Nama : Arifin Nim : 17045048 Geografi Regional Indonesia Strategi Pembangunan Pedesaan Negara Berkembang Pembangunan masyarakat pedesaan merupakan bagian dari pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Di negaranegara berkembang, secara demografis sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan rendah. Seperti dalam pembangunan ekonomi pada umumnya, maka dalam mewujudkan tujuan pembangunan pedesaan, terdapat paling sedikit empat jenis strategis, yaitu strategi pertumbuhan, strategi kesejahteraan, strategi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat, strategi terpadu atau strategi yang menyeluruh. (Rahardjo Adisasmita, 2006 : 21).
Strategi Pertumbuhan
Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan secara cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendapatan perkapita, produksi dan produktivitas sektor pertanian, permodalan, kesempatan kerja, dan peningkatan kemampuan partisipasi masyarakat pedesaan.
Strategi Kesejahteraan
Strategi kesejahteraan pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki tarap hidup atau kesejahteraan penduduk pedesaan melalui pelayanan dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala besar atau nasional, seperti pningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan dan gizi, penanggulangan urbanisasi, perbaikan permukiman penduduk, pembangunan fasilitas transportasi, penyediaan prasarana dan sarana sosial lainnya.
Strategi Responsif Terhadap Kebutuhan Masyarakat
Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk menggapai kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang dirumuskan oleh masyarakat sendiri mungkinsaja dengan bantuan pihak luar untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi dan tersedianya sumber-sumber daya yang sesuai kebutuhan di pedesaan
Strategi terpadu dan Menyeluruh
Strategi terpadu dan menyeluruh ini ingin mencapai tujuan-tujuan yang menyangkut kelangsungan pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan partisipasi aktif masyarakat secara simultan dalam proses pembangunan pedesaan. Pustaka : Adisasmita, Rahardjo. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta. 2006
KAWASAN AGROPOLITAN Menurut UU No.26 tahun 2007 Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem Agrobisnis. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian wilayah sekitarnya (Suwandi, 2005 dalam Iqbal dan Iwan, 2009). Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA) pada prinsipnya bukan merupakan kegiatan yang bersifat ‘exclusive’ tetapi lebih bersifat ‘complement’ terhadap 3 (tiga) agenda prioritas pembangunan yaitu meningkatkan percepatan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur terutama pertanian di perdesaan, memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat, terutama dan meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan perubahan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang. Nasution (1998) dalam (Iqbal dan Iwan, 2009), mendeskripsikan karakteristik agropolitan atas lima kriteria, yaitu : 1. Agropolitan meliputi kota-kota berukuran kecil samapai sedang (berpenduduk paling banyak 600 ribu jiwa dengan luas wilayah maksimum 30 ribu hektar). 2. Agropolitan memiliki wilayah belakang/pedesaan (hinterland penghasil komoditas unggulan atau utama dan beberapa komoditas penunjang yang selanjutnya dikembangkan berdasarkan konsep pewilayahan komoditas. 3.
Agropolitan mempunyai wilayah inti /perkotaan tempat dibangunnya sentra industri pengolahan komoditas yang dihasilkan wilayah perdesaan yang pengembangannya disesuaikan dengan kondisi alamiah produksi komoditas unggulan.
4. Agropolitan memiliki pusat pertumbuhan yang harus dapat memperoleh manfaat ekonomi internal bagi perusahaan serta sekaligus memberikan manfaat eksternal bagi pengembangan agroindustri secara keseluruhan.
5.
Agropolitan mendorong wilayah perdesaan untuk membentuk satuan-satuan usaha secara optimal melalui kebijakan system insentif ekonomi yang rasional
Karakteristik utama dari konsep agropolitan yaitu meliputi pengembangan terpadu dengan melibatkan suatu sistem pendukung lengkap baik fisik maupun kelembagaan dan penggunaan sumber daya lokal yang optimal,serta mengintegrasikan kegiatan pertanian dan non pertanian terutama kegiatan berbasis sumber daya dan pengembangan pusat-pusat pelayanan lokal sebagai bagian umum kegiatan baik secara regional maupun pengembangan pusat-pusat perkotaan (Buang et al, 2011).
Kawasan agropolitan ubi jalar di Distrik cilimus, Vietnam
Di Kabupaten Kuningan, Vietnam