STATUS PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus pada Sungai Lempuing) Oleh : Hakim Miftakhul Huda PENDAHULUAN Luas perairan pedalaman (perairan umum daratan) di Indonesia diperkirakan 54 juta hektar dan merupakan perairan pedalaman terluas yang ada diantara negara‐negara ASEAN. Dari luasan perairan pedalaman tersebut 71,63 % atau 39,4 juta hektar terdiri dari perairan rawa, sungai dan lebak 22,13%, danau alam dan buatan 3,89%. Sebagian besar perairan tersebut berada di Kalimantan (60%), di Sumatera (30%) dan sisanya di Sulawesi, Papua, NTB, Jawa dan Bali (Manggabarani, 2004). Data dan informasi potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan umum daratan merupakan hal penting yang diperlukan dalam rangka pengelolaan perikanan. Kajian tentang potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di beberapa perairan umum daratan Indonesia telah dilakukan meskipun sangat terbatas karena lokasi perairan yang tersebar luas dan masing‐masing perairan mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga setiap badan air mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda pula. Disamping itu, sumberdaya manusia yang menekuni bidang sumberdaya perikanan di perairan umum daratan Indonesia masih sangat sedikit. Pada dekade 70 an, total potensi produksi ikan perairan umum daratan Indonesia untuk perikanan tangkap ditaksir berkisar antara 800.000‐ 900.000 ton/tahun atau rata‐rata 60‐ 65 kg/ha/th (Sarnita, 1986). Dugaan potensi produksi ikan tersebut terus digunakan sebagai data yang dijadikan patokan didalam pengelolaan perikanan di perairan umum daratan selama hampir 40 tahun. Rata‐rata potensi produksi ikan tersebut diperkirakan terlalu rendah karena banyak perairan sungai dan paparan banjirannya yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang jauh lebih tinggi karena tingkat kesuburannya yang meningkat. Potensi produksi ikan tersebut akan berubah secara dinamis sesuai dengan perubahan tingkat kesuburan perairan. Pemanfaatan lahan sekitar suatu perairan umum daratan akan berdampak terhadap perubahan kesuburan perairan, morfologi perairan termasuk luasannya. Oleh sebab itu, dugaan potensi yang telah digunakan selama 40 tahun tersebut perlu dikaji dan dievaluasi kembali, agar keputusan yang akan diambil dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan umum daratan dapat dilaksanakan lebih akurat untuk mencapai tingkat pemanfaatan sumberdaya secara optimum dan lestari (Koeshendrajana et al., 2007) Luas sungai dan paparan banjiran di Sumatera Selatan tercatat sebesar 60.000 km 2 dan secara kumulatif panjangnya lebih dari 2.000 km (Danielsen and Verheught, 1989). Sumberdaya ikan terdiri dari sumberdaya ikan di sungai utama dan anak sungai, lebak (rawang) dan danau kecil (lebung). Danau dan lebak secara geografis akan terlihat secara nyata pada musim kemarau, namun kedua kawasan tersebut masih merupakan intregitas ekologis dan sistem kawasan sungai dan paparan banjirannya. Sungai dan lebung masih akan berisi air sepanjang tahun, sedangkan lebak akan mengering pada musim kemarau yang jatuh pada bulan Juli sampai September (Koeshendrajana dan Cacho, 2001). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pemanfaatan sungai dan rawa banjiran dan status pemanfaatan sumberdaya perikanan sungai dan rawa banjiran di Sumatera Selatan.
METODOLOGI Metode penulisan didasarkan atas sintesa penelusuran literatur‐literatur yang tersedia terkait dengan fokus kajian di atas. Sedangkan analisis dilakukan secara deskriptif‐interpretatif berdasarkan tabel maupun hasil diskusi dengan responden (Koeshendrajana, 2007). Dalam pelaksanaanya, studi ini menggunakan metode studi perpustakaan dan studi lapangan. Studi perpustakaan, yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi dan data, berupa buku, artikel dan makalah yang menjelaskan mengenai teori berkaitan dengan karakteristik, pola pemanfaatan dan pengelolaan sungai dan rawa banjiran, produksi sumberdaya ikan di sungai dan rawa banjiran. Sedangkan studi lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan nelayan sungai atau rawa banjiran dan nara sumber yang ahli dalam masalah sungai dan rawa banjiran, khususnya di Sumatera Selatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pemanfaatan Sungai dan Rawa Banjiran Sungai Lempuing merupakan salah satu sungai dan rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan, memiliki suatu ciri khas pola tinggi permukaan air yang mempunyai perbedaan tinggi air yang menyolok antara musim kemarau dan penghujan (sekitar 3‐4 meter) (Arifin, 1978 dalam Nasution 2006). Secara morfologi Sungai Lempuing mempunyai beberapa tipe habitat yang dibedakan antara musim kemarau dan musim penghujan yaitu sungai utama, anak sungai utama, semi permanen kanal, permanen kanal, arel banjiran yang ditumbuhi tumbuhan air, danau‐ danau kecil dan besar, “flood plain pools” dan “flooded forest” (Welcomme, 1979 : 1983 dalam Nasution 2006). Sedangkan secara garis besar menurut bahasa nelayan setempat, habitat utama pada perairan lebak lebung (river flood plain) dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu bagian sungai utama, lebak kumpai, talang, dan rawang (Arifin, 1978 dalam Nasution, 2006) Sungai Lempuing ketika musim penghujan air sungai meluap hingga menggenangi seluruh areal habitat ekosistem kecuali talang. Sebaliknya pada musim kemarau air surut hingga daerah sekitarnya kering kecuali alur‐alur anak sungai serta lebung yang dalam. Berdasarkan karakteristik yang dimiliki tersebut sungai dan rawa banjiran mempengaruhi aktifitas masyarakat sehari‐ hari. Sebagian besar masyarakat menjadi nelayan dan sebagian yang lain memanfaatkan lahan untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Pada awal musim penghujan permukaan air berangsur‐angsur naik (Oktober‐Nopember) dan mencapai puncaknya pada bulan Desember. Antara bulan Desember hingga Maret biasanya air berfluktuasi kecil. Sekitar bulan April‐Mei permukaan air mulai menyurut dan mencapai batas terendah sekitar bulan Agustus‐ Oktober (Ondara, 1996). Kegiatan penangkapan di sungai dan rawa banjiran berdasar musimnya, oleh Fatah dan Gaffar (2007) dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu ketika air besar, air mulai surut, air surut dan air mulai naik. Pada waktu air besar yaitu bulan Desember‐ April di perairan lebak beroperasi alat pancing tajur, bengkirai kawat, bengkirai rotan, dan bengkirai bilah. Jenis‐ jenis ikan yang tertangkap berdasarkan urutan yang paling sering tertangkap adalah gabus, lele, sepat siam dan lain‐ lain. Sedangkan di perairan sungai pada waktu itu praktis belum ada kegiatan penangkapan berarti, baru mulai persiapan untuk melakukan penangkapan dengan tuguk, empang dan langgian. Hanya alat langgian sudah mulai beroperasi pada bulan Februari dengan hasil tangkapan udang galah. Di perairan rawang juga belum ada kegiatan penangkapan yang berarti. Pada waktu air mulai surut (Maret‐ Juni) di perairan lebak beroperasi alat bengkirai bilah, bengkirai kawat dan bengkirai rotan. Jenis ikan yang tertangkap mulai dari yang paling banyak
tertangkap adalah sepat siam, gabus, selincah, betok dan lain‐ lain. Di perairan sungai pada waktu itu alat yang beroperasi adalah langgian, tuguk dan empang. Jenis ikan yang tertangkap yaitu udang galah, lais, beringit, sampa dan lain‐ lain. Sedangkan di perairan rawang baru mulai persiapan untuk melakukan kegiatan penangkapan denagan alat empang. Pada waktu air surut (Juli‐ Septembar) nelayan individual praktis tidak dapat aktif melakukan kegiatan penangkapan karena di perairan lebak sebagian besar kering, hanya bagian cekungan dalam yang berisi air, namun sulit dioperasikan dengan alat tangkap sejenis bengkirai (pot traps). Di perairan sungai dan daerah cekungan yang dalam, kegiatan penangkapan sangat intensif. Alat yang dipergunakan yaitu jala (untuk kegiatan ngubek lubuk), kerakat (untuk kegiatan ngesar). Adapun jenis ikan yang tertangkap berdasarkan urutan yang paling sering tertangkap yaitu ikan lais, toman, tapa, belut, tulang, sampa, dan lain‐ lain. Sedangkan di perairan rawang kegiatan penangkapan pada waktu itu juga intensif dengan alat tangkap empang dan jenis ikan yang tertangkap yaitu lais, beringit, sampa dan lain‐ lain. Pada waktu air mulai naik (Oktober‐ Nopember) di perairan lebak beroperasi alat tangkap bengkirai kawat, bengkirai rotan dan bengkirai bilah. Sedangkan jenis ikan yang tertangkap berurutan dari yang paling sering tertangkap adalah sepat siam, tembakang, gabus, lele dan lain‐ lain. Sedangkan di sungai kegiatan penangkapan kurang efektif. Hanya alat tangkap tuguk yang masih beroperasi dan jenis ikan yang tertangkap yaitu lais, udang, sampa dan lain‐ lain. Di perairan rawang sudah tidak ada kegiatan penangkapan yang intensif, hanya jenis alat tangkap bengkirai yang masih beroperasi. Status Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Sungai dan Rawa Banjiran Sumberdaya perikanan di perairan sungai dan rawa banjiran di kabupaten Ogan Komering Ilir sudah dieksploitasi sejak lama. Setidaknya kegiatan eksploitasi sumberdaya perikanan dapat diketahui dengan adanya sistem lelang lebak lebung ketika masa pemerintahan marga pada tahun 1630 di jaman kerajaan Palembang Darussalam yang diperintah oleh Ratu Sanuhun Seding. Tekanan terhadap sumberdaya akibat penangkapan menjadi semakin tinggi dengan meningkatnya upaya penangkapan yang dilakukan nelayan. Kegiatan penangkapan yang intensif dalam jangka panjang mengakibatkan turunnya stok sumberdaya ikan. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrim akan menyebabkan kelangkaan atau hilangnya jenis atau spesies tertentu dari perairan sungai atau rawa banjiran. Hal ini seperti yang terjadi di Sungai Lempuing yaitu mulai langkanya berbagai jenis ikan seperti jelawat (Leptobarbus hoeveni), sengarut (Cryptopterus sp), udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan tangkeleso (Schlrephages formosus) bahkan ada jenis ikan yang telah hilang dari perairan Sungai Lempuing yaitu ikan patin lokal (Pangasius sp) (Nasution, 2006). Sistem pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan sungai dan rawa banjiran di kabupaten Ogan Komering Ilir menggunakan sistem lelang. Dimana pemenang lelang berhak untuk mengekstrasi sumberdaya objek lelang yang dimenangkan selama setahun. Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa nelayan pemenang lelang cenderung mengeksploitasi secara maksimal sumberdaya dalam objek lelang yang menjadi haknya. Adapun jumlah upaya penangkapan (trip) dan jumlah produksi perikanan tangkap perairan umum di kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2006 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 JumlahTrip (waktu/tahun)
Jumlah Produksi (ton/tahun)
Tangkapan Per Unit Upaya (ton/trip)
No.
Jenis alat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jaring insang hanyut 316.523 507,4 0,001603 Jaring insang tetap 399.926 1.108,1 0,002771 Anco 8.276 108,3 0,013086 Serok 6.786 66,6 0,009814 Rawai 21.326 131,9 0,006185 Pancing 312.978 1.377,5 0,004401 Sero/ Kilung 273.319 2.963 0,010841 Jermal/ Tuguk 24.572 927,2 0,037734 Bubu 298.640 1.416,9 0,004745 Lainnya 658.897 2.706,5 0,004108 Jumlah 2.321.243 11.313,4 0,004874 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir,
2007 Jumlah produksi perikanan tangkap di Kabupaten Ogan Komering Ilir sebagai salah satu basis kegiatan perikanan tangkap perairan umum di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2006 sebesar 11.313,4 ton atau memberikan kontribusi sebesar 26,28% bagi total produksi perikanan tangkap di perairan umum Propinsi Sumatera Selatan. Sedangkan upaya penangkapan yang paling sering digunakan adalah menggunakan alat jaring insang tetap yaitu sebanyak 399.926 waktu dalam setahun. Tetapi dalam hal efektifitas, alat tangkap jermal/ tuguk menghasilkan nilai tangkapan per unit upaya paling besar dibandingkan dengan alat lainnya, yaitu sebesar 0,037734 ton/ upaya penangkapan. Jenis ikan yang tertangkap pada perairan umum di Kabupaten Ogan Komering Ilir diurutkan mulai produksi yang paling banyak adalah ikan lele, sepat siam, lampam, gabus, tambakan, baung, lais, patin, udang galah, toman, kodok, tapa, belida, jelawat, kura‐ kura dan lain‐ lain. Sedangkan jika ditinjau dari nilai ekonominya diurutkan mulai yang paling mahal adalah udang galah, tapa, toman, belida, kura‐kura, lais, jelawat, tambakan, lampam, baung, gabus, patin, lele, sepat siam dan kodok. Adapun jumlah produksi secara rinci disajikan pada Tabel 2. di bawah ini. Tabel 2. Produksi dan Nilai Harga Setiap Jenis Ikan Perairan Umum di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2006 No. Jenis Ikan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jelawat Lampam Patin/ Juaro Tapa Baung Lais Gabus Lele Toman Sepat Siam
Produksi Harga Rata‐rata Nilai (ton) (Rp) (X 1000 Rp) 7 14.000 98.000 920,6 12.000 11.047.200 332,8 9.000 2.995.200 28,9 17.000 491.300 453,4 11.000 4.987.400 425,2 14.000 5.952.800 908,9 11.000 9.997.900 1.630,7 6.500 10.599.550 326,6 17.000 5.552.200 1.230 6.000 7.380.000
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Tambakan 560,6 13.000 7.287.800 Belida 12,4 15.500 192.200 Ikan Lainnya 3.533,4 3.000 10.600.200 Udang Galah 327,6 38.000 12.448.800 Udang Lainnya 314,4 11.000 3.458.400 Kodok 295,9 5.000 1.479.500 Kura‐kura 5 15.000 75.000 Jumlah 11.313,4 94.643.450 Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2007 Sementara itu, produksi perikanan tangkap perairan umum di Propinsi Sumatera Selatan antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 2002 diperoleh nilai produksi sebesar 42.268,4 ton dan turun menjadi 41.692,7 ton pada tahun 2003 dan 39.469,7 ton pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005 naik lagi menjadi 43.050,6 ton sebelum akhirnya turun lagi di tahun 2006 menjadi 42.534 ton. Fenomena naik turunnya produksi perikanan tangkap perairan umum ini menarik untuk dicermati. Dugaan sementara, berdasarkan wawancara dengan nelayan adalah adanya fenomena pencemaran perairan yang terjadi di perairan itu sendiri pada tempo waktu yang tidak bisa ditentukan. Sedangkan status kegiatan penangkapan pada perairan umum di Propinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 3. berikut. Tabel 3. Penangkapan Aktual Tahun 2007 dan Penangkapan Optimal pada Perairan Umum dengan Pendekatan MSY, MEY dan MscY di Propinsi Sumatera Selatan Penangkapan Model Jenis Perairan Aktual MSY MEY MScY Tahun 2007 Schaefer Sungai 27.350 ton 24.884 ton 26.264 ton Rawa 17.960 ton 17.945 ton 17.955 ton Perairan Umum 45.310 ton 42.829 ton 44.219 ton 43.044,5 ton Persentase 95% 101% 97% 100% Kondisi Aktual Dengan Model Fox Sungai 24.900 ton 22.002 ton 23.427 ton Rawa 15.851 ton 14.137 ton 15.078 ton perairan umum 40.751 ton 36.139 ton 38.505 ton 43.044,5 ton Persentase 106% 119% 112% 100% Kondisi Aktual Dengan Model Sumber : Koeshendrajana and Cacho, 2001 dan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan, 2008 Tingkat pemanfaatan sungai dan rawa banjiran dalam kegiatan penangkapan di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2007 sebesar 43.044,5 ton. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah optimum yang harus diupayakan melalui pendekatan MSY, MEY dan MscY (Koeshendrajana and Cacho, 2001) maka rata‐ rata telah melewati batas optimum (over fishing). Sehingga dikawatirkan akan mengganggu keseimbangan ekologis sungai dan rawa banjiran.
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Demi melestarikan dan mengembangkan sumberdaya ikan di lingkungan perairan umum daratan khususnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir maka ditetapkan beberapa lokasi lebak atau sungai sebagai daerah reservaat atau suaka perikanan. Dalam daerah reservaat atau suaka perikanan dilarang melakukan kegiatan yang dapat merusak kelestarian habitatnya dan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan empang dan arad, mengesar serta menggunakan alat, bahan dan cara yang dilarang oleh peraturan perundang‐undangan. Suaka perikanan tersebut ditetapkan dengan SK Gubernur Sumatera Selatan yaitu reservat Teluk Rasau di Kecamatan Pedamaran. Sedangkan beberapa suaka lainnya ditetapkan dengan SK Bupati Ogan Komering Ilir. Adapun daerah suaka yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Daerah Reservaat atau Suaka Perikanan Perairan Umum di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2008 Daerah Reservaat atau Suaka Perikanan Lebak atau danau Teluk Purun Lebak atau danau Teluk Gelam Lebak Air Hitam Lebak Air Nilang Arisan Lebung Mayan di Pematang Bongor Lebak Danau Bubusan Danau Teloko
Dasar Hukum SK Bupati KDH II Ogan Komering Ilir No: 180/SK/Bappeda/1987
Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 7 Tahun 2005 Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 345 Tahun 2007 Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 346 Tahun 2007 Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir Nomor : 347 Tahun 2007
Palasan Lebak Keman Arisan Lesir Arisan Jemara Lebung Suak Buayo Sungai Harapan Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2008
Perairan umum kabupaten Ogan Komering Ilir yang merupakan sungai dan rawa banjiran (flood plain) sangat rentan terhadap pencemaran perairan, terutama pada puncak musim kemarau dan awal musim penghujan (peralihan musim kemarau dan musim hujan). Pencemaran perairan setiap tahun menyebabkan kematian ikan di aliran sungai‐sungai yang terdapat di daerah kabupaten Ogan Komering Ilir seperti sungai Komering, Mesuji, Lempuing dan lain‐lain. Pencemaran ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pencemaran alamiah atau biasa disebut masyarakat dengan istilah air masam (air bangar) yaitu proses dari pembusukan akar‐akar atau tumbuhan‐ tumbuhan air yang biasanya terjadi di daerah rawa‐rawa. Jika musim hujan datang pembusukan tersebut menyebabkan air cenderung bersifat asam. Faktor yang kedua adalah bahan kimia dan energi dari limbah pabrik serta lahan pertanian dan perkebunan. Sedangkan faktor yang terakhir adalah karena limbah domestik atau rumah tangga. Untuk mengurangi dampak pencemaran yang merugikan nelayan maka Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengawasan terhadap pencemaran khususnya yang ditimbulkan oleh ulah manusia.
KESIMPULAN DAN SARAN Habitat lebak lebung (river flood plain) dapat dikelompokkan menjadi sungai utama, lebak kumpai, talang dan rawang. Sedangkan sistem pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan di sungai rawa banjiran di Kabupaten Ogan Komering Ilir diatur melalui mekanisme hak pengelolaan objek sungai atau rawa banjiran oleh nelayan dengan sistem lelang. Teknis pemanfaatan sumberdaya ikan di sungai dan rawa banjiran tidak hanya digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan tetapi juga untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan dan lestari, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir menetapkan beberapa lebak lebung sebagai daerah reservaat atau suaka perikanan dan melaksanakan pengawasan rutin terhadap ekosistem perairan umum. Sedangkan secara umum kegiatan penangkapan pada perairan umum di Propinsi Sumatera Selatan telah mengalami lebih tangkap (over fishing). Berdasarkan kesimpulan di atas maka perlu dilakukan kegiatan diversifikasi usaha perikanan maupun ekstensifikasi usaha di bidang usaha lain sebagai cara untuk mengurangi upaya penangkapan yang telah lebih tangkap (over fishing). Sedangkan bagi pemerintah daerah perlu mengkaji mekanisme lelang lebak lebung yang lebih memihak kepada nelayan dan kelestarian ekosistem perairan umum.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 1978. Beberapa Aspek Tentang Penangkapan Ikan di Perairan Umum Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian Perikanan Darat Cabang Palembang. Palembang. Danielsen, F. and W.J.M. Verheught. 1989. Integrating conservation and land‐use planning in the Coastal region of South Sumatra. PHPA, AWB‐Indonesia. Bogor. Fatah, K. dan A.K. Gaffar. 2007. Penelitian Alat Tangkap Perikanan di Perairan Lubuk Lampam. Sumatera Selatan. Tidak dipublikasikan. Koeshendrajana, S. and Oscar Cacho. 2001. Management Options for the Inland Fisheries Resource in South Sumatra, Indonesia: I Bioeconomic Model. Working Paper Series in Agricultural and Resource Economics. University of New England Koeshendrajana, et al. 2007. Laporan Teknis Riset Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Manggabarani, H. 2004. Arah dan Pengembangan Potensi Perikanan Rawa Dalam Pembangunan Nasional. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Nasution, Z. 2006. Pendekatan “Human Ecology” Dalam Riset Sosial Ekonomi Perikanan (Pengantar Teori dan Aplikasi). Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Ondara. 1996. Gagasan Mengenai Teknik Pembenihan Ikan di Lahan Perairan Umum. Kumpulan Makalah Seminar Pengkomunikasian Hasil Penelitian Perikanan Perairan Umum di Sumatera Selatan. Palembang 13 Maret 1995. Lolitkanwar Palembang. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Welcomme, R.L. 1979. Fisheries Ecology of Floodplain Rivers. Longman Group Limited. London.