SOSIOLINGUISTIK VARIASI BAHASA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 NIRWANA
1657042028
CITRA HARDIANTI DINI
1657042019
ARFIKA JULIANTI
1657042018
INDRA AMRIADI
1657042023
PRODI PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNUVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut
nama
Allah
SWT
yang
Maha
Pengasih
lagi
Maha
Penyanyang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melipahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami,sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Terlepas dari itu kami menyadari sepenuhnya bahwa susunan makalah ini masih ada kekurangan.Oleh karena itu dengan keterbukaaanya kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca.Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khusunya terhadap dosen dan mahasiswa.
BAB I PENDAHULIAN A. Latar belakang Bahasa dan masyarakat akan selalu menjadi pasangan yang mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi tersebut terjalin di antara individu satu dengan individu lainnya yang bersifat heterogen. Keheterogenan penutur dan lawan tutur yang ditunjang dengan sifat bahasa yang arbitrer sangat memungkinkan utuk melahirkan variasi dalam bahasa tersebut. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain. Sebagai sebuah alat komunikasi, bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang mesti dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, serta adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut ujaran (parole), menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Dalam pandangan Sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala sosial,bahasa dan pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik yang memengaruhi pemakaian bahasa, yaitu faktor-faktor sosial (status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya) Faktor-faktor situasional menyangkut siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Karena faktor-faktor di atas, maka timbul keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, atau biasa kita sebut variasi bahasa. Bahasa, dalam praktik pemakaiannya, pada dasarnya memiliki bermacam-macam ragam. Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai hakikat variasi bahasa, variasi bahasa dari segi tipe, sumber, level, model, dan jenis variasi bahasa.
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
B. Rumusan Masalah Dengan mengetahui latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan variasi bahasa? 2. Apa saja variasi dan jenis bahas? 3. Apa yang dimaksud dengan bahasa dan dialek?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertaian Variasi Bahasa Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk dan makna. Aspek bentuk meliputi bunyi, tulisan, dan strukturnya. Aspek makna meliputi makna leksikal, fungsional, dan struktural. Jika diperhatikan lebih rinci lagi, kita akan melihat bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan kecil maupun perbedaan yang besar antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang lainnya. Misalnya, perbedaan dalam hal pengucapan ‘a’ yang diucapkan oleh seseorang dari waktu satu ke waktu yang lain. Begitu juga dalam hal pengucapan kata /putih/ dari waktu yang satu ke waktu yang lain mengalami perbedaan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti ini dan yang lainnya dapat disebut dengan variasi bahasa.
Amat sulit untuk mengetahui variasi ini melalui pendengaran kita karena pendengaran kita dipengaruhi oleh banyak faktor seperti udara, kesegaran, perasaan, dan besarnya perhatian kita. Untuk mengetahui variasi ini dapat digunakan spektogram. Spektogram adalah gambaran yang dihasilkan atau direkam oleh suatu alat yang disebut spektograf. Kenyataan yang dapat dilihat di lapangan adalah pada pemakaian kata ‘aku’ dan ‘saya’. Pemakaian kata ‘aku’ dipakai pada suatu keadaan sosial. Kemudian kata ‘saya’ dipakai pada suatu keadaan sosial yang lainnya. Contoh lain adalah penggunaan kata ‘kates’ di suatu daerah, sedangkan di daerah lain dipakai kata ‘papaya’. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan atau variasi bahasa.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh penuturnya yang tidak homogen. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Dalam hal variasi bahasa atau ragam bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak ada, artinya bahasa itu jadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam menurut Chaer dan Agustina. Berdasarkan contoh di atas, dapat dipahami masalah yang dihadapi para ahli bahasa dalam memilih definisi bahasa yang akan menjadi dasar kerja dan metodologinya dalam upaya membuat penjelasan tentang penemuan-penemuannya meliputi rangkap bahasa itu sendiri yang cukup rumit. Sifat bahasa itu sudah merupakan sistem yang sangat kuat dan abstrak yang dipakai oleh semua warga komunitas bahasa (speech-community) tetapi hanya bisa diamati sebagai tingkah laku individu dan pada saat yang sama tampak seperti tingkah laku orang yang aneh (idiosyncracy).
B. Variasi dan Jenis Bahasa Chaer dan Agustina mengungkapkan variasi bahasa itu ada beberapa jenis, diantaranya: 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur a.
Variasi Bahasa Idiolek Variasi bahasa idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idiolek setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing.Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi, dan bahkan karena kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual .Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut. b.
Variasi Bahasa Dialek Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnyarelatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa Jawa dialek Banyumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya. c.
Variasi Bahasa Kronolek atau Dialek Temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini. d. Variasi Bahasa Sosiolek Variasi bahasa sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Variasi bahasa sosiolek dibagi menjadi sebagai berikut: 1)
Variasi Bahasa Berdasarkan Usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang dewasa. 2)
Variasi Bahasa Berdasarkan Pendidikan
Yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana. 3)
Variasi Bahasa Berdasarkan Seks Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak. 4)
Variasi Bahasa Berdasarkan Profesi Variasi bahasa berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis profesi, pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu mempunyai perbedaan variasi bahasa. 5)
Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Kebangsawanan Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail
dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja
(keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat. 6)
Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Ekonomi Para Penutur Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. 7)
Variasi Bahasa Berdasarkan Tingkat Golongan, Status, dan Kelas Sosial Dalam Chaer dan Agustina (2010:87-89) variasi bahasa berdasarkan tingkat
golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut: a. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya; b. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah; c. Vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan; d. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia; e. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak); f. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll; g. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet, barang dalam arti mangsa, daun dalam arti uang, dll; h. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.
2. Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3.Variasi Bahasa dari Segi Keformalan Joos (Chaer dan Agustina, 2010:70) membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu: a.
Ragam Beku (frozen). Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya. b.
Ragam Resmi (formal) Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c.
Ragam Usaha (konsultatif) Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. d.
Ragam Santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya. e.
Ragam Akrab (intimate) Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
4
Variasi Bahasa dari Segi Sarana Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan.
Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan. Jenisnya adalah ragam atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang tidak sama. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
C. Bahasa dan Dialek Ada dua ciri bahasa yang saling bertentangan, yakni ciri universal dan ciri lokal (unik). Ciri universal bahasa, diantaranya terletak pada fonologi, morfologi, dan sematik yang ditemukan pada hampir semua bahasa yang terletak pada adjektiva mengikuti nomina, seperti rumah besar, jalan besar dan orang pandai yang juga ditemui di berbagai bahasa di dunia. Sifat universal bahasa dapat juga ditemui di persamaan kata pada beberapa bahasa di dunia. Fakta ini memperkuat dugaan para ahli bahwa pada asal mulanya bahasa manusia itu adalah satu dan sama. Sifat lokal (unik) bahasa dapat ditemui pada setiap daerah dan waktu serta individu. Lingua franca Indonesia adalah bahasa Indonesia, tetapi cara setiap orang Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dapat kita tentukan asal-usul daerah. Cara orang Ambon berbeda dengan orang Betawi dalam mengungkapkan sesuatu dalam Bahasa Indonesia. Begitu juga halnya dengan orang Minahasa, Madura, Batak, Jawa, dan sebagainya. Keunikan itu pada akhirnya membentuk aksen, logat atau dialek yang disebut juga dengan idiolek-idiolek. Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi dapat kita temui pada Mandra yang terkenal dengan sinetronnya Si Doel Anak Sekolahan.
Bahasa Indonesia dengan dialek Madura diwakili oleh Kadir dalam sinetron Kanan Kiri Oke. Bahasa Indonesia dengan dialek Batak diwakili oleh Si Raja Minyak yang diperankan oleh Ruhut Sitompul dalam sinetron Gerhana, dan sebagainya. Bahasa sebagai suatu sistem memiliki multimakna. Dari sekian banyak makna, ada tiga makna yang memunculkan variasi-variasi dan dialek bahasa dalam kehidupan manusia, yaitu:
1). Bahasa bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Bahasa Jawa mempunyai 100 kata untuk menyebutkan berbagai anak binatang yang tidak ada dalam bahasa lain. Bahasa Inggris mempunyai lebih dari 50 kata untuk menggambarkan berbagai bentuk daun yang tidak dikenal dalam bahasa lain.
2). Bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk bekerjasama dan berkomunikasi, karena kelompok manusia tersebut banyak ragamnya yang berinteraksi dalam berbagai lapangan kehidupan, serta penggunaan bahasa untuk berbagai macam keperluan. Di lingkungan masyarakat Jakarta misalnya, Si Ucok memiliki kebiasaan sehari-hari untuk mengakhiri tuturnya dengan kata ‘bukan?’, namun tetangganya yang bernama si Andi, si Oneng dan si Ujang tidak suka dengan kebiasaan semacam itu. Pilihan kata-kata antara seseorang dengan orang lain pun juga berbeda. Sebenarnya semuanya itu masih tetap kita sebut satu bahasa, semuanya merupakan perbendaharaan dari suatu bahasa. Nah, tutur kata dari setiap anggota masyarakat bahasa (misalnya masyarakat bahasa Betawi, Sunda, Jawa, Bali, dan lain-lain), yang ditandai dengan perbedaan-perbedaan kecil semacam itulah yang kita sebut sebagai idiolek. Atau dengan bahasa yang sangat sederhana dapatlah dikatakan bahwa yang dinamakan idiolek adalah keseluruhan ciri-ciri dalam ujaran perseorangan.
Bahasa bersifat unik yang membuatnya berbeda dengan bahasa lainnya yang ada di dunia ini. Bahasa sangat variatif yang timbul dari keperluan dan pribadi pengguna bahasa. Bahasa sebagai sarana identifikasi kelompok sosial. Soalnya adalah apakah yang menjadi dasar pemberda yang memunculkan dialek bahasa? Menurut Kridalaksana (1970) adalah waktu dan tempat. Menurut Sibarani (2002) adalah
budaya yang menjadi latar belakangnya. Bentuk bahasa yang sama mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang menjadi wadahnya.
Contohnya adalah :
a) Makna leksikon godang pada dialek Angkola/Mandailing berarti banyak sedangkan makna leksikon godang pada dialek Batak Toba berarti besar. b) Makna leksikon penyakit kelaminnya telah bertambah larut (bahasa Malaysia) sama dengan penyakit istrinya telah bertambah parah (bahasa Indonesia). c) Makna leksikon ran itu didiami oleh sekelamin orang sakai (bahasa Malaysia) sama dengan pondok itu didiami oleh sepasang orang Sakai (bahasa Indonesia). d) Keadaan serupa dapat juga kita temui pada bahasa Jawa dan Sunda, yaitu :
Bahasa Sunda
Bahasa Jawa
amis ‘manis’
amis ‘manis’
gedang ‘pepaya’
gedang ‘pisang’
raos ‘enak’
raos ‘rasa’
atos ‘sudah’
atos ‘keras’
cokot ‘ambil’
cokot ‘gigit’
3). Dengan bahasa suatu kelompok sosial bisa mengidentifikasi dirinya. Di antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol, karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Gaya bahasa menunjukkan identitas suatu kelompok sosial. Gaya bahasa Indonesia masyarakat Bugis berbeda dengan gaya bahasa masyarakat Samarinda, masyarakat Bali, masyarakat Madura, masyarakat Lampung, masyarakat Melayu Riau, masyarakat Aceh, dan sebagainya. Bahasa yang menunjukkan identifikasi sosial pemakainya disebut dengan masyarakat bahasa. Menurut Halliday yang dikutip F.X. Rahyono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005), masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa atau menganggap diri mereka memakai bahasa yang sama. Masyarakat
bahasa sangat erat hubungannya dengan subjektivitas pemakainya. Secara linguistik, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah satu bahasa yang sama, namun masyarakat bahasa yang memakai kedua bahasa tersebut menganggapnya sebagai bahasa yang berbeda. Akibatnya muncullah dua masyarakat bahasa yang berbeda. Masyarakat bahasa Indonesia dan masyarakat bahasa Malaysia. Kondisi ini mempengaruhi keakraban dan keintiman pemakai bahasa yang bersangkutan. Anggota masyarakat bahasa Indonesia terasa semakin akrab dengan sesamanya yang menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan orang dari masyarakat bahasa Malaysia, begitu juga sebaliknya. Bahasa membentuk identitas suatu kelompok sosial yang akan mempengaruhi keakraban dan keintiman pemakainya.
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Variasi bahasa merupakan perbedaan-perbedaan bentuk bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa itu. Variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan penuturnya, seperti idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek, dan berdasarkan pemakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka cipta
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/08/15/variasi-bahasa/
http://nurulkhotimah1919.blogspot.com/2015/05/variasi-bahasa-dalam-sosiolinguistik.html
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2016/08/15/variasi-bahasa/ http://nurulkhotimah1919.blogspot.com/2015/05/variasi-bahasa-dalam-sosiolinguistik.html