PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA Jalan Respen Tubu Telp 0553 21174 Malinau Utara 77554 E mail:
[email protected]
MALINAU STANDAR OPERASIONAL PELAKSANAAN DEMAM BERDARAH (SOP DBD) Dalam upaya kewaspadaan dini dan respon kejadian penyakit DBD tentunya perlu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi DBD yang bertujuan untuk mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita. Pengertian : Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus Dengeu dari penderita DBD lainnya terutama menyerang anak-anak, ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Tujuan
: 1. Menurunkan angka insidens kasus DBD sebesar 1/100.000 penduduk di daerah endemis. 2. Tercapainya angka bebas jentik ( ABJ ) > 95 %. 3. Tercapai nya angka kematian DBD / CFR < 1 %. 4. Daerah KLB DBD < 5 %.
Prosedur
: Setelah menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD ; a. Petugas Dinas Kesehatan (wasor, kasi atau kabid) meneruskan ke Pimpinan Puskesmas wilayah kejadian kasus DBD, atau jika ; b. Petugas/Koordinator menemukan/menerima kasus DBD segera ; b.1. mencatat dalam Buku Catatan Harian, Menyiapkan peralatan survei seperti tensimeter, senter, formulir PE, dan surat tugas.
b.2. memberitahukan kepada Kades dan Ketua RT setempat bahwa di wilayahnya ada tersangka/penderita DBD dan akan dilaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Prosedur Pelaksanaan PE Sebagai Berikut : 1. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita infeksi dengue lainnya (sudah ada konfirmasi dari RS atau unit yankes lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya. 2. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet untuk mencari kemungkinan adanya suspek infeksi dengue. 3. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan
tempat-tempat
lain
yang
dapat
menjadi
tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan. 4. Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal penderita. 5. Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka selain dilakukan di rumah penderita tersebut, PE juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita. 6. Terhadap penderita suspek infeksi dengue dan pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE Bila hasil PE positif (ditemukan 1 atau lebih penderita infeksi dengue lainnya dan/atau >3 penderita suspek infeksi dengue, dan ditemukan jentik (>5%), dilakukan penanggulangan fokus (fogging fokus, penyuluhan PSN 3M Plus dan larvasida selektif, sedangkan bila negatif dilakukan PSN 3M Plus, larvasida selektif dan penyuluhan).
7. Membuat laporan PE dan Rekomendasi Tindak Lanjut yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan KPPKB Malinau Cq. Kepala Bidang P2P
Prosedur (SOP) Fogging Focus ; A. Persyaratan Administrasi 1. Terdapat penderita Positif DBD 2. Terdapat Kematian Akibat DBD 3. Telah dilaksanakan Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) dengan memeriksa jentik dengan radius 100 meter dari rumah penderita ( kurang lebih 20 rumah /bangunan secara acak ) 4. Ditemukan lebih dari 3 orang tersangka DBD 5. Ditemukan Jentik > 5% atau ABJ < 95% B. Persyarata Teknis 1. Tersedianya Alat Mesin Fogg / ULV ( Ultra Low Volume ) 2. Pelaksana Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten dan tenaga Lain yang telah dilatih 3. Lokasi meliputi seluruh wilayah terjangkit dengan radius 200 meter dari penderita. 4. Sasaran Fogging rumah dan Tempat-tempat Umum. 5. Dosis Insektisida sesuai dosis. 6. Cara Fogging / ULV dilaksanakan 2 Siklus dengan Interval 1 minggu. 7. Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Fogging untuk 1 Siklus kurang lebih 3 jam.
C. Kompetensi Petugas Fogging 1. Jumlah Petugas yang dibutuhkan pada pelaksanaan Fogging sedikitnya 5 Orang yang meliputi 1 orang Supervisor dan 4 orang petugas Fogging. 2. Petugas pelaksana harus sudah mengikuti Pelatihan / on the job trining Operasional Mesin Fogg yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Propinsi. 3. Klasifikasi Pendidikan Petugas Pelaksana Fogging minimal SD/Sederajat. D. Sarana dan Pra Sarana Fogging 1. 1 buah kendaraan roda 4 untuk mengangkut petugas, alat, bahan ke lokasi. 2. 1 buah megaphone untuk menyampaikan pesan-pesan pada masyarakat. 3. 1 set perlengkapan operasional yang terdiri dari : Baju lengan panjang ( katle pack ); Masker pelindung,; Topi lapangan; Sarung tangan; Sepatu Lapangan. 4. Insektisida untuk 2 siklus fogging. 5. 1 Set bahan pembantu operasional yang terdiri dari : -
3 Buah jerigen 20 lt untuk solar yang digunakan hari itu;
-
2 buah jerigen 5 lt untuk cadangan premium;
-
1 buah jrigen 2 lt untuk cadangn insektisida;
-
8 buah baterai untuk 2 unit mesin fogging;
-
2 buah corong besar bersaring;
-
2 buah corong kecil bersaring;
-
4 lembar kain lap
E. Tujuan Kegiatan fogging focus ini bertujuan memutus rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang sudah mengandung virus dengue dengan radius ± 100 M dari rumah penderita. F. Kegiatan Pendukung Kegiatan fogging focus bukan merupakan solusi utama untuk pencegahan DBD selain itu fogging tersebut harus dilakukan oleh tenaga khusus dan terampil karena obat (insektisida) yang digunakan mempunyai efek samping berbahaya bagi lingkungan dan orang yang melaksanakannya serta terjadinya resistensi terhadap nyamuk itu sendiri. Mengingat Untuk pencegahan yang paling efektif dapat dilakukan dengan memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah dengue dengan berperilaku hidup bersih dan sehat di keluarga dan dilingkungan tempat tinggal yaitu dengan cara antara lain : Membersihkan lingkungan dan rumah masing-masing setiap hari,
terutama
tempat
penampungan
air
sebagai
tempat
berkembangbiak nyamuk demam berdarah dengue seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-lain. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu
sekali)
dilingkungan
masing-masing.
Melaksanakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS : 1. MENGURAS : Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air seperti bak mandi dan drum. 2. MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, tempayan dan lain-lain. 3. MENGUBUR :
Mengubur
atau
menimbun
barang-barang
bekas
serta
mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung air dan dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS). 4. MEMANTAU : Memantau dan memeriksa tempat-tempat penampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes aegpty seperti bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-lain. 5. PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali, mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan talang air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk menghindari dari gigitan nyamuk, memberikan bubuk abate pada penampungan air yang tidak bisa dibersihkan secara rutin lebih dari 7 hari. Peran serta masyarakat dan pihak terkait sangat diperlukan dalam melakukan pencegahan DBD melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Unit Terkait
: Dinas Kesehatan, RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan
organisasi
lain
di
bidang
kesehatan
dan
kemasyarakatan. Malinau, 2 Januari 2019 Kepala Dinas, dr John Felix Rundupadang, MPH Pembina Tingkat I, IV/b NIP. 19700118 20003 1 003
sosial