MAKALAH “TEOLOGI ISLAM”
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam (Lanjutan) Disusun oleh : (Kelompok 1) 1. Chaironi Fajrin 11180510000054 2. Afriza Irma Della 11180510000048 3. Puspa Sari 11180510000005 4. Rijalul Rahman 11180510000015 5. Mohamad Hafiz 11180510000117
6. Hanna Dosen Pengempu: Dr. A. Ilyas Ismail, MA PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW. kepada sahabat-sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman. Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan kegigihan dan keikhlasannya membimbing kami sehingga kami bisa mengetahui sedikit demi sedikit apa yang sebelumnya kami tidak ketahui. Juga tak lupa teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, 18 Maret 2019
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. L a t a r B e l a k a n g Ilmu teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Tuhan dan segala yang berkaitan dengan-Nya. Ilmu teologi termasuk salah satu nama lain dari ilmu kalam. Nama-nama lain dari ilmu kalam selain teologi islam adalah ilmu tauhid, aa’id dan ushuluddin. Banyak sekali masyarakat umum yang beragama islam tidak mengetahui tentang pengetahuan dari agama yang mereka anut, terutama muslim. Maka dari itu, kami sebagai penulis membuat makalah ini agar masyarakat bisa lebih memahami arti dari keyakinan kita terhadap islam dan juga bisa mengenal tuhan kita yaitu Allah SWT secara lebih mendalam.
B. Rumusan Masalah a) b) c) d) e)
Mengetahui pengertian dari teologi islam Mengetahui perbedaan antara ilmu teologi dengan ilmu-ilmu lainnya Mengetahui sejarah adanya teologi dalam islam Mengetahui pokok-pokok masalah dalam teologi islam Mengetahui cara dalam menyikapi perbedaan dalam teologi islam
C. T u j u a n M a k a l a h Setelah terselesaikannya makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan lebih memahami lagi apa itu teologi islam, perbedaannya dengan ilmuilmu yang lain serta masalah-masalah yang ada didalamnya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam Teologi menurut bahasa yunani yaitu theologia. Yang tersusun dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan. Menurut William L.Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu theology yang artinya discourse or reason concerning god (diskursus atau pemikiran tentangtuhan) dengan kata-kata ini Reese lebih jauh mengatakan, “teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove menguatkan bahwa teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.1 Sedangkan pengertian teologi islam secara terminologi terdapat berbagai perbedaan. Menurut Abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait dengan-Nya secara rasional. Muhammad Abduh : “ Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada- Nya, sifatsifat yang sama sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka,meyakinkan apa yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka”.2 B. Perbedaan Teologi dengan Ilmu Tauhid, Aqidah,Keimanan danUshuluddin 1. Akidah Akidah berasal dari kata aqad berarti pengikatan. Akidah adalah apa yang diyakini seorang. Jika dikatakan, : dia mempunyai aqidah yang benar”, berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu. Adapun makna Akidah secara Syara’ adalah iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab -Nya, para rasul-Nya, hari akhir, serta kepada qadar baik dan qadar buruk.3 Akidah juga dapat dimaksudkan sebagai pendapat dan fikiran atau panutan yang mempengaruhi jiwa manusia, lalu menjadi sebagai suatu suku dari manusia sendiri, dibela dan dipertahankan bahwa hal itu adalah benar. Harus dipertahankan dan diperkembangkan.4
1 2
3
4
Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu kalan, (Pustaka Setia: Bandung, 2006), Cet II, hlm. 14 Muhammad Abduh, Risalah tauhid, terj, Firdaus A.N, (Bulan Bintang: Jakarta, 1979) , hlm. 36 http://fzil.wordpress.com/2011/04/28/ilmu-kalam-ilmu-akidah-ilmu-tauhid/
Drs. h. Salihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam , 1996, hal. 6-7
Syekh Tahir Al Jazairy (1851-1919) menerangkan bahwa: “Akidah islam ialah halhal yang diyakini oleh orang-ornagislam,artinya mereka menetapkan aataas kebenarannya.”5 Tiap-tiap manusia mempunyai beberapa i’tikad sedikit ataupun banyak. Semakin banyak pengalamannya semakin subur ma’firaatnya. Semakin bertambah ilmunya semakin bertambah pula i’tikadnya.6 Akidah yang benar hanya satu, yaitu akidah yang sesuai dengan akidah Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Akidah Ahlussunnah Wal Jamah adalah yang sesuai dengan akidah Rasulllah SAW dan akidah para sahabatnya.7 2. Ushuluddin Ilmu Ushuluddin adalah ilmu yang membahas pokok-pokok (dasar) agama, yaitu akidah, tauhid, dan I’tikad (keyakinan) tentang rukun Iman yang enam, beriman kepada: 8 a) Allah SWT b) Al-Qur’an dan kitab-kitab suci samawi c) Nabi Muhammad dan para Rasul d) Para Malaikat e) Perkara ghaib f) Takdir baik dan burukMenurut ulama-ulama Ahli Sunnah.8 “Ilmu Ushuluddin ialah ilmu yang membahas padanya tentang prinsip- prinsip kepercayaan agama dengaan dalil-dalil yang qath’I (Al -Qurandan hadis mutawatir) dan dalil-dalil akal fikiran.”9 Sebutan lain bagi Ilmu Ushuludin adalah Ilmu Teologi (Ketuhanan), karena membahas tentang ke-Tauhidan (ke-Esaan) Allah, sifat, dan asma (nama) Allah.10 Sebutan lain yang lebih populer adalah Ilmu Kalam karena bahasan yang sedang ramai dibahas pada saat lahirnya Ilmu Kalam adalah masalah kalam (firman Allah). Disamping itu, pembahasan ilmu ini menggunakan metode ilmu mantiq (logika) sedangkan kata mantiq secara etomologi sinonim dengan kalam. 3. Teologi Teologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Theos” yang berarti Tuhan dan “Logos” yang berarti Ilmu, Jadi bila diartikan teologi adalah Ilmu tentang Tuhan, yaitu suatu pengetahuan yang menyelidiki tentang Tuhan dari perspektif akal atau pikiran, seperti kebenaran adanya tuhan, bagaimana sifat dan kehendak tuhan, dan lain sebagainya.
5
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, 1992, hal. 42
6
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/Kalam, 1992, hal. 42 H. M. Daud Zamzami, dkk, pemikiran Ulama Dayah Aceh, 2007, hal6.
7
8
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu%20Ushuludin.htm
9
Drs. H. Salihun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, 1996, hal. 6 http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu%20Ushuludin.htm
10
Dengan kata lain, Teologi adalah pengetahuan tentang Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan, baik disandarkan kepada wahyu maupun disandarkan pada penyelidikan akal pikiran. Teologi Islam atau Ilmu Tauhid memiliki banyak pengertian yang telah diterangkan oleh beberapa teolog dan tokoh-tokoh pemikir Islam. 4. Tauhid Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Mengamalkan tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim.11 Tauhid menurut salaafi dibagi menjadi 3 macam, yakni: 1) Rububiyah Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam Q.S Az-Zumar ayat 62: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” Hal seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. 2) Uluhiyah Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesuai dengan fiman Allah dalamQ.S Ali-Imran ayat 18: “Allah menyatakan bahwa tida ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikatdan orang orangyaang berilmu (juga menyatak demikian).Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha perkasa lagi maha Bijaksana.” 3) Asma wa Sifat Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma’ulhusna) yang sesuai dengan keagungan-Nya. 4) Ilmu kalam atau Keimanan Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/membahastentang masalah ketuhanan/ketauhidan (meng-Esakan Tuhan), atau kalam menurut loghatnya ialah omongan atau perkataan. Sedangkan menurut istilah Ilmu Kalam ialah sebagai berikut: a) Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu Kalam ialah ilmu yang berisi alasan – alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepecayaan aliran golongan salafdan ahli sunah b) Menurut Husain Tripoli, Ilmu Kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan agama Islam dengan bukti- bukti yang yakin c) Menurut Syekh Muhammad Abduh, definisi Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz bagi-Nya dan tentang sifat-sifat yang ditiadakan dari-Nya dan juga tentang rasul-rasul Allah baik mengenai sifat wajib, jaiz dan mustahil dari mereka d) Menurut Al-Farabi, definisi Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam e) Menurut Musthafa Abdul Razak , Ilmu Kalam ialah ilmu yang berkaitan dengan akidah imani yang di bangun dengan argumentasi-argumentasi rasional 11
http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid
Adanya nas-nas yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga datang orang- orang yang mengumpulkan ayat tersebut dan memfilsafatinya. Contohnya; adanya ayat-ayat yang menunjukkan adanya paksaan (jabr), (Q.S. Al-Baqarah(2): 6, Al-Muddsir(74):17
C. Sejarah Lahirnya Teologi Islam Setelah ‘Usman wafat “ali, sebagai calon terkuat, menjadi khalifah yang keempat. Tetapi segera ia mendapatkan tantangan dari pemuka- pemuka yang ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang mendapat sokongan dari ‘Aisyah. Tantangan dari ‘Aisyah – Talhah – Zubeir ini dipatahkan ‘Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656.Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan ‘Aisyah dikirim kembali ke Mekkah. Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah, Gubernur Damaskus dan keluarga yang dekat bagi ‘Usman. Sebagaimana halnya Talhah danZubeir, ia tak mau mengakui ‘Ali sebagai khalifah. Ia menuntut kepada‘Ali supaya menghukum pembunuh - pembunuh ‘Usman, bahkan ia menuduh ‘Ali turut campur dalam soal pembunuhan itu.12 Salah seorang pemuka pemberontak-pemberotak Mesir, yang datang ke Madinah dan kemudian membunuh ‘Usman adalah Muhammad Ibn Abi Bakar, anak angkat dari ‘Ali Ibn Abi Talib. Dan pula ‘Ali tidak mengambil tindakan keras terhadap pemberontakpemberontak itu, bahkan Muhammad Ibn Abu Bakar diangkat menjadi Gubernur Mesir. Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di Siffin, tentara Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah sehingga yang tersebut akhir ini bersiap-siap untuk lari. Tetapi tangan kanan Mu’awiyah,‘Amr Ibn al-‘As yang terkenal sebagai orang licik, minta berdamai dengan mengangkat al-Qur’an ke atas. Qurra’ yang ada di pihak ‘Ali mendesak‘ali supaya menerima tawaran itu dan dengan demikian dicarilah perdamaian dengan mengadakan arbritase. Sebagai pengantara diangkatdua orang: ‘Amr Ibn al-‘As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al-‘Asy’ari dari pihak ‘Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikan ‘Amr mengalahkan perasaan takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya terdapat pemufakatan untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, ‘Ali dan Mu’awiyah.Tradisi menyebutkan bahwa Abu Musa al-Asy’ari, sebagai yang tertua, terlebih dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan mejatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui, ‘Amr Ibn al-‘As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan ‘Ali yang telah diumumkan al-‘Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah. Bagaimanapun peristiwa ini merugikan bagi ‘Ali dan menguntungkan bagi Mu’awiyah. Yang legal menjadi khalifah sebenernya hanyalah “ali, sedangkan Mu’awiyah kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak mau tunduk kepada ‘Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbritase ini kedudukannya telah naik menjadi khalifah yang tidak resmi. Tidak mengherankan kalau putusan ini ditolak ‘Ali dan tak mau meletakkan jabatannya, sampai ia mati terbunuh di tahun 661 M. Sikap ‘Ali yang menerima tipu muslihat ‘Amr al-‘As untuk mengadakan arbritase, sungguh pun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan oleh arbritase manusia. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an. La hukma illa lillahi (tidak ada hokum selain hokum dari Allah) atau la hakama illa Allah (tidak ada pengantara selain dari Allah), menjadi semboyan mereka.
12
Tarikh al-Tabari (Selanjutnya disebut Tarikh), Kairo, Dar al-Ma’arif 1963, Jilid V, hlm. 7.
Mereka memandang ‘Ali Ibn Abi Talib telah berbuat salah, dan oleh karena itu mereka meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah dalam sejarah Islam terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu orang yangkeluar dan memisahka diri atau seceders. Karena memandang ‘Ali bersalah dan berbuat dosa, mereka melawan ‘Ali. ‘Ali sekarang menghadapi dua musuh, yaitu Mu’awiyah dari satu pihak dan Khawarij dari pihak lainya. Karena selalu mendapat serangan dari pihak kedua ini, ‘Ali terlebih dahulu memusatkan usahanya untuk menghancurkan kaum Khawarij, tetapi setelah mereka ini kalah, tentara ‘Ali telah terlalu capai untuk tempur terus meneruskan pertempuran dengan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap berkuasa di Damaskus dan setelah ‘Ali Ibn Abi Talib wafat is dengan mudah dapat memperoleh pengakuan sebagai khalifah umat Islam pada tahun 661 M. Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapangan politik sebagai digambarkan di atas inilah yang akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-persoalan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Karena keempat pemuka Islam di atas telah dipandang kafir dalam arti bahwa mereka telah keluar dari Islam, yaitu murtad atau apostate, mereka mesti dibunuh. Maka kaum Khawarij mengambil keputusan untuk membunuh mereka berempat, tetapi menurut sejarah hanya orang yang dibebani membunuh ‘Ali Ibn Abi Talib yang berhasil dalam tugasnya. Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte: 1. Al-Muhakkimah Al-Muhakkimah adalah mereka yang keluar dari barisan Ali ketika berlangsung peristiwa tahkim dan kemudian berkumpul disuatu tempat yang bernama Harura, bagian dari negeri Kufah. Pimpinan mereka diantaranya Abdullah bin al-Kawa, Utab bin al-A’war, Abdullah bin Wahab al-Rasiby. Al-Muhakkimah ini adalah golongan Khawarij pertama yang terdiri dari pengikut-pengikut Ali. Merekalah yang berpendapat bahwa Ali, Muawiyah, kedua pengantar Amr Ibnual-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari serta semua orang yang menyetujui tahkim sebagai orang-orang yang bersalah dan menjadi kafir. Demikian ini pula orang yang berbuat zina menurut mereka adalah dosa besar, kafir dan keluar dari Islam. Begitu pula orang yang membunuh sesama manusia tanpa sebab-sebab yang sah adalah dosa besar, keluar dari Islam dan menjadi kafir. Demikian pula dengan dosadosa besar lainnya, dapat mengakibatkan dapat keluar dari Islam dan kafir. 2. Al-Azariqah Al-Azariqah adalah bagian dari golongan Khawarij yang dapat menyusun barisan baru yang besar dan kuat. Daerah kekuasaannya terletak diperbatasan Irak dan Iran. Jika nama Muhakkimah dinisabkan pada peristiwa tahkim, maka nama Azariqah dinisabkan pada tokohnya bernama Nafi Ibn al-Azariqah. Para pengikut golongan ini, menurut al- baghdadi berjumlah lebih dari dua puluh ribu orang. Khalifah yang pertama mereka pilih adalah Nafi sendiri, dan kepadanya mereka memberi gelar Amir al- Mu’minin. Tokoh ini kemudian wafat pada pertempuran di Irak pada tahun 686 M. Sekte alAzariqah ini sikapnya lebih radikal dari al-Muhakkimah. Mereka mengubah tern kafir menjadi musyrik dan polytheis dan tern yang disebut terakhir ini lebih tinggi kedudukannya daripada kufur. Keradikalan sub sekte ini antara lain terlihat pada pendapat-pendapatnya, seperti boleh membunuh anak kecil yang tidak sealiran dengan mereka, menghukum anakanak musyrik di dalam neraka beserta orang tuanya, menghukum orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil secara kontinu dapat menjadi kafir, orang yang melakukan dosa besar disebut kafirmillah, keluar dari Islam secara total dan kekal dalam neraka beserta orang-orang kafir.
3. Al-Najdat Al-Najdat adalah golongan Khawarij yang ketiga. Nama golongan ini diambil dari nama pemimpinnya yang bernama Najdah Ibn Amir al-Hanafiah dari Yamamah. Mereka ini pada mulanya ingin bergabung dengan kaum Azariqah. Namun rencana ini tidak terwujud, karena terjadi perselisihan paham antara al-Azariqah dan al-Najdat. Para pengikut Nafi Ibnu alAzraq yang bernama Abu Fudaik, Rasyidal-Tawil dan Atitah al-Hanafiah dalam hal tidak menyetujui paham al-Azariqah yang mengatakan bahwa orang Azraqy yang tak mau berhijrah ke dalam lingkungan alAzaqariah adalah musyrik. Mereka juga tidak menyetuj ui pendapat al-Azaqariah yang membolehkan membunuh anak istri orang-orang Islam yang tak sepaham dengan mereka. Selanjutnya mereka memisahkan diri dari Nafi dan pergi ke Yaman. Disinilah mereka dapat menarik Najdah ke pihak mereka dalam upaya menentang paham yang dikemukakan Nafi sebagai mana disebutkan di atas. Berlainan dengan al-Azaqariah, Najdah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar dan dapat menjadi kafir serta kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tak mau sepaham dengan golongannya. Sedangkan pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, betul mendapat balasan siksa, tetapi bukan dalam neraka dan kemudian akan masuk surga.Seterusnya mereka berpendapat bahwa yang diwajibkan bagi setiap orang Islam ialah mengetahui Allah dan Rasul-Nya, mengetahui haram membunuh orang Islam dan percaya kepada selalu ruh apa yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya itu. Orang yang tidak mengetahui semua ini tidak dapat diampuni dosanya. Dalam hal selain dari yang disebutkan, orang Islam tidak diwajibkan mengetahuinya.Sedangkan jika seseorang muslim mengerjakan sesuatu yang haram dengan tidak mengetahui bahwa itu haram, maka ia dimaafkan. Dari pendapat tiga aliran Khawarij sebagaimana disebutkan, terlihat bahwa pendapat mereka itu memperlihatkan keadaan yang kaku, keras dan ekstrim sehingga pendapat pendapatnya itu kurang berkembang di masyarakat. Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij dapat disimpulkan: Pertama orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh dan orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah, Talhah, dan Zubair, dengan Ali bin Abi Thalib) dan para pelaku tahkim termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukum kafir. Konsep kafir turut pula mengalamai perubahan. Yang dipandang kafir bukan lagi hanya orang yang tidak menentukan hukum dengan al-Qur’an, tetapi orang yang berbuat dosa besar, yaitu murtakib al-kaba’ir atau capital sinners, juga dipandang kafir. Persoalan orang berbuat dosa inilah kemudian yang mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya dalam Islam. Pertama aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besaradalah kafir, dalam arti keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan oleh karena itu ia wajib dibunuh. Aliran kedua ialah aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, terserah kepada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak mengampuninya. Pada umunmnya kaum Murji’ah di golongkan menjadi dua golongan besar, yaitu Golongan Moderat dan golongan Ekstrim. a) Golongan Moderat Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits. Golongan moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka. Tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan ada kemungkinan bahwa tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka. Golongan Murji’ah yang moderat ini termasuk Al-Hasan Ibn Muhammad Ibn ’Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan
beberapa ahli Hadits. Menurut golongan ini, bahwa orang islam yang berdosa besar masih tet ap mukmin. Dalam hubungan ini Abu Hanifah memberikan definisi iman sebagai berikut: iman adalah pengetahuan dan pengakuan adanya Tuhan, Rasul-rasul-Nya dan tentang segala yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan tidak dalam perincian iman tidak mempunyai sifat bertambah dan berkurang, tidak ada perbedaan iman. Dengan gambaran serupa itu, maka iman semua orang islam dianggap sama, tidak ada perbedaan antara iman orang islam yang berdosa besar dan iman orang islam yang patuh menjalankan perintah-perintah Allah. Jalan pikiran yang dikemukakan oleh Abu Hanifah itu dapat membawa kesimpulan bahwa perbuatan kurang penting dibandingkan dengan iman.13 b) Golongan Ekstrim Adapun yang termasuk ke dalam kelompok ekstrim adalah Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah dan Al-Hasaniyah, Al-Ghailaniyah, As-Saubaniyah, AlMarisiyah, dan Al-Karamiyah. Pandangan tiap kelompok ini dapat dijelaskan sebagi berikut: Al-Jahmiyah Adapun golongan Murji’ah ekstrim adalah Jahm bin Safwan dan pengikutnya disebut alJahmiah. Golongan ini berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada Tuhan, kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena kafir dan iman tempatnya bukan dalam bagian tubuh manusia tetapi dalam hati sanubari. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa orang yang telah menyatakan iman, meskipun menyembah berhala, melaksanakan ajaran-ajaran agama Yahudi dengan menyembah berhala atau Kristen dengan menyembah salib, menyatakan percaya pada trinitas, kemudian mati, tidaklah menjadi kafir, melainkan tetap mukmin dalam pandangan Allah. Dan orang yang demikian bagi Allah merupakan mukmin yang sempurna imannya. Ash-Shalihiyah Bagi kelompok pengikut Abu Al-Hasan Al-Salihi iman adalah megetahui Tuhan dan Kufur adalah tidak tahu pada Tuhan. Dalam pengertian bahwa mereka sembah yang tidaklah ibadah kepada Allah, karena yang disebut ibadat adalah iman kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah ibadah melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan. Al-Yunusiyah Kaum Yunusiyah yaitu pengikut- pengikut Yunus ibnu ’Aunan Numairi berpendapat bahwa iman itu adalah mengenai Allah, dan menundukkan diri padanya dan mencintainya sepenuh hati. Apabila sifat-sifat tersebut sudah terkumpul pada diri seseorang, maka dia adalah mukmin. Adapun sifat-sifat lainnya, seperti taat misalnya, bukanlah termasuk iman, dan orang yang meninggalkan bukanlah iman, dan orang yang meninggalkan ketaatan tidak akan disiksa karenanya, asalkan saja imannya itu benarbenar murni dan keyakinannya itu betul-betul benar. Al-Ubaidiyah Al-Ubaidiyah di pelopori oleh Ubaid Al-Muktaib. Pada dasarnya pendapat mereka sama dengan sekte Al-Yunusiyah. Melontarkan pernyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan- perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan.
13
Hasjmy, Syiah dan Alhusnah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), hlm. 42
Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang sebagai musyrik atau politheist. Al-Hasaniyah Kelompok ini mengatakan bahwa, ”saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini,” maka orang tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, ”saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau di tempat lain”, orang yang demikian juga tetap mukmin. Al-Ghailaniyah Al-Ghailaniyah di pelopori oleh Ghailan Ad-Dimasyqi. Menurut mereka, iman adalah ma’rifat kepada Allah SWT melalui nalar dan menunjukkan sikap mahabah dan tunduk kepada-Nya. As-Saubaniyah As-Saubaniyah yang dipimpin oleh Abu Sauban mempunyai prinsip ajaran yang sama dengan paham Al-Ghailaniyah. Hanya mereka menambahkan bahwa yang termasuk iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib dikerjakan. Berarti, kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat diketahui akal sebelum datangnya syari’at. Al-Marisiyah Al-Marisiyah di pelopori oleh Bisyar Al-Marisi. Menurut paham ini, iman disamping meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW itu rasulNya, juga harus diucapkan secara lisan. Jika tidak di yakini dalam hati dan diucapkan dengan lisan, maka bukan iman namanya. Adapun kufur merupakan kebalikan dari iman. Al-Karamiyah Al-Karamiyah yang perintisnya adalah Muhammad bin Karram mempunyai pendapat bahwa iman adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan kafirnya sesseorang dapat di ketahui secara lisan. Sebagai aliran yang berdiri sendiri, kelompok Murji’ah ekstrem sudah tidak didapati lagi sekarang. Walaupun demikian, ajaran-ajarannya yang ekstrem itu masih didapati pada sebagian umat Islam. Adapun ajaranajaran dari kelompok Murji’ah moderat, terutama mengenai pelaku dosadosa besar serta pengertian iman dan kufur, menjadi ajaran yang umum disepakati oleh umat Islam. Kaum Mu’tazilah sebagai aliran ketiga tidak menerima pendapat- pendapat di atas. Bagi mereka orang yang bedosa besar bukan kafir tetapi pula bukan mukmin. Orang yang serupa ini kata mereka mengambil posisi di antara kedua posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah almanzilah bain al-manzilitain (posisi di antara dua posisi).Sekte-sekte dan ajaran pokok Mutazilah: Aliran Mutazilah terdiri atas lima prinsip utama yang diurutkan menurut kedudukan dan kepentingannya, yaitu: 1) Keesaan (al-tauhid) Tauhid adalah dasar Islam pertama dan utama. Sebenarnya tauhid ini bukan milik khusus golongan Mutazilah, tetapi karena mereka menafsirkannya
sedemikian rupa dan mempertahankannya dengan sungguh-sungguh maka mereka terkenal sebagai ahli tauhid.14 2) Keadilan (al-‘adlu) Dasar keadilan adalah meletakkan tanggung jawab manusia atas segala perbuatannya. Golongan Mutazilah menafsirkan keadilan tersebut sebagai berikut: “ Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak mencipta perbuatan manusia, manusia bisa mengerjakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan laranganlarangan-Nya, karena qodrat yang dijadikan Tuhan kepada diri mereka. Ia tidak memerintah kecuali apa yang dikehendaki-Nya dan tidak melarang apa yang dilarangNya. Ia hanya menguasai kebaikan-kebaikan yang diperintahkan-Nya dan tidak tahu menahu dari keburukan yang dilarang- Nya”. Dengan dasar keadilan ini mereka menolak pendapat golongan Jibriyyah yang mengatakan bahwa manusia dalam segala perbuatannya tidak mempunyai kebebasan, bahkan menganggap suatu kezaliman menjatuhkan siksa kepadanya. 3) Janji dan ancaman (al-Wa’du wai Wa’idu) Prinsip ini adalah kelanjutan dari prinsip keadilan yang harus ada pada Tuhan. Golongan Mutazilah yakni bahwa janji Tuhan akan memberikan pahala dan ancaman-Nya akan menjatuhkan siksa atau neraka pasti dilaksanakan, karena Tuhan sudah menjanjikan demikian. Siapa yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan siapa yang berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatan pula. 4) Tempat diantara dua tempat (al manzilatu bainal manzilataini) Tempat ini sangat penting karenanya Wasil bin ‘Ata memisahkan diri dari Hasan Basri. Wasil memutuskan bahwa orang yang berbuat dosa besar selain syirik, tidak mu’min tidak pula kafir, tetapi fasik. Jadi kefasikan adalah suatu hal yang berdiri sendiri tanpa iman dan kafir. Tingkatan orang fasik di bawah orang mu’min dan di atas orang kafir. 5) Menyuruh kebaikan dan mmelarang keburukan ( amar ma’ruf nahi munkar) Prinsip ini lebih banyak berhubungan dengan taklifi dan lapangan fiqh daripada lapangan kepercayaan atau tauhid. Banyak ayat-ayat al-Qur`an yang memuat prinsip ini, antara lain surat Ali Imron ayat 104 dan Lukman ayat 117. Prinsip ini harus dijalankan oleh setiap orang Islam untuk penyiaaran agama dan memberi petunjuk kepada orangorang yang sesat. Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran dalam teologiyang terkenal dengan nama al-qadariah dan al-jabariah. Menurut qadariah manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya, dalam istilah Inggrisnya free will dan free act. Jabariah, sebaliknya, berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam segala tingkah lakunya, menurut paham jabariah, bertindak dengan paksa Tuhan. Segala gerak-gerik manusia ditentukan oleh Tuhan. Paham inilah yang disebut paham predestination atau fatalism, dalam istilah Inggris. Selanjutnya, kaum Mu’tazilah dengan diterjemahkannya bukubuku falsafah dan ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab, terpengaruh oleh pemakaian rasio atau akal yang mempunyai kedudukan tinggi dalam kebudayaan Yunani klasik itu, pemakaian dan kepercayaan 14
Hanafi, Thelogy Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), cet.ke-5, hlm. 48
pada rasio ini dibawa oleh kaum Mu’tazilah ke dalam lapangan teologi Islam dan dengan demikian teologi mereka mengambil corak teologiliberal, dalam arti bahwa sungguhpun kaum Mu’tazilah banyak mempergunakan rasio, mereka tidak meninggalkan wahyu. Dalam pemikiran-pemikaran mereka selamanya terikat kepada wahyu yang ada dalam Islam. Dan sudah barang tentu bahwa dalam soal qadariyah dan jabariah di atas, sebagai golongan yang percaya pada kekuatan dan kemerdekaan akal untuk berpikir, kaum Mu’tazilah mengambil paham qadariyah.Teologi mereka yang bersifat rasional dan liberal itu begitu menarik bagi kaum intelegensia yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan Kerajaan Islam Abbasiah di pemulaan abad ke-9 Masehi sehingga Khalifah al’Ma’mun (813-833 M), putra dari Khalifah Harun al-Rasyid (766-809 M) pada tahun 827 M menjadikan teologi Mu’tazilah sebagai mahzab yang resmi dari pemerintah, kaum Mu’tazilah mulai bersikap menyiarkan ajaranajaran mereka secara paksa, terutama pahammereka bahwa al-Qur’an bersifat makhluq dalam arti diciptakan dan bukan bersifat qadim dalam arti kekal dan tidak diciptakan. Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional ini mendapat tantangan keras dari golongan tradisional Islam, terutama golongan Hambali, yaitu pengikut pengikut mahzab Ibn Hambal. Qodim sebenarnya berarti tidak bermula dan lawannya baqi, tidak berkesudahan. Oleh karena itu dalam bahasa Inggris qadim telah mulai diterjemahkan menjadi eteral in the past, dan baqi, eternalin the future. Mu’tazilah secara kekerasan berkurang setelah al-Mamun meninggal pada tahun 833, dan akhirnya aliran Mu’tazilah sebagai mahzab resmi dari Negara dibatalkan oleh Khalifah alMutawwakil pada tahun 856 M. Dengan demikian kaum Mu’tazilah kembali kepada kedudukan mereka semula, tetapi kini mereka telah mempunyai lawan yang bukan sedikit dikalangan umat Islam. Perlawanan ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang disusun oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari (953 M). Al-Asy’ari sendiri pada mulanya adalah seorang Mu’tazilah, tetapi kemudian, menurut riwayatnya setelah melihat dalam mimpi bahwa ajaran-ajaran Mu’tazilah dicap Nabi Muhamad sebagai ajaran-ajaran yang sesat, alAsy’ari meninggalkan ajaran-ajaran itu dan membentuk ajaran-ajaran baru yang kemudian terkenal dengan nama teologi al-Asy’ari atau al-Asya’irah. Di samping alira Asya’irah timbul pula Samarkand suatu aliran yang bermaksud juga menentang aliran Mu’tazilah dan didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian terkenal dengan nama teologi al-Maturidiah, yang sebagaimana aka terlihat nanti tidaklah bersifat setradisisonal aliran Asy’ariah, akan tetapi tidak pula bersifat seliberal Mu’tazilah. Sebenarnya aliran ini terbagi dalam dua cabang Samarkand yang bersifat agak liberal dan cabang Bukhara yang bersifat tradisional. Selain dari Abu alHasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidiada lagi seorang teolog dari Mesir yang juga bermaksud untuk menentang ajaran-ajaran kaum Mu’tazilah. Teolog itu bernama al-Tahawi (w. 933 M) dan sebagaimana hal denga al-Maturidi ia juga pengikut dari Abu Hanifah, Imam dari Mahzab Hanafi dalam lapangan hukum Islam. Tetapi ajaran-ajaran al-Tahawi tidak menjelma sebagai aliran teologi dalam Islam. Dengan demikian aliran-aliran teologi penting yang timbu dalam Islam ialah aliran Khawarij, Murjiah, Mu’tazilah, Asy’ariah dan Maturidiah. Aliran-aliran Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah tak mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah. Yang masih ada sampai sekarang ialah aliran-aliran asy’ariah dan Maturidiah, dan keduanya disebut Ahl Sunnah wa al- Jama’ah. Aliran Maturidiah bayak dianut oleh umat Islam yang bermahzab Hanafi, sedangkan aliran Asy’ariah pada umumnya dipakai umat Islam Sunni lainnya. Dengan masuknya kembali paham rasionalisme ke dunia Islam, yang kalau dahulu masuknya itu melalui
kebudayaan Yunani klasik akan tetapi sekarang melalui kebudayaan Barat Modern, maka ajaran-ajaran Mu’tazilah mulai timbul kembali, terutama sekali di kalangan kaum intelegensia Islam yang mendapat pendidikan Barat. Kata neo-Mu’tazilah mulai dipakai dalam tulisan-tulisan mengenai Islam.15 D. Pokok-pokok Masalah dalam Teologi Islam Harun Nasution berasumsi teologi kemunculannya di picu oleh persoalanpersoalan politik. Persoalan-persoalan politik dimaksud yaitu tragedi pembunuhan ‘Utsman bin Affan’ dan berujung pada kudeta yang dilakukan oleh Mu’awiyah terhadap khalifah sah saat itu yaitu Ali bin Abi Thalib yang berakhir dengan peristiwa tahkim (arbitrase) yang sangat merugikan pihak Ali bin Abi Thalib. Dikarenakan polemik tersebut sebagian pasukan Ali bin Abi Thalib menarik diri dari bawah bendera Ali bin Abi Thalib, mereka menganggap Saidina Ali telah berbuat salah karena mau berdamai(tahkim) dengan pihak Mua’awiyah, apalagi mereka sudah hampir menang dalam ”perang saudara” tersebut. Dalam sejarah mereka dikenal dengan khawarij yaitu orang-orang yang memisahkan diri.16 a. Timbulnya Persoalan teologi Khawarij Secara etimologis kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Ini yang mendasari Syahrastani untuk menyebut Khawarij terhadap orang yang memberontak imam yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula Khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.
42
Sedangkan menurut ta’rif 15
Robert Caspar menulis tentang “Le Renouveau du Mo’tazilisme” dalam Institut Dominicain d’Etudes Orientales du Caire Melanges, IV (1957). 16
Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (Ui-Press,Jakarta,1986),h.12
ilmu teologi adalah yang dimaksud Khawarij yaitu suatu kelompok atau aliran pengikut Ali bin Abi Thali b yang keluar me
ninggalkan barisa n karenaketidakse pakatan terhadap keputusan Ali yangmenerima arbitrase ( tahkim ), dalam perang
shiffin pada tahun 376H / 648 M dengan kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah binAbi Sufyan perihal
persengketaan khalifah. 43
Ciri yang menonjol dari aliran Khawarij adalah watakekstrimitas dalam memutuskan
persoalanpersoalan kalam. Hal inidi samping didukung oleh watak kerasnya akibat kondisi geografisgurun pasir, juga dibangun atas
dasar pemahaman tekstual terhadapnashnash Alquran dan Hadis. Tak heran kalau aliran ini memiliki pandan gan ekstrim pula t entang status dos
a besar, merekam emandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwatahkim, yakni Ali, Muawiyah, Amr bin Al-
Ash’, Abu Musa Al Asy’ari adalah kafir . 44
2.
Timbulnya Persoalan Teologi Syiah Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan penda pat dikalangan pa
ra ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan
berkembang pada masa pemerintahan 42
Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.49 43
Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (UiPress,Jakarta,1986),h .11 44
Amir An-Najar, Alkahwarij:Aqidatan
wa Fikratan wafalsafatan ,Terj.Afif Muhammad , dkk,Lentera.Cet.I, Bandung, 1993,h.5.
27 |
Page
Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar -benar
muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin.
Dalam peperangan ini, sebagairespon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkanMuaw iyah, pasukan Ali
diceritakan terpecah menjadi dua, satukelompok mendukung sikap Alikelak disebut Syi’ah, dan
kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij. 45
3.
Timbulnya Persoalan Teologi Mu’tazilah Istilah Mu’tazilah menunjuk ada dua
golongan,golonga n pertama, (disebut Mu’tazilah I) mu ncul sebagai resp on politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum
netral politik,khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani perten tangan antara Ali bin Abi Thalib da n lawan-
lawannya,terutam a Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair. Golonganinilah yang mula-
mula disebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stig
ma teologis seper ti yang ada pada kaum Mu’tazil ah yang tumbuh dikemudian hari. Golongan kedua, (disebut Mu’tazilah II) muncul sebagai
respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur’jiah akibat adanya peristiwa
tahkim.Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur’jiah tentang pemberian status
kafir kepada yang berbuat dosa besar. 46
4. Timbulnya Persoalan Teologi Murji’ah
Yang di maksud kaum Murji’ah di sini ialah suatu golongan atau kaum orangorang yang tidak mau ikut terlibatdalam
mengkafirkan tehadap sesama umat Islam seperti dilakukankaum Khawarij yang mengatakan bahwa semua yang terlibat 45
W.Montgomery Watt,Terj.Umar Basalim, h.10 46
Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.98-99
28 | Page
dalam tahkim adalah kafir, dan
mengatakan bahwa orang Islamyang berdosa besar juga kafir. Bagi mereka, soal kafir atautidaknya orang-orang yang terlibat dalam
tahkim dan orang Islamyang berdosa besar, kita tidak tahu dan tidak dapat menentukansekar ang.Mereka mempunyai pandangan lebih
baik menangguhkan p enyelesain persoa lan tersebut dan menyerahkanya k epadakeputusan Allah di hari kemudian yakni pada hari
perhitungansesud ah hari Kiamat nanti.Karena mereka berpendirianmena ngguhkan atau menunda persoalan tersebut, mereka
kemudian disebut kaum Murji’ah .47
Golongan Murji’ah ini mula -mula timbul di Damaskus, pada akhir abad pertama hijrah.Di
namakan “Murji’ ah” karenagolongan ini menunda atau mengembalikan tentang hukum orangmukmin yang berdosa besar dan belum
bertobat sampai matinya,orang itu belum dapat dihukumi sekarang.Ketentu an persoalannyaditu nda atau dikembalikan
terserah kepada Allah di hari akhirnanti. Lahirnya aliran Murji’ah disebabkan oleh kemelut politik setelah meninggalnya
Khalifah Utsman bin Affan, yang di ikutioleh kerusuhan dan pertumpahan darah.Kemelut polotik itu berlanjut dengan terbunuhnya
KhalifahAli yang diikuti pula kerusuhan dan pertumpahan darah.Di saatsaat demikian, lahirlah aliran Syi’ah dan aliran Khawarij. Syi’ah
menentang Bani Umayah karena membela Ali dan Bani Umayyahdiangga p sebagai penghianat, mengambil alih kekuasaan
dengancara penipuan. 48
5. Timbulnya Persoalan Teologi Jabariyah 47
Hadariansyah Ab, Pemikir-pemikir teologi dalam Sejarah Pemikir Islam (Banjarmasin: AntasariPress, 2008), h.58 48
Ahmad Hanafi, Teologi Islam/Ilmu
Kalam(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1974),h.10-11
29 | Page
Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berartimemaksa, didalam almunjid dijelaskan
bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara y ang mengandung arti memaksa dan mengharuskanny a melakukan sesuatu .
.Selanjutnya, kata jabara bentuk pert ama setelah ditari k menjadi jabariy ah memiliki artis uatu kelompok atau aliran (isme).Dalam bahasa inggris,
jabariyahdisebut fatalism atau predestinatio n yaitu faham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh qadha’ dan qadhar tuhan .49
Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariyah, ada yangmengatakan
bahwa kemunculannya diibatkan oleh pengaruh pemikir an asing, yaitu pe ngaruh agama ya hudi bermazhab Qurradan agama kristen
bermazhab Yacobit. 50
6. Timbulnya Persoalan Teologi SunniSunni atau
Ahlussunnah terbagi kepada dua pembagian,satu p embagian yang u mum yaitu kelom pok teologi yang kontra
dengan syiah .Dalam pengertian ini adalah Mu’tazilah termasuk juga Asy’ariah masuk dalam golongan Sunni.
Sedangkan yang di katakana Sunni dalam pengertian khusus adalah sakte yang berada di bawah bendera Asy’ariah yang ber mufarak ah dengan Mu’taz
ilah.Aliran khusu s ini yang sedikit kita kaji dalam pembahasan singkat ini .51
Penamaan Ahlussunnah atau Sunni mulai serin
digunakansetelah timbulnya ali ran Asy’ariah dan Maturudiah,dua ajaran yang menantang ajaranajaran Mu’tazilah.Dala
m hal ini Harun nasution menukil keterangan Tasy Kubra Zadahmenjelaskan bahwa aliran 49
Aziz dahlan, sejarah pemikiran
perkembangan dalam islam, (beunneubi cipta. Jakarta,1987), h.27-29. 50
Sahiludin a. Nasir, pengantar ilmu kalam, (rajawali, 1991, Jakarta) ,h.133
51
Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.81
30 | Page
Sunni muncul atas keberanian dan usaha Abu Al-hasan AlAs’ary sekitar tahun 300H . 52
Al-
Asy’ari keluar dari Mu’tazilah setelah berumur 40 tahunmengumum kannya pada jama’ah masjid Basarah dan meyatakan
akan membeberkan keburukankeburukan Mu’tazilah.Menu rutIbnu ‘Asakir,yang melatar belakangi Al
Asy’ari meninggalkanMu ’tazilah adalah konon AlAsy’ari bermimpi bertemu Rasulullah
SAW,sebanyak tiga kali,yaitu pada malam ke10 ,ke-20 dan ke30dalam bulan Ramadhan .Dalam tiga kali mimpinya ,Rasulullah
memperingatkan agar segera meninggalkan Mu’tazilah dan segera membela faham yang di riwayatkan dari beliau. 53
Persoalan teologi islam lahir dari ekses pertikaian politik antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib, walaupun benih
benih perbedaan pandangan sudah pernah lahir sejak nabi Muhammad SAW dan para sahabat, namun perbedaan tersebut
barumengkristal setelah peristiwa tahkim.Berbagai macam sakte teologi lahir dikalangan umat islam,dengen berbagai karakter dan pemikiran
masingmasing.Perdebata n panas mengenai iman dan kufur, perbuatanTuhan, sifat-sifat Tuhan, serta kehendak mutlak Tuhan dankeadilan
melahirkan berbagai persoalan teologi dengan aliran yang bermacammacamragam. E.
Menyikapi Perbedaan Paham Teologi Islam Lebih arif jika umat Islam menyikapi perbedaan itu sebagai
rahmatAllah SWT. Mari, kita biarkan perbedaanperbedaan aliran teologi dalamIslam laksana warnawarni bunga yang
mekar di tengah taman. Bukankah 52
Harun Nasution, Teologi islam:Aliran-aliran sejarah perbandingan , (UiPress,Jakarta,1986),
h.28
53
Rosihon Anwar, Abdul Rozak , Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.146 31 |
Page
sebuah taman jauh lebih indah jika ditumbuhi aneka bunga dibandingkantam an yang hanya memiliki satu
macam bunga? Tidak ada kebenaran,kecual i Allah SWT. 32 | Page
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:1.
Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theologia.Yang terdiri dari kata theos yang berarti tuhan atau dewa, dan logos
yangartinya ilmu. Sehingga teologi adalah pengetahu an ketuhanan.Dalam arti umum teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentangkenyataan
-kenyataan dan gejala-gejala agama yang juga membicarakanten tang hubungan manusia dengan Tuhannya, baik jalan penyelidikanatau
pemikiran murni, atau dengan jalan wahyu.2. Pada dasarnya teologi islam adalah sama dengan ilmu tauhid, akidah
danushuluddin. Karena mereka masih termasuk ilmu kalam, yaitu ilmu yangmembahas tentang segala firman-firman Allah, sifat-sifat
Allah,ketetapan Allah, dsb.3. Perbedaan teologi islam dengan ilmu tauhid, akidah dan ushuluddinadalah hanya terdapat
pada penyempitan pembahasannya seperti ilmutauhid membahas tentang keesaan Allah, akidah membahas
tentangkepercaya an atau keimanan seseorang terhadap Allah, dan ushuluddinmemb ahas tentang asalusul agama islam serta pokok-
pokok ajaran dasarilsam. Akan tetapi mereka masih membahas tentang satu hal, yaitutentang Allah. 33 | Page
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 2002. Teologi Isl am. Jakarta: Pene
rbit UniversitasIn donesia Nasution, Harun. Islam Ditinjau da ri Berbagai Aspe knya Jilid II. Jaka rta:Penerbit
Universitas Indonesia Nasution, Harun. 1986. Teologi islam:Aliranaliran sejarah per
bandingan.Jakart a: UIN Press. Razak, Abdur ;Anwar, Rosihan. 2006. Ilmu kalam. Bandung: PustakaSetia
M. Hasbi Ash Shiddieqy. 1992. Sejarah dan Pengantar IlmuTauhid/Kala m .
Kartanegara, Mulyadi dkk. 2010. Pengantar Studi Islam. Jakarta: UINPress.
Hanafi A. Theology Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan ke-5, 1983
Asumsi, M. Yusran, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996
Imarah, Muhammad, Tayyarat Al-Fikr Al-Islamy, Surabaya: LogosWacana Ilmu, 1991
34 | Page
TABEL
Iman dan KufurAliran KalamUnsur Iman1Unsur Iman2Unsur Iman3Orang yangBerdosaBes ar
KhawarijTashdiq bi al-qalbIqrar bi al-lisan ‘ama l bi alarkanMenjadiKaf ir Murji’ah
Tashdiq bi alqalb Xx Tetap Mu’min Mu’tazi lahTashdiq bi alqalb
Iqrar bi al-lisan ‘ama l bi al-arkan Di antara kafir dan mu’min JabariyahTashdi q bi al-qalb
XX Tetap Mu’min
Asy’ariyyah Tashdiq bi alqalb XX Tetap Mu’min
MaturidiyahSama rqandTashdiq bi al-qalb Iqrar bi al-lisan ‘ama l bi al-arkan
Tetap Mu’min MaturidiyahBukh araTashdiq bi alqalb Iqrar bi al-lisan X
Tetap Mu’min
Kapasitas Akal dan Fungsi Wahyu
AliranKalamMe ngetahuiTuhanK eajibanMengeta huiTuhanMenget ahuiBaik danBurukKewaj ibanMengerjaka nbaik &MeninggakanB
urukCorakKala m Mu’tazi lah Akal Akal Ak al Akal Rasional Asy’ariyyah Akal Wahyu Wa hyu Wahyu Tradi sional
35 | Page
MaturidiyahSama rqandAkal Akal Akal Wahyu Rasi onalMaturidiyah BukharaAkal Wa
hyu Akal Wahyu Tradisional
Perbuatan Manusia
Aliran Kalam K ehendak Daya P erbuatan Qadariyah Manus ia Manusia Manu siaJabariyahTuha n Tuhan Tuhan Mu’tazi
lahManusia Manusia Manusia Asy’ariyyah TuhanTuhan (efektif)Manusia (tidakefektif)Tuh an(sebenarnya)M anusia (kiasan)Maturidiy
ahSamarqandMa nusia Manusia ManusiaMaturidi yahBukharaTuha nTuhan (efektif)Manusia (?)Tuhan(sebenar nya)Manusia (kiasan)
Kekuasaan Tuhan Aliran Kalam Kekuasaan Tuhan
Mu’tazi lahKekuasaan Tuhan tidak mutlak lagi Asy’ariyyah Kekuasaan Tuhan bersifat mutlak
36 | Page
Maturidiyah SamarqandKekua saan Tuhan tidak mutlak lagiMaturidiyah BukharaKekuasa
an Tuhan bersifat mutlak
Keadilan Tuhan Aliran Kalam Keadilan Tuhan
Mu’tazi lahTuhan berkewajiban memberi hakhak bagi manusia sesuai dengan kualitas perbuata nnya, perbuatan
baik dengan pahala, perbuatan jahat dengan siksa Asy’ariyyah Memposisikan Tuhan Yang BerkuasaMutlak terhadapa
makhluk-Nya, Tuhan boleh berbuat sekehendak-Nya kepadaseluruh makhlukNyaMaturidiyah SamarqandTuhan berkewajiban
memberi hakhak bagi manusia sesuai dengan kualitas perbuata nnya, perbuatan baik dengan pahala, perbuatan jahat dengan
siksaMaturidiyah BukharaMemposi sikan Tuhan Yang BerkuasaMutlak terhadapa makhluk-Nya, Tuhan boleh berbuat
sekehendak-Nya kepadaseluruh makhluk-Nya
37 | Page
Perbuatan Tuhan AliranKalamKe wajibanTuhanP adaManusiaBer
buatBaik danTerbaikBeba nDiluar BatasKemampua nManusiaMengi rimRasulJanji danAncaman Mu’tazi
lahTuhanwajib be rbuatyang baikdan terbaik,menepati j anji,mengirimras ul, memBeri rezeki bagimanus iaTuhanharussela lu berbuatyang
baikdanterbaik ba gimanusiaTidakm ungkinTidak pent ingWajib bagiTuhan Asy’ariyyah Tidak adakewajiban bag i
TuhanTidakharus Bisa sajaSangat pentin gTidakwajib bagiTuhanMaturi diyahSamarqand Tuhanwajibmene pati janji,mengiri mrasul,memberir
ezeki bagiTidakharusTi dakmungkinTida k begitu penting Wajib bagiTuhan
38 | Page
manusiaMaturidi yahBukharaTidak adakewajiban bag i TuhanTidakharus Bisa saja Penting
Tidakwajib bagiTuhan
Sifat Tuhan
Aliran KalamPandanga n Sifat Tuhan Mu’tazi lahTuhan tidak mempunyai sifat Asy’ariyyah Tuhan mesti mempunyai
sifatMaturidiyah Samarqand & BukharaTuhan mesti mempunyai sifat
Firman Tuhan Al-
Qur’an
Aliran Kalam Pa ndangan Tentan g AlQur’an
Mu’tazi
lahAlQur’an tidak bersifat keka l tetapi baharu Asy’ariyyah AlQur’an bersifat keka
lMaturidiyah Sa marqand & Bukh ara AlQur’an bersifat keka l
39 | Page
Khilafah Aliran Kalam D oktrin Khilafah KhawarijYang berhak menjadi
khalifah adalahsemua umat islam, dan harus dipilihsecara demokratis Syi’ah Yang berhak menjadi khalifah
hanyaAli bin Abi Thalib dan paraketurunannya , dan diangkat secaraotomatis melalui garis keturunannyaAs wajaYang berhak menjadi khalifah
hanyakeluarga dan keturunan kaum Quraisy,dan dipilih secara musyawarah melalui perwakila n