Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com Road to Sampang Catatan Kecil dari Semangat Sampang menuju Deklarasi ODF – Open Defecation Free Declair Minggu kemarin, tanggal 27 s/d 29 April 2009, atas inisiatif Pak Budi Purwanto, dan atas undangan shohibul bait - Pak Nisam, kita road to Sampang. Sebuah perjalanan dengan misi menuju Sampang ODF – Pelatihan Fasilitator SToPS (dengan metode CLTS) – begitu Shohibul Bait memberikan judul acara ini. Pelatihan ini diikuti oleh tim lintas sektor Kabupaten, Tim Kecamatan serta kader Desa. Reflek awal dan spontan berkecamuk dalam fikiranku adalah catatan dengan garis bawah tebal, bahwa gerakan (merubah perilaku) di tengah masyarakat Madura akan banyak menguras energi dengan tingkat kesulitan tinggi. Itu juga (agaknya) yang menjadi dasar pemilihan prioritas lokasi awal SToPS di beberapa tempat seringkali mempertimbangkan faktor ini. Dan itu dimulai saat Jembatan Suramadu terlihat samar dari atas kapal Putri Koneng, yang bergerak perlahan antara Ujung dan Kamal. Joke mati ketawa cara Madura pun terlontar, bahwa jembatan itu (dikawatirkan) sebentar lagi akan menjelma menjadi WC terpanjang, dan lain-lain, dan lain-lain.
Detik-detik kematian ?, mobilitas kapal ini sebentar lagi terhenti seiring kaki-kaki jembatan Suramadu berdiri kokoh diatas selat Madura – atau mereka akan bergeser posisi ke arah penyeberanagan Probolinggo – Pamekasan / Sumenep – Situbondo ? .. ).
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com Proses itu dimulai saat para calon fasilitator CLTS mulai memperkenalkan diri dan mengeksploar harapan dan kekawatiran mereka terhadap pelatihan ini. Dan berikut sebagian dari catatan mereka : 1. Mereka berharap banyak bahwa pelatihan ini dapat dilaksanakan di lapangan, dapat ditindak lanjuti ke masyarakat, serta dapat mewujudkan desa yang sehat 2. Disamping harapan diatas mereka juga membuat daftar kekawatiran terhadap pelatihan ini : Kawatir metode CLTS tidak dapat berlanjut, tidak bisa menerapkannya di lapangan, kawatir masyarakat tidak merespon, takut/sulit mengajak masyarakat, serta kawatir bahwa program dan kegiatan ini tidak berjalan sesuai rencana. Apabila kita simak harapan dan kekawatiran diatas, terdapat sejuta kesamaan dengan berbagai pelatihan serupa yang pernah dilaksanakan di daerah lain sebelum ini. Sampai disini kami mulai merasakan aroma optimisme, bahwa catatan peserta masih “standart – standart” saja. Optimisme ini semakin besar pada saat melihat peserta pelatihan yang menurut kami sangat Qualified. Banyak diantara mereka kader dengan basic kultural Kyai dan ustadz, serta beragam profesi dari sanitarian, perawat dan dokter serta dokter gigi. Dan yang menggembirakan mereka mulai sehati dengan roh pemberdayaan masyarakat dengan metode CLTS ini. Mereka selalu bersemangat, aktif bependapat, dan terbuka menerima pembelajaran. Proses Pemicuan Rencana awal Pemicuan pada masyarakat dilaksanakan pada hari ke 2 siang, namun mempertimbangkan (antara lain) tingkat kemudahan mengumpulkan masyarakat, proses ini dilaksanakan pada hari ke – 3 (pagi).
Simulasi Pemicuan : Peserta Pelatihan bereksperimen dengan berbagai teknik dan metode pemicuan yang telah didapatkan selama pelatihan ... ternyata mereka jauh lebih terampil dan bersemangat dari perkiraan kita .... Kesepakatan awal sebelum pemicuan, proses pelaksanaan akan dilakukan sesuai tahapan sebagai berikut (tahapan ini dengan mulus ditepati oleh hampir seluruh kelompok).
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com
A. Perkenalan 1. Bina suasana (Nama) 2. Penyampaian tujuan (belajar)
Suasana perkenalan dan bina suasana (wilayah Rapa Daya) yang dilakukan fasilitator ... enjoy hadirin ... enjoy semuanya ... langkah awal yang menjanjikan ... B. Transect Walk 1. Mencari lokasi kebiasaan BAB 2. Temukan lokasi yang jorok 3. Ajak masyarakat untuk melihat langsung 4. Biarkan mereka berdiskusi di lokasi
Sang lakon (maaf – TAI) telah ditemukan dengan sukses .. ternyata tidak jauh dari lokasi kita berkumpul kawan ... C. Pemetaan
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com (Cari tempat yang nyaman, luas, teduh) 1. Buat peta di tanah (oleh masyarakat) 2. Tandai batas-batas wilayah dan lokasi BAB (kebun, sungai, laut) 3. Tandai rumah-rumah mereka 4. Tandai mereka yang punya jamban 5. Bagi yang tidak punya jamban, kemana mereka BAB dan tandai.
Pembuatan peta bersama masyarakat .. Tidak perlu mempergunakan Google earth atau GPS nya Blackstrowberry ... peta yang amat aplikatif tergambar jelas diatas bumi pertiwi ... D. Analisa 1. Hitung berapa banyak kotoran/tinja yang dihasilkan ( per orang/hari/KK/dusun/bulan/tahun) 2. Bagaimana kondisi lingkungan mereka 3. Bagaimana penularan penyakit 4. Demo minuman mineral 5. Cuci muka dengan air 6. Tanyakan apakah mereka senang dengan kondisi tersebut? Apakah mereka ingin berubah?
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com
Analisa sederhana tidak selamanya menghasilkan output sederhana ... yang penting prosesnya benar ... soal hasil masyarakat jauh lebih pintar .. E. Rencana Tindak Lanjut 1. Tanyakan bagaimana mau berubah? 2. Kapan ? masing-masing dan total wilayah. 3. Beri tepukan yang mau berubah 4. Catat mereka yang mau berubah 5. Bentuk komite 6. Orang-orang yang mau berubah dan yang berkomitmen 7. Susun strategi untuk pencapian (kapan bisa ODF, bagaimana untuk mencapainya) 8. Peta sosial
Menggagas Rencana Tindak Lanjut Sebagaimana proses pemicuan lainnya, konsep pemberdayaan dengan melakukan eradikasi upper-lower harus sudah dimulai (antara lain) dengan merekonstruksi reflek – yang sudah terlanjur berbentuk tetek bengek kelengkapan SPJ … - menjadi ingatan akan konsep PRA dengan Attitude and Behaviour Change (bahwa fokus obyeknya adalah fasilitator).
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com
Rekonstruksi ingatan itu antara lain … Boleh dilakukan Memicu kegiatan setempat Membiarkan masyarakat menyadari sendiri Fasilitaro memberikan pertanyaan pancingan Melibatkan masyarakat dalam pengadaan alat untuk fasilitasi Kembalikan pertanyaan ke masyarakat sendiri Memfasilitasi masyarakat untuk memicu rasa jijik Memfasilitasi
Tidak boleh dilakukan Memberitahu yang baik dan buruk Fasilitator menjadi pemimpin Mengajari/menggurui Menawarkan subsidi Langsung memberikan pertanyaan ke masyarakat Menyuruh membuat jamban Memberi alat/petunjuk
Back to Sampang … Sebelum berangkat ke lapangan, dilakukan pembagian tugas dalam tim sebagaimana pelatihan CLTS lain. Tim ini dibagi dalam 5 kelompok (5 Desa Sasaran) dengan pembagian tugas sebagai berikut : Tugas/Desa
Desa Jrangoan
Desa Dalem
Lead Facilitator Co Facilitator
Moh Yanto
Alif Khoir
Badri
Siti Hajar
Content Recorder
M. Sukri Rosidah
Process Facilitator Environment Setter
Desa Rapa Daya
Desa Taddan
Desa Sejati
KH. Abdul Wahib M Rowi Faqih
Bustami
Iskandar
Zaini
Tri Yuniarti Irwan Sutanto
Nyai Nurul Maimuna
Eni Ririn
Lindah K Siti Nurin Ain Ibrohim Mutik Musrifah
Hartatik
Endang R Sri Djumilah
Sisyanton RO Huda
Suyanto Subaidah Siti Hotimah Sunarto
Jupri Aziz
Yusri Amir FS Niman
Madani Hendri Faris Agus Rusdi Tohar
Romlah Mathari Dhe’i Fudin Sam Ali
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com Hasil Pemicuan Sebetulnya sebelum dilakukan praktek pemicuan ke desa sasaran (Desa : Rapa Daya, Rongdalem, Jrongoan, Tanddan, dan desa Sejati), perasaan optimisme sudah terlihat jelas, baik bagi kami (dari Lumajang) maupun peserta. Serangkaian simulasi yang dilakukan dalam kelompok besar maupun per kelompok memperlihatkan potensi besar peserta, baik dari aspek penguasaan konsep maupun aplikasi semangat (siapa tahu sangat terinspirasi yel-yel SAMPANG ... HARUS BISA !!! yang telah disepakati dipakai selama pelatihan ini).
Sampang .... Harus BISA !!!! Ada catatan menarik yang tidak ditemui di tempat kami, di Sampang selama pelatihan terlihat totalitas semangat dari peserta dengan latar belakang profesi dokter dan perawat (selain sanitarian dan kader tentunya). Hal ini semakin menambah optimisme itu. Kami sempat mengikuti proses pemicuan di wilayah Omben, dengan tingkat kehadiran cukup banyak masyarakat, dengan proses transect walk yang sempurna (menemukan sample yang dicari di sungai), dengan lokasi pembuatan peta yang rindang dan sepoi angin menerpa (dibawah pohon bambu di pinggir sungai), dengan joke-joke segar menggelitik yang dilontarkan fasilitator, dengan semakin sempitnya jarak antara masyarakat dengan fasilitator, dengan beberapa masyarakat mulai terusik fikiran bawah sadarnya akan rasa jijik dan rasa malu terhadap cara BAB mereka, maka ... tunggu apa lagi ... meledaklah trigering itu ... Maka tepat pukul 12.30 Waktu Indonesia Bagian Sampang hari itu, berkumpullah 50 warga masyarakat yang terpicu (jumlah yang cukup banyak), sekaligus yang didaulat sebagai komite desa, di tempat pelatihan. Untuk selanjutnya tugas Pak Budi semakin lapang saja, mengeksploar mereka dengan pertanyaan dan lontaran bertubi-tubi tentang perubahan dan semangat menuju kehidupan yang lebih baik. Sebuah serangan yang menohok dan sangat terarah, karena korlap (new fasilitator made in sampang) telah bekerja dengan sangat manis, sehingga komite tidak ada pilihan lain selain berlomba berburu dengan waktu menuju fastabikhul khoirat mewujudkan annadhoofatu minal iman – roh perubahan itu – dusun ODF.
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com Dan pasca kejadian ini - tugas Fasilitator telah menanti, tugas awal dari serangkaian proses yang sebagian telah dijalani, tugas monitoring. Dan tugas ini mengharuskan melakukan sinergi dan koalisi (bukan Pilpres ... ), antara seni menyemangati, reward, dan seni olah kompetisi (mengutip salah satu jargon Otonomi Award JPIPP “ Tiada Kemajuan Tanpa Kompetisi”. Dan jika skenario ini mulus, Pak Nizam tinggal memikirkan sedikit pos anggaran dalam PAK, untuk melakukan ritual Deklarasi ODF .....
Komite terbakar oleh semangat perubahan kearah yang lebih baik, berkompetisi – menuju ODF
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com – by munif arifin
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com Lampiran-Lampiran Rencana Tindak Lanjut Puskesmas Puskesmas Omben 1. Monitoring dan evaluasi (1 kali seminggu) oleh tim fasilitaor kecamatan dan desa serta komite 2. Menyebarkan informasi melalui acara pengajian, jamaah yasin, posyandu dan muslimatan 3. Pertemuan evaluasi satu bulan sekali oleh fasilitator 4. Mencari advokasi dan dukungan dari lintas sektor 5. Mengembangkan program CLTS ke dusun dan desa lain 6. Memberi penghargaan berupa plakat kawasa bebas ODF k 7. Memebrikan bantuan fasilitasi dan teknis pembuatan jamban 8. Pembuatan peta kepemilikan jamban secara permanen untk memudahkan monitring 9. deklarasi ODF dilaksanakan dengan lintas sektor Puskesmas Jrangoan No Kegiatan 1 Sosialisasi Pengajian rutin MMD (desa siaga 2
Pemicuan Kebub Sareh
3
Monitoring kegitan
Tjuan Mengenalkan program CLTS ke masyarakat Memicu masyarakat lagi utk kegiatan lanjut Mengamati hasil kegiatan
Waktu 1 minggu 2 kali 1 bulan sekali
Tempat Di rumah warga
Keterangan Tokoh masyarakat Fasilitator desa
Fasilitator desa
Puskesmas Tanjung 1. Akan dilakukan pemicuan di desa rabasan tgl 11 mei 2009 ( tempat P sidiq), Batu Karang tgl 4 Juni 2009 (tempat P Ahmadi ) 2. Dilakukan monitoring setiap bulan sekali (rutin) 3. Untuk desa sejati akan dilakukan pemantauan tindak lanjut dari hasil pemicuan yg dilakukan ( 1 bulan dari sekarang) 4. Untuk Desa Rabasan dan batu karang menyusul Tugas Tim Kecamatan 1. Memicu masyarakat di tiap dusun di desa masing2 2. Memantau pembuatan jamban 3. membantu memfasilitasi cara pembuatan jamban 4. membagi fasilitator tk dusun Hasil Keyakinan Fasilitator pasca pelatihan 1. Bisa Memicu daerah lain 40 – 60 % :0 60 – 80 % : 11 80 – 100 % : 32 2. Desa bisa ODF 40 – 60 % :0 60 – 80 % : 19 80 – 100 % : 28
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com
Daftar Masyarakat Terpicu No Nama Desa Taddan 1 Muniri
Target 1 minggu
No Nama Desa Jrongoan 1 Ansori
Target 4 hari
No Nama Desa Rapa Daya 1 Bp Makki
2 3
Mat Jeli Hamseh
3 bulan 15 hari
2 3
Syafiih Supardi
1 minggu 1 minggu
2 3
P. Sahu Subaidi
4 5 6 7 8 9 10
H salam Holih Sa’id Sahri Sawedi Hasan Nimun
1 bulan 2 bulan 2 bulan 1 bulan 3 bulan 2 bulan 3 bulan
4 5 6 7 8 9 10
Musairi Hafifi Mustari P Rom P Suman P Dullo P Matsaid
1 minggu 1 minggu 1 minggu 15 hari 1 bulan 1 bulan 1 bulan
4 5 6 7 8 9 10
P Rowi Syafii P Hasan H Sidiq Nasir Sofiah Rosseh
Target 0 bulan 1 bulan 2 minggu 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 2 bulan 2 bulan
No Nama Target Desa Rong Dalem 1 Rawiyanto 1 bulan 2 3
Derman Marwi
4 5 6 7 8 9 10
Suani Miski Weski Masturi Sulai Musji Masrui
1 bulan 2 minggu 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 2 bulan 2 bulan
No Nama Desa Sejati 1 Hadari
Target 1 bulan
2 3
Salanah Subairi
1 bulan 1 bulan
4 5 6 7 8 9 10
A. Rahman Marjui Bunamin Farida Natsiri Hairudin Jumi
1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan 1 bulan
Article Source : http:/www.inspeksisanitasi.blogspot.com
Beberapa strategi masyarakat/komite dalam mewujudkan status ODF di wilayahnya antara lain : Dalam 2 Bulan Dusun Bunut semua KK yang tidak punya WC sanggup membuat WC secara bergantian dengan gotong-royong Kekurangan 77 KK dibagi 7 kelompok, 1 kelompok 11 KK. Kelompok I : P Rosidi (PJ) Kelompok II : P Sahid Kelompok III : P Sakur Kelompok IV : P Hamidi Kelompok V : P Sia Kelompok VI : P Martini Kelompok VII : P Matsari Dalam 2 bulan dusun Bunut sudah bebas BAB sembarangan Strategi pencapaian ODF antara lain dengan gotong royong. Rencana ODF 1 dusun maksimal dalam 2 bulan dengan strategi antzra lain : 1. Masyarakat yang terpicu sebagian buat jamban sendiri, sebagian gotong royong 2. Dibentuk komite yang bertugas mengkoordinir dan mengakomodasikan kegiatan serta memonitor dan mengevaluasi 3. Monitoring oleh komite dan fasilitator kecamatan dilakukan mulai 1 minggu, 2 minggu s/d 2 bulan