Summary Kti Hipertensi.docx

  • Uploaded by: febi sagitaria
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Summary Kti Hipertensi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,053
  • Pages: 4
SUMMARY Saat ini masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Penyebabnya diduga akibat perubahan gaya hidup, pola makan, faktor lingkungan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor stress. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang tidak diketahui, yaitu keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian saat ini adalah hipertensi. Dalam Sustainable Development Goals (SDGs), hipertensi termasuk dalam tujuan ke-3 indikator 3.4.1. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Kejadian hipertensi di Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan, menurut Riskesdas 2018 pada tahun 2013 penduduk Indonesia berumur 18> terdiagnosis hipertensi sebanyak 25,8% sedangkan pada tahun 2018 angka hipertensi naik menjadi 34,1%. Menurut dinas kesehatan kota Padang 2017, Hipertensi menjadi trend nomor 2 pada tahun 2015 mencapai angka 47.902 orang dan meningkat pada tahun 2017 menjadi 52.825 orang. Hipertensi disebabkan karena beberapa factor seperti umur, jenis kelamin, gaya hidup, pola makan, faktor lingkungan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor stress. Komplikasi yang dapat muncul adalah stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu sehingga sering disebut sebagai silent killer. Dimasyarakat budaya melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin masih kurang untuk dilaksanakan ini dikarenakan fasilitas kesehatan yang jauh,

kurangnya motivasi untuk pencegahan penyakit, atau tidak mengetahui bahanya masalah tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu POKAT HIPER memberikan solusi yang efektif. POKAT HIPER (Program Anti Hipertensi) adalah pengembangan tugas puskesmas dalam pencegahan dan pengendalian penyakit dimasyarakat. Program ini langsung dibawah naungan puskesmas. Kader dibentuk oleh puskesmas dan dilatih untuk memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan melakukan pengecekan tekanan darah ketiap kerumah warga. Terdapat 3 tahap pembentukan kader : Retrained, pertama adalah tahap Recruitment dimana kader mendaftar dan selanjutnya diseleksi sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Tahap kedua adalah Training, yaitu kader diberikan pelatihan mengenai sosialisasi untuk penyuluhan dan dilatih oleh petugas puskesmas untuk melakukan pengukuran tekanan darah. Tahap ketiga adalah inaugurated, kader dilantik oleh puskesmas dan dinas kesehatan. Ini bertujuan agar kader lebih mempunyai kepercayaan diri karna sudah memegang tugas secara resmi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Selanjutnya masuk ketahap pelaksanaan, dimulai dengan door to door dimana kader berkunjung ke tiap rumah warga setelah mantap diberikan pelatihan, kemudian kader melakukan pengkajian pengetahuan sasaran mengenai hipertensi, melakukan penyuluhan dan melakukan pengukuran tekanan darah. Apabila terdapat kasus hipertensi saat melakukan kunjungan, kader akan melaporkan kepuskesmas agar ditindak lanjuti. Program ini sangat efektif karena memberikan banyak manfaat kepada masyarakat, puskesmas dan pemerintah serta sangat praktis dalam pelaksanaannya.

Currently health problems have shifted from infectious diseases to degenerative diseases. The cause is thought to be due to changes in lifestyle, diet, environmental factors, lack of physical activity and stress factors. Degenerative or non-communicable diseases are terms that are medically used to explain the process of deteriorating nerve cell function without unknown causes, namely the previous normal state to a worse state. One of the degenerative diseases of concern at this time is hypertension. In the Sustainable Development Goals (SDGs), hypertension is included in the third objective of the indicator 3.4.1. Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than 140 mmHg and a diastolic pressure of more than 90 mmHg. Based on WHO data in 2015 shows that around 1.13 billion people in the world suffer from hypertension. That is, 1 in 3 people in the world are diagnosed with hypertension, only 36.8% of them take medication. The incidence of hypertension in Indonesia in recent years has increased, according to Riskesdas 2018 in 2013 Indonesia's population aged 18> diagnosed with hypertension as much as 25.8% while in 2018 the rate of hypertension rose to 34.1%. According to the health office of the city of Padang in 2017, Hypertension is the number 2 trend in 2015 reaching 47,902 people and increasing in 2017 to 52,825 people. Hypertension is caused by several factors such as age, gender, lifestyle, diet, environmental factors, lack of physical activity and stress factors. Complications that can arise are strokes, heart weakness, coronary heart disease (CHD), kidney disorders and others that result in weakness of functions of vital organs such as the brain, kidney and heart which can result in disability and even death. In most cases, hypertension is detected during a physical examination for reasons of certain diseases so that it is often referred to as the silent killer. In the cultural community routine blood pressure measurements are still lacking to be carried out because of far-reaching health facilities, lack of motivation to prevent disease, or not knowing the danger of high blood pressure problems. Therefore POKAT HIPER provides an effective solution. POKAT HIPER (Anti Hypertension Program) is the development of the task of puskesmas in the prevention and control of diseases in the community.

This program is directly under the auspices of the puskesmas. Cadres are formed by puskesmas and are trained to provide counseling about hypertension and to check blood pressure at home. There are 3 stages of formation of cadres: Retrained, first is the Recruitment stage where cadres register and then are selected according to the criteria that have been set. The second stage is Training, where cadres are given training on socialization for counseling and are trained by puskesmas officers to take blood pressure measurements. The third stage is inaugurated, cadres are appointed by puskesmas and health services. It is intended that the cadres have more confidence because they have held official duties and increased public trust. Furthermore, in the implementation phase, starting with door-to-door where cadres visit each house after being given training, the cadres conduct an assessment of target knowledge regarding hypertension, conduct counseling and take blood pressure measurements. If there are cases of hypertension during a visit, the cadre will report the kepuskesmas to be followed up. This program is very effective because it provides many benefits to the community, health center and government and is very practical in its implementation.

Related Documents

Summary Kti Hipertensi.docx
December 2019 23
Kti
October 2019 77
Kti
June 2020 39
Kti Penghijauan.docx
December 2019 12
Kti David.docx
June 2020 15
Kti Fisika.docx
October 2019 25

More Documents from "Ikhsanady"

Summary Kti Hipertensi.docx
December 2019 23
Bab 1.docx
December 2019 17
Siemens S7-300 Cpu.pdf
June 2020 22
Budaya Organisasi
August 2019 41
Bukti Penyerahan Tugas.doc
December 2019 22