Cerita Rakyat Telaga Wekaburi (Irian Jaya) Dahulu, di sebuah desa diadakan pesta adat yang sangat meriah. Selain warga didesa itu, mereka juga mengundang warga desa lain untuk turut berpartisipasi. Di antara para tamu, hadir seorang nenek bersama cucu perempuannya, Isosi, dan seekor anjing peliharaan mereka. Saat pesta berlangsung, seorang penari menginjak buntut anjing milik si nenek. Lalu, anjing kecil itu menggonggong dengan keras. Nenek ini sangat marah melihat anjingnya kesakitan. Kemudian, ia membawa anjingnya ke dalam rumah dan memakaikan cadar di tubuh anjing itu. Menurut adat, perbuatannya ini akan menimbulkan bencana alam. Namun, nenek ini ingin memberi pelajaran kepada orang yang menginjak anjingnya. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan tempat tersebut menuju Gunung Ainusmuwasa. Selain Isosi dan anjingnya, turut juga kekasih Isosi bernama Asya. Tak lama kemudian, hujan turun sangat deras disertai kilat dan petir menyambar. Hujan yang besar membuat banjir besar melanda daerah itu. Banjir besar ini menenggelamkan semua penduduk dan para undangan yang menghadiri pesta

tersebut. Desa tersebut kemudian menjadi sebuah telaga yang kemudian dinamakan Telaga Wekaburi. Setelah bencana banjir reda, nenek tersebut turun dari gunung. Ia menikahkah Isosi dan Asya dan menempati Desa Wekaburi yang saat itu sudah tidak berpenghuni. Kemudian, Isosi dan Asya membangun sebuah rumah panjang yang dinamakan aniobaroi. Mereka mempunyai banyak keturunan dan tinggal di rumah tersebut. Semakin banyak keturunan mereka, rumah yang mereka tempati pun tidak lagi mencukupi. Oleh karena itu, mereka menambah panjang lagi rumah tersebut dan sambungan rumah itu diberi nama manupapami. Kemudian, keturunan Isosi dan Asya semakin banyak dan berkembang. Rumah tinggal mereka pun ditambah dengan rumah-rumah yang mereka namai yobari, sonesyari, dan ketarana. Pada perkembangannya, banyak anggota keluarga yang akhirnya keluar dari rumah untuk membangun kehidupan sendiri. Mereka yang keluar dari rumah manupapami kemudian menjadi Suku Wettebosi. Anggota keluarga yang keluar dari rumah yobari menjadi Suku Wekaburi. Sementara itu, mereka yang keluar dari rumah sonesayari dan ketarana membangun permukiman di atas perairan yang kemudian disebut dengan Kampung Weraburi.

3. Legenda Internasional Tentang Air Bah a. Air Bah menurut Suku Aborigin (Australia)

Pada zaman purbakala Gajara masih merupakan makhluk manusia, tinggal bersama dengan istrinya dan bersama anak-anaknya yang sendiri juga sudah menikah.

Itu terjadi bahwa anak-anak paling awal yang tinggal di hari-hari jauh itu diejek, disiksa dan diperlakukan buruk dengan Winking Owl, Dumbi. Mereka mencabut bulunya; mereka meludahinya; Mereka menusuknya berkali-kali dengan tombak rumput, bahkan menyodorkan sebuah lubang melalui septum hidungnya. Sampai di udara mereka melemparkannya, mengejeknya, "Ayo terbang!" Tapi dia terjatuh ke tanah dengan suara berdebum. Ini mereka lakukan lagi; dan lagi Dumbi menggedor tanah. Ketiga kalinya anak-anak itu melemparkannya ke udara, tapi kali ini Dumbi terus naik dan turun dari awan tak terlihat dan langsung ke Ngadja, Yang Tertinggi.

"Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Ngadja, Yang Mahatinggi. "Apa yang telah mereka lakukan padamu?" Burung hantu kemudian menyampaikan keluhannya kepadanya, berkata, "Anak-anak mengejek saya; Mereka menahan saya dalam ejekan dan menganiaya saya. "

Ngadja, Yang Maha Tinggi, merasa sedih dan merasakan duka mendalam kepadanya, jadi dia mengumpulkan para pengikutnya dan

mengadakan sebuah dewan bersama mereka. Di antara sekian banyak pengikut Ngadja yang berkumpul dalam pertemuan dewan ini adalah Maguriguri [kadal sidewinder], Windirindjal [sejenis kadal lain], belut, kura-kura air tawar, dan goanna hitam.

"Pergilah," kata Ngadja, "lihat di mana orang-orang ini berada; Mengintip dari jangkauan dan melihat apakah mereka masih berkemah di daerah yang sama, lalu datang dan katakan padaku. "Ini dia katakan kepada para pengikutnya karena dia benar-benar minta maaf karena anak-anak ini telah mengolok-olok Dumbi. Yang pertama dikirim adalah Maguriguri. Dia, yang berkaki pendek, berlari ke tempat yang disebut Dumbey yang merupakan rentang yang terletak di seluruh negeri di tempat itu. Saat kembali dia melaporkan bahwa mereka semua masih di sana. Ngadja mengirimnya lagi, berkata, "Pergilah lagi ke tempat yang sama; lihat apakah mereka masih di sana. "Maguriguri pergi untuk memata-matai sekali lagi dan kembali lagi dengan laporan yang sama ke Ngadja.

Ngadja, Yang Mahatinggi, lalu menginstruksikan Gajara [yang pada waktu itu masih laki-laki], berkata, "Jika kamu ingin hidup, ambillah istri, anak laki-laki dan isteri anak-anakmu dan dapatkan rakit ganda. Karena urusan Dumbi, saya berniat menenggelamkan setiap orang. Saya akan mengirim hujan dan banjir laut. "

"Pakai makanan tahan lama yang bisa disimpan," katanya. "Makanan seperti gumi, banimba, dan ngalindja, semua makanan pokok

ini." Jadi Gajara menyimpan semua makanan ini. Dia juga mengumpulkan burung-burung di udara seperti cuckoo, pemakan mistletoe, burung pelangi, burung buram helm dan burung pipit - yang dia bawa ke rakit, dan juga kanguru wanita. Ngadja kemudian berkata, "Semua sudah siap sekarang." Kemudian dia mengirim Maguriguri untuk mengintip orang untuk terakhir kalinya. "Ah!" Kata kadal itu, menunjuk ke arah mereka. "Mereka semua tinggal di satu tempat!" Gajara mengumpulkan anak-anaknya sebagai kru, istri dan istri anak-anaknya bersama. Ngadja Yang Tertinggi memberi Gajara beberapa makanannya sendiri. Kemudian Ngadja menurunkan hujan turun, menutup awan di atas mereka. Banjir laut datang dari utara-timur laut dan orang-orang ditutup oleh banjir air asin dan air pasang surut laut. Banjir mulai menyapu semua makhluk hidup bersama-sama dan mendorong mereka semua ke satu tempat, Dumbey. Di sini air berputar di pusaran air dan orang-orang berteriak saat mereka mencari jalan untuk melarikan diri. Ngadja memutar air bah dan bumi terbuka, menenggelamkan dan meratakan semuanya. Dia menyelesaikannya di Dumbey. Sementara itu, banjir membawa semua orang yang berada di rakit dengan Gajara saat ini berada jauh dari Dulugun dimana dunia berakhir dan airnya mengalir. Di situlah banjir telah membawanya sepanjang waktu, tempat orang mati, dimana tidak ada tanah. Airnya menggulirkannya seperti ini dan dengan cara itu dan memintanya untuk waktu yang sangat lama.

Akhirnya, air banjir membawa Gajara kembali ke arah ini. Dia mengirim beberapa burung keluar dari rakit, pertama cuckoo. Si cuckoo

menemukan tanah itu dan tidak kembali kepadanya. Lambat laun airnya turun. Tanah pertama yang dilihat Gahara adalah puncak bukit di Ngumbindji [Doubtful Bay]. "Oh!" Katanya, "Saya telah menemukan sebuah bukit!" Dan dia senang di dalam dirinya sendiri. Kemudian, saat air terus turun, dia melihat Numbuzare [Mt Waterloo]. Kemudian, burungburung lain kembali ke Gajara dan dia mengirim mereka lagi keesokan harinya. Mereka tiba di darat dan bertemu dengan Dumbi, burung hantu yang berkata, "Oh, Anda sudah kembali!" Dan mengundang mereka untuk tinggal. Tanah itu sudah mengeringkan air dan makhluk hidup menemukan rumah dan makanan. Segera di banyak tempat burung hantu sedang berkembang biak.

Saat banjir mereda, Gajara menyadari bahwa ia meninggalkan bekas air seperti lukisan di sepanjang perbukitan. Inilah garis spirit banjir, dibiarkan

disana

tempat

banjir

membuatnya.

Air

membawanya

melewatinya melewati Munduli [Montilivet] saat dia menabrak batu. [Munduli adalah "tempat tomahawk" di mana mereka biasa mendapatkan batu untuk tomahawks.] Gajara terbentur dari rakit wi. Semangat Wandjina pergi ke gua tempat dia dilukis. "Saya ingin mematikannya di sini," katanya; Jadi dia dimatikan, dan untuk alasan ini, tempat itu disebut "Tempat Turnoff." Dia masuk ke dalam gua dan berbaring. Lebah banyak di gua itu; kami tidak menyentuhnya; itu tabu Artinya, gua Gajara itu tabu. Sehubungan dengan kangguru yang mereka bawa bersama mereka di rakit dan yang masih bersamanya saat Gajara turun, dan berjalan melewati laut, dan keluar

ke pantai, mereka membunuhnya setelah mendarat; dan istri Gajara, Galgalbiri, menaruhnya di oven bumi dan memasaknya dengan makanan lain. Asapnya naik perlahan sampai mencapai langit. Ngadja, Yang Mahakuasa, berkata, "Oh, apa bau itu? Ah, mereka sedang memasak kanguru yang bagus! Sumsumnya berbau; Aku bisa mencium baunya. "Dia bisa mencium bau uap dan asap yang naik dari kanguru betina saat sedang memasak dan dia senang. Ngadja, Yang Mahatinggi, menaruh pelangi di langit untuk menahan hujan kembali. Pelangi membungkuk di langit; Dia mengikat awan di belakangnya dan hujan tidak datang. Pelangi membuat awan kembali dan melindungi kita sehingga curah hujan tidak naik terlalu tinggi. Orang-orang kita mengerti pentingnya hal itu. Saat kita melihat pelangi kita berkata, "Tidak akan ada hujan deras yang tidak normal." (Coates, 1981).

b. Air bah menurut cerita dari Canyon (Green Canyon)

Orang-orang Hualapai- "orang-orang pinus tinggi" -kampus terpencil di Grand Canyon barat tempat pinus Ponderosa, rusa, domba bighorn, dan cougar berlimpah. Di kaki Wikahme, atau Mountain Spirit, di selatan Nevada, adalah pictographs kuno dengan cerita banjir yang ditafsirkan untuk kita dalam akun yang diterbitkan oleh sesepuh dan ilmuwan suku, Lucille Watahomigie. Sebelum ini, ceritanya hanya diceritakan dalam tradisi lisan melalui tarian dan nyanyian. Ini berisi unsur-unsur ini. Hujan turun di bumi selama 45 hari. Air yang naik menyapu bersih semua orang

dengan pengecualian kecuali orang tua di puncak Gunung Roh. Sang Pencipta akhirnya mengirim seekor burung ke manusia itu dengan instruksi untuk menggali dengan tanduk domba jantan ke kaki gunung agar airnya bisa mengalir. Pria itu dipatuhi dan segera burung itu kembali kedua kalinya dengan rumput di paruhnya untuk memberi tahu orang bahwa air telah surut.

Gambar kedua menggambarkan sebuah kapal yang membawa delapan penumpang "melintasi perairan," dari mana semua bangsa di bumi diturunkan. Tidak jelas bagaimana kedua pictographs terkait. Nyonya Watahomigie menegaskan bahwa akun tersebut disampaikan kepadanya melalui tradisi lisan dari nenek moyangnya dan tidak meminjam unsurunsur dari pengaruh Kristen.

Orang Havasupai- "orang-orang di perairan biru-hijau" - tinggal di Grand Canyon barat, bersama dengan Havasu Creek yang indah. Menurut tradisi mereka, obat manusia menyiapkan log berlubang untuk seorang gadis, hewan, dan bekal agar bisa selamat dari banjir besar. Hujan turun dan log melayang di atas air beberapa hari. Banjir menutupi seluruh bumi, membunuh semua orang. Log itu akhirnya berhenti di Grand Canyon, dan gadis muda ini menjadi ibu dari semua bangsa. Dalam sebuah wawancara, Dianna Uqualla, direktur museum suku Havasupai, berbagi kepercayaan Havasupai bahwa Grand Canyon dibentuk oleh air yang surut dari banjir besar di seluruh dunia ini. Sebenarnya, suku tetangga lain memiliki cerita serupa tentang pembentukan Grand Canyon. (Lyon dan Hoesch, 2015).

c. Air Bah menurut cerita dari Pyeongyang (Korea Utara)

Seorang anak laki-laki dibawa ke peri dan pohon salam; peri kembali ke surga saat anak itu berusia tujuh tahun. Suatu hari, hujan datang dan berlangsung selama berbulan-bulan, membanjiri bumi dengan laut yang mengamuk. Sang laurel, dalam bahaya jatuh, menyuruh anaknya untuk menungganginya saat terjatuh oleh ombak. Anak laki-laki itu melakukannya, mengambang di pohon selama beberapa hari. Suatu hari sekelompok semut mengambang dan berteriak untuk diselamatkan. Setelah meminta izin dari pohon itu, anak itu memberi mereka perlindungan di cabang-cabang pohon salam. Kemudian, sekelompok nyamuk terbang dan juga diminta untuk diselamatkan. Sekali lagi, anak laki-laki itu meminta izin pohon, dikabulkan, dan memberi nyamuk itu untuk beristirahat. Kemudian anak laki-laki lain melayang dan meminta untuk diselamatkan. Kali ini pohon tersebut menolak izin saat anaknya bertanya. Anak laki-laki itu bertanya dua kali lagi, dan setelah ketiga kalinya pohon itu berkata, "Lakukan apa yang Anda suka," dan anak itu menyelamatkan anak laki-laki lainnya. Akhirnya pohon itu berhenti di puncak sebuah gunung. Serangga tersebut mengungkapkan rasa terima kasih mereka dan pergi. Kedua anak laki-laki itu, yang sangat lapar, pergi dan menemukan sebuah rumah di mana seorang wanita tua tinggal dengan putrinya sendiri dan anak angkatnya. Seiring orang lain di dunia ini telah binasa dan air yang reda memungkinkan pertanian lagi, wanita tersebut memutuskan untuk menikahi anak perempuannya dengan anak laki-laki, anaknya sendiri yang pergi ke anak laki-laki yang cerdik.

Anak laki-laki kedua itu dengan jahat mengatakan pada wanita bahwa anak laki-laki lain bisa dengan cepat mengumpulkan biji-bijian millet yang berserakan di atas pasir. Wanita itu menguji klaim ini, dan anak laki-laki pertama putus asa untuk berhasil, ketika semut membantu, mengisi tas gandum dalam beberapa menit. Anak laki-laki lain telah menonton, dan dia mengatakan kepada wanita bahwa tugas tersebut tidak dilakukan oleh anak laki-laki pertama, sehingga wanita tersebut masih tidak dapat memutuskan anak mana untuk menikah dengan anak laki-laki mana. Dia memutuskan untuk membiarkan anak laki-laki memutuskan secara kebetulan, pergi ke satu ruangan atau tempat lain dalam kegelapan total. Seekor nyamuk datang dan memberi tahu Anak Pohon yang menjadi kamar putri wanita tua itu, jadi keduanya menikah, dan anak laki-laki kedua menikahi anak asuhnya. Umat manusia diturunkan dari kedua pasangan tersebut. [Zong, hlm. 16-18].

Ayah Young Gim terbunuh oleh perampok, dan Gim berangkat untuk melacak mereka dan membalas dendam. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang anak laki-laki lain yang kehilangan kesempatan untuk berburu perampok yang sama. Mereka menjadi saudara laki-laki bersumpah, tapi mereka berpisah saat badai mengganggu feri mereka saat mereka menyeberangi sungai. Gim diselamatkan oleh anak laki-laki lain yang telah menjadi yatim piatu oleh perampok yang sama. Mereka juga bersumpah untuk menjadi saudara tapi dipisahkan saat feri mereka tenggelam dalam badai. Gim berhasil diselamatkan dan disembunyikan oleh seorang wanita tua; Dia berada di pulau perampok tapi tidak berdaya dari luka-lukanya.

Suatu hari seorang pria misterius datang dan meminta Gim untuk pergi bersamanya. Gim tinggal bersama pria di pegunungan yang belajar sihir sampai berusia enam belas tahun, lalu pria tersebut menyuruhnya untuk pergi menyelamatkan raja dari para perampok, dan dia akan bertemu Gim lagi dalam waktu tiga tahun. Gim berangkat, menemukan seekor kuda ajaib, lengan, dan baju besi di sepanjang jalan, dan tiba di istana raja saat ia berada pada titik penyerahan diri. Di kamp musuh, dia menemukan sebuah wajah hitam bersendawa di kastil, seorang geni yang mempelajari astrologi, seekor tikus yang ekornya berayun menghasilkan banjir yang mengancam puri, dan seorang raksasa yang melemparkan api ke perkemahan Raja. Gim melawan mereka dengan sihirnya namun terbebani angka mereka. Dia melarikan diri bersama raja ke sebuah pulau, namun tikus tersebut mencoba menenggelamkannya dengan banjir yang lebih besar dari ekornya. Seekor kupu-kupu membawa Gim ke sebuah gua di sebuah gunung yang jauh, tempat dia bertemu dengan anak laki-laki pertama yang dia temui. Mereka kembali berkelahi bersama, tapi anak laki-laki lainnya terbunuh dan pulau itu terendam, dan Gim dan sang Raja mundur ke sebuah pulau kedua. Gim dipimpin oleh seekor gagak ke gua lain di pegunungan tempat dia bertemu dengan temannya yang lain. Mereka kembali berkelahi, tapi sekali lagi temannya terbunuh, pulau itu terendam, dan Gim dan sang Raja harus mundur. Ketika sebuah pulau ketiga terancam banjir, mereka berlindung di atas kapal. Mentor Gim kemudian datang (tiga tahun telah berlalu) dan dengan sihirnya dia memanggil petir yang menghancurkan semua musuh.

Gim pergi ke pulau musuh, menemukan ibunya, dan menikahi saudara perempuan temannya yang kedua. [Zong, hlm. 62-66].

Sungai Dedong membanjiri pedesaan. Seorang pria tua di Pyongyang, mendayung di dalam perahu, menemukan dan menyelamatkan seekor rusa, seekor ular, dan seorang anak laki-laki dari air. Dia membawa mereka ke pantai dan melepaskan mereka, tapi anak laki-laki itu telah kehilangan orang tuanya dalam banjir dan karenanya menjadi anak angkat laki-laki tersebut. Suatu hari rusa itu datang dan membawa orang itu ke harta karun emas dan perak yang terkubur, dan orang itu menjadi kaya. Anak asuhnya menjadi nekat dengan uang itu, dan dia dan ayahnya berargumen. Anak laki-laki itu menuduh pria pencurian itu, dan pria itu dipenjara. Ular itu datang kepadanya di selnya dan menggigit lengannya, yang kemudian membengkak menyakitkan. Tapi kemudian ular itu kembali dengan membawa botol kecil. Pria itu mengoleskan obat ke lengannya, yang sekaligus menyembuhkannya. Pagi harinya, dia mendengar bahwa istri sang hakim sedang sekarat karena gigitan ular, jadi dia mengirim kabar bahwa dia bisa menyembuhkannya. Ini dia lakukan dengan salep ular itu. Dia dibebaskan, dan anak angkat ditangkap dan dihukum. [Zong, hlm. 94-95].

Seorang bayi tumbuh sangat cepat dan segera menunjukkan tanda-tanda kekuatan yang fantastis. Dia mendapatkan nama "sepatu besi" dari alas kaki yang dia butuhkan. Dia berangkat dalam perjalanan dan bertemu dan bergabung dengan tiga orang luar biasa lainnya - "Angin-Hidung", yang

memiliki napas yang luar biasa kuat; "Long-rake", yang merobohkan gunung dengan penggaruknya, dan "Air Terjun", yang membuat sungai dengan kencing. Mereka pergi ke rumah seorang wanita tua dan diundang untuk bermalam, tapi wanita itu mengunci mereka, dan orang-orang menyadari bahwa dia dan keempat anaknya adalah harimau yang menyamar. Harimau mencoba membunuh mereka dengan memanggang ruangan, tapi angin di dalam hidung tetap dingin karena hembusannya. Keesokan harinya, wanita tersebut menantang mereka untuk mengikuti kontes mengumpulkan pohon pinus sementara anak-anaknya menumpuknya. Ketika menjadi jelas bahwa keempat bersaudara itu merobek pohon lebih cepat daripada harimau yang bisa menumpuknya, wanita itu membakar kayu bulat. Air terjun, meski, membuat air yang tidak hanya memadamkan api, tapi menciptakan banjir yang hampir menenggelamkan harimau. Angin bertiup di atas air dan membeku. Sepatu besi meluncur keluar dan menendang kepala dari harimau, dan

Long-rake

memecah

es

dan

melemparkannya

menghilangkan jejak banjir. [Zong, hal. 162-166]

sejauh

ini,

DAFTAR PUSTAKA

Birth of the Masoretic Text (MT). http://www.bible.ca/manuscripts/MasoreticText-MT-Leningrad-Codex-Bible-manuscripts-Old-Testament-TorahTanakh-Hebrew-Rabbi-Yose-ben-Halafta-Zippori-160AD.html di akses pada 11 Februari 2018. Cerita Rakyat Situ Bagendit. http://www.expobia.id/2017/04/cerita-rakyat dongeng-anak-situ-bagendit-jawa-barat.html di akses pada 11 Februari 2018. Cerita Rakyat “Asal Usul Telaga Wekaburi”. http://dongengceritarakyat.com/dongeng-dari-papua-barat-asal-usultelaga-wekaburi/ di akses pada 12 Februari 2018. Coates, Howard. Aboriginal Flood Legend.1981. Creation 4 no. 3. Tersedia di https://answersingenesis.org/the-flood/flood-legends/aboriginal-floodlegend/ di akses pada 11 Februari 2018. Lyon, Jeremy dan Bill Hoesch. Flood Tales from the Canyon. 2015. Answer Magazine. Tersedia di https://answersingenesis.org/the-flood/floodlegends/flood-tales-canyon/ di akses pada 11 Februari 2018. Old

Testament Chronology-From the Flood to Abram. http://www.mazzaroth.com/ChapterThree/OTChronFloodToAbram.htm di akses pada 11 Februari 2018.

The Septuagint (LXX). http://www.bible.ca/manuscripts/Septuagint-LXX-GreekOld-Testment-Tanakh-ancient-Synagogues-first-century-churchPtolemyII-282-246BC.htm di akses pada 11 Februari 2018.

Zong In-Sob. 1952. Folk Tales from Korea. Routledge & Kegan Paul Ltd., : London.

TABULASI USIA BUMI DAN CERITA AIR BAH NASIONAL DAN INTERNASIONAL Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Kreasi dan Evolusi

Disusun Oleh: Yessy Saraswati (1541004)

Dosen Pembimbing: Dr. Joshua H. L. Tobing, Ph.D

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA 2018

PENGESAHAN

Nama

: Yessy Saraswati

NIM

: 1541004

Progam Studi

: BIOLOGI

Mata Kuliah

: Kreasi dan Evolusi

Bandung, 12 Februari 2018

Dosen Pembimbing

Joshua H. L. Tobing, Ph.D

Mahasiswi Penyusun

Yessy Saraswati

Related Documents

Bumi
November 2019 56
Usia
November 2019 36
Tabulasi Data.docx
December 2019 20

More Documents from "Rizky Oktavia"