Sukses Emosional Saya Saya memiliki teman yang cuma dengan melihatnya saja telah membuat saya menjadi lelah. Teman ini jika hendak berangkat pergi paling terlihat terburu-buru tetapi jika telah tiba di tujuan ingin buru-buru kembali. Padahal tidak ada sesuatu yang genting. Tidak pula ia ditunggu seseorang, tidak pula dia dikejar waktu. Yang selama ini mengejarnya tak lebih dari perasaanya sendiri. Tetapi begitulah sebetulnya perasaan kita pada umumnya, tak terkecuali saya. Selalu ada watak buruburu meskipun tidak ada yang memburu. Perasaan seperti ini, jika tidak dikendalikan akan sangat melelahkan. Dan saya kenyang menderita kelelahan oleh sebab yang entah itu. Akhirnya saya segera menyapa kecerdasan emosional saya untuk datang membantu. Ini sebuah kecerdasan yang tidak istimewa karena setiap dari kita memilikinya. Kecerdasan ini sanggup meringankan seluruh beban persoalan karena setiap beban ternyata bisa ditafsir ulang. Hari itu, misalnya, saya tidak menyangka jika kepergian kami ke sebuah keramaian cuma akan berakhir di kekacuan. Sopir kami, seorang yang telah kami anggap keluarga sendiri, kami biarkan mencari tempat parkir semaunya, karena dengan handphone, kami bisa berkoordinasi kapan saja. Sikap gampangan ini ternyata berbahaya karena kami lupa menghitung, bahwa handpohne yang dibawa Pak Sopir, ternyata cuma menyisakan sedikit baterai saja. Maka tepat ketika kami berpisah itulah, baterai itu ada di titik akhirnya. Dan seterusnya, hubungan kami berdua gelap total. Kami seperti pesawat terbang tanpa radar. Sesungguhnya dekat tapi tak saling melihat. Maka ketika kami sudah rampung beracara, keadaan menjadi tidak bermutu. Kami menunggu seseorang yang tidak sadar ditunggu. Jika dibiarkan sama-sama menunggu, sampai kiamat tiba pun semua akan tetap berada di tempat itu. Meskipun kami masih berada di kota kami sindiri, tempat itu terlalu luas untuk kami telusuri. Ada ribuan mobil berserakan. Baru melihatnya saja kami sudah pening kepala, apalagi jika harus menelusurinya satu persatu. Tetapi jika sama sekali tidak berusaha, keadaan pasti akan tambah buruk belaka. Jadilah kami semua bergiliran mencari di mana gerangan Pak Sopir kami. Semua telah mendapat giliran, tetapi gaya parkir sopir kami seperti sengaja memilih di dasar bumi. Selanjutnya kami cuma bisa lelah dan gemetaran karena terlalu banyak mencari dan berjalan. Setelah lewat sekian jam harus menjalani ketidak pastian, jebol juga kesabaran kami. Muka istri sudah mengekerut sedemikian rupa. Anak-anak sudah pucat dan kehilangan kata-kata dan saya sendiri hampir meledak dalam kemarahan demi melihat waktu terbuang percuma. Tetapi sebelum semuanya berjalan lebih buruk saya menoleh pada kecerdasan emosional saya itu. Itulah kecerdasan yang amat pintar memanipulasi keadaan dengan sudut pandang baru. Inilah uji cobanya. Saya mulai dari mengumpulkan anak-anak saya yang telah loyo itu. Pertama saya meminta mereka membayangkan jika seandainya kejadian ini tidak berlangsung di kota sendiri, melainkan di luar negeri, tempat yang bukan cuma jauh tetapi juga asing. Permintaan ini langsung menumbuhkan sorot mata yang berbeda dari mereka. Meskipun mereka telah lelah dan marah, tetapi mereka toh tidak terlalu jauh dari rumah. Jika mau, soal ini selesai cukup dengan cara naik taksi. Saya melihat energi mereka muncul kembali dan itulah saat untuk meneruskan permainan ini. Saya meminta mereka membayangkan soal lanjutannya, yakni seandainya mereka bukan cuma jauh tapi juga sendiri, tanpa teman, tanpa orang tua dan harus menghadapi kesulitannya seorang diri. Saya meminta mereka menyusun skenario, sekaligus memprakteknnya. Hasilnya ajaib, anak-anak saya itu segera berembuk, menghubungi petugas keamanan, menyisir lokasi dan melakukan pencarian sambil membayangkan sebagai detektif yang
harus memecahkan misteri. Tak sia-sia, sopir kami ketemu juga dalam keadaan yang sama parahnya: nafasnya memburu, sibuk berputar kesana-kemari dan akhirnya bertabrakan di sebuah lokasi. Akhirnya kami pulang dengan perasaan gembira. Anak-anak bangga dengan keberhasilannya sebagai detektif, orang tua ini gembira demi melihat anak-anaknya lulus ujian dan sopir kami juga gembira karena kembali menemukan majikan! (Prie GS/CN09)