PENCEMARAN SUNGAI
KELOMPOK 2 : 1. Yana Karina 2. Putri Dwi Lestari 3. Inayatul Mufidah 4. Sofyan Ari Wibowo
(1601200051) (1601200052) (1601200053) (1601200054)
ARTIKEL
SUNGAI "SEJUTA SAMPAH" DAN KURANGNYA KESADARAN WARGA
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Sungai "Sejuta Sampah" dan Kurangnya Kesadaran Warga...", https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/07/08110131/sungai-sejuta-sampahdan-kurangnya-kesadaran-warga. Penulis : Nursita Sari
Sampah tidak hanya menjadi masalah nasional, tetapi juga masalah dunia. Di Indonesia isu sampah selalu mengemuka saat terjadi banjir karena salah satu sebab utama terjadinya banjir adalah adanya sampah yang menyumbat saluran air. Jumlah volume sampah di Jakarta per hari adalah sekitar 6.000 hingga 6.500 ton. Secara keseluruhan pada tahun 2014 sampah yang dihasilkan di Indonesia perhari mencapai 175.000 ton sampah atau jika dirata-rata setiap orang memproduksi sampah 0,7 kg per hari. Indonesiapun menduduki peringkat penghasil sampah plastik terbesar di dunia setelah China. Jumlah sampah yang demikian besar tersebut bukan satu-satunya masalah yang berkaitan dengan sampah, tetapi ada masalah yang lebih harus ditangani yaitu bagaimana mengatasi perilaku masyarakat yang sampai saat ini belum memiliki perilaku untuk membuang sampah pada tempatnya. Perilaku tersebut akan menyebabkan pengelolaan terhadap sampah menjadi semakin rumit dan sulit dicari penyelesaiannya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemandangan tak elok tampak dari atas sebuah jembatan kecil di Jalan Jati Bunder, Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017). Sampah yang didominasi plastik menumpuk dan hampir memenuhi seluruh aliran sungai. Sungai itu berwarna hitam pekat dan menimbulkan bau tak sedap. Sungai di Jati Bunder seolah tak lagi dialiri air, tetapi menjelma bak "sungai sejuta sampah". Tinggi hamparan sampah di sungai tersebut hampir sejajar dengan jalanan di sampingnya. Karung-karung berisi sampah yang telah dikumpulkan petugas kebersihan sungai pun menumpuk di sisi sungai. Tak ada kesadaran warga Seorang perempuan paruh baya, Ade, menyebut bahwa sungai di sekitar rumahnya itu tak dibersihkan sejak sebelum Idul Adha atau pekan lalu.
Dia mengakui, warga di kawasan tersebut tak memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai. "Bagaimana sampah tidak menumpuk, yang buang banyak, setiap hari dan enggak ada yang bersihin. " keluhnya. Warga lain bernama Dody menyatakan hal serupa. Dia menyebut akses pembuangan sampah di sekitar permukiman mereka cukup jauh sehingga warga sering kali membuang sampah ke sungai. Selama ini, warga hanya mengandalkan bantuan petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) yang berkeliling mengangkut sampah setiap dua hari sekali. "Kalau mau buang sampah ya harus ke pasar atau ke belakang kantor kecamatan, jadi warga itu biasanya males dan milih buang ke kali, termasuk saya sih," kata Dody.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji menyayangkan kondisi sungai di Jalan Jati Bunder. Menurut dia, petugas UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup sebenarnya membersihkan sungai tersebut setiap hari. Mereka juga mengedukasi warga untuk tidak membuang sampah ke kali. Isnawa pun yakin kondisi sungai di Jalan Jati Bunder bersih dari sampah setelah dibersihkan, tetapi kembali kotor beberapa jam kemudian. "Kondisi seperti Jati Bunder ini memang kami sesalkan. Tiap hari dibersihkan, tapi tiap hari ada yang ngotori," ujar Isnawa. Kebersihan sungai, kata Isnawa, tidak cukup hanya dengan mengandalkan petugas. Peran serta warga juga dibutuhkan untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, termasuk ke kali atau sungai. "Ada anggapan yang salah dan keliru. Dengan adanya PHL UPK Badan Air, PPSU, dan pasukan pelangi lainnya, warga bisa seenaknya mengotori lingkungan, tidak lagi lakukan kerja bakti lingkungan," kata dia.
IDENTIFIKASI
PENYEBAB 1. Kurangnya kesadaran membuang sampah di daerah Jakarta karena akses pembuangan sampah di sekitar permukiman mereka cukup jauh sehingga warga sering kali membuang sampah ke sungai. 2.
Warga disekitar hanya mengandalkan seorang petugas pembuangan sampah sehingga kerja bakti di lingkungan menjadi kurang.
DAMPAK 1.
Jika sampah di biarkan terus menerus lama kelamaan akan meluap dan menyebabkan bencana banjir.
2.
Menjadi sumber penyakit menular atau sumber pathogen yang terdiri atas bakteri, virus, protozoa, dan cacing yang nantinya akan menimbulkan wabah penyakit misalnya :
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit ).
c. Penyakit malaria yaitu virus yang disebarkan oleh parasit dari nyamuk Anopheles betina. Nyamuk berkembang biak di air. Tanda dan gejala malaria termasuk demam, sakit kepala, dan kedinginan menggigil. Jika dibiarkan, malaria bisa berujung pada komplikasi seperti pneumonia, anemia parah.
3. Jika sampah meluap banyak akan menimbulkan bau tidak sedap sehingga mengganggu pernapasan dan beraktifitaspun tidak akan terasa nyaman. 4. Kebiasaan membuang sampah di sungai akan menimbulkan pencemaran air dan meluapnya air sungai akibat sampah yang tertimbun
SOLUSI SEBAGAI PERAWAT 1. Mendata sejumlah wabah penyakit yang sering terjadi di sekitar pemukiman akibat tercemarnya lingkungan, kemudian dilakukan pencegahan misalnya dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya pola hidup sehat, serta penyakit apa saja yang timbul dari lingkungan yang kurang sehat. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara mengelolah sampah dengan baik yaitu dengan cara memilah sampah : a. Sampah basah : Kompos b. Sampah kering : Dipakai kembali dan daur ulang c. Sampah kertas : Daur Ulang Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
3.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk merawat sungai- sungai di sekitar pemukiman misalkan perawat bekerjasama dengan perangkat desa sekitar pemukiman sungai untuk memberlakukan peraturan yang dapat dipatuhi oleh warga sekitar pemukiman dengan diakannya sanksi jika melanggar peraturan demi untuk terciptanya hidup sehat.
TERIMA KASIH