DAFTAR ISI DAFTAR ISI ......................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................
5
2.1 Alternatif Pengendalian Manajemen dan Pengaruhnya ..................
5
2.1.1 Pengendalian Hasil ...............................................................
5
2.1.2 Pengendalian Tindakan .........................................................
6
2.1.3 Pengendalian Personel dan Budaya .....................................
6
2.1.4 Ketatnya Sistem Pengendalian .............................................
7
2.1.5 Biaya Sistem Pengendalian ..................................................
7
2.1.6 Desain dan Evaluasi Sistem Pengendalian ...........................
8
2.2 Sistem Pengendalian Hasil Keuangan (Pusat Pertanggungjawaban Keuangan) ........................................
8
BAB III Pembahasan .......................................................................................
11
3.1 Ketergantungan Kalimantan Tengah TerhadapAPBN .................
11
3.2 Syarat – Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Persetujuan Revisi DIPA ..............................................................
11
3.3 Kebijakan Sistem Pengendalian Manajemen ................................
11
3.4 Resiko pekerjaan dalam institusi kanwil DJPB ..............................
12
3.5 Sistem Reward Dan Punishment Yang Ada Di Kanwil DJPB ........
12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
13
4.1 Kesimpulan .....................................................................................
13
4.2 Saran ..............................................................................................
13
LAMPIRAN .......................................................................................................
14
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap entitas perusahaan yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan (planning) untuk mencapai tujuan entitasnya tersebut. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan entitas perusahaan, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan entitas perusahaan atau tujuan individu tidak tercapai. Salah satu alat untuk mencapai hal tersebut adalah adanya Sistem Pengendalian Manajemen yang baik yaitu efektif dan efisien. Sistem merupakan seperangkat proses kegiatan yang telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang. Dalam konteks sistem pengendalian manajemen, maka sistem adalah sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang dan saling berhubungan maupun tidak yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan baik secara langsung maupun tidak. Sistem dibagi lagi menjadi 2 bentuk yaitu sistem formal dan informal; Sistem formal adalah sistem yang lebih terstruktur/rumit memungkinkan pendelegasian otoritas dimana sistem formal memperjelas struktur, kebijakan dan prosedur yang harus diikuti oleh anggota organisasi. Pendokumentasian struktur, kebijakan dan prosedur secara formal ini membantu anggota organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sistem informal adalah sistem yang lebih berdimensi hubungan antar pribadi yang tidak ditunjukkan dalam struktur formal, brsfat lebih fleksibel sesuai kebutuhan. Dalam kegiatan suatu entitas, banyak tindakan manajemen yang tidak sistematis. Hal ini disebabkan oleh keadaan yang tidak memungkinkan bagi seorang manajer untuk menggunakan aturan sistem yang telah ditetapkan, sehingga manajer menggunakan pertimbangan feeling pibadinya dalam bertindak. Kegiatan seperti ini biasanya berkaitan dengan interaksi antara manajer yang satu dengan yang lainnya dan manajer dengan bawahannya. Ketepatan sistem itu sendiri akhirnya bergantung 1
pada kemampuan manajer mengatur sesesorang, tidak lagi berdasarkan aturan yang ditentukan sistem tersebut. Pengendalian yaitu menetapkam standar, dan mengambil tindakan sanksi yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Suatu entitas perusahaan juga harus dikendalikan jalannya. Hal ini dilakukan untuk menjamin aktivitas yang dilakukan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan perusahaan,suatu proses untuk mengarahkan perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Manajemen ialah proses (POAC) perencanaan, pengorganisasian, actuating, pemantauan serta pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Proses pengendalian manajemen dalam hal ini adalah proses yang menjamin anggota satu unit usaha melakukan apa yang telah menjadikan strategi perusahaan. Sistem Pengendalian Manajemen Mempunyai Unsur-Unsur : Detektor, Selektor, Efektor dan Komunikator. Biasanya kegiatan yang dilakukan pada suatu entitas perusahaan meliputi :
Merencanakan apa yang akan dicapai oleh perusahaan.
Mengkoordinasikan kegiatan pada masing-masing bagian.
Mengkomunikasikan informasi yang ada.
Mengevaluasi informasi.
Memutuskan apa yang akan dilakukan.
Mempengaruhi orang dalam organisasi tersebut untuk mengerjakan sesuai dengan yang digariskan. Pengendalian
manajemen
dalam
hal
ini
tidak
berarti
bahwa
setiap
tindakan/kegiatan harus sama dengan rencana. Pada prosesnya bisa saja berubah karena perbedaan waktu antara rencana dan kegiatan. Tujuan pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang akan dituju. Jika apabila seorang manajer menemukan cara yang lebih baik dalam operasi sehari-harinya, pengendalian manajemen seharusnya tidak melarang manajer tersebut melakukan dengan cara yang menurut dia benar.
2
Menurut Anthony dan Reece ( 1989:824 ) Sistem pengendalian manajemen mempunyai beberapa ciri penting, yaitu :
Sistem pengendalian manajemen digunakan untuk mengendalikan seluruh organisasi,
termasuk
pengendalian
terhadap
seluruh
sumber
daya(resources) yang digunakan, baik manusia, alat-alat dan teknologi, maupun hasil yang diperoleh organisasi, sehingga proses pencapaian tujuan organisasi dapat berjalan lancar.
Pengendalian manajemen bertolak dari strategi dan teknik evaluasi yang berintegrasi dan menyeluruh, serta kurang bersifat perhitungan yang pasti dalam mengevaluasi sesuatu.
Pengendalian manajemen lebih berorientasi pada manusia, karena pengendalian manajemen lebih ditujukan untuk membantu manager mencapai strategi organisasi dan bukan untuk memperbaiki detail catatan. Oleh sebab itu dalam pengendalian manajemen, peranan pertimbangan-
pertimbangan psikologis lebih dominan. Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tugas terpenting dari manajemen melalui pengendalian manajemen adalah beusaha mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Lingkungan pengendalian entitas perusahaan menurut pemahaman saya terdiri dari manajer dan karyawan harus dimotivasi dan dituntun agar melakukan apa yang diinginkan pimpinannya dan harus dikoreksi jika menyimpang dari arah pencapaian tujuan organisasi. Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel, guna mencapai tujuan tertentu. Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi Suatu proses
pengendalian
manajemen menurut Marciariello
melibatkan
interaksi antar manajer dan manajer dengan bawahannya. Proses pengendalian manajemen meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut yaitu :
PERENCANAAN STRATEGI. Perncanaan strategi adalah proses memutuskan program-program utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan datang. 3
PENYUSUNAN
ANGGARAN. Penyusunan
anggaran
adalah
proses
pengoperasian rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter untuk kurun waktu tertentu.
PELAKSANAAN. Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya menunjukkan dapat menyediakan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun nonkeuangan, informasi internal maupun eksternal.
EVALUASI KINERJA. Pestasi kerja bisa dilihat dari efisien atau efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugasnya. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem Pengendalian Manajemen merupakan perangkat struktur komunikasi
yang saling berhubungan yang memudahkan pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi secara terus menerus. Sistem pengendalian manajemen dikategorikan sebagai bagian dari pengetahuan perilaku terapan Pada dasarnya, sistem
ini
berisi
tuntutan
kepada
kita
mengenai
cara
menjalankan
dan
mengendalikan perusahaan / organisasi yang “dianggap baik” berdasarkan asumsiasumsi tertentu. Masing-masing perusahaan memiliki kompleksitas berbeda dalam pengendalian manajemen, makin besar skala perusahaan akan semakin kompleks. Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan keputusan-keputusan kolektif dalam perusahaan. Untuk memahami sebuah sistem dibutuhkan suatu pengetahuan tentang lingkungan dimana sistem itu berada. Dua unsur penting dalam sistem pengendalian
manajemen
adalah
lingkungan
pengendalian.
4
pengendalian
dan
proses
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Alternatif Pengendalian Manajemen dan Pengaruhnya 2.1.1 Pengendalian Hasil Pengendalian hasil adalah tipe pengendalian yang melibatkan pemberian imbalan pada karyawan untuk hasil yang bagus atau dapat juga disebut insentif
atas
kinerja.
Pengendalian hasil menciptakan meritocracies yaitu karyawan yang paling berbakat dan bekerja keras akan dihargai lebih, daripada karyawan yang sudah lama bekerja atau memiliki hubungan sosial lebih baik, namun kinerjanya rendah. Pengendalian hasil digunakan untuk mengendalikan perilaku karyawan pada berbagai tingkat organisasi. Agar lebih efektif pengendalian hasil membutuhkan implementasi desentralisasi organisasi. Pengendalian hasil merupakan pengendalian yang bersifat preventif dalam mengatasi berbagai masalah pengendalian, yaitu : Pemahaman karyawan mengenai apa yang harus mereka kerjakan dan hasilkan Motivasi karyawan (memaksa karyawan bekerja keras) Keterbatasan individu (memaksa karyawan memiliki keahlian tertentu) Feedback atas pengendalian yang sedang dijalani untuk menilai strategi, organisasi dan karyawan Dalam implementasi pengendalian hasil, memerlukan 4 elemen yang bertahap:
Mendefinisikan dimensi kinerja
Pengukuran kinerja
Pengaturan target kinerja
Pemberian imbalan
5
2.1.2 Pengendalian Tindakan Pengendalian tindakan merupakan bentuk pengendalian yang paling langsung
berusaha
memastikan
mempengaruhi
karyawan
bertindak
perilaku
sesuai
karyawan
yang
dengan
diinginkan
cara
organisasi.
Pengendalian tindakan terdiri dari 4 bentuk dasar, yaitu : Pembatasan perilaku Review pratindakan Akuntabilitas tindakan Redundansi
2.1.3 Pengendalian Personel dan Budaya Pengendalian
personel
adalah
pengendalian
yang
membangun
kecenderungan alami karyawan untuk mengendalikan atau memotivasi diri mereka sendiri. Pengendalian personel memiliki tiga tujuan. Pertama, beberapa pengendalian personel membantu mengklarifikasikan harapan. Pengendalian ini membantu memastikan bahwa tiap karyawan mampu memahami
qapa
yang
diinginkan
perusashaan.
Kedua,
beberapa
pengendalian personel membantu memastikan bahwa tiap karyawan mampu melakukan pekerjaan dengan baik; bahwa mereka mempunyai kemampuan ( seperti pengalaman, kepandaian ). Ketiga, beberapa pengendalian personel meningkatkan kemungkinan bahwa tiap karyawan akan terlibat dalam selfmonitoring. Pengendalian personel dalam di implementasikan melalui (1) seleksi dan penempatan, (2) pelatihan dan (3) desain pekerjaan dan resourceing. Pengendalian budaya di disain untuk mendukung pemantauan bersama ( mutual monitoring) ; sebuah tekanan kuat dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang dari norma dan nilai kelompok. Pengendalian budaya akan bekerja paling efektif jika anggota kelompok memiliki 6
keterikatan sosial atau emosional antara satu sama lain. Budaya dibangun di atas tradisi, kepercayaan, norma, nilai, idiologi, sikap, dan cara berprilaku bersama. Budaya perusashaan yang kuat dan fungsional memengaruhi karyawan untuk bekerja sama dalam model yang sinergis. Budaya perusahaan dapat dibentuk dalam banyak cara, baik lewat kata maupun contoh,
meliputi
kode
etik,
penghargaan
kelompok,
transfer
antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial, dan tone at the top.
2.1.4 Ketatnya Sistem Pengendalian Ketatnya Pengendalian Hasil Untuk mencapai pengendalian hasil yang ketat bergantung pada karakteristik berikut : Definisi atas hasil yang diharapkan agar pengendalian manajemen dinilai ketat maka haruslah adanya Kesesuaian(conggruence), Spesifikasi, Komunikasi dan internalisasi,Kelengkapan. Pengukuran kinerja pengendalian hasil bergantung pada pengukuran kinerja yang precise/tepat, objektif, tepat waktu/timely dan dapat dipahami. Insentif. Pengendalian hasil akan lebih ketat bila reward(atau punishment) terhadap karyawan secara langsung dihubungkan dengan pencapaian (atau tidak tercapainya) hasil yang diinginkan. Hubungan langsung/direct link berarti pencapaian hasil secara otomatis diterjemahkan secara eksplisit dan jelas menjadi imbalan. Ketatnya Pengendalian dianggap ketat jika besar kemungkinan karyawan untuk terus menerus terlibat dalam semua tindakan yang penting untuk keberhasilan operasi dan tidak akan terlibat tindakan yang merugikan.
2.1.5 Biaya Sistem Pengendalian Sistem pengendalian manajemen (SPM) memberikan satu manfaat pokok, yaitu probabilitias yang lebih tinggi sehingga karyawan akan mencapai tujuan perusahaan. Biaya langsung SPM mencakup seluruh biaya out-of 7
pocket,
biaya
moneter
yang
dibutuhkan
untuk
mendesain
dan
mengimplementasikan SPM. Bagian-bagian biaya sistem pengendalian : Perubahan perilaku dan pengendalian hasill, perubahan perilaku dan perubahan tindakan, perubahan perilaku dan pengendalian personel (kultural). Perilaku negatif yang disebabkan oleh pengendalian hasil, pengendalian hasil dapat menyebabkan perilaku negatif, salah satu penyebab perilaku negatif muncul dari kurangnya komitmen karyawan terhadap target kinerja yang ditetapkan dalam sistem pengendalian hasil. Perilaku negatif yang ditimbulkan dari pengendalian tindakan khususnya para tenaga profesional, bereaksi terhadap penggunaan pengendalian tindakan.
2.1.6 Desain dan Evaluasi Sistem Pengendalian. SPM tidak dapat didesain atau dievaluasi tanpa pemahaman mengenai keinginan perusahaan yang harus dilakukan oleh karyawan. Tujuan dan yang lebih penting, strategi yang berasal dari pemahaman yang tepat mengenai tujuan perusahaan sering kali memberikan petunjuk penting mengenai tindakan-tindakan yang diharapkan.Jenis pengendalian manajemen yang berbeda tidak sama efektifnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan pengendalian manajemen. Salah satu keunggulan yang umum adalah feasibility. Pengendalian hasil dapat menjadi pengendalian yang efektif bahkan ketika kuranganya pengetahuan mengenai tindakan yang diinginkan.
2.2 Sistem Pengendalian Hasil Keuangan (Pusat Pertanggungjawaban Keuangan) Sistem pengendalian hasil keuangan memiliki 3 elemen inti yaitu: Pusat-pusat pertanggungjawaban keuangan, yang mendefinisikan pembagian secara adil terhadap hasil-hasil keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu organisasi. Sistem perencanaan dan pengendalian, serta proses manajemen formal lainnya, yang digunakan untuk sejumlah pengendalian yang berhubungan 8
dengan tujuan termasuk pengaturan sasaran-sasaran kinerja dan standarstandar untuk mengevaluasi kinerja. Kontrak insentif,
yang
mendefinisikan
hubungan
antara
hasil
dengan
bermacam-macam pemberian imbalan dan hukuman organisasi. Sistem pengendalian hasil keuangan juga bergantung pada apa yang biasanya disebut sebagai pengendalian internal, yang mempercayai keandalan dari informasi organisasi.
Keuntungan-Keuntungan Dari Sistem Pengendalian Hasil Keuangan Tujuan keuangan sangat berpengaruh pada perusahaan yang berorientasi laba. Laba dan arus kas menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Ukuran keuangan menyediakan suatu ringkasan komprehensif (menyeluruh) dari kinerja perusahaan. Kebanyakan ukuran keuangan itu relatif tepat dan objektif. Pengendalian hasil keuangan dapat menyediakan suatu bentuk pengendalian manajemen yang tidak kentara. Pengendalian hasil keuangan dapat digunakan secara luas. Biaya dari penerapan hasil keuangan biasanya relatif kecil dibandingkan bentukbentuk pengendalian manajemen lainnya.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban Keuangan Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban di mana para manajer diharapkan dapat bertanggung jawab untuk pengembalian laba atas investasi. Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban di mana manajer diharapkan bertanggungjawab untuk laba yang diukur dari perbedaan antara pendapatanpendapatan
yang
dihasilkan
dan
biaya-biaya
yang
dikeluarkan
untuk
memperoleh pendapatan. Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban di mana manajer diharapkan dapat bertanggungjawab untuk menghasilkan pendapatan yang merupakan ukuran output keuangan .
9
Pusat biaya atau beban merupakan pusat pertanggungjawaban di mana manajer diharapkan dapat bertanggungjawab untuk beberapa elemen biaya atau beban. Biaya dan beban adalah ukuran keuangan dari input (sumber daya) yang digunakan oleh pusat pertanggungjawaban. Variasi Dalam Setiap Jenis Pusat Pertanggungjawaban Empat kategori dari pusat pertanggungjawaban keuangan di atas dapat dibedakan, ada variasi yang sangat penting dalam setiap jenis pertanggungjawaban keuangan. Empat pusat pertanggungjawaban tersebut terefleksi dalam sejumlah item laporan laba-rugi. Para manajer pusat margin bruto mungkin dari tenaga penjual tingkat rendah yang kebetulan
menjual
produk-produk
dalam
margin
bervariasi.
Ukuran
laba
memberikan mereka insentif untuk menjual dengan margin yang lebih tinggi dibanding hanya menghasilkan tambahan, yang mungkin merupakan pendapatan yang tidak menguntungkan.
10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Ketergantungan Kalimantan Tengah Terhadap APBN Angka APBN yang digunakan Kalimantan Tengah sebesar 5,8 T atau 88% dari total seluruh belanja Kalimantan Tengah dan hanya 12% APBD yang digunakan Kalimantan Tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan daerah Kalimantan Tengah masih belum dapat memenuhi belanja daerahnya sendiri.
3.2 Syarat – Syarat yang Harus Dipenuhi untuk Persetujuan Revisi DIPA Persyaratan Revisi DIPA melalui Front Office (FO) Bidang Pelaksanaan Anggaran (PA) Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan menyertakan dokumen-dokumen sebagai berikut: Surat Pengantar revisi Surat Pernyataan KPA ADK Revis dan Konsep Revisi DIPA Matriks Perubahan (sebelum dan sesudah) Surat Tugas Update halaman III DIPA
3.3 Kebijakan Sistem Pengendalian Manajemen sektor KPPN tersebut memiliki struktur dan sistem yang berbeda sesuai dengan perannya masing – masing. Jika dikaitkan dengan materi yang sudah kami pelajari bahwa masalah ini terkait dengan teori Manajemen dan pengendalian yang dimana teori ini membahas tentang bagaimana sistem dalam organisasi atau institusi berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11
3.4 Resiko pekerjaan dalam institusi kanwil DJPB Resiko teknis yang mungkin terjadi berupa konsleting listrik dan kerusakan komputer secara fisik maupun dari sistem komputer tersebut. Dan untuk mengatasi resiko – resiko tersebut adalah dengan mengganti kabel – kabel listrik yang sudah tua dengan kabel listrik yang lebih kuat dan untuk mengatasi resiko berupa komputer pihak kanwil melaukukan pemeliharaan komputer dari fisik sampai non fisik setiap setahun sekali. Resiko Non teknis yang mungkn terjadi berupa kesalahan yang dilakukan oleh karyawan baik disengaja maupun yang tidak di sengaja. Untuk mengatasi yang mungkin terjadi seperti ini maka pihak kanwil memberikan sanksi kepada karyawan yang memiliki kesalahan agar karywannya dapat bekerja secara optimal tanpa melakukan kesalahan.
3.5 Sistem Reward Dan Punishment Yang Ada Di Kanwil DJPB Di kanwil DJPB menerapkan sistem punishment kepada karyawan, sehingga karyawan
mustahil atau tidaknya lebih sulit, untuk melakukan hal hal yang
seharusnya tidak dilakukan ( pelanggaran). Untuk pelanggaran yang ringan karyawan mendapat teguran dari pihak kanwil DJPB, untuk pelanggaran yang sedang mendapat pemotongan gajih sebesar 50% dan untuk pelanggaran berat berupa pemecatan. Pengukuran kinerja berupa seberapa berhasil seseorang karyawan menjalankan tugasnya. Dari pengukuran kinerja tersebut kita dapat melihat prestasi karyawan. terhadap karyawan yang berprestasi tadi perusahaan dapat memberikan imbalan berupa kenaikan jabatan, bonus atau insentif agar karyawan slalu termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari
permasalahan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
apabila
terjadi
ketidaksesuaian laporan keuangan dengan yang terjadi dilapangan, maka Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Kalteng berhak melakukan evaluasi kembali terhadap pengalokasian anggaran yang dicairkan. Kesimpulan dari pembahasan kami pada laporan ini adalah, yang pertama dari kunjungan kami adalah, kami dapat mengetahui apa itu kanwil DJPB, fungsi nya, sistem, dan beberapa subsektor yang ada dalam knwil DJPB
tersebut. Mengetahui sistem pengendalian dalam
intitusi, pengalokasian dana dengan syarat DIPA, apa itu dipa, serta fungsi dipa, dan syarat revisi dipa.
4.2 Saran Untuk mahasiswa agar lebih krirtis dalam memahami dan menyikapi masalah yang terjadi DI Kanwil DJPb dan agar bisa mengambil manfaat serta memiliki wawasan sebelum terjun ke dunia kerja nantinya. Untuk Fakultas Ekonomi Dan Bisnis agar lebih sering mengadakan kegiatan kunjungan agar mahasisiwanya dapat melihat secara langsung praktek dari teori yang di pelajari di dalam kelas.
13
LAMPIRAN
14
15
16