Tablet (ibuprofen).docx

  • Uploaded by: angelina dona
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tablet (ibuprofen).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,058
  • Pages: 31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penyakit 2.1.1 Definisi Penyakit Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk, 2009). Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat diidentifikasi. Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya membayangkannya saja. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional. (Potter & Perry, 2005).

2.7.1 Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya nyeri. a. Nyeri akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan imonulogik (Potter & Perry, 2005). b. Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008). Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan ketidakmampuan.

Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik (Potter & Perry, 2005). a) Nyeri nosiseptif Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam hal ini ujung saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang mampu merusak jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan berdenyut (Potter & Perry, 2005). b) Nyeri neuropatik Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera organ visceral. Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan dada (Guyton & Hall, 2008).

2.2 Tinjauan Zat Aktif 2.2.1 Definisi Ibuprofen Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) dan turunan sederhana asam fenil propionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Obat-obat AINS termasuk ibuprofen mempunyai 3 efek terapi utama, yaitu anti inflamasi, analgesik dan antipiretik (Mary, et al. 2001).

2.2.2 Farmakokinetik Ibuprofen diabsorpsi dengan cepat melalui saluran pencernaan, dari lambung dan usus halus bagian atas. Ibuprofen menunjukkan pengikatan (99%) yang menyeluruh dengan protein plasma (Anderson & Truoutman, 2002). Sedangkan absorpsi ibuprofen berlangsung selama 1-2 jam dan waktu paruhnya 2 jam.

2.2.3 Farmakodinamik Efektivitas ibuprofen terutama disebabkan oleh kemampuannya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim sikloolsigenase secara

ireversibel (prostaglandin sintetase), yang mengkatalis perubahan asam arakidonat menjadi senyawa endoperoksida (Katzung, 2002). Mekanisme kerja ibuprofen melalui inhibisi sintesa prostaglandin dan menghambat siklooksigenase-I (COX-I) dan siklooksigenase-II (COX-II). Namun tidak seperti aspirin hambatan yang diakibatkan olehnya bersifat reversibel. Dalam pengobatan dengan ibuprofen, terjadi penurunan pelepasan mediator dari granulosit, basofil dan sel mast, terjadi penurunan kepekaan terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dan limfosit T, melawan vasodilatasi dan menghambat agregasi platelet (Stoelting & Hillier, 2006).

2.2.4 Efek Ibuprofen Ibuprofen termasuk salah satu dari golongan obat antiinflamasi non steroid (AINS) yang banyak digunakan sebagai analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik (Abraham, 2005). Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen, dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono & Soekardjo, 2000). Ibuprofen mempunyai tiga efek terapi utama menurut Mary, et al., (2001), yaitu 1. Efek Antiinflamasi Ibuprofen menghambat aktivitas siklooksigenase, maka akan mengurangi pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi beberapa aspek inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai mediator. 2. Efek Analgesik Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamin, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Jadi, dengan menurunkan sintesis PGE2, ibuprofen akan menekan sensasi rasa sakit. Ibuprofen digunakan terutama untuk menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang timbul dari struktur integumen daripada yang berasal dari visera. Obat-obat AINS lebih superior daripada opioid dalam menanggulangi rasa sakit yang melibatkan inflamasi. 3. Efek Antipiretik

Demam terjadi jika “set-point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau inflamasi. Ibuprofen menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2. Ibuprofen mengembalikan “termostat” kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Ibuprofen sangat efektif untuk meredakan nyeri. Ibuprofen menghilangkan nyeri dari berbagai penyebab seperti yang berasal dari otot, pembuluh darah, gigi, keadaan pasca peralinan, arthritis, dan bursitis. Ibuprofen bekerja secara perifer melalui efeknya terhadap peradangan, tetapi juga menekan rangsang nyeri di tingkat subkorteks (Katzung, 2002).

2.2.5 Dosis Dosis antiinflamasi rata-rata 1,2–1,8 g per hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan orang dewasa. Dosis maksimalnya adalah 2,4 g per hari terbagi dalam 3-4 dosis. Untuk analgesik pada dewasa diberikan 0,6 – 1,2 g per hari yang terbagi dalam 3-4 dosis. Pada anak-anak dosis yang digunakan adalah 15 mg/kgBB/hari. Ibuprofen tidak dianjurkan diberikan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg (Katzung, 2002). Dosis maksimal ibuprofen adalah 1200 mg/hari. Dosis maksimal pada anak dengan berat badan <30 kg adalah 500 mg/hari. Ibuprofen lebih baik diminum segera setelah makan.

2.3 Tinjauan Sediaan 2.3.1 Definisi Tablet Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan Solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan atau bahan tertentu yang dipilih guna membantu dalam proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat- sifat sediaan tablet yang dikehendaki. Farmakope Indonesia Edisi IV

mendefinisikan tablet sebagai sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi.

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Tablet A. Keuntungan Karena popularitasnya yang besar dan penggunaanya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien, sangat praktis dan ideal untuk pemberian zat aktif terapi secara oral. Pada umumnya, tablet adalah bentuk obat untuk orang dewasa yang paling luas diterima karena berbagai keuntungan berikut. a. Rasa obat yang pahitt atau memuakkan atau tidak menyenangkan dibuat agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet atau granul tablet dengan suatu salut pelindung yang cocok. Salut ini di desain hanya untuk melindungi, biasanya selama pemaparan dalam waktu yang singkat ketika tablet bersentuhan dengan ujung rasa pada lidah. b. Kemudahan pemberian dosis yang akurat. Dosis dapat didistribusikan secara seragam dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan dalam pemberiaan dosis yang akurat apabila tablet dipotong menjadi 2 bagian atau lebih untuk pemberiaan pada anak- anak. c. Tablet tidak mengandung alkohol. Tidak adanya alkohol dalam tablet, biasanya mengurangi biaya pembuatan dan meningkatkan lingkup pasien yang dapat diberikan sediaan tanpa alkohol. d. Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat aktif. Oleh karena itu, pembuatan konsentrasi zat aktif secara tepat merupakan hal yang mudah, dapat dilakukan dengan baik sekali dan ekonomis, tersedia bagi dokter penulis resep, pasien, dan apoteker. e. Mudah dibawa, bentuk kompak, stabilitas yang memadai, ekonomis dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, segera tersedia, mudah diberikan, memastikan kesan psikologis yang baik bagi penerimaan hampir semua pasien sedunia. B. Kerugian Selain keuntungan tablet yang besar, terdapat juga kekurangan sediaan tablet sebagai berikut. a. Beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan menjadi kompak padat karena sifat amorf atau karakter berbentuk jonjot (seperti kapas) yang kepadatannya rendah.

b. Zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan hayati zat aktif yang memadai. c. Zat aktif rasa pahit atau aroma yang tidak disenangi atau zat aktif yang peka terhadap oksigen atau lembap atmosfir dipersyaratkan dienkapsulasi sebelum dikempa (jika laik atau praktis), atau tablet mungkin di salut. Dalam hal ini, sediaan kapsul memberikan pendekatan yang terbaik dan harga termurah. d. Kenyamanan dikaitkan dengan penggunaan tablet karena sediaan tablet memang merupakan bentuk sediaan obat yang sangat praktis dan efisien. Tablet sangat tepat bagi apoteker karena mudah dikemas dan diberikan. Tablet juga mewujudkan kenyamanan bagi pabrik farmasi dalam kemudahan produksi, penyimpanan, traspor yang ekonomis, dan dapat diterapkan produksi skala besar dan banyak.

2.3.3 Penggolongan Tablet No

Golongan

1

Tablet oral yang di hantarkan ke

Jenis 

dalam saluran cerna.

Tablet kempa (tablet kempa standar) (TKS)/ tablet kempa konvensional (pkk)



Tablet multi tempa (TMK)



Tablet berlapis (TB)



Tablet salut tempa (TSK)



Tablet kerja cepat (TKC)



Tablet kerja diperpanjang (tablet lepas-lambat) (TLL)

2



Tablet salut enteric (TSE)



Tablet salut gula (TSG)



Tablet salut coklat (TSC)



Tablet salut film (TSF)



Tablet kunyah (TK)

Tablet yang di hantarkan ke



Tablet bukal (TB)

rongga mulut.



Tablet suplingual (TS)



Tablet kulum (TI= tablet isap)

Tablet yang dilarutkan terlebih



Tablet bukal (TB)

dulu dalam air lalu di minum



Tablet suplingual (TS)



Tablet kulum (TI= tablet isap)

Tablet untuk komponen sediaan



Tablet dispensing (TD)

racikan obat resep



Tablet triturate (TT)

Tablet untuk di injeksikan setelah



Tablet hipodemik (TH)



Tablet vaginal (TV)

rongga tubuh lainnya.



Tablet rektal (TR)

7

Tablet yang di tanam



Tablet implantasi (TI)

8

Tablet



Tablet diagnostic (TD)

3

4

5

di larutkan dalam pembawa 6

Tablet

untuk

dihantarkan

untuk

ke

menegakkan

diagnosis

2.3.4 Tablet Hisap A. Definisi Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, ummunya sebagai bahan dasar beraroma yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. (Anonim, 1995) B. Keuntungan dan Kerugian 1) Keuntungan a. Memiliki ketersediaan hayati yang lebih baik. b. Memberikan kenyamanan pasien dengan meniadakan kebutuhan air minum untuk menelan. c. Melewati proses disintegrasi. d. Dapat meningkatkan disolusi. e. Dapat digunakan sebagai pengganti bentuk sediaan cair jika diperlukan kerja obat (onset yang cepat). f. Rasa yang enak di mulut sehingga dapat mengurangi presepsi bahwa obat itu pahit untuk anak- anak dan dengan rasa yang enak terserbut dapat pula meningkatkan kepatuhan pasien. Meningkatkan penerimaan pasien terutama anak-anak karena citarasa yang menyenangkan. g. Memiliki keunikan produk dari sudut pandang pemasaran. 2) Kerugian

a. Rasa zat aktif yang buruk dan zat aktif yang mempunyai konsentrasi dosis yang tinggi memberikan kendala yang signifikan untuk diatasi formulator. b. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak di mulut jika tidak diformulasi dengan baik. C. Persyaratan a. Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. b. Keseragaman tablet. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan. 2.3.5 Persyaratan Tablet Tablet harus memenuhi syarat berikut. a. Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Keseragaman tablet. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata- rata yang ditetapkan kolom B. Bobot Rata- rata

Penyimpangan bobot rata- rata dalamn % A

B

25 mg atau kurang

15%

30%

26 mg – 150 mg

10%

20%

151mg – 300 mg

7,5%

15%

Lebih dari 300 mg

5%

10%

2.4 Study Formulasi dan Praformulasi 2.4.1 Persyaratan Mutu

Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh bahan-bahan dalam sediaan suspensi adalah sebagai berikut: a. Dapat diterima Dapat diterimaartinya mempunyai estetika, penampilan, bentuk yag baik serta menarik sehigga menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan b. Aman Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun psikologis, dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak lebih toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi. c. Efektif Efektif artinya sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang optimal. Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1 kurun waktu) harus mampu mencapai reseptor dan memiliki efek yang dikehendaki. Sediaan yang efektif adalah sediaan bila digunakan menurut aturan pakai yang disarankan akan menghasilkan efek farmakologi yang optimal untuk tiap-tiap bentuk sediaan dengan efek samping yang minimal. d. Stabilitas fisika Stabilitas fisika adalah sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman, kelarutan, dan viskositas tidak berubah. e. Stabilitas kimia Stabilitas kimia adalah secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan. f. Stabilitas mikrobiologi Stabilitas mikroba berarti tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme selama waktu edar. g. Stabilitas farmakologi Stabilitas farmakologi berarti selama penyimpanan dan pemakaian

efek

terapeutiknya harus tetap sama. h. Stabilitas toksikologi Stabilitas toksikologi berarti pada penyimpanan dan pemakaian tidak boleh ada kenaikan toksisitas.

2.4.2 Komponen Sediaan Tablet A. Zat aktif

Senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam (tumbuhan dan hewan ). Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan mempunyai sifat- sifat sebagai berikut : kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel, dengan semua eksipien, bentuk partikelnya baik, sifat alir baik, optimunmoisture content, kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai sifat organoleptis yang baik. B. Bahan pengikat Bahan yang melekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain sehingga membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap utuh terutama setelah pengeringan sampai proses percetakan. Contoh : PVP, mucilage amyly, gelatin, Ac- Di –Sol. C. Bahan pengisi Bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang sesuai dan mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlah paling banyak dibandingkan dengan bahan yang lain. Contoh : laktosa, starch 1500, maistarke, avicel. D. Bahan pelicin Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk tujuan- tujuan sebagai berikut : 1. Memperbaiki aliran granul agar daidapat bobot seragam. Contoh : talcum, Aerosil. 2. Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini lubrikan disebut antiadheren. Contoh : Mg stearate dan talcum. 3. Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakan, dalam hal ini lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearate. E. Bahan Pewarna Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. Pewarna

Nama Umum

Red 3

Erytrosine

Red 40

Allura red AC

Yellow 5

Tartrazine

Yellow 6

Sunset yellow

Blue 1

Brillian Blue

F. Bahan Pemanis

Berfungsi untuk menambahkan rasa manis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan untuk hancur atau larut dlam mulut. Pemanis Alami

Pemanis Buatan

Mannitol

Sakarin

Lactose

Siklamat

Sukrosa

Aspartame

G. Bahan Perasa Bahan perasa atau zat yang memperikan perasa buah yang dapat menarik perhatian anakanak, terhadap tablet kunyah. Dan memberikan rasa yang enak untuk pasien lasia yang mengkonsumsi tablet hisap. 2.4.3 Karakteristik Bahan

2.5 Tinjauan Produksi 2.5.1 Definisi Produksi adalah proses dan metode yang digunakan dalam transformasi yang nyata input ( bahan baku, setengah jadi barang, atau subassemblies ) dan tidak berwujud masukan ( ide, informasi, tahu bagaimana ) menjadi barang atau jasa, merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhanmanusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. 2.5.2 Tujuan Tujuan dilakukannya produksi adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan pasien Adanya produksi sediaan farmasi tentu untuk menjawab kebutuhan masyarakat mengenai obat-obatan. Tanpa adanya minat dan permintaan dari masyarakat, tentu saja produksi sediaan farmasi tidak akan dilakukan. b. Aplikasi gagasan baru

Dengan adanya produksi diharapkan bahwa akan muncul pengaplikasian dari gagasan-gagasan yang ada. Dengan dilakukannya produksi maka akan terlihat pengaplikasiaan dari suatu formula dan akan menambah beraneka ragam alternative pilihan masyarakat terhadap sediaan farmasi. c. Upgrade sediaan Dengan adanya produksi, tentu akan ada pengembangan-pengembangan baru terhadap sediaan farmasi. Setiap diadakan produksi pasti juga akan dibarengi dengan praformulasi baru atau membuat pembaharuan terhadap sediaan yang sudah ada. d. Upgrade teknologi farmasi Saat melakukan produksi tentu saja kita membutuhkan alat untuk mempermudah kita melakukan proses produksi. Dengan adanya produksi, maka kita akan lebih tau tentang perkembangan teknologi farmasi. e. Sarana evaluasi langsung Sarana evaluasi langsung maksudnya, kita dapat langsung menguji atau mengevaluasi sediaan kita. Dengan adanya produksi kita bisa langsung mengetahui bentuk jadi sediaan kita, setelah proses produksi selesai kita bisa langsung mengevaluasi sediaan yang kita buat secara real atau langsung, bukan hanya secara teori ataupun perkiraan. Dengan demikian, jika kita melakukan kesalahan atau ada kekurangan pada sediaan kita, bisa kita pahami letak kesalahannya dan bisa melakukan perbaikan di lain waktu. 2.5.3 Komponen A. Ruang Produksi Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi berbagai macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan spesifikasi khusus. Ruang produksi untuk pembuatan sediaan farmasi memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut: a) Kontruksi bangunan tahan terencana Maksudnya adalah sejak awal sudah ditentukan konsep awal untuk pembuatan bangunan yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan farmasi. Kontruksi untuk bangunan ini harus bisa tahan gempa dan ditempatkan ditempat yang aman, sehingga tidak akan mengganggu produksi. Jadi kontruksi bangunan harus di rencanakan sejak awal secara matang dan juga terencana sehingga tidak akan mengganggu proses produksi kelak.

b) Mendukung alur produksi one way Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur produksi secara berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap awal. Misalnya dalam ruang produksi pencampuran bahan dilakukan dari sebelah barat ke sebelah timur ruangan, ruangan harus memiliki tempat yang cukup mulai dari pencampuran bahan disebelah barat kemudian berurutan hingga proses akhir produksi berada di paling timur ruangan. c) Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk ruangan produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya mikroorganisme dalam ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang dalam proses produksinya harus dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi memang penting jika ruang produksi memiliki pengatur suhu, cahaya, tekanan dan higienitas. d) Ruang tidak bersudut Ruang yang tidak bersudut akan lebih mudah dibersihkan sehingga tidak akan ada debu, kotoran atau mikroorganisme yang akan bersarang disana. Dengan tidak adanya debu, kotoran dan mikroorganisme maka proses produksi akan lebih higienis. e) Berlapiskan epoksi Pori-pori dinding adalah tempat yang biasanya terdapat banyak bakteri atu mikroorganisme. Epoksi adalah sejenis cat yang digunakan untuk menutupi pori-pori permukaan dinding. Dengan memberikan epoksi pada dinding, berarti tidak akan ada pori-pori di lubang tembok dan tidak ada tempat lagi untuk bakteri atau mikroorganisme. f) Terdapat interlock door Maksud dari interlock door adalah jika pintu masuk dibuka, maka pintu keluar akan terkunci secara otomatis sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini dilakukan agar sirkulasi udara dalam ruangan dapat terjaga sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh bakteri yang terbawa dari luar. Macam-macam ruang produksi yang biasa digunakan untuk membuat sediaan farmasi adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan Kelas a) Ruang kelas I

Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan steril yang memiliki tingkatan kelas tertinggi. Terdapat empat ruang filter yaitu prefilter, medium filter, hipofilter dan LAF. b) Ruang kelas II Biasanya ruangan digunakan untuk penyiapan peralatan yang akan digunakan di ruang kelas I. c) Ruang kelas III Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan semi solid yang mudah terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme. d) Ruang kelas IV Biasanya ruangan yang digunakan untuk pembuatan sediaan serbuk dan kapsul.

b. Berdasarkan Label Warna a) Ruang kelas White Ruangan kelas White biasanya diberikan untuk ruang kelas I. b) Ruang Kelas Grey Ruangan kelas Grey biasanya diberikan untuk ruang kelas II dan III. c) Ruangan kelas Black Ruangan kelas Black biasanya diberikan untuk ruang kelas IV.

c. Berdasarkan Nomer Area a) Ruang kelas 100 Ruang kelas 100 diartikan bahwa hanya boleh ada 100 mikroorganisme non patogen dan 10 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruang kelas 100 diberikan untuk ruang kelas I. b) Ruang kelas 1.000 Ruang kelas 1.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 1.000 mikroorganisme non patogen dan 100 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruang kelas 1.000 diberikan untuk ruang kelas II. c) Ruang kelas 10.000 Ruang kelas 10.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 10.000 mikroorganisme non patogen dan 1.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 10.000 diberikan untuk kelas III. d) Ruang kelas 100.000

Ruang kelas 100.000 diartikan bahwa hanya ada boleh 10.000 mikroorganisme non patogen dan lebih dari 100.000 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 100.000 diberikan untuk kelas IV. B. Alat Produksi Alat produksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk membuat, mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan ruahan maupun sediaan jadi dengan fungsi dan standar tertentu. Alat produksi memiliki beberapa spesifikasi yaitu sebagai berikut: a. Inert atau netral Maksud dari inert dan netral adalah alat produksi yang digunakan tidak memengaruhi sediaan. Misalnya alat produksi yang berasal dari plastik yang dapat melepaskan zatzat berbahaya penyusun plastik yang dapat bereaksi dengan sediaan yang kita buat. Hal-hal seperti iniharus dihindari agar kualitas sediaan yang diproduksi tetap terjaga dengan baik. b. Fungsi tetap (stabil) Alat denga fungsi tetap (stabil) adalah alat produksi yang walaupun digunakan sampai 3 tahun tidak akan berubah atau berkurang dalam segi fungsi. Misalnya alat pencetak tablet yang mampu mencetak 2000 tablet perhari, akan tetap mampu mencetak 2000 tablet perhari dalam kurun waktu 3 tahun yang akan datang. c. Mudah dalam pengoperasian Tujuan utama dari penggunaan alat-alat produksi adalah memudahkan kita dalam pembuatan suatu sediaan. Alat yang digunakan pun harus mudah dalam pengoperasiaan karena bukan hanya satu atau dua orang yang akan menggunakannya melainkan beberapa orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga untuk pengoperasiaanya alat produksi diusahan semudah mungkin. d. Terstandar dan terkalibrasi (menyertakan fungsi sesuai dengan bahan baku) Alat produksi yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi haruslah sesuai dengan standar yang sudah ditentukan karena obat nantinya akan bereaksi dalam tubuh. Jika dalam proses pembuatannya tidak menggunakan alat yang terstandar maka akan menurunkan kualitas dari obat yang akan dihasilkan pula. e. Maintenence (perawatan) Alat produksi harus memiliki panduan perawatan karena perawatan adalah hal yang sangat penting. Ketahanan suatu alat juga bergantung dari cara perawatan alat itu

sendiri, sehingga alat produksi pun harus dirawat dengan baik agar fungsinya tetap terjaga. Penggolongan Alat Produksi Alat produksi juga memiliki macam-macam pengelompokan. Macam-macam alat produksi yaitu sebagai berikut: 1) Berdasarkan Kinerja Alat a) Alat manual

Alat manual yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala kecil misalnya adalah mortir. Namun alat manual jarang digunakan dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat manual hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan. (mortir) b) Alat otomatis

Alat otomatis yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi dalam skala industri. 2) Berdasarkan ukuran alat

a) Alat ringan Alat ringan yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala kecil, misalnya labu ukur. Namun alat ringan jarang digunakan dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat ringan hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan. b) Alat berat

Alat berat yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala industri seperti mixer untuk mencampurkan bahan. 3) Berdasarkan bahan a) Alat kaca

Alat yang terbuat dari kaca seperti labu ukur, tabung reaksi dan pipet tetes. b) Alat logam

Alat yang terbuat dari logam seperti timbangan dan anak timbang.

c) Alat porselin

Alat yang terbuat dari poeselin misalnya adalah cawan porselin. C. Personal Produksi Personal produksi adalah praktisi produksi yang mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan akhir membuat suatu sediaan farmasi yang terstandar. Karena tanggung jawab seorang praktisi, maka seorang praktisi harus memiliki persyaratan sebagai berikut: a. Sehat jasmani dan rohani Seorang praktisi haruslah sehat secara jasmani dan rohani, hal ini karena kebersihan dan kehigienisan ruangan saja sangat dijaga, apalagi untuk personal yang akan terjun langsung dalm pembuatan sediaan. Jika personal tidak memiliki kesehatan jasmani maupun rohani itu justru akan membahayakan orang lain baik dalam lingkup industri maupun masyarakat b. Lebih diutamakan pria Untuk praktisi dibidang farmasi, lebih diutamakan pria karena mayoritas wanita memakai berbagai macam kosmetik. Pemakaian kosmetik seperti bedak di wajah, tentu saja akan memengaruhi kualitas obat karena bedak juga mengandung zat-zat kimia yang mampu bereaksi dengan bahan yang digunakan untuk pembuatan obat. Sehingga lebih di utamakan pria sebagai seorang praktisi personal produksi. c. Kompeten (menguasai ilmu) Karena proses produksi sangat menentukan hasil ari sediaan yang akan dihasilkan, maka praktisi atau personal produksi pun harus berkompeten. Jika personal produksi

tidak memiliki kompetensi yang baik, tentu saja akan membahayakan masyarakat dan juga akan menyebabkan banyak kerugian. d. Menggunakan alat pelindung diri Dalam proses produksi, tentu kita akan berhadapan dengan berbagai bahan-bahan berbahaya dan terkena resiko kecelakaan kerja. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, tentu kita harus menggunakan alat pelindung diri sehingga resiko untuk terkena bahan kimia atau kecelakaan kerja bisa dinetralisir. e. Menguasai Grade Laboratori Practice (GLP), Grade Manufactoring Practice (GMP) dan Grade Selling Practice (GSP) Seorang personal produksi bukan hanya harus menguasai satu bidang, namun juga semua bidang produksi. Untuk standar industri, minimal personal produksi memiliki 2 keterampilan yaitu GLP dan GMP. Hal ini difungsikan agar personal produksi mampu mengkondisionalkan diri saat mereka berada di laboratorium maupun mengawasi secara langsung proses produksi. f. Memiliki sikap yang baik Sikap merupakan hal yang tidak boleh disepelekan oleh setiap personal produksi. Rasa tanggung jawab dan disiplin tinggi harus dimiliki oleh personal produksi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang besar atas hasil dari produksi. D. Metode Produksi Tablet 1) Granula Basah Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi masa lembab yang dapat di granulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya di tambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut di masukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan di masukkan secara terpisah. Cairan yang di tambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatan akan meningkat bila jumlah cairan yang di tambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tegangan kapiler paling

penting pada awal pada pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampurannya di lanjutkan sampai tercapai disperse yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan di beri tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul di ayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan di buat. Tahapan dari granula basah = campur kering, granula dengan penambahan larutan pengikat , pengeringan, pengayakan, campur massa, pencetakan. Keuntungan granula basah: a. Memperoleh aliran yang baik. b. Meningkatkan kompresibilitas. c. Mengontrol pelepasan. d. Memisah pencegahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi. Kerugian granula basah : a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi b. Biaya yang cukup tinggi c. Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. 2) Granula Kering Granulasi kering di sebut juga dengan slugging, yaitu partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya di pecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Ikatan di dapat melalui gaya. Pada proses ini komponen-komponen tablet di kompakan dengan mesin cetak tablet lalu di tekan ke dalam die dan di kompakan dengan puch sehingga di peroleh massa yang di sebut slug, prosesnya di sebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian di ayak dan di aduk untuk mendapatkan yang sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses di atas dapat di ulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga di lakukan pada mesin khusus yang di sebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuatbahan sekitar 500

kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan dengan yang lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir di antara penggiling. Tahapan : campur kering- pencetakan menjadi slug- pengayakan –campur massapencetakan. Keuntungan : a. Peralatan yang di gunakan lebih sedikit. b. Baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. c. Mempercepat waktu hancur. Kerugian : a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug b. Tidak dapat mendistribusikan warna yang seragam. c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang. 3) Kempa Langsung Pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipen kering tampa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode paling mudah, cepat, praktis dan mudah pengerjaannya, namun hanya dapat di gunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya Kristal dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian di cetak. Tahapan : Campur massa – pencetakan Keuntungan : a. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit b. Proses lebih sedikit dan tidak memakan waktu, tenaga, dan mesin yang banyak c. Dapat dgunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban d. Waktu hancur disolusinya lebih baik Kerugian :

a. Perbedaan ukuran partikelpada kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya. b. Dapat menyebabkan tidak keseragamanya kandungan zat aktif di dalam tablet, zat aktif dengan dosis yang besartidak mudah untuk di kempa lansung c. Sulit dalam pemilihan eksipien.

2.6 Tinjauan Evaluasi Evaluasi adalah tahapan akhir produksi di mana menekankan pada kegiatan pemastian dan pemeriksaan sediaan telah sesuai dengan spesifikasi mutu standar sediaan baik secara nasional maupun internasional. 2.6.1 Tujuan Tujuan dilakukannya evaluasi pada sediaan adalah sebagai berikut: a. Pemastian mutu sediaan Evaluasi bertujuan untuk memastikan mutu dari sediaan yang diproduksi, baik itu dimulai dari pemilihan bahan sampai dengan hasil jadi sediaan tersebut. Dengan melakukan evaluasi kita dapat mengetahui kualitas mutu dari sediaan yang kita buat. Jika kita memiliki sediaan yang memiliki kualitas baik, maka kita kemungkinan besar sediaan kita akan diterima dengan baik dipasaran. b. Estimasi efek terapi bisa diketahui Dengan melakukan evaluasi, biasanya ddengan melakukan evaluasi sediaan yang sudah diprosuksi, kita akan mengetahui seberapa besar efek terapi yang akan dihasilkan oleh sediaan kita terhadap tubuh pasien. Kita akan mengetahui bahwa sediaan kita sudah memenuhi dosis yang tepat atau belum. Jika kita tidak melakukan evaluasi terhadap sediaan, dikhawatirkan obat akan memberikan efek samping yang berbahaya akibat ketidaktahuan akan efek terapi yang diberikan. c. Dasar tindakan reformulasi Dengan dilakukan evaluasi, kita akn mengetahui kekurangan-kekurangan sediaan yang kita buat. Sehingga kita akan bisa melakuka reformulasi untuk memperbaiki sediaan kita. Jika kita tidak melakukan evaluasi, kita tidak akan tahu letak kesalahan kita dan kita tidak tahu solusi untuk memperbaiki sediaan kita. d. Dasar pengembangan produk Bukan hanya kekrangan yang akan kita ketahui saat melakukan evaluasi, kelebihan dari suatu sediaan pun akan kita ketahui. Dengan mengetahui kelebihan dari sediaan kita, misalnya saat pemilihan bahan, kita bisa mengaplikasikan kelebihan itu kepada

sediaan lainnya, sehingga kita dapat melakukan pengembangan produk farmasi menjadi lebih baik lagi. 2.6.2 Penggolongan Secara umum, penggolongan evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu: A. Berdasarkan Tahapan Produksi Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tahapan produksi adalah evaluasi yang menekankan pada tahapan atau proses yang dilakukan sebelum produksi, saat produksi dan setelah produksi. a. Pre produksi Evaluasi pada tahap pre produksi adalah evaluasi yang dilakukan pada bahan yang akan dibuat. Biasanya meliputi identifikasi bahan, interaksi bahan terhadapa bahan lain dan stabilitas fisik dari bahan. Misalnya pada tahap praformulasi terdapat kendala-kendala untuk pemilihan bahan sehingga kita harus mengevaluasi karakteristik bahan. b. In Process Control Evaluasi pada saat proses produksi adalah evaluasi yang lebih menekankan pada saat pembuatan sediaan. Jadi kita mengevaluasi dari cara-cara atau prosedur saat melakukan produksi. Misalnya keakuratan penimbangan bahan dan kinerja alat produksi. c. Post produksi Evaluasi ini adalah evaluasi yang menekankan evaluasi pada sediaan yang sudah jadi. Misalnya pada uji organolepttis, keseragaman bobot dan kekentalan. B. Berdasarkan Objek Sediaan Berdasarkan pada objek sediaan, maka evaluasi dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: a. Bahan awal Evaluasi yang dilakukan pada bahan awal adalah evaluasi yang menekankan pada objek bahan yang digunakan, mulai dari karakteristik bahan sampai dengan tingkat kelarutan dan titik didih bahan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah adanya bahan yang rusak karena memiliki karakteristik yang tidak sesuai dengan sediaan yang akan dibuat. b. Ruahan Evaluasi pada objek sediaan ruahan adalah evaluasi bahan saat sedang dibuat menjadi bentuk sediaan setengah jadi. Untuk sediaan suspensi, evaluasi pada

tahap ruahan atau sediaan setengah jadi adalah saat bahan-bahan obat bercampur membentuk mucilago. Saat dalam fase mucilago inilah dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian terhadap syarat-syarat mucilago yang baik. c. Sediaan jadi Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi yang ditekankan pada bentuk sediaan jadinya, seperti pada suspensi evaluasi sediaan jadi yang dilakukan adalah homogenitas, viskositas dan juga kecepatan terdispersi kembali. C. Berdasarkan Tujuan Evaluasi Berdasarkan tujuan evaluasinya, evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut: a. Efektivitas Evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas adalah evaluasi yang dilakukan dengan berfokus pada efektivitas atau kemampuan obat untuk memberikan efek terapi terhadap tubuh. b. Mutu fisik Mutu fisik menjadi penggolongan evaluasi karena dalam evaluasi mutu fisik kita bisa mengetahui kualitas sediaan kita secara

langsung, mulai dari

homogenitas sampai kekentalan sediaan. c. Sterilitas Evaluasi terhadap sterilitas berguna untuk mengetahui tingkat sterilitas sediaan yang sudah dibuat. Hal ini untuk mengetahui sampai berapa lama obat mampu bertahan tanpa ditumbuhi oleh mikroorganisme. d. Kimia Evaluasi kimia meliputi interaksi antara satu bahan dengan bahan. Dengan melakukan evaluasi kimia, kita dapat mengertahui rencana kerja obat dalam tubuhh manusia nantinya. Dengan mengetahui evaluasi ini juga kita bisa menghindari reaksi-reaksi kimia antara obat satu dengan obat yang lain. 2.6.3 Evaluasi Sediaan Tablet 1. Uji Keseragaman Fisik Mengamati penampilan fisik seluruh tablet hisap allopurinol yang dihasilkan, antara lain tidak ada capping, cracking, picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan tablet. 2. Uji Keseragaman Ukuran Ukuran tablet berhubungan dengan volume granul yang diisikan pada cetakan. 3. Uji Keseragaman Bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. 4. Uji Kekerasan Digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak rapuh dan terlalu keras. Kekerasan tablet erat kaitanya dengan ketebalan tablet, bobot dan waktu hancur tablet. Uji kekerasan juga dilakukan untuk menjamin agar tablert tidak hancur mulai dari pengemasan, pengangkutan, penyimpanan, sampai ke tangan konsumen dan sebagai jaminan tablet hancur pada saat pemakaian. 5. Uji Kerapuhan Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman 6. Uji Waktu Hancur Dilakukan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi, kecuali dalam etiket dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet hisap atau kunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu, atau melepaskan obat dalam dua periode. Waktu hancur tablet berkaitan dengan cepat lambatnya waktu obat memberikan efek terapi.

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Formulasi Standart TiapTablet mengandung : Ibuprofen

200 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya

3.2 Rancangan Formulasi Ibuprofen CMC Na Magnesium Stearat Sunset yellow Talk Amylum manihot Lactosa

200 mg 5% 2% 1% 5% 7% 500 mg

ad

3.3 Perhitungan Bahan Tablet ibuprofen dibuat dalam bentuk tablet dengan bobot sebesar 500 mg dengan konsentrasi 200 mg. Maka perhitungan bahannya untuk 1 tablet adalah sebagai berikut : a. Ibuprofen

= 200 mg

b. Cmc-Na

= 100 x 500 mg = 25 mg

5 2

c. Magnesium Stearat = 100 x 500 mg = 10 mg 1

d. Sunset Yellow

= 100 x 500 mg = 5 mg

e. Talk

= 100 x 500 mg = 25 mg

f. Amylum manihot

= 100 x 500 mg = 35 mg

g. Lactosa

= 500 mg – 300 mg = 200 mg

5 7

Perhitungan bahan untuk pembuatan tablet sebanyak 300 tablet. a. Ibuprofen

= 200 mg x 300

= 60.000 mg = 60 g

b. Cmc-Na

= 25 mg x 300

= 7500 mg

= 7,5 g

c. Magnesium Stearat = 10 mg x 300

= 3000 mg

=3g

d. Sunset Yellow

= 5 mg x 300

= 1500 mg

= 1,5 g

e. Talk

= 25 mg x 300

= 7500 mg

= 7,5 g

f. Amylum manihot

= 35 mg x 300

= 10.500 mg = 10,5 g

g. Lactosa

= 200 mg x 300

= 60.000mg

= 60 g

3.4 Perhitungan Dosis Berikut ini adalah perhitungan dosis efektif untuk zat aktif Allopurinol : Diketahui : 

t ½ Ibuprofen = 2-4 jam



dosis resep = 100 mg

ditanya : Dosis Efektif ? jawab : 1

Dosis efektif = = =

1 ( 𝑥 2

1𝑡2 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠)𝑥 2

𝑥 100 %

100 1 2

( 𝑥 400 𝑚𝑔)𝑥

1(2) 𝑥 100 % 2

100 1 4

200 𝑚𝑔 𝑥 𝑥 100 % 100

= 50 % Hasil nya sudah efektif, sesuai dengan ketentuan bahwa dosis efektif yaitu 50 % ≤ x ≤ 100% 3.5 Perincian Alat dan Bahan Alat a. Timbangan analitik b. Ayakan c. Oven listrik d. Mixing e. Single punch table pres f. Hardness tester g. Friability tester h. Disintegration tester i. Dissolution tester Bahan

a. Ibuprofen b. Lactose c. Sunset yellow d. CMC- Na e. Amylum manihot f. Magnesium Stearat g. Talk

3.6 Prosedur Pembuatan Pembuatan tablet ibuprofen menggunakan metode granulasi basah. 1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2) Timbang semua bahan aktif dan bahan tambahan untuk pembuatan tablet sebanyak 300 tablet. 3) Pembuatan Fase dalam A. Proses Mixing a. Siapkan wadah mixing b. Dimasukkan Ibuprofen, lactosa, Amylum manihot kedalam wadah mixing c. Dicampurkan semua bahan ad homogen B. Pembuatan Larutan Pengikat a. Ditimbang CMC-Na b. Dimasukkan ke dalam gelas kaca c. Ditambahkan air panas secukupnya untuk melarutkan, diaduk hingga larut sempurna dengan batang pengaduk dan membentuk mucilago d. Masukkan pewarna, campur ad homogen. C. Proses Granulasi a. Bahan yang sudah dimixing tadi ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan b. diukur kelembapan serbuk, jika belum sesuai ditambahkan aquades hingga sesuai c. masukkan serbuk pada mesin granulasi D. Proses Pengayakan Granul yang sudah dibentuk kemudian diayak menggunakan ayakan nomor 10 E. Proses Pengeringan a. Granul ditempatkan dalam loyang yang dialasi kertas b. Dimasukkan ke dalam oven dengan tempratur 37oC

4) Fase Luar a. Setelah granul kering, dimasukkan granul kedalam toples b. Ditambahkan talk dan magnesium stearate c. Dicampur perlahan hingga semua granul terlapisi talk dan magnesium stearate d. Dicetak menggunakan mesin pencetak tablet single punch.

3.7 Prosedur Evaluasi 3.7.1 Evaluasi Granul A. Susut pengeringan a. Ditimbang menggunakan Loyang kosong, dicatat hasilnya b. Ditimbang Loyang + Granul basah menggunakan neraca analitik, dicatat hasilnya c. Dioven granul + Loyang d. Dihitung susut pengeringan granul, hingga kadar kadar air granul maksimal 5% B. Uji waktu Alir a. Ambil granul tablet kemudian masukkan dalam corong (150 g) b. Tutup bagian bawah corong c. Nyalakan stopwatch. d. Lepas tutup pada bagian bawah corong. e. Catat waktu yang di tempuh granul yang melewati corong (waktu alir tidak lebih dari 10 detik). C. Uji pembentukan sudut a. Granul yang telah melewati corong akan membentuk gundukan seperti gunung. b. Ukur tinggi tumpukan granul (h). c. Ukur jari-jari tumpukan granul (r). d. Hitung besar sudut yang di bentukdengan rumus : Tan α = h/r D. Uji kompresibilitas/ kemampatan a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur. b. Ukur tinggi awal dari granul. c. Ketuk gelas ukur sampai tidak terjadi perubahan tinggi. d. Ukur tinggi akhir granul. e. Hitung presentase nilai kemampatannya dari selisih tinggi akhir dan tinggi awal. f. Hitung kompresibilitas dengan rumus : Kompresibilitas = (Vi – V0) x 100 % Keterangan V0 = Volume awal granul

Vi = Volume granul setelah diketukkan Tabel kompresibilitas dan daya alir. (Lachman, 1989 : 400) % Kompresibilitas

Daya Alir

5- 15

Baik sekali

12- 16

Baik

18 – 21

Sedang –sedang lewat

23 -35

Buruk

33 – 38

Sangat buruk

>40

Sangat buruk sekali

3.7.2 Pengujian Uji Mutu Fisik Tablet 1. Uji keseragaman bobot a. Ambil 20 butir tablet b. Ditimbang satu per Satu. c. Dihitung rata- rata tablet. 2. Uji kekerasan a. Ambil 5 tablet. b. Diletakkan di tengah dan tegak lurus dengan plan penekan haerdness tester. c. Atur skala pada skala 0 kemudian putar pelan- pelan sampai tablet pecah. 3. Uji Waktu hancur a. Ambil 6 tablet b. Ambil kira – kira 1,5 L air kemudian dipanaskan pada suhu 37℃ selama 15 menit. c. Masukkan masing- masing tablet pada alat disintegrator. d. Masukkan pda air yang sudah dipanaskan. e. Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada tabung disintegrator telarut sempurna. 4. Uji kerapuhan. a. Di timbang 20 tablet bersama- sama kemudian masukkan ke dalam alat friabilitor. b. Tunggu sampai 100 putaran. c. Kemudian tablet di ambil dan di timbang.

d. Hitung kerapuhan tablet. 5. Uji keseragaman ukuran a. Di ambil 10 tablet. b. Hitung diameter dan ketebalan dari masing – masing tablet dengan menggunakan jangka sorong. c. Amati dan catat hasilnya. 6. Uji keseragaman bentuk 7. Uji Organoleptis Penampilan fisik tablet yang diamati meliputi tidak ada capping, cracking, picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan. 8. Uji Disolusi

Related Documents

Tablet Aspirin.docx
December 2019 20
Laporan Tablet
October 2019 39
Graphics Tablet
April 2020 23
Tablet Hisap
July 2020 16
Tablet Problems
November 2019 41
Tablet Granulation
June 2020 27

More Documents from "Anup Bajracharya"

Novi.docx
June 2020 16
Novi.docx
June 2020 17
Tetes Mata.docx
June 2020 36
Tetes Mata-3.docx
June 2020 24