Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) BAGIAN PROSES-PABRIK KELAPA SAWIT
4.
satu indikator dalam mendapatkan ISPO.
Pengelola pabrik memastikan bahwa
Pada prinsip dan kriteria ISPO No. 2
limbah pabrik kelapa sawit dikelola sesuai
(Penerapan Pedoman Teknis Budi daya
dan Pengolahan Kelapa Sawit) poin 2.2
(Penerapan Pedoman Teknis Pengolahan
Pengelolaan Limbah
ole hM aru li P ard am ean
SOP juga telah ditetapkan sebagai salah
dengan ketentuan yang berlaku. 5.
Pengelolaan Limbah B3
Hasil Perkebunan) disebutkan tersedia SOP
Limbah B3 merupakan limbah yang
sebagai berikut.
mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun yang karena sifat dan
1. Pengangkutan Buah
konsentrasinya dan atau jumlahnya
Pengelola perkebunan harus memastikan
dapat mencemarkan dan/atau merusak
bahwa TBS yang dipanen harus segera
lingkungan hidup. Oleh karena itu, harus
diangkut ke tempat pengolahan untuk
dilakukan upaya optimal agar kualitas
menghindari penurunan kualitas.
lingkungan kembali kepada fungsi semula.
2. Penerimaan TBS di Pabrik
6. Gangguan dari Sumber yang Tidak
Pengelola pabrik memastikan bahwa TBS
Bergerak
yang diterima sesuai dengan persyaratan
Gangguan sumber yang tidak bergerak
yang telah ditetapkan.
berupa baku tingkat kebisingan, baku tingkat getaran, baku tingkat kebauan,
3.
Pengolahan TBS
dan baku tingkat gangguan lainnya
Pengelola pabrik harus merencanakan
ditetapkan dengan mempertimbangkan
dan melaksanakan pengolahan TBS
aspek kenyamanan terhadap manusia dan/
melalui penerapan praktik pengelolaan/
atau aspek keselamatan sarana fisik serta
pengolahan terbaik (GHP/GMP).
kelestarian bangunan.
7. Pemanfaatan Limbah
terhadap penerimaan TBS di PKS, harus
Pengelola perkebunan/pabrik harus
dilaksanakan dengan hati-hati. Kebijakan yang harus dilaksanakan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
memanfaatkan limbah untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak
di stasiun penerimaan buah ini sebagai
lingkungan.
berikut.
(1) Seluruh truk pengangkut TBS kebun maupun luar harus menyerahkan
Berikut contoh SOP Pabrik Kelapa
Sawit yang menggunakan sistem horizontal
surat pengantar TBS ke petugas di pos
sterillizer yang terdiri atas berikut.
keamanan sebelum diizinkan masuk ke
1. Penerimaan Buah
PKS.
2. Perebusan
(2) Seluruh truk pengangkut TBS kebun atau luar harus melalui jembatan timbang
4. Pengadukan
untuk mengetahui berat TBS yang
5. Pemurnian
dibawa, baik pada saat masuk maupun
6. Nut dan Serabut
keluar PKS, serta menyerahkan surat
7. Kernel Recovery 8. Boiler
9. Listrik
10. Pengolahan air 11. Laboratorium
12. Pengolahan Limbah
ole hM aru li P ard am ean
3. Pemisahan Brondolan
pengantar TBS.
(3) Seluruh truk pengangkut TBS harus melakukan proses antrian masuk ke PKS. Kontrol penerimaan buah diatur oleh petugas pos dengan prioritas TBS kebun inti.
(4) Sortasi Mutu Buah
A. SOP PENERIMAAN BUAH 1. Pendahuluan a.
Seluruh truk pengangkut TBS dari inti, luar, dan plasma harus dilakukan sortasi terhadap mutu buah sebelum dibongkar
Kebijakan Perusahaan
di loading ramp.
Stasiun penerimaan buah sebagai
tahapan awal dari seluruh tahapan
proses pengolahan di pabrik kelapa sawit
b.
merupakan stasiun yang paling vital. Oleh
1. Pos Keamanan
karena dari stasiun penerimaan ini bisa
Pos keamanan bertugas sebagai berikut.
diketahui mutu buah yang akan diolah
(1) Mengatur antrean penerimaan
untuk mendapatkan hasil olahannya berupa CPO dan kernel. Artinya, bila TBS
Dasar–Dasar Operasional
kendaraan pengangkut TBS. (2) Mengawasi pemeriksaan keamanan
yang diterima bermutu jelek, maka hasil
terhadap TBS yang dierima untuk
olahannya sudah pasti bermutu jelek dan
mencegah terjadinya manipulasi.
sebaliknya. Begitu juga di dalam perlakuan
5. Buah Abnormal (Abnormal Bunch)
2. Secara umum, fungsi dari stasiun
adalah janjang buah yang gagal
ke dalam:
berkembang menjadi buah masak
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
penerimaan dapat diklasifikasikan
(1) penerimaan TBS,
normal, antara lain buah parenokarpi
(2) penampungan sementara,
(> 50% brondol partenokarpi), buah
(3) persiapan untuk pengolahan.
batu, dan buah sakit.
6. Buah Tangkai Panjang (Long Stalk)adalah
c.
buah yang panjang gagangnya lebih
Tandan Buah Segar
Tandan Buah Segar (TBS) merupakan
dari 2 cm diukur dari potongan yang
bahan baku pengolahan di PKS. Hasil
terdekat dengan sisi permukaan buah.
produksi serta kualitas CPO dan kernel yang
7. Buah Dimakan Tikus adalah janjangan
dihasilkan sangat tergantung dari mutu TBS
buah yang dimakan tikus, yaitu terdapat
tersebut.
lebih dari tiga brondol dalam satu
d. Sortasi TBS
Sortasi TBS di PKS bertujuan untuk
mengetahui mutu buah yang diterima.
ole hM aru li P ard am ean
janjang dijumpai bekas keratan baru gigitan tikus.
Kriteria TBS ini adalah untuk
Mutu buah yang diterima di PKS terdiri dari
menjelaskan mutu buah yang dipanen dan
beberapa kriteria, yaitu
disortasi pada hari yang sama.
1. Buah Mentah Merah (Unripe) adalah janjangan buah yang membrondol
Peralatan pendukung di stasiun
penerimaan TBS terdiri atas.
kurang dari satu brondol per kilogram janjang.
2. Buah Masak (Ripe) adalah janjang
a. Jembatan Timbang
Merupakan timbangan yang menggunakan
yang warnanya kemerahan dan
sistem elektronik yang terdiri atas jembatan
memberondol paling sedikit dua
timbang dan ruang timbang. Ruang
brondol per kilogram janjang dan paling
timbang dilengkapi indikator dan komputer
banyak 50%.
digunakan operator untuk mengoperasikan
3. Buah Terlalu Masak (Over-Ripe) adalah
jembatan timbang. Kondisi ruang
janjang buah yang membrondol lebih
timbangan harus bersih, rapi, dan cukup
dari 50% hingga maksimum 90%.
dingin. Adapun fungsi jembatan timbang
4. Janjangan Kosong (Empty Bunch), adalah janjang buah yang membrondol lebih dari 90% hingga membrondol seluruhnya.
sebagai berikut. • Mengetahui jumlah berat TBS yang masuk. • Mengetahui jumlah berat hasil produksi (CPO dan Kernel) yang keluar PKS.
• Menimbang barang-barang yang masuk dan keluar, yang berhubungan dengan
conveyor dijalankan dikutip kembali dan dikembalikan ke dalam lori.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
pabrik maupun kebun.
e. Capstan dan Guide Bollard
b. Loading Ramp
Capstan berfungsi untuk menarik lori
Loading ramp merupakan tempat
dilengkapi roll untuk menggulung tali
penampungan sementara buah sebelum
dengan kecepatan gulung ± 20 m/menit,
diproses. Lantai hopper penampung
sedangkan guide bollard berbentuk roller
terbuat dari besi pelat dan ada juga yang
dilengkapi bearing berfungsi sebagai
dibuat dengan besi T dengan kisi-kisi yang
pembantu untuk membalik arah tarikan lori
bercelah ± 10 mm yang berguna untuk
yang ditarik capstan.
memisahkan/membuang pasir dan sampah
Transfer Carriage
f.
Kapasitas loading ramp berkisar 100—300
Transfer carriage berfungsi untuk
ton. Loading ramp ini dilengkapi dengan
memindahkan lori buah dari jalur rail
hydrolik system untuk membuka dan menutup pintu.
ole hM aru li P ard am ean
agar tidak ikut dalam proses pengolahan.
loading ramp ke jalur rail sterilizer atau sebaliknya. Kontruksi transfer carriage terbuat dari besi pelat tebal ± 10 mm yang
c. Lori
Lori atau keranjang buah berfungsi untuk penampungan buah yang akan direbus.
Lori dibuat dari besi pelat yang pada bagian dasar dan dinding kiri kanan dilubangi
(diameter lubang ± 10 mm) agar penetrasi steam ke dalam buah dan penguapan air dari dalam buah lebih efektif. Ukuran lori
difabrikasi dilengkapi rail dan digerakkan oleh sistem hidrolik.
Flow chart operasional di stasiun penerimaan dapat digambarkan sebagai berikut.
Truk/Traktor Pengangkutan TBS
yang digunakan adalah 7,5 ton dengan menggunakan tippler.
Pos Keamanan
d. Dirt Conveyor Dirt conveyor yang biasa digunakan jenis
Penimbangan TBS
rantai conveyor yang dilengkapi scrapper. Fungsinya untuk membuang sampah dari kisi-kisi loading ramp ke tempat
Masuk ke Peron Loading Ramp
penampungan/gandengan. Brondolan buah yang ikut dalam sampah sebelum
Masuk ke Lori TBS
•
2. Prosedur Operasional
Kondisi ruangan dan lingkungan jembatan timbang harus bersih.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
a. Pos Keamanan
•
(1) Pengaturan Antrean
Petugas keamanan akan mengatur
indikator sesuai password masing-masing
antrean jika terjadi antrean panjang.
operator.
•
(2) Administrasi
Mengaktifkan komputer timbangan dan
Indikator menunjukkan beban angka
“nol” pada beban kosong.
Menerima dan memeriksa surat
pengantar TBS dari supplier/kebun yang
•
Mobil boleh masuk ke timbangan
diantar supir dan mencatat ke dalam
dengan posisi senter untuk selanjutnya
buku jurnal penerimaan TBS serta
dilakukan penimbangan pertama.
•
menyerahkan kembali ke supir sesuai
Setelah pembongkaran TBS dilaksanakan, dilakukan proses
antrean kedatangan.
(3) Keamanan Timbangan
penimbangan kedua untuk diperoleh
berat neto.
dari kebun inti atau sepupu, segel
harus diperiksa keutuhannya. Jika ada kecurigaan kerusakan gembok, segel,
ole hM aru li P ard am ean
Sebelum truk TBS ditimbang khususnya
•
tutup, operator mematikan seluruh peralatan timbangan.
jaring, harus dilaporkan ke atasan. Pada
(2) Administrasi Timbangan
saat penimbangan truk TBS, petugas
•
keamanan bertugas mengatur posisi
penumpang atau benda asing di dalam truk, dan bentuk-bentuk kecurangan
diperiksa di pos keamanan.
•
Bila ada potongan sortasi/denda maka
krani timbangan akan menghitung berat neto dikurangi dengan potongan/denda.
lainnya.
(4) Keamanan Loading Ramp
Sebelum dilakukan penimbangan
supir menyerahkan SP TBS yang sudah
senter truk, mengecek ada atau tidaknya
Setelah akhir penimbangan/timbangan
•
Krani timbang setelah melakukan
Petugas keamanan di loading ramp
proses penimbangan membuat print
bertugas menjaga keamanan dan
out rangkap empat dan menyerahkan
ketertiban saat pembongkaran dan
kembali ke supir dengan perincian
pelaksanaan sortasi.
sebagai berikut. - Kartu timbang warna putih diberikan
b. Jembatan Timbang
kepada supir untuk dokumen
(1) Pengoperasian Jembatan Timbang
penagihan atas material atau barang
yang dikirim.
Di dalam pengoperasian jembatan timbang harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
- Kartu timbang warna merah muda diberikan kepada supir sebagai dokumen penagihan atas biaya pengangkutan.
truk ke lantai loading ramp. Kemudian,
- Kartu timbangan warna hijau
buah yang masuk kriterianya dipisahkan,
petinggal pabrik/PKS.
antara lain buah mentah, janjang kosong,
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Kartu timbang warna kuning
diserahkan ke kantor kebun/kantor
tangkai panjang, buah abnormal, buah
pusat.
busuk. Buah tersebut dikembalikan ke dalam truk dan dicatat pada Form
d. Untuk setiap mobil yang masuk ke
timbangan dilakukan pencatatan dalam
Sortasi. Pengembalian TBS yang berasal
buku jurnal laporan.
dari kebun inti dan/atau plasma atau pihak ketiga yang ditentukan sesuai
e. Setelah timbangan ditutup, krani
timbangan mem-print out keseluruhan
dengan perjanjian dibuatkan Berita
hasil penimbangan TBS yang masuk dan
Acara Pengembalian TBS rangkap empat
dibuat rekap sesuai sumber asal TBS dan
dengan pendistribusian sebagai berikut.
dilaporkan ke atasan.
•
Lembar pertama untuk pertinggal di
sortasi.
Loading Ramp
(1) Administras Loading Ramp
Sesampainya di loading ramp, supir truk kembali melapor dan menyerahkan
SP TBS ke petugas mutu buah (sortasi) untuk dilakukan pencatatan. Sebelum melakukan sortasi, petugas sortasi
memeriksa kelengkapan administrasi
dan pengaman TBS yang meliputi segel, jaring, dan rantai sesuai dengan SP TBS.
•
Lembar kedua untuk pertinggal di
ole hM aru li P ard am ean
c.
PKS.
•
Lembar ketiga dan keempat untuk
kebun pengirim TBS, satu lembar dikembalikan ke PKS setelah ditandatangani sebagai tanda/bukti sudah diterima.
(3) Pembongkaran TBS •
Pembongkaran TBS ke dalam loading
ramp harus diperhatikan apakah ada
Apabila ada kelainan dari kelengkapan
benda asing terikut, seperti besi, batu,
administrasi dan pengiriman TBS maka
rantai, dan sebagainya. Jika ada segera
harus dilakukan verifikasi terhadap pihak
diambil dan dilaporkan kepada atasan.
pengirim dan pihak transporter.
•
Pelaksanaan pengisian loading ramp
(2) Sortasi Timbangan
harus dimulai dari pintu pertama hingga
Pelaksanaan sortasi dilakukan oleh
pintu terakhir agar pengisian ke dalam
petugas sortasi yang berpengalaman
lori dapat berlangsung dengan sistem
dan diawasi oleh asisten pabrik. Seluruh
FIFO.
truk TBS inti, plasma, maupun pihak
•
Sisa TBS yang tidak diproses sebelumya
ketiga dilakukan sortasi TBS. Pelaksanaan
harus diturunkan ke dalam lori. Hal ini
sortasi dilakukan beriringan/bersamaan
untuk menghitung sisa TBS yang tidak
dengan proses pembongkaran TBS dari
diolah pada hari sebelumnya.
•
(4) Pengisian TBS ke Lori Pengisian TBS ke lori diawali dengan
jalur roller chain dibersihkan agar gerakan
menempatkan dan menyusun lori
conveyor normal dan tidak macet.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
Kotoran atau sampah yang jatuh tepat di
kosong tepat di bawah hopper loading
(6) Pengoperasian Capstan/Winches
ramp agar saat pengisian TBS dapat tepat
•
masuk lori. Apabila pada saat pertama
terlebih dahulu kondisi tali capstan layak
membuka pintu ternyata TBS tidak mau
atau tidak layak untuk digunakan. Bila
turun ke lori, dibantu menarik dengan
tidak layak segera dilaporkan ke atasan
menggunakan alat tojok, satu atau dua
untuk diganti.
janjang TBS sampai TBS berikutnya dapat
•
Pengisian TBS ke dalam lori tidak boleh
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
•
diperkenankan untuk ditarik langsung dengan tali capstan karena bila tali putus dapat membahayakan operator.
Setelah lori yang berada di bawah hopper
loading ramp terisi penuh, pindahkan
lori tersebut dan tempatkan kembali lori kosong tepat dibawah hopper ramp.
Lori yang rusak harus disingkirkan dari
(7) Pengoperasian Transfer Carriage •
lori yang rusak diperbaiki agar tidak
yang satu ke jalur rail track lain dilakukan dengan menggunakan transfer carriage.
•
harus dalam keadaan terkunci.
•
Bila ada roda lori yang anjlok
Brondalan yang berjatuhan di lantai
keluar dari rail transfer carriage
maupun yang menyangkut di cantolan
lakukan pengangkatan lori dengan
lori harus dibersihkan untuk menjaga
menggunakan dongkrak. Selanjutrnya,
kebersihan dan mencegah kerugian.
roda lori diatur tepat berada di atas rail transfer carriage.
(5) Pengoperasian Dirt Conveyor •
Pada saat keluar masuknya lori dari
transfer carriage, kondisi transfer carriage
kekurangan lori yang dapat menggangu kapasitas pabrik.
Lori yang sudah berisi TBS ataupun lori
kosong dipindahkan dari jalur rail track
bawah ramp ke tempat reparasi lori agar tidak menggangu proses. Selanjutnya,
Lori yang keluar dari rail track tidak
ole hM aru li P ard am ean
brondolan berjatuhan ke rail track.
•
Memutar tali capstan harus dilakukan satu arah agar tidak merusak tali capstan dan
tinggi karena dapat menyebabkan
•
•
meluncur masuk ke dalam lori.
melebihi kapasitas lori atau menjunjung
•
Sebelum menjalankan capstan pastikan
Sebelum mengoperasikan dirt
•
Penempatan rail track transfer carriage
conveyor, pastikan kalau trailer kosong
harus satu jalur dengan rail track lori
ditempatkan di ujung bawah dirt
yang akan dipindahkan agar pada saat
conveyor agar kotoran atau sampah yang
menarik lori ke transfer carriage, roda lori
jatuh tidak berserakan.
tidak anjlok ke luar jalur rail track.
c.
Pengisian TBS ke Lori
a. Jembatan Timbang
Pengisian TBS ke dalam lori jangan sampai
(1) Brondolan/janjang yang jatuh
melebihi kapasitas lori. Hal ini dapat berakibat
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
3. Pengendalian Proses
pada platform dan sekitarnya harus
sebagai berikut.
dibersihkan.
(1) Brondolan jatuh di rail track dan tergilas lori
(2) Setiap pagi platform harus diperiksa dari
(2) Dapat merusak steam spreader pada sterilizer.
benda asing. Selain itu, kotoran yang ada harus dibersihkan.
(3) Buah akan terjatuh di dalam sterilizer sehingga roda lori terganjal, berkurangnya
(3) KTU/manajer PKS secara rutin memeriksa kondisi monitor timbangan agar tetap
minyak, dan menyumbat saringan
dalam kondisi berfungsi dengan baik.
keluarnya air kondensat.
(4) CCTV harus diperiksa oleh KTU dan
sedemikian rupa sehingga lori terisi
diyakinkan dapat berfungsi dengan baik.
TBS dengan berat yang sesuai dengan
(5) Dalam keadaan “Force Majour” (petir, langsung menghentikan operasi
jembatan timbang dan melaporkan kepada manajer PKS atau KTU.
kapasitas lori.
ole hM aru li P ard am ean
gempa bumi), krani timbang dapat
Pengisian TBS ke dalam lori dilakukan
d. Transfer Carriage
(1) Brondolan dan janjang yang jatuh di tranfer carriage diambil dan dimasukkan
b. Loading Ramp/Sortasi
(1) Untuk menghindari adanya brondolan maupun janjangan tergilas oleh kendaraan maka sebelum truk
melakukan pembongkaran, seluruh
kembali ke lori.
(2) Tetesan minyak dan kotoran yang melekat di transfer carriage harus dibersihkan setiap hari.
lantai loading ramp harus dibersihkan
e. Pemeriksaan Rutin
dari brondolan ataupun janjangan.
(1) Untuk mendapatkan hasil timbangan akurat
(2) Sortasi buah dilakukan dekat ramp
hopper agar saat disorong dengan alat
•
metrologi setahun sekali.
berat tidak banyak yang tergilas dan memar.
•
petugas mutu buah atau petugas sortasi. (4) Truk yang melakukan pembongkaran
Service contract dua kali dalam setahun atau lebih bila diperlukan.
(3) Seluruh kebersihan area sortasi merupakan tugas dan tanggung jawab
Timbangan harus dikalibarsi oleh
•
Cross-check jembatan timbang dengan menggunakan batu timbang dua bulan sekali oleh assistant maintenance
diatur sedemikan rupa sehingga tidak
(pelaksanaan disesuaikan dengan
ada buah yang tercampur karena dapat
prosedur yang berlaku).
menyulitkan proses sortasi.
(2) Mengecek wire rope secara rutin. Apabila
(3) Pressure gauge dan alat pengaman lainnya berfungsi dengan baik.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
wire rope sudah tidak layak, segera
lakukan penggantian dengan yang baru.
(4) Record chart harus terpasang dan bekerja dengan baik.
(3) Melakukan pelumasan terhadap
peralatan-peralatan yang bergerak/
bergesekan untuk mengurangi keausan.
b. Dasar–Dasar Operasional (1) Pada dasarnya, dalam satu cycle proses
(4) Mengecek volume pelumas pada gear
bos. Bila berkurang atau kekentalannya
perebusan terdiri atas empat tahap
sudah encer, segera diganti dengan yang
berikut.
•
Tahap deaerasi.
•
Tahap kenaikan steam.
maupun belting agar tetap dalam kondisi
•
Tahap penahanan steam.
yang baik.
•
Tahap pembuangan steam dan kondensat.
baru.
(6) Mengecek semua sambungan mur-
bautnya. Bila ada yang kendur, segera dikencangkan.
(2) Tujuan perebusan ialah sebagai berikut.
ole hM aru li P ard am ean
(5) Mengecek kondisi roda gigi, kopling
dalam lori selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer untuk direbus.
(7) Bila ada pelat las-an yang terlepas segera dilaporkan ke atasan agar dilakukan perbaikan pengelasan.
1. Pendahuluan
a. Kebijakan Perusahaan
Adapun tujuan dari perebusan TBS sebagai berikut.
•
B. SOP PEREBUSAN
TBS di loading ramp yang sudah diisi ke
Menonaktifkan enzim Lipase yang
bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan asam lemak bebas (FFA) dan enzim Oksidase yang berperan dalam
Perebusan dilakukan dengan bejana sterilizer
pembentukan peroksida. Kemudian,
pada kondisi dan cycle tertentu sehingga
berubah menjadi gugus aldehide dan keton
dapat berlangsung sempurna dan efisien.
di mana bila senyawa tersebut teroksidasi
Beberapa kebijakan perusahaan yang harus
akan terbentuk asam lemak bebas.
dilaksanakan ialah sebagai berikut.
Enzim ini hancur di daging buah, pada
(1) Perebusan dilakukan dengan sistem
temperatur 55o C karena pada temperatur ini enzim tidak aktif.
tripple peak dan dioperasikan dengan sistem automatik programer.
•
sehingga jumlah brondolan yang diperoleh
(2) Faktor keselamatan kerja harus
pada proses pemipilan maksimum.
diutamakan dengan safety lock berfungsi dengan baik dan pintu harus tertutup
Memudahkan buah lepas dari tandannya
•
Melunakkan daging buah sehingga nut
dengan kondisi ring pengunci pintu
mudah dipisahkan dari serat pericarp
minimal 75% terkunci.
selama pengadukan di digester.
dan pemrograman dengan fungsinya
sempurna di depericarper column.
masing-masing sebagai berikut. •
Membantu proses pelepasan inti dari
Pengoperasian dimaksudkan untuk
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
Selanjutnya, dipisahkan dengan
cangkang di stasiun inti. Perebusan yang
menjalankan/mengoperasikan sterilizer
sempurna akan menurunkan kadar
sesuai dengan langkah-langkah yang
air biji hingga 19—20% sehingga inti
ada selama proses berlangsung.
•
menyusut, sedangkan cangkang tetap,
Pengontrolan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian kerja peralatan
inti akan mudah lepas dari cangkang.
dengan sistem yang diprogramkan
Beberapa peralatan utama yang ada
dengan cara melihat indikator baik
pada stasiun perebusan sebagai berikut.
berupa lampu atau grafik.
(1) Bejana sterilizer
Pemograman ditujukan untuk
Bejana sterilizer merupakan sebuah
menentukan waktu yang diperlukan
bejana tekan dengan tipe horizontal
untuk setiap langkah perebusan.
(3) Kerangan steam
dilengkapi dua unit pintu. Bodi terbuat
ole hM aru li P ard am ean
c.
dari pelat baja dengan ketebalan 15
Kerangan ini dilengkapi aktuator yang berfungsi untuk menggerakan valve
mm yang dilengkapi liner dari pelat
dengan bantuan tekanan angin secara
BMS setebal 12 mm, besi siku untuk
otomatis. Kerangan steam berfungsi
rail track, dua buah nozzle steam inlet
untuk pengontrolan steam masuk
berdiameter 150 mm, empat buah
nozzle untuk steam exhaust dan drainase
dan steam keluar dari bejana sterilizer. Kerangan yang ada pada sterilizer
kondensat berdiameter 250 mm, serta
terdiri dari kerangan steam masuk dan
satu buah safety valve. Kapasitas satu
kerangan kondensat.
unit sterilizer 40—50 ton TBS. Dalam
perencanaan kebutuhan unit sterilizer
yang disesuaikan dengan kapasitas
d. Sistem Perebusan
pabrik, dengan pendekatan perhitungan
Sistem perebusan yang lazim digunakan di pabrik kelapa sawit adalah single peak,
berikut.
double peak, dan tripple peak. Pemilihan Kapasitas pabrik x siklus perebusan (menit) Kebutuhan unit sterilizer = Isi sterilizer x 60 menit
(2) Programmable sterilizer
Programmable sterilizer dilengkapi dengan sistem yang dapat berfungsi di dalam pengoperasian, pengontrolan,
sistem perebusan disesuaikan dengan kepasitas boiler yang tersedia agar tujuan perebusan dapat dicapai. Keberhasilan sistem perebusan triple peak dipengaruhi tersedianya steam yang cukup, kapasitas sterilizer, dan lamanya perebusan.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
TABEL GRAFIK INTERVAL No
Kode
1.
A
Pemanasan kembali TBS restan hari sebelumnya yang telah masak
26
1—1,5
2.
B
Buka/tutup pintu
20
-
3.
C
Puncak tekanan pertama
10
1,3—1,5
4.
D
Puncak tekanan kedua
10
2,2—2,5
5.
E
Rerata puncak tekanan ketiga
64
2,7—3,0
X
Interval waktu antarsiklus (sesuai jumlah rebusan tersedia di PKS)
……………..
-
6.
Keterangan
Perkiraan Waktu Menit
Tekanan kg/cm2
Keterangan:
Siklus 5 dengan rebusan No. 1 dan siklus 6 dengan rebusan No. 2, dan sebagainya. (3) Saluran pembuangan kondensat harus
e. Pengawasan Titik Kritis
lancar.
perebusan ialah sebagai berikut.
(1) Tekanan steam perebusan pada puncak ketiga minimal 2,80 kg/cm2.
(2) Saat beroperasi pintu harus tertutup minimal 75% dari lock ring.
(4) Bila dalam keadaan darurat, kerangan
ole hM aru li P ard am ean
Pengawasan titik kritis dalam proses
inlet dan outlet harus dapat dioperasikan secara manual.
f.
Siklus Rebusan
b.
Pembukaan Pintu Sterilizer (Open Clutch Door)
(1) Keterangan: Siklus penguapan maksimum: A menit
(1) Usahakan pintu sterilizer bagian belakang
•
Throughput pabrik terpasang: B ton/jam
dibuka untuk menghindari terjadinya
•
Jumlah rebusan terpasang: C unit
salah pengertian dengan operator
•
Jumlah lori/unit rebusan terpasang: D
loading ramp. Pada saat menutup pintu,
unit
tutuplah pintu sterilizer bagian depan.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
(2) Perhatikan pressure gauge yang ada
•
Kapasitas 1 unit lori: E ton/lori
•
Pintu terbuka sampai pintu tertutup: G
pada rebusan sebelum membuka pintu
menit
sterilizer. Pastikan valve safety device dibuka dan steam yang keluar tidak
Maka dapat dirumuskan sebagai berikut.
bertekanan (tekanan dalam sterilizer
* Siklus waktu perebusan maksimum (menit)
harus nol).
(3) Untuk memastikan tekanan dalam
ole hM aru li P ard am ean
sterilizer nol, buka valve control steam
C xDxE (F) = x 60 B
pada sterilizer (apabila masih ada tekanan steam yang keluar, jangan sekali-kali
Siklus penguapan maksimum
(A) = F - G
membuka pintu sterilizer, tekanan di dalam sterilizer harus benar-benar nol,
(2) Interval Waktu dalam menit DxE (H) = x 60 B
2. Prosedur Operasional
baru pintu sterilizer dapat dibuka).
(4) Angkat tuas safety bar pintu sterilizer. Pada saat pintu sterilizer terbuka, safety
bar berada di atas stopper.
(5) Dorong trolly dan pastikan posisi rel trolly
a. Start Operasional.
tepat sejajar dengan rel sterilizer. kunci
(1) Pastikan kompresor berfungsi dengan
trolly dengan engsel yang telah tersedia.
baik.
(2) Pasangkan grafik sterilizer sesuai dengan waktu perebusan dimulai.
(3) Pastikan switch program atur pada posisi automatis. (4) Atur waktu perebusan sesuai dengan kebutuhan/kondisi buah.
Setelah kedua pintu sterilizer terbuka dan kedua trolly tepat pada posisinya, pintu
sterilizer sudah pada cantolan pengaman, maka berilah aba-aba pada operator loading ramp untuk memasukkan lori ke dalam rebusan. (6) Pastikan lori yang paling depan dan paling belakang tidak terlalu dekat dengan bibir pintu sterilizer (+ 30cm)
(1) Pengisian lori yang berisi TBS ke dalam
untuk menghindari agar lori tidak
sterilizer.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
mundur dan menabrak pintu sterilizer.
(2) Penutupan pintu sterilizer.
(7) Tutuplah pintu sterilizer bagian depan terlebih dahulu baru pintu bagian
(3) Penguncian pintu pengaman sterilizer.
belakang.
(4) Memasukan uap ke dalam dan mengeluarkan uap dari bejana sterilizer
(8) Pastikan pintu rebusan terpasang dan
dengan membuka dan menutup
tidak ada yang bocor.
(9) Bersihkan brondolan yang jatuh di ring
dengan urutan sebagai berikut.
dan pintu rebusan.
c
Penutupan Pintu Sterilizer (Closing Clutch
Door)
(1) Dorong pintu rebusan lalu putar tuas
(2) Pastikan pada saat penguncian pintu
sterilizer, posisi lock ring harus menutup disc flange c/w tapered wedge minimal
75% saat posisi pintu sterilizer tertutup
dan safety bar harus di samping stopper.
(3) Setelah pintu sterilizer tertutup dengan
baik maka tekan tombol start yang ada pada panel sterilizer.
(4) Program sterilizer harus dioperasikan full automatic/semi otomatis. Pastikan door limit switch, safety interlock, safety valve berfungsi dengan baik.
(5) Periksalah bearing engsel pintu dan lock ring secara berkala (apakah ada keretakan akibat lori anjlok). d. Siklus perebusan Tahapan yang harus diikuti dalam satu siklus proses perebusan sistem triple peak sebagai berikut.
Step
Kondensat/ Exhaust
Main Inlet
1
Buka
Buka
2
Tutup
Buka
3
Buka
Buka
4
Buka
Tutup
5
Buka
Buka
6
Tutup
Buka
7
Buka
Buka
8
Buka
Tutup
ole hM aru li P ard am ean
kunci pintu rebusan ke atas sampai posisi lock ring minimal 75% terkunci.
kerangan sesuai program otomatis
9
Buka
Buka
10
Tutup
Buka
11
Buka
Buka
12
Tutup
Buka
13
Buka
Buka
14
Tutup
Buka
15
Buka
Buka
16
Buka
Tutup
Peak Pertama Peak Kedua
Peak Ketiga
panas steam ke dalam jaringan buah
(5) Setelah tahapan ke-16 selesai dan
atau difusi. Deaerasi dilaksanakan saat
nol maka buah yang direbus telah
dimulainya perebusan TBS dengan
masak. Selanjutnya, dilanjutkan proses
cara memasukkan uap dari bagian atas
pengeluaran buah dari rebusan .
bejana rebusan dan mengeluarkan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
tekanan sterilizer turun mencapai
(6) Buka kerangan safety device dekat pintu
dari dasar bejana. Steam dimasukkan
dan cek secara visual apakah ada steam
dari bagian atas rebusan melalui pipa
yang masih keluar. Pintu sterilizer dapat
pemasukan yang dilengkapi dengan
dibuka bila steam yang keluar dari
steam distributor dengan maksud agar
kerangan hand venting tidak ada lagi.
penyebaran tekanan steam merata ke semua bagian.
(7) Tarik lori dari dalam sterilizer dengan
menggunakan capstan atau winches.
(8) Sterilizer yang siap digunakan diisi
(3) Pembuangan kondensat
Pada proses perebusan, steam yang digunakan akan terkondensasi
berikutnya.
menjadi kondensat yang terkumpul
ole hM aru li P ard am ean
kembali dengan lori TBS untuk siklus
di bagian dasar sterilizer. Kondensat
e. Aspek Perebusan
Beberapa aspek yang dapat mempengaruhi efektifitas perebusan sebagai berikut. (1) Tekanan uap
Dalam satu siklus perebusan, bila
tekanan uap dapat mencapai 3 kg/cm2
dan bertahan dalam waktu 30 menit
pada peak ketiga akan memberikan hasil yang memuaskan.
dibuang melalui dasar bejana yang pembuangannya dikontrol dengan kerangan otomatis. Kondensat ini harus dibuang karena hal berikut.
•
Air kondensat yang tidak dibuang
dapat menggenangi buah yang direbus sehingga minyak akan terikut dalam air kondensat.
•
Air kondensat bersifat korosif sehingga
(2) Pembuangan udara dari sterilizer
akan mempercepat keausan pada liner,
dish end, dan bagian pintu sterilizer.
Udara merupakan penghantar panas
yang lambat sehingga akan menurunkan
•
Air yang terakumulasi akan
tekanan di dalam perebusan. Udara
mengabsorbsi panas dari steam sehingga
yang ada di dalam bejana sterilizer harus
panas dari steam akan berkurang.
dibuang dengan cara pengusiran oleh
(4) Kebutuhan uap
uap. Cara tersebut disebut deaerasi.
Jumlah uap yang dibutuhkan untuk
Deaerasi dilakukan selain untuk
sekali perebusan dengan sistem tripple
pembuangan udara di dalam sterilizer,
peak sekitar 250—360 kg/ton TBS
juga untuk pengusiran udara yang
dengan perincian sebagai berikut.
berada di dalam TBS melalui penetrasi
•
Pemeriksaan meliputi hal-hal berikut.
Pemanasan bejana perebusan: 80—120 kg •
Packing pintu
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
• Proses perebusan: 120—140 kg •
Bila packing pintu yang bocor tidak
Steam untuk deaerasi: 50—100 kg
segera diganti, akan mengakibatkan
(5) Waktu perebusan
groove. Selain itu, parit dudukan packing
Perebusan membutuhkan waktu
akan mudah terjadi keausan karena
penetrasi steam hingga ke bagian tandan
tekanan steam. Pemeriksaan packing
yang paling dalam. Penetrasi panas ke
dilakukan setiap hari sebelum proses. Bila
dalam tandan buah akan semakin cepat
ada yang bocor, harus diganti.
•
bila tekanan uap semakin tinggi. Pada
Saringan kondensat yang tersumbat
sistem perebusan triple peak, pengusiran udara dari sela tandan buah terjadi
brondolan harus dibersihkan agar tidak
pada puncak kedua dengan tekanan
terjadi genangan air kondensat.
•
Periksa apakah dudukan rail masih
menjadi nol kg/cm2. Selanjutnya, buah di dalam rebusan memasuki puncak
selevel dengan rail di sterilizer.
ketiga dengan tekanan 2,8—3,0 kg/cm
2
•
kebutuhan. Hubungan waktu perebusan
tekanan perlu diperiksa masih berfungsi
dengan efisiensi ekstraksi minyak sawit
atau tidak.
sebagai berikut.
Semakin lama waktu perebusan, jumlah
buah yang terpipil semakin tinggi.
•
Manometer
Manometer sebagai alat indikator
dalam waktu 35—45 menit tergantung
•
Trolly
ole hM aru li P ard am ean
sekitar 2,5 kg/cm2 yang diturunkan cepat
•
Saringan buangan kondensat
(2) Pemeliharaan
Pengecekan secara teratur seminggu sekali perlu dilakukan untuk semua
Semakin lama perebusan, kehilangan
bagian peralatan sterilizer, seperti pada
minyak di kondensat dan di tandan
liner, railtrack, strainer pipa, dan steam
kosong semakin tinggi.
valve. Bila ditemukan kerusakan pada
Semakin lama perebusan, mutu minyak
bagian sterilizer maka harus segera
sawit akan semakin menurun karena
diambil tindakan berikut.
akan terjadi penurunan nilai DOBI.
•
Kebocoran liner body atau pintu harus diperbaiki dengan dilas kembali agar
f.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
efektifitas perebusan tidak berkurang.
sebagai berikut.
Bila pelat aus (tipis kurang dari 4 mm), harus diganti.
(1) Sebelum dioperasikan Sterilizer merupakan bejana bertekanan
•
Pipa uap dan pipa kondensat
yang mempunyai risiko tinggi maka
Bila terjadi kebocoran, harus segera
sebelum dioperasikan harus diperiksa.
diganti. Jika tidak diganti, akan menyebabkan kebisingan dan mengotori lingkungan sekitarnya.
•
Kerangan/valve
Kerangan butterfly pada buangan
memerlukan ekstra penambahan waktu. d. Bila ada roda lori anjlok di dalam sterilizer,
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
kondensat sering mengalami kebocoran.
(2) Buah kurang masak dan buah mentah
Bila terjadi kebocoran, periksa segel
segera lakukan proses pengeluaran
teplon. Jika rusak, harus diganti.
dari dalam sterilizer dengan tetap
•
Pintu
memperhatikan keselamatan kerja.
Bagian pintu yang sering aus ialah di
e. Bila ada packing yang terlepas/rusak,
bagian bawah karena sering terendam
segera diganti untuk menghindari
air kondensat. Bila packing pintu tidak
penurunan tekanan di dalam sterilizer
dapat lagi didudukkan pada groove
akibat adanya steam yang terbuang.
atau parit maka groove pintu perlu
Inspeksi bejana sterilizer
Setiap empat tahun sekali, bejana
a. Kebijakan Perusahaan
dilakukan re-kondisi.
sterilizer dilakukan inspeksi oleh
instansi Disnaker. Sebelum inspeksi dari Disnaker, bagian-bagian bejana harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh
sebagai pengawasan internal, agar saat pemeriksaan tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki.
ole hM aru li P ard am ean
•
C. SOP PEMISAHAN BRONDOLAN 1. Pendahuluan
dilas. Kalau kerusakannya parah, harus
Pada proses pemipilan (threshing) diusahakan brondolan terpipil dari janjang semaksimal mungkin dengan batas brondolan yang tidak terlepas dari janjang (unstripped bunches) < 3% terhadap EFB. Proses yang tidak sempurna dalam stasiun ini dapat mempengaruhi efisiensi pabrik. Batas total kehilangan minyak (oil losses) dan kehilangan kernel (kernel losses)
3. Pengendalian Proses
a. Waktu untuk pemasukan dan
pengeluaran lori buah ke sterilizer dan
pada proses pemisahan brondolan maksimal sebagai berikut.
(1) Oil losses: 0,01 % di unstripped bunches
dari sterilizer, serta waktu membuka dan
dan 0,30 % terhadap TBS di janjangan
menutup pintu harus diminimalkan.
kosong.
b. Pemeriksaan/monitoring tekanan dari grafik/chart setiap hari harus dilakukan
(2) Kernel losses: 0,01 % di unstripped bunches terhadap TBS.
oleh asisten pabrik. Bila ada kondisi tidak c.
normal, dievaluasi dan diambil tindakan.
b. Dasar –Dasar Pengolahan
Lamanya perebusan dapat bervariasi
(1) Pemisahan brondolan/threshing
(1) Buah yang lewat matang/restan direbus dengan waktu yang lebih pendek.
sering juga disebut pemipilan buah/ stripping. bertujuan untuk melepaskan
berputar dengan kecepatan 23 rpm,
secara maksimal sehingga kehilangan
diameter sekitar 2.100 mm dan panjang
brondolan dalam janjangan dapat
5.100 mm dengan kapasitas janjangan
dikurangi.
yang dibrondol sekitar 45 ton FFB/jam.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
seluruh brondolan dari janjangan
Pada thresher ini dilengkapi dengan fruit
(2) Pada prinsipnya kegiatan pemisahan
conveyor under thresher.
brondolan ada tiga bagian operasi, yaitu
•
• •
Penuangan umpan melalui tippler ke
(5) Bunch Crusher
auto feeder dan umpan ke thresher.
Bunch crusher berfungsi untuk memecah
Pemisahan brondolan dari tandannya
janjangan kosong agar brondolan yang
menggunakan thresher.
masih tertinggal mudah terlepas di
Pengangkutan material yang dipisahkan,
second thresher.
yakni brondolan ke digester dan tandan
(6) Thresher Kedua
kosong ke hopper tandan kosong.
Tujuan dari thresher kedua adalah
c.
Peralatan utama yang digunakan pada
ole hM aru li P ard am ean
menurunkan jumlah buah yang tidak terpipil pada janjang kosong yang diolah pada thresher pertama sebelum dibuang
stasiun pemisah brondolan sebagai berikut.
(1) Tippler
Tippler berfungsi untuk menuang
janjangan buah dari lori ke auto feeder atau bunch hopper.
(2) Auto Feeder dan Bunch Hopper Auto feeder dan bunch hopper
berfungsi sebagai wadah sementara
ke hopper. Thresher kedua ini dilengkapi dengan peralatan rethresher conveyor yang berfungsi untuk membawa janjangan kosong dari thresher pertama ke bunch crushner. Selain itu, dilengkapi pula dengan fruit conveyor under second thresher untuk menghantar brondolan ke fruit conveyor.
penampungan janjangan buah sebelum dibawa ke thresher.
(7) Fruit Conveyor, Fruit Elevator, dan Distributing Conveyor
(3) Bunch Conveyor/Elevator
Bunch conveyor/elevator berfungsi untuk
Fruit conveyor dan fruit elevator berfungsi
membawa atau mengangkat janjangan
untuk membawa dan mengangkat
ke thresher yang dilengkapi dengan
brondolan terpipil menuju distributing
scraper/bucket sebagai tempat janjangan
conveyor. Selanjutnya, dari distributing
hasil tuangan dari tippler.
conveyor brondolan didistribusikan ke setiap digester.
(4) Drum Thresher
Thresher berfungsi untuk melepaskan
(8) Empty bunch conveyor
brondolan dari janjangan buah dengan
Empty bunch conveyor berfungsi untuk
cara bantingan. Alat ini berupa mesin
membawa janjangan kosong ke empty
berbentuk drum berkisi-kisi yang
bunch hopper.
(9) Empty bunch break cutter
TIPPLER
Empty bunch break cutter berfungsi
Auto Feeder / Bunch Hopper
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
sebagai alat untuk mencacah empty
bunch menjadi fiber yang akan dipakai
sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.
d. Dalam praktik, tidak semua brondolan
dapat terpipil dari janjangannya. Kondisi
Thresher
Berondolan
Janjangan Kosong
Fruit Conveyor
Rethreshing Conveyor
Fruit Elevator
Bunch Crusher
Distributing Conveyor
ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
Second Thresher
Oil Loss < 5% on NOS
USB < 3% to FFB
Berondolan
Janjangan Kosong
Digester
Empty Bunch Conveyor
(1) Buah yang diolah masih tergolong buah mentah dan hard bunch.
(2) Proses perebusan di sterilizer tidak tekanan steam yang kurang.
(3) Kapasitas janjangan buah yang masuk ke thresher berlebih.
(4) Putaran thresher tidak normal.
(5) Sudu–sudu bantingan dan pengarah
thresher tidak berfungsi dengan baik.
2. Prosedur Operasional
ole hM aru li P ard am ean
sempurna karena waktu perebusan dan
Empty Bunch Break Cutter
a. Sebelum mengoperasikan peralatan di stasiun ini, setiap operator wajib memastikan tidak ada orang/benda asing yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja/kerusakan alat. Kemudian, hidupkan peralatan di stasiun pemisahan brondolan dimulai dari ujung
e. Critical point yang harus dipenuhi pada stasiun pemisahan brondolan sebagai berikut.
(1) Oil loss in empty bunch: < 5,0% on NOS
(2) Unstripped bunches (USB): <3 % to EFB
ke awal dengan urutan sebagai berikut.
(1) Pastikan posisi breaker panel pada posisi ON.
(2) Hidupkan semua conveyor empty bunch dari trhesher ke empty bunch break cutter.
(3) Hidupkan bunch crusher.
Flow chart di stasiun pemisahan
(4) Hidupkan re-thresing conveyor.
brondolan dapat digambarkan sebagai
(5) Hidupkan distributing conveyor.
berikut.
(6) Hidupkan fruit elevator. (7) Hidupkan fruit conveyor.
c.
(8) Hidupkan fruit conveyor under second
Penuangan buah.
(1) Lori berisi buah setelah direbus dalam
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
thresher.
(9) Hidupkan second thresher.
sterilizer. Lalu, ditarik keluar dengan
(10) Hidupkan fruit conveyor under thresher.
menggunakan capstan menuju transfer
(11) Hidupkan thresher.
carriage. Selanjutnya, lori yang berisi
(12) Hidupkan bunch elevator/auto feeder.
janjangan buah dengan bantuan
(13) Hidupkan tippler.
transfer carriage dipindahkan ke jalur
(14) Periksa semua peralatan dan pastikan
rail track untuk ditarik dengan capstan
menuju tippler ke auto feeder.
berfungsi dengan baik.
(15) Hidupkan capstan untuk menarik lori
(2) Dalam mengoperasikan tippler, jangka
masuk ke bodi tippler.
waktu penuangan janjang buah dari lori
secara perlahan-lahan sehingga buah
menentukan tercapai tidaknya kapasitas
masuk ke hopper dan bunch elevator.
pengolahan. Kecepatan penuangan
(17) Hidupkan capstan untuk menarik lori kosong.
b
Menghentikan peralatan di stasiun
ole hM aru li P ard am ean
(16) Tekan tombol untuk memutar tippler
pemisahan brondolan diurutkan sebagai berikut.
(1) Pastikan umpan pada bunch elevator
harus disesuaikan dengan kapasitas pengolahan.
d. Pemipilan
conveyor/auto feeder kemudian diumpankan ke thresher untuk perlakuan pembantingan agar buah
telah habis. Lalu, alat tersebut dimatikan.
(2) Pastikan umpan pada thresher, fruit
Janjang buah yang dituang ke bunch
terpipil. Untuk mengurangi USB,
conveyor under thresher, dan second
janjangan kosong dari thresher ini
thresher, serta fruit conveyor under second
diumpan kembali ke bunch crusher dan
thresher telah kosong. Lalu alat tersebut
second thresher. Selanjutnya, janjangan
dimatikan.
kosong dikirim ke empty bunch break cutter. Brondolan hasil pemipilan dikirim
(3) Matikan re-thresher elevator dan bunch
ke digester.
crusher. (4) Matikan fruit conveyor, fruit elevator, dan distributing conveyor. (5) Matikan empty bunch conveyor. (6) Matikan breaker induk pada panel.
e
Pemindahan Brondolan
Brondolan hasil pemipilan di thresher dibawa dengan conveyor dan elevator menuju digester untuk diproses lebih lanjut.
f.
Penanganan Janjangan Kosong
3. Pengendalian Proses
Janjangan kosong dari second thresher
a. Kontinuitas umpan janjangan buah dari lori ke bunch conveyor atau elevator/
untuk dicacah menjadi empty bunch fiber
auto feeder harus disesuaikan dengan
sebagai bahan baku pembuatan pupuk
kapasitas pabrik dan kapasitas lori agar
kompos.
tidak overload.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dibawa ke empty bunch break cutter
b. Persentasi buah yang tidak terpipil dengan sempurna (USB) dari second
g. Pengoperasian Empty Bunch Break Cutter Untuk mengoperasikan empty bunch
thresher harus dimonitor dan tidak boleh
break cutter, pastikan power supply
lebih 3% dari total janjang yang diolah.
sudah mencukupi dan stabil untuk
USB ini dimonitor di conveyor janjangan
menghindari terjadinya overload pada
kosong setiap dua jam terhadap 400
turbin/genset.
sampel janjangan kosong.
h. Hal–hal yang harus diperhatikan selama proses berlangsung.
(1) Penuangan di tippler/auto feeder harus diatur agar tidak overload.
(2) Brondolan yang jatuh di sekitar tippler,
lantai bunch elevator, fruit conveyor, dan elevator harus dibersihkan segera dan dimasukkan ke fruit conveyor.
(3) Seluruh sampah yang berserakan disapu dan dibuang ke tong/lubang sampah.
c.
Kehilangan minyak di janjang kosong
ole hM aru li P ard am ean
dimonitor tidak boleh lebih dari 5% to NOS atau 0,30 % to TBS.
d. Tutup thresher dan drum thresher drum pada bagian bawah harus dibersihkan minimal satu minggu sekali.
e. Apabila second thresher rusak maka janjangan kosong yang keluar dari
Kotoran minyak yang berjatuhan di lantai
thresher harus disortir secara manual.
dibersihkan dengan fiber. Selanjutnya,
Janjangan kosong yang tidak terpipil
fiber dimasukkan ke fruit conveyor.
dengan sempurna dimasukkan ke dalam lori kemudian direbus kembali.
(4) Janjangan kosong yang menyangkut
pada kisi-kisi thresher dan conveyor empty bunch harus selalu dibersihkan. (5) Bila saat operasional ditemukan benda
f.
Efisiensi pemipilan dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut.
asing atau terdengar suara yang
(1) Kecepatan putar drum thresher 23 rpm.
mencurigakan pada peralatan, harus
(2) Sudut kemiringan sudu-sudu thresher
dilakukan pemeriksaan.
5o—7o.
(1) Data jumlah lori buah yang dituang ke
(3) Jarak antara roller crusher disesuaikan
auto feeder/bunch hopper dipindahkan ke
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dengan rata-rata besar janjang kosong.
buku laporan proses setiap akhir shift.
(4) Mutu buah dan efisiensi proses
(2) Dat jumlah lori buah yang didaur ulang
sebelumnya.
dicatat di dalam buku laporan proses.
(5) Efisiensi proses perebusan buah.
g. Lakukan pencatatan terhadap hal berikut
h. Beberapa permasalahan yang sering timbul dalam proses di
ini.
stasiun pemisahan brondolan serta penanganannya sebagai berikut.
1
2
Permasalahan
Oil losses di empty bunch
USB tinggi
Penyebab
a. TBS memar akibat bongkar lantai.
Tindakan
a. Diusahakan agar buah kebun inti selalu bongkar ke dalam loading ramp.
ole hM aru li P ard am ean
No.
b. Waktu perebusan terlalu lama.
b. Buah dari kebun harus dikirim ke pabrik dalam waktu kurang dari 24 jam.
c. Buah restan dan busuk
c. Restan di pabrik maksimal untuk proses selama 4 jam.
d. Kisi-kisi drum threshing kotor/ tersumbat.
d. Membersihkan kisi-kisi drum threshing dari sampah minimum sekali seminggu.
e. Persentase buah mentah tinggi.
e. Mengoordinasikan dengan pihak kebun untuk menurunkan persentase buah mentah.
f. Rotor bunch crusher sudah aus.
f. Merekondisi atau mengganti rotor bunch crusher.
g. Threshing jalan satu unit.
g. Memastikan kondisi threshing ada yang stand by dalam keadaan baik.
h. Feeding threshing terlalu besar.
h. Mengatur feeding yang masuk ke thresher kontinu dan sesuai kapasitas.
D. SOP PENGADUKAN DAN PENGEMPAAN
setebal 12 mm yang bagian dalamnya
1. Pendahuluan
juga dilengkapi dengan digester arm
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dilapisi liner atau pelat aus. Digester ini dan expeller arm di mana alat tersebut
a. Kebijakan Perusahaan
dipasang pada satu poros yang berputar
Melalui proses pengadukan dan
pengempaan, diharapkan diperoleh minyak
dari daging buah (mesocarp) secara maksimal
± 25 rpm.
menyebabkan terjadinya hal berikut.
dengan oil losses serendah mungkin dan
- Daging buah terlepas dari nut
Broken Nut yang minimum.
sehingga nut lebih mudah
Standar total kehilangan minyak (oil
dipisahkan.
losses) dan nut pecah (broken nut) di
- Lumatnya daging buah sehingga
proses pengempaan sebagai berikut.
minyak mudah dikeluarkan.
(1) Kehilangan minyal di fiber pres: < 7.0%
- Massa buah akan lebih merata dan
on NOS
b. Dasar–Dasar Pengolahan
(1) Pengadukan berfungsi untuk
melumatkan daging buah agar minyak mudah dikeluarkan.
(2) Pengempaan berfungsi untuk
mengeluarkan minyak dari daging buah yang sudah dilumatkan.
(3) Beberapa unit peralatan dan pendukung yang digunakan sebagai berikut.
temperatur menjadi lebih homogen.
ole hM aru li P ard am ean
(2) Broken nut to total nut: < 15%
- Sebagian minyak keluar dari daging buah kemudian dikeluarkan melalui lubang pelat bawah digester.
massa buah dan kekentalan (viscosity) minyak menurun yang berakibat minyak akan mudah dikeluarkan.
•
Screw Press
Komponen utama alat ini terdiri dari double worm screw untuk pendorong, press cage untuk menyaring minyak yang
- Screw Press.
keluar, dan cone untuk penekan. Alat
- Crude Oil Gutter.
ini juga dilengkapi sistem hidraulik dan
- Sand trap tank.
gearbox motor untuk penggerak putaran
- Vibrating screen.
screw.
- Crude oil tank. Digester
Alat ini berbentuk silinder dengan diameter sekitar 1.200 mm dan volume 3.500 liter, terbuat dari pelat BMS
Selama pengadukan, diperlukan pemanasan yang kontinu sehingga
- Digester.
•
Di dalam pengadukan di digester akan
Kapasitas screw press yang digunakan 15—17 ton TBS/jam dan 25 ton TBS/jam. •
Crude Oil Gutter
Merupakan saluran crude oil dari press ke sand trap sebelum masuk vibrating screen
maksimal 7,0% on NOS dan broken
yang masuk ke crude oil tank.
nut di bawah 15% to total nut.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dengan tujuan untuk mengurangi pasir
- Temperatur harus dijaga mencapai
•
Sand Trap Tank
Alat ini dibuat dari besi pelat berbentuk
95oC
tangki silinder, bagian bawahnya berupa
- Temperatur digester harus 95o C.
kerucut. Fungsi dari peralatan ini adalah
- Air panas sebagai dilution yang
untuk mengendapkan pasir dari minyak
ditambahkan sekitar 1 : 1 terhadap
kasar hasil pengempaan.
OER.
•
Vibrating Screen
Alat ini berupa saringan yang bergetar
- Pembuangan pasir dari sand trap tank minimum sekali setiap shift.
di mana ukuran frame saringan
Fruit Distributing Conveyor
berdiameter sekitar 1,5 m dan lubang
Berondolan
40 mesh pada dek kedua.
Fungsi dari peralatan ini adalah untuk
ole hM aru li P ard am ean
saringan pada dek pertama 20 mesh dan
menyaring serabut dan kotoran lain yang
Digester
Sludge
terikut dalam minyak kasar dari sand trap tank.
•
Crude Oil Tank
Crude oil tank berupa tangki berbentuk
Temperature : 95 oC
Buah Lumat
Screw Press
Tekanan Broken Nut Oil Losses
Minyak Kasar / Crude Oil
: 30 – 50 bar : < 15% on total Nut : < 7,0% on NOS
Ampas Press / Fibre
Sand Trap Tank
Cake Breaker Conveyor
Minyak Kasar / Crude Oil
Pasir / Sand
Vibrating Screen
Bak Pasir
persegi yang terbuat dari bahan stainless steel berfungsi sebagai penampung minyak dari hasil penyaringan di
vibrating screen. Tangki ini dilengkapi steam coil untuk pemanasan yang
mencapai suhu 95oC. Selama proses dilakukan penambahan air dilution
sekitar 20%— 24% terhadap TBS atau 1 : 1 terhadap OER.
Beberapa kritikal poin pada stasiun pengadukan dan pengempaan sebagai berikut. - Pengisian digester harus kontinu dan selalu terisi penuh. - Kehilangan minyak di fiber pres
Crude Oil Tank
Temperature : 95 oC Water Dilution : 1:1 terhadap OER
Flow char t pe n go l ah an buah di stasi un pe n gaduk an dan pe n ge mpaan
2. Prosedur Operasional a. Persiapan Pengoperasian. Sebelum mengoperasikan stasiun ini operator harus memastikan tidak ada pekerja atau benda asing yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau kerusakan peralatan.
Mengoperasikan peralatan di stasiun pengadukan dan pengempaan dimulai dari ujung sampai awal dengan urutan sebagai berikut
(1) Pastikan posisi breaker pada panel dalam posisi ON.
(4) Control hidraulik cone ke posisi OFF. (5) Lakukan pengeluaran press cake dari screw press hingga tersisa sekitar
(3) Hidupkan vibrating screen dan ganti
sepertiga volume screw press.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(2) Pastikan CBC sudah berjalan. pompa ke otomatis.
(4) Lakukan penyemprotan screen dengan air panas.
(6) Matikan screw press. (7) Matikan air dilusi.
(8) Lakukan pembersihan vibrating screen dengan air panas dan matikan vibrating
(5) Buka steam pemanas untuk crude oil
screen.
tank.
(6) Pastikan pintu feeding ke press dalam
(9) Matikan crude oil pump dan steam pemanas crude oil tank.
keadaan tertutup.
(7) Buka kerangan steam di digester. (8) Hidupkan digester.
c.
(9) Buka pintu feeding digester dan diisi.
(1) Buka kerang steam untuk pemanasan
(11) Setelah 20 menit pengadukan, buka pintu feeding ke press.
(12) Hidupkan hidraulik press dan dikontrol cone pada posisi normal.
(13) Buka kerangan air dilusi sesuai kebutuhan.
(14) Setelah beroperasi normal, kerangan
drain bottom digester dibuka 2 jam sekali
dengan memperhatikan ampere digester.
massa digester. Pengaruh pemanasan
ole hM aru li P ard am ean
(!0) Hidupkan screw press.
Pengadukan (Digesting)
di dalam digester akan menurunkan kekentalan minyak dan massa digester sehingga memudahkan proses pengadukan.
(2) Setelah digester dihidupkan, kemudian diisi buah dari distribution conveyor sampai penuh. Volume massa buah di digester harus tetap penuh agar waktu dan proses pengadukan berlangsung sempurna dengan memperhatikan
b. Menghentikan Pengoperasian.
temperatur tetap mencapai 95 ºC.
Untuk menghentikan pengoperasian,
Bila temperatur terlalu rendah, dapat
peralatan di stasiun pengadukan dan
mengakibatkan minyak mengental
pengempaan ini dimulai dari awal sampai
sehingga sulit keluar melalui lubang di
ujung dengan urutan sebagai berikut.
dasar digester. Di samping itu, daging
(1) Pastikan umpan ke digester sudah
buah akan sulit terlepas dari nut-nya.
berhenti dan steam ditutup. (2) Pastikan isi digester sudah kosong dan pintu feeding ditutup. (3) Matikan digester dan tutup pintu feeding ke press.
(3) Lamanya pengadukan di digester sekitar 20 menit. Hal ini sangat penting karena dengan waktu pengadukan yang cukup, akan tercapai kondisi pelumatan yang diinginkan sehingga memudahkan proses pengepresan.
pembuangan pasir ini diharapkan
(4) Buka chute dari digester ke press agar
tidak terjadi kehilangan minyak yang
masuk ke press. Minyak yang keluar dari
tinggi, tetapi efektifitas jumlah pasir
buah selama pengadukan, sebaiknya
yang terbuang cukup tinggi. Bila saat
dikeluarkan secara langsung ke sand trap
menguras sudah terlihat air yang keluar,
tank melalui lubang perforasi di dasar
hentikan pengurasan.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
buah yang sudah lumat di digester dapat
digester dan juga dari bagian sisi chute.
(2) Sand trap tank dipanaskan dengan injection steam pada saat mulai proses
d. Pengempaan
untuk pemanasan awal dan setelah
(1) Setelah press dihidupkan, kemudian
panas kerangan steam injector ditutup.
umpan dari digester dimasukkan sampai
f.
cone dihidupkan dan atur tekanan
(1) Minyak kasar dari sand trap tank biasanya
cone agar diperoleh hasil press-an
masih mengandung sedikit fiber dan
dengan kehilangan minyak di ampas
press rendah dan nut pecah seminimal mungkin. Tekanan cone pada operasi normal bekerja sekitar 30—50 Bar
dan kebutuhan power sekitar 30—42 ampere.
Hasil pengempaan berupa minyak
kasar dan ampas press. Minyak kasar
selanjutnya dialirkan ke sand trap tank
Penyaringan Minyak Kasar
ole hM aru li P ard am ean
beberapa saat. Lalu, sistem hidraulik
partikel lain. Kotoran tersebut dipisahkan dengan menggunakan vibrating screen. Minyak kasar yang telah disaring dialirkan ke crude oil tank.
(2) Kotoran/partikel yang tidak lolos melalui saringan ayakan dan kandungan minyaknya masih tinggi, dicampur kembali dengan brondolan yang ada di fruit conveyor untuk diproses ulang.
melalui oil gutter. Kemudian, disaring
melalui vibrating screen dan masuk ke oil
g. Penanganan Minyak Kasar
tank, sedangkan ampas press jatuh ke
CBC.
(2) Minyak kasar hasil pengempaan
Minyak kasar dari vibrating screen ditampung sementara di tangki crude oil yang dipanaskan dengan steam
diencerkan dengan ditambah air panas
coil sampai 95o C agar mudah untuk
bersuhu sekitar 95oC jumlahnya 1 : 1
dipompa dan memudahkan pemisahan
terhadap OER.
minyak pada proses selanjutnya.
e. Pengendapan Pasir
3. Pengendalian Proses
(1) Setiap awal shift, tangki sand trap harus
a. Dalam keadaan operasi, isi digester harus
dikuras untuk membuang endapan pasir. Perlu diperhatikan bahwa dalam
selalu penuh minimal 75%.
dan kapasitas press menurun. Maka dari
b. Stirring arm dan expeller arm harus
itu, perlu dilakukan pengeboran ulang
jam atau bila kondisinya telah aus/tipis.
press cage atau pembongkaran.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
diganti setelah beroperasi sekitar 2.500 c.
Temperatur digester dipertahankan 95 C. o
i.
harus mencapai 95oC dan penambahan
d. Lubang saringan di dasar digester dalam
ke crude oil sekitar 1 : 1 terhadap OER.
keadaan tidak tersumbat dan kerangan drain dari bawah digester harus selalu
j.
terbuka.
dibersihkan atau disesuikan dengan
cone press harus dikontrol pada tekanan
kondisi.
k. Temperatur di crude oil tank
ampere.
Setelah dioperasikan sehingga jarak
dipertahankan 95º C.
l.
Seluruh alat ukur temperatur harus
celah gap antara worm screw dan press
dalam keadaan baik dan dilakukan cross-
cage mencapai lebih 5 mm, sebaiknya
check setiap tiga bulan sekali.
dilakukan rekondisi untuk menjaga
efisiensi pengempaan agar tetap baik. Worm screw dapat direkondisi sampai sekitar tiga kali saja dan disesuaikan dengan jarak press cage-nya.
g. Setiap akhir proses screw press, harus
dikosongkan hingga sisa sepertiganya. Bila penghentian lebih dari dua
hari maka sebelumnya dilakukan
ole hM aru li P ard am ean
f.
Setelah vibrating screen setelah beroperasi sekitar 250 jam maka harus
e. Pengaturan tekanan hidraulik pada
30—50 Bar dan arus listrik motor 30—42
Temperatur air panas untuk dilution,
m. Instalasi pipa crude oil yang mengalami kebocoran harus diganti dan pompa yang bocor segera diperbaiki.
n. Tetesan minyak yang ada di peralatan, platform, dan lantai harus segera dibersihkan dengan fiber.
o. Bila terjadi masalah di stasiun lain, unit digester dan press tidak boleh dimatikan dengan tiba-tiba. Pintu feeding ke
pengosongan dengan menggunakan
digester dan press harus ditutup terlebih
nut.
dahulu. Fiber yang keluar dari press harus
h. Press cage yang biasa digunakan
ditampung hingga tersisa sepertiganya.
mempunyai jumlah lubang 22.000 dan berdiameter 3—5 mm. Bila sejumlah
E. SOP PEMURNIAN
lubang tersumbat, akan menyebabkan
1. Pendahuluan
kapasitas press berkurang dan
a. Kebijakan Perusahaan
kehilangan minyak di ampas menjadi
Melalui proses pemurnian minyak di stasiun
tinggi. Pemeriksaan lubang press
pemurnian, diharapkan dapat diperoleh
cage perlu dilakukan setiap hari. Bila
CPO produksi yang berkualitas baik dan
terjadi banyak penyumbatan, akan
kehilangan minyak yang minimal. Adapun
menyebabkan kehilangan yang tinggi
standar kualitas yang ditetapkan sebagai berikut.
(1) FFA
: < 2.50 %
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(2) Kadar air (moisture) : < 0.15 %
(3) Kadar kotoran (dirt) : < 0.015 % (4) DOBI
: > 2.70
Total kehilangan minyak (oil losses) di
stasiun pemurnian maksimal sebagai berikut. Oil losses di sludge centrifuge : < 1 % terhadap sample.
b. Dasar–Dasar Pengolahan
Pada dasarnya prinsip pengolahan di pemurnian sebagai berikut.
pengendapan secara gravitasi.
•
ole hM aru li P ard am ean
(1) Proses pemisahan minyak dengan
Gambar Tan k i Pe mur n i an
Proses pemisahan minyak dengan gaya
- Continuous Settling Tank/Clarifier
memisahkan minyak murni
sentrifugal menggunakan alat putaran tinggi.
Adapun tujuan pengolahan di stasiun pemurnian ialah sebagai berikut.
dari minyak kasar yang masih mengandung air dan zat padat secara gravitasi. Alat ini berbentuk tangki silinder dan dilengkapi stirrer
- Melakukan penjernihan dengan cara pengendapan minyak kasar hasil
untuk menahan retensi minyak dan bagian dasarnya berbentuk kerucut
press-an yang masih mengandung air
berfungsi untuk mengefektifkan
dan kotoran lainnya.
pengendapan pasir. Kapasitas clarifier
- Melakukan pemisahan minyak
bervariasi 60—90 ton dengan retensi
dengan air dan zat padat yang ada
pada sludge dengan bantuan sludge centrifuge.
- Menurunkan kandungan kotoran dan air yang ada di CPO melalui proses di purifier dan vacuum dryer. - Mendapatkan minyak CPO yang memenuhi standar mutu yang disyaratkan secara maksimal. •
Beberapa peralatan di stasiun pemurnian sebagai berikut.
Continuous settling tank berfungsi
waktu 2—3 jam.
- Sludge Tank
Sludge tank berfungsi menampung sludge dari underflow di CST atau clarifier tank. Alat ini umumnya berbentuk silinder dan bagian dasarnya berupa kerucut. Bodi tangki diisolasi dengan rockwool tujuannya agar tidak terjadi penurunan temperatur sludge dalam tangki.
± 6 m3. Tangki ini dilengkapi dengan
- Pure Oil Tank (POT) Pure oil tank berfungsi sebagai
katup pengapung untuk mengontrol
penampungan sementara
air masuk serta pipa untuk air yang
minyak murni hasil pemisahan
overflow.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
di CST, memanaskan minyak
- Sludge Buffer Tank
sebelum di proses ke purifier, serta
mengendapkan kotoran yang terikut
sebagai tangki penampung sludge
dalam minyak. Tangki ini berbentuk
untuk umpan ke sludge centrifuge
silinder dan bagian dasarnya
dengan kapasitas tangki ± 3 m3 dan
berbentuk kerucut serta dilengkapi
ketebalan pelat tangki 4,5 mm serta
bodi isolasi .
dilengkapi dengan overflow yang
- Oil Purifier
menuju ke sludge tank.
Oil purifier berfungsi sebagai alat
- Sand Cyclone
pengolah minyak dari POT untuk
mengurangi kadar kotoran secara maksimal dengan kapasitas olah 8 ton per jam.
Sand cyclone berfungsi sebagai alat pengurang kandungan pasir di
ole hM aru li P ard am ean
Sludge buffer tank berfungsi
sludge sebelum diproses pada mesin sludge centrifuge sehingga umur lebih panjang pakai nozzle sludge centifuge. Alat ini bekerja dengan sistem sentrifugal di mana fraksi berat turun ke bawah, sedangkan fraksi ringan keluar dari bagian atas.
- Sludge Centrifuge
Sludge centrifuge berfungsi sebagai alat pengolah sludge agar pemisahan menjadi dua fase, yaitu light phase dan heavy phase.
Alat ini bekerja dengan putaran
Ga m b a r O i l P u r i f i e r
tinggi sekitar 1.400 rpm. Dengan pengaruh gaya sentrifugal sludge,
- Hot Water Tank
yang mengandung minyak dan
Hot water tank berfungsi sebagai
air akan dipisahkan di mana light
tanki air panas bersuhu 95 C,
phase dialirkan ke tangki klarifikasi,
digunakan di proses pemurnian dan
heavy phase dialirkan ke effluent
proses press yang mengalir secara
fit. Kapasitas olah sludge centrifuge
gravitasi dengan kapasitas tangki
6.000—12.000 liter sludge per jam.
o
kuningan/bronze karena bila disertai
- Vacuum Dryer Vacuum dryer berfungsi sebagai alat
temperatur yang tinggi, akan menjadi
untuk mengurangi kadar air di CPO
katalisator oksidasi yang akhirnya dapat
secara maksimal yang berbentuk
menurunkan nilai DOBI.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
tabung silinder berkapasitas 15 ton/ jam. Alat ini dilengkapi dengan
sumber panas uap pada stasiun
nozzle penyemprot, gelas penduga,
klarifikasi berfungsi untuk memanaskan
dan katup apung pengontrol level
minyak sawit agar terhindar dari
CPO dari bahan stainless. Alat ini
pembekuan serta mempertahankan
bekerja dengan tekanan –0,8 sampai
viskositasnya yang berperan dalam
-1,0 Bar.
pemisahan minyak dengan air dan zat padat berdasarkan berat jenis.
(2) Beberapa kritikal poin yang harus
(6) Efektivtas dari Clarifier Tank ditentukan
sebagai berikut.
Temperatur sludge di clarifier: 85ºC— 90ºC
•
Tekanan vacuum dryer: - 0,8 Bar sampai -1,0 Bar
•
Tekanan sand cyclone: 2 Bar
•
Oil underflow: < 10%
•
Kadar air CPO ex vacuum dryer: < 0,15 %
•
Kadar kotoran CPO ex vacuum dryer:
< 0,015 %
•
oleh tingkat kejernihan minyak yang
ole hM aru li P ard am ean
dipenuhi pada stasiun pemurnian
•
(5) Pipa pemanas dengan menggunakan
Oil loss in heavy phase sludge centrifuge: < 1 % to sample
disaring melalui Skimmer dan sludge underflow yang keluar kandungan minyaknya < 10%.
Clarifier Tank
Temperature minimal 90 C
Pure Oil Tank
Purifier
Tek : -0,8 s/d -1 Bar
Sludge Tank
Sand Cyclone
Dirt : < 0,015% Moist : < 0,15%
Vacuum Drier
Sludge Buffer Tank
Tanki Pasir
Sludge Separator
Storage Tank
Light Phase
Oil Losses : < 1% to sample Heavy Phase
(3) Temperatur yang terlalu rendah akan
menyulitkan proses pemisahan minyak
Temperature 85 s/d 90 oC
Under Flow : < 10% oil to sample
o
Fat Fit
Fl ow ch ar t di agram pro se s stasi un k l ar i f i k asi
dengan air dan sludge, sedangkan temperatur yang terlalu tinggi >100oC
F. SOP NUT DAN SERABUT
menyebabkan terjadinya emulsi dan
1. Pendahuluan
mutu minyak yang dihasilkan kurang baik.
a. Kebijakan Perusahaan
(4) Pipa minyak/sludge yang digunakan
Proses pemisahan nut dan serabut dari ampas
sebaiknya dari bahan stainless steel agar
press bertujuan untuk memperoleh nut yang
lebih tahan terhadap korosi baik asam
bersih dengan kehilangan kernel serendah
atau oksidasi. Pemakaian kerangan
mungkin dan mempermudah proses
tidak dibenarkan menggunakan bahan
selanjutnya di stasiun kernel recovery.
paddle yang dipasang dengan sudut
Ampas press yang keluar dari screw press
tertentu atau dapat juga berupa semi screw
berupa gumpalan yang terdiri dari serabut,
conveyor. Penggerak motor dan Gearbox
nut, cangkang, dan kernel selanjutnya
20 Hp dengan putaran sekitar 70—80 rpm
dipecah dengan Cake Breaker Conveyor (CBC)
diameter screw sekitar 60 cm dan 80 cm.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
b. Dasar–Dasar Pengolahan
sehingga mudah dipisahkan dengan hisapan
•
Depericarper Column
Fungsinya sebagai kolom pemisah
blower fan di antara fraksi ringan dan fraksi
berat. Fraksi ringan terdiri atas serabut, kernel
campuran serabut, nut, cangkang, dan
pecah halus, pecahan cangkang tipis, dan
kernel. Fraksi yang berat seperti nut, kernel
debu, sedangkan fraksi berat terdiri dari nut
bulat, kernel pecah, dan partikel berat
utuh, nut pecah, kernel utuh, dan kernel pecah.
lainnya akan jatuh ke dalam nut polishing
Dengan adanya daya hisap dari blower fan
drum.
maka bagian dari ampas yang berat jenisnya
•
Fibre cyclone fungsinya memisahkan
ringan terhisap dan jatuh di fibre cyclone, tinggi jatuh ke polishing drum.
udara dan serabut dengan bantuan
ole hM aru li P ard am ean
sedangkan bagian yang berat jenisnya lebih
Fibre Cyclone dan Air Lock
efek sentrifugal. Air lock berfungsi
meminimalkan/mencegah kebocoran
(1) Faktor –faktor yang mempengaruhi
efektifitas pemisahan nut dan serabut.
•
Pengaruh dari efektifitas perebusan
•
Pengaruh dari efektifitas pengadukan
•
Proses pengempaan apakah cukup
kering ampas press yang dikeluarkan.
• •
Kemungkinan adanya kebocoran atau
udara pada discharge fibre cyclone dan mengeluarkan serabut dari fibre cyclone ke fibre conveyor.
•
Fungsi utamanya adalah menghisap udara dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan fiber dari depericarper ke fibre cyclone. Fan
sumbatan pada ducting
yang digunakan tekanan medium dengan
Kecepatan putaran polishing drum
kapasitas hisapnya dapat mencapai
mempengaruhi gaya gesekan antara
45.000 m3 per jam.
drum dan nut.
•
(2) Beberapa peralatan utama yang ada
•
Fibre Cyclone Fan
Nut Polishing Drum
Fungsinya untuk membersihkan nut dari
pada stasiun pemisahan nut antara lain
serabut yang jatuh dari depericarper column.
sebagai berikut.
Nut polishing drum yang biasa digunakan
Cake Breaker Conveyor (CBC)
berbentuk rotary drum dengan putaran
Fungsi alat ini adalah memecah gumpalan ampas press yang terdiri dari serabut dan nut yang kandungan airnya masih tinggi. Cake breaker conveyor terdiri dari sebuah as dilengkapi dengan
sekitar 12—15 rpm. •
Destoner Fungsi destoner untuk memisahkan batu, besi, kotoran lainnya yang lebih berat dari
(3) Hidupkan Fan Nut Cyclone
blower fan. Kecepatan udara di kolom
(4) Hidupkan Nut Conveyor
destoner berkisar 25 sampai 30 m/detik
(5) Hidupkan Air Lock Fibre Cyclone
Nut Silo
(6) Hidupkan Fan Fibre Cyclone
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
nut dengan bantuan hisapan udara dari
•
(7) Hidupkan Nut Polishing Drum
Fungsinya menampung nut dari
destoner sebelum diolah di ripple mill.
Mematikan peralatan di stasiun
Kapasitas nut silo disesuaikan dengan
kapasitas pabrik. Pada bagian dalam, silo
pemisahan nut kebalikan dari menghidupkan
diberi sekat-sekat segitiga horizontal.
peralatannya dimulai dari awal ke akhir.
Tujuan dari penyekatan adalah agar
Pada umumnya, proses pemisahan
nut di dalam nut silo mempunyai
nut dan fiber dengan sistem pneumatik
dengan udara lebih luas, sehingga udara
meliputi proses berikut.
dapat dengan mudah melalui semua
•
Pemecahan gumpalan ampas press
•
Pemisahan nut dari fiber
•
Proses pembersihan nut dari sisa fiber
•
Pemisahan fiber dengan udara.
permukaan dari nut.
ole hM aru li P ard am ean
permukaan yang dapat kontak langsung
b. Pemecahan gumpalan ampas press Ampas press yang berupa gumpalan jatuh ke Cake Breaker Conveyor (CBC) akan dicacah dan dilempar oleh pisau-pisau atau semi
Ga m ba r N ut p o l i s h i n g d r u m
2. Prosedur Operasional
a. Pengoperasian mesin dan peralatan Sebelum mengoperasikan peralatan di
stasiun ini, setiap operator wajib memastikan tidak ada orang/benda asing yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja/kerusakan alat. Menghidupkan peralatan di stasiun pemisahan nut dimulai dari akhir ke awal proses dengan urutan sebagai berikut. (1) Hidupkan Nut Distribusi Conveyor (2) Hidupkan Air Lock Nut Cyclone
screw conveyor. Akibat adanya gesekan antara pisau-pisau atau screw yang berputar dengan ampas press dan dinding-dinding CBC maka nut akan terpisah dari fiber. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses pemecahan ampas press di CBC sebagai berikut. (1) Proses di digester dan press yang memadai sehingga ampas press tidak banyak mengandung minyak dan air. (2) Kecepatan paddle atau pisau direkomendasikan 2,4 meter/detik. (3) Sudut pemasangan pisau atau pitch screw menentukan kecepatan conveyor.
c.
Pemisahan nut dan fiber di depericarper
nut semakin lama bergerak ke ujung drum dan nut akhirnya jatuh di bagian
CBC akan ditransfer menuju Column De er.
paling ujung pada lubang nut polishing
Dengan adanya daya hisap dari blower maka
drum. Nut yang keluar oleh conveyor
bagian dari ampas yang berat jenisnya ringan
diteruskan ke kolom destoner di mana
terhisap dan jatuh di fibre cyclone, sedangkan
nut akan terhisap blower dan masuk ke
bagian yang berat jenisnya lebih tinggi jatuh
nut silo, sedangkan batu akan jatuh ke
dan masuk ke polishing drum. Ampas press
bawah. Bila proses di nut polishing drum
yang basah akan menurunkan efektifitas
tidak sempurna, akan menyebabkan
pemisahan nut dengan fiber.
terjadinya hal–hal berikut.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
Ampas press yang telah dipecah di dalam
dericarper bila tidak bersih dapat disebabkan oleh berikut
(1) Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti di sterilizer dan pengadukan di digester.
(2) Ampas press yang tidak cukup kering. (3) Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
(4) Kecepatan hisapan udara yang
berkurang, antara lain adanya kebocoran ducting, ducting tersumbat dan belting
depricarper fan longgar, dan sebagainya.
(1) Proses pemecahan nut di ripple mill effisiensinya berkurang.
(2) Fiber/sampah akan mengotori lingkungan dan menganggu bekerjanya alat.
ole hM aru li P ard am ean
Proses pemisahan nut dengan fiber di
(3) Kadar kotoran kernel meningkat dan menyebabkan penurunan mutu produksi.
e. Pemisahan fiber dengan udara di fibre cyclone
Fiber dihisap ke bagian atas fibre cyclone karena adanya efek sentrifugal yang melingkar sehingga terjadi aliran pusar atau
d. Pembersihan nut dari fiber di polishing
cyclone. Akibatnya, fiber yang terhisap akan
drum
berputar seperti spiral di sekeliling dinding
Nut di dalam nut polishing drum
cyclone. Oleh karena berat jenisnya maka fiber
mengalami bantingan akibat adanya
jatuh di dasar silinder dan dikeluarkan melalui
putaran secara terus menerus sehingga
air lock. Di dalam fiber yang keluar masih
terjadi gesekan-gesekan antara nut
didapati adanya kernel pecah, nut pecah, dan
dengan dinding drum dan antara nut
nut yang berukuran kecil. Hal ini memang
dengan nut. Hal tersebut mengakibatkan
sulit dihindari, namun harus diminimalisir
fiber-fiber yang terdapat pada nut
dengan pengontrolan hisapan melalui velocity
terlepas. Oleh karena posisi polishing
box dan bukaan damper pada suction fibre
drum yang miring dan adanya alur maka
cyclone fan.
h. Lakukan pemeriksaan keausan,
Berikut beberapa faktor yang sering
kebocoran air lock sebulan sekali.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
menyebabkan tidak sempurnanya
i.
pemisahan fiber dengan udara.
Lakukan pelumasan terhadap bearing fan,
(1) Adanya kebocoran udara dari air lock.
CBC, air lock, dan hanger bearing, serta
(2) Ampas press yang basah dan kandungan
rantai transmisi seminggu sekali.
minyaknya tinggi.
G. SOP KERNEL RECOVERY
(3) Hisapan depericarper fan kurang atau tidak cukup kuat.
1. Pendahuluan
(4) Kemungkinan adanya kebocoran atau
a. Kebijakan Perusahaan
penyumbatan pada ducting.
Kernel recovery meliputi aspek kegiatan pemecahan biji, pemisahan kernel dari
3. Pengendalian Proses
cangkang, pengeringan, serta penyimpanan
a. Pembersihan impeller fan, ducting di fibre
kernel. Kebijakan yang ditetapkan sebagai
pemeriksaan ada tidaknya kebocoran pada ducting.
berikut.
ole hM aru li P ard am ean
cyclone seminggu sekali dan lakukan
(1) Melalui proses pemecahan biji diharapkan diperoleh efisiensi
b. Penyetelan paddle CBC atau pengelasan
pemecahan yang tinggi dan kernel pecah
ribbon conveyor semi screw dilaksanakan
seminggu sekali.
c. Pemeriksaan tegangan belting dan
yang rendah.
(2) Pemisahan kernel dengan cangkang diharapkan diperoleh kernel dengan
kecepatan putaran depericarper fan secara
kualitas sesuai standar dan kehilangan
berkala.
kernel minimal.
d. Peyetelan damper suction fibre cyclone
(3) Dengan pengeringan diharapkan
fan dan velocity box disesuaikan dengan
kadar air kernel produksi sesuai standar
kebutuhan untuk menaikkan atau
sehingga lebih tahan disimpan.
menurunkan hisapan.
e. Fiber, sisa tandan kering, dan benda
asing yang terikut ke nut polishing drum
ialah sebagai berikut.
•
setelah sampai di ujung dikeluarkan dan dikumpulkan di suatu tempat. f.
•
bulan sekali.
: maksimal 8,00%
Kadar kotoran (dirt) : maksimal 8,00% terhadap sampel
•
nut dimasukkan ke nut silo/ripple mill. g. Lakukan pembersihan nut silo enam
Kadar air kernel terhadap sampel
Nut dan batu yang jatuh dari destoner dipisahkan secara manual. Selanjutnya,
Adapun standar kualitas yang ditetapkan
kernel pecah (broken kernel) : maksimal 5,00 % terhadap sampel
Total kehilangan kernel (kernel losses) di
stage, yaitu Light Tenera Dry Separator
stasiun pemisahan kernel maksimal ialah
(LTDS) I & II, sedangkan pemisahan cara
sebagai berikut.
basah dengan menggunakan sistem Clay
Kernel losses di dry shell: 2,0 % terhadap
bath atau Hydrocyclone Separator.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
• •
sampel
(4) Silo Kernel
Kernel losses di wet shell: 2,0 % terhadap
Kernel dari hasil pemisahan masuk ke silo kernel masih mempunyai kadar air
sampel
yang tinggi sekitar 12%—15%. Untuk
b. Dasar–Dasar Pengolahan
mengawetkan kernel agar tidak mudah
(1) Pemecahan Nut
berjamur maka diperlukan pengeringan
Tujuan pemecahan nut adalah
di silo kernel sehingga kadar air kernel
memecahkan cangkang/tempurung dari
mencapai 7%—8 %. Pengeringan di
nut sehingga kernel dapat dipisahkan
silo kernel sekitar 15 jam yang dilakukan
pada proses selanjutnya. Alat yang
dengan hembusan udara panas yang
digunakan untuk memecah nut adalah
telah melalui Heater Radiator.
ripple mill.
(2) Ripple Mill
Ripple mill berfungsi untuk memecahkan nut agar kernel-nya terlepas dari
cangkangnya sehingga mudah untuk
dipisahkan pada proses pemisahan di
separator. Alat ini terdiri dari rotor bar dan ripple bar atau ripple plate yang terbuat
dari besi tuang. Kapasitas ripple mill
ole hM aru li P ard am ean
(5) Kernel Bulking Silo
kernel selanjutnya ditransfer dengan sIstem pneumatik atau kernel elevator ke bulk silo untuk disimpan sebelum dikirim.
(6) Pengawasan Titik Kritis
•
Fungsinya memisahan kernel dan
•
tersebut biasanya menggunakan dua cara, yakni cara kering dan cara basah. Pemisahan cara kering dengan menggunakan sistem pneumatik dua
Kehilangan minyak di nut maksimal:
1,0%
•
Kehilangan kernel terhadap sampel
cangkang basah maksimal: 2,0%
cangkang dari cracked mixture hasil pemecahan nut di ripple mill. Pemisahan
Efisiensi pemecahan nut di ripple mill
minimal: 97%
(3) Kernel Separator
Pengawasan titik kritis dalam kernel recovery sebagai berikut.
umumnya 4.000—8.000 kg nut setiap
jam.
Kernel produksi yang keluar dari silo
•
Kehilangan kernel terhadap sampel cangkang kering maksimal: 2,0%
(11) Hidupkan kernel grading drum.
Nut Silo
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(12) Hidupkan air lock stage to kernel grading
Ripple Mill
Cracked Mixture
Separating Column
Dry Kernel
Hydrocyclone / Claybath
drum.
Efficiency : > 95%
(13) Hidupkan air lock LTDS I
Kernel Losses : < 2,5% (Dry Shell)
(14) Hidupkan fan LTDS I.
(15) Hidupkan air lock cracked mixture to
Kernel Losses : < 3,5% (Wet Shell)
LTDS I.
Wet Kernel
Kernel Silo
Kernel Bulk Silo
(16) Hidupkan cracked mixture elevator.
Shell Bin
(17) Hidupkan cracked mixture conveyor. (18) Hidupkan ripple mill.
Moisture : < 7,00% Dirt : < 7,00% Broken Kernel : < 15,00%
(19) Hidupkan silo kernel fan.
F l ow c h a r t p ro s e s d i s t a s i u n pemisahan kernel.
a. Sebelum mengoperasikan peralatan di stasiun ini, setiap operator wajib
memastikan tidak ada orang/benda asing yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja/kerusakan alat.
Menghidupkan peralatan di stasiun pemisahan kernel (kernel recovery)
dimulai dari yang paling ujung ke bagian awal proses, sedangkan pemberhentian peralatan kebalikan dari awal proses.
Urutan menghidupkan peralatan sebagai berikut.
(1) Hidupkan kernel transport fan.
(2) Hidupkan kernel sortir conveyor. (3) Hidupkan wet shell transport fan. (4) Hidupkan kernel elevator. (5) Hidupkan air lock LTDS II (6) Hidupkan air lock LTDS II ke hydrocyclone. (7) Hidupkan fan LTDS II. (8) Hidupkan vibrator Hydrocyclon. (9) Hidupkan hydrocyclon Pump No.I & II. (10) Hidupkan air lock kernel grading drum.
b. Pemecahan nut dengan ripple mill
ole hM aru li P ard am ean
2. Prosedur Operasional
(20) Hidupkan blower fan bulk silo kernel.
Pengoperasian alat ini dimulai dengan menghidupkan motor dan diberikan feeding secara perlahan hingga kapasitas normal. Setelah beroperasi satu jam, ambil sampel untuk memeriksa efisiensi ripple mill. Mekanisme pemecahan nut dengan
ripple mill, yakni dengan penekanan nut yang masuk oleh rotor pada dinding bergerigi sehingga menyebabkan pecahnya nut. Kecepatan rotor pemecah biji sekitar 900— 1000 rpm. Alat ini dapat memecah nut tanpa melalui pemeraman dan pengeringan di nut silo.
Berikut beberapa faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi ripple mill.
(1) Kondisi geriginya sudah tumpul dan rod yang aus menyebabkan banyak nut yang tidak pecah. (2) Jarak rotor dan ripple plate yang terlampau rapat menyebabkan nut yang hancur cukup tinggi, jarak
direkomendasikan minimal seperempat
•
Kolom pemisahan pertama (LTDS I)
inchi .
Nut hasil pemecahan dari ripple mill berupa crack mixture yang masuk
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(3) Destoner yang bekerja efektif
memisahkan batu dan benda asing
ke kolom pemisah pertama. Adanya
lainnya dengan nut karena batu, baut,
hisapan udara cangkang yang ringan
atau logam lain dapat menyebabkan
dan tipis akan terhisap ke shell cyclone
kerusakan ripple plate dan rod.
dan diteruskan ke silo cangkang,
(4) Kapasitas ripple mill tidak overload.
sedangkan kernel yang berbentuk bulat
(5) Putaran rotor yang terlalu rendah <900
dan cangkang tebal melalui air lock
rpm akan menurunkan efisiensi (banyak
akan jatuh ke kernel grading drum. Fraksi
nut tak pecah), sedangkan putaran
berat yang tidak terhisap, seperti batu,
terlampau tinggi kernel yang hancur
potongan besi, dan material lainnya akan
akan meningkat.
jatuh ke lantai. Pada kernel grading drum nut dan sampah akan jatuh ke bawah,
Pemisahan kernel dengan cangkang
Pemisahan kernel dan cangkang dari cracked
mixture hasil pemecahan nut di ripple mill dilakukan dengan dua cara.
- Pemisahan dengan hisapan angin atau sistem pneumatik.
- Pemisahan cara basah dengan
menggunakan Hydrocyclone atau Clay bath.
(1) Pemisahan system pneumatik
sedangkan kernel dan cangkang kasar
ole hM aru li P ard am ean
c.
lewat chute masuk kolom pemisahan kedua.
•
Kolom Pemisahan kedua (LTDS II)
Pada kolom kedua, kernel bulat yang merupakan fraksi berat akan jatuh ke bawah masuk ke conveyor selanjutnya masuk ke silo kernel, sedangkan cangkang tebal dan kernel ukuran kecil, kernel pecah melalui chute dan air lock
akan masuk ke Hydrocyclone/Clay bath.
Pemisahan cangkang dengan kernel dilakukan berdasarkan perbedaan
(2) Hydrocyclone
berat dan bentuk dari tiap fraksi. Fraksi
Hydrocyclone berfungsi untuk
yang ringan lebih mudah dipisahkan
memisahkan kernel dari cangkang yang
dibanding yang berat. Di samping
memakai prinsip berdasarkan perbedaan
itu, fraksi yang berbentuk gepeng/
berat jenis yang pemisahannya dilakukan
lempengan lebih mudah dipisahkan.
dengan pusingan gaya sentrifugal.
Kernel yang dihasilkan melalui proses
Untuk memperbesar selisih berat jenis
kering sekitar 75% sampai 85% dari total
kernel dan cangkang maka campuran
kernel. Secara garis besarnya, pemisahan
dilewatkan melalui siklon sehingga
kernel dan cangkang dapat dilakukan
inti akan keluar lewat atas permukaan
melalui dua kolom pemisah.
siklon, sedangkan cangkang akan keluar
lewat bagian bawah cone. Pemisahan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
kernel di hydrocyclone dilakukan dengan dua tahap agar hasil pemisahan lebih sempurna.
Cara kerja Hydrocyclone
Sebelum terisi campuran cangkang dan kernel, bak Hydocyclone terlebih dahulu
diisi air. Selanjutnya mengikuti cara kerja berikut.
•
Campuran kernel dan cangkang masuk
ke bak ”A1” yang sudah berisi air.
Selanjutnya, campuran plus air dengan pompa P1 dipompa ke cyclone “ C1”.
Pada cyclone “C1” dengan adanya gaya
sentrifugal, fraksi cangkang terlempar di
dinding cyclone. Selanjutnya, akan turun keluar melalui bagian bawah cyclone
terus masuk ke bak “B1”, sedangkan
sebagian besar kernel yang becampur air akan keluar melalui vortex bagian atas cyclone “C1”. Kernel tersebut akan
ditiriskan dengan ayakan getar sebelum dikeringkan di silo kernel.
•
Fraksi cangkang yang masuk ke bak
”B1” masih mengandung lempengan
atau pecahan kernel. Selanjutnya, akan dipompa “P2” ke cyclone “C2”.
•
Pada cyclone “C2” merupakan tahap akhir pemisahan kernel dan cangkang di mana cangkang yang keluar akan ditiriskan sebelum ditransfer ke silo cangkang, sedangkan kernel yang keluar ditransfer kembali ke bak "A1".
Prinsip pemisahan dengan clay bath didasari dengan perbedaan berat jenis kernel basah yang mempunyai berat jenis 1,07; sedangkan
ole hM aru li P ard am ean
•
d. Pemisahan dengan clay bath
cangkang mempunyai berat jenis 1,30. Pemisahan ini dengan menggunakan bak yang bagian bawahnya berbentuk kerucut. Bak ini diisi air dengan berat jenisnya 1,0, kemudian ditambahkan kaolin atau tanah clay hingga BJ cairan 1,20. Selanjutnya, campuran kernel dan cangkang dimasukkan maka kernel akan naik kepermukaan dan cangkang akan turun di bagian dasar.
Pemilihan pemisahan cangkang dengan clay bath mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut.
(1) Keterbatasan tanah clay dari sekitar pabrik sehingga harus didatangkan dari daerah lain yang akan meningkatkan biaya pemisahan kernel. (2) Campuran tanah clay akan mengotori sekitarnya sehingga diperlukan kebersihan ekstra. (3) Penggantian tanah secara periodik memerlukan pengontrolan yang lebih banyak.
lancar karena tidak ada yang melekat di
Kernel yang berasal dari hasil pemisahan
dinding dan pemanasan lebih homogen.
sistem pneumatik dan hydrocyclone
Pengeringan suhunya terlampau tinggi
dimasukkan ke silo kernel untuk dikeringkan
akan menyebabkan terjadinya discoloring
hingga kadar airnya mencapai 7%—8 %.
dan juga menyebabkan minyak meleleh
Agar pengeringan berjalan dengan baik, level
dari permukaan kernel. Hal itu akan
kernel di silo kernel diatur stabil 80% volume
menurunkan mutu kernel.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
e. Pengeringan kernel
silo. Kadar air kernel yang rendah sangat
(3) Penyimpanan kernel
penting sebelum disimpan di bulk silo. Hal
Kernel yang sudah kering keluar dari silo
ini untuk menghindari tumbuhnya jamur
kernel ke kernel conveyor selanjutnya
yang dapat menurunkan kualitas kernel.
melalui sistem pneumatik/kernel elevator
Lamanya pengeringan sekitar 15 jam dengan
dikirim ke bulk silo kernel. Selama di bulk
temperatur udara pengering 70 C—80 C.
silo sebaiknya blower silo fan dihidupkan
Pengeringan yang biasa digunakan ada
untuk mencegah terjadinya kondensasi,
dua tipe.
di mana air yang timbul dari kondensasi
o
- Pengering tipe rectangular - Pengering tipe cylindrical
(1) Pengering tipe rectangular
Pengeringan kernel dengan udara panas, yakni dengan mengalirkan udara panas melalui heater. Pemanasan dilakukan
dengan tiga tingkat yang berbeda-beda, yaitu suhu bagian atas 80o C, bagian
tengah 70o C, dan bagian bawah
ole hM aru li P ard am ean
o
dapat mempercepat korosi dinding bulk silo. Kernel produksi yang dihasilkan harus memenuhi standard mutu sebagai berikut.
Kadar air maksimal 7%—8%, kadar kotoran maksimal 7%—8 % dan kernel pecah maksimal 15%.
3. Pengendalian Proses
60 C. Pengeringan tipe rectangular ada
a. Jarak antara rotor dengan housing (ripple
kelemahannya karena bentuk silo kotak
plate) harus diatur sesuai dengan ukuran
sering kernel melekat pada sudut silo
nut (nut size). Hal ini bertujuan untuk
sehingga penurunannya tidak merata.
memperkecil terjadinya broken kernel
o
(2) Pengering tipe cylindrical
dan persentase nut yang tidak pecah.
Silo ini berbentuk silinder dilengkapai
Apabila jarak antara rotor dengan ripple
dengan heater yang berada di
plate terlalu lebar, akan berakibat banyak
bagian bawah silinder. Udara panas
nut yang tidak pecah. Sebaliknya, jarak
dihembuskan melalui pipa di tengah
yang terlalu dekat akan berakibat banyak
silinder kemudian disebarkan ke
kernel yang pecah.
seluruh dinding silo. Dengan silo yang berbentuk silinder, kernel keluar lebih
b. Untuk menjaga efisiensi ripple mill operator diwajibkan mengambil dan memeriksa sampel setiap dua jam.
Pemeriksaan dan penggantian rotor bar
h. Dalam pengoperasiannya, posisi silo
secara berkala setiap 250 jam operasi.
kernel harus selalu terisi penuh atau
Hal ini untuk menjaga agar efisiensi
minimal 80% dari daya tampungnya dan
pemecahan nut tetap tinggi.
suhu dijaga pada 70—80º C agar efisiensi
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
c.
d. Agar kehilangan kernel rendah di
pengeringan dapat tercapai.
pemisahan dengan sistem pneumatik
i.
perlu dilakukan penyetelan damper
untuk pengosongan silo kernel diperiksa
pengaturan kecepatan udara secara trial
dan dibersihkan dengan minimal tiga
and error sampai didapat kondisi yang
bulan sekali, sedangkan untuk heater
optimum dan stabil.
radiator dibersihkan dengan compressor
e. Lakukan pemeriksaan terhadap keausan/ kebocoran semua air lock sebulan sekali
minimal satu minggu sekali.
j.
Waktu penimbunan kernel di dalam
untuk mencegah losses kernel yang
bulk silo usahakan tidak terlalu lama
tinggi.
karena akan berpengaruh terhadap
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengoperasian hydrocyclone
sebagai berikut.
ole hM aru li P ard am ean
f.
Diperlukan perawatan secara terjadwal
(1) Tekanan pompa air yang melalui cyclone sekitar 2 Bar.
(2) Permukaan cone harus rata supaya putaran cyclone baik.
(3) Air yang sudah lama dipakai dan
mengandung partikel halus atau debu harus diganti karena akan
mempengaruhi berat jenis cairan sehingga pemisahan kernel dan
cangkang berlangsung tidak sebagai mana mestinya.
(4) Vortex finder harus diperiksa setiap tiga bulan. Bila ada keausan harus diganti. g. Jika menggunakan clay bath, BJ air campuran di tanki clay bath harus dijaga pada 1,15g/ml—1,20 g/ml dan harus diperiksa setiap jam.
mutu kernel. Begitu pula untuk tempat penyimpanannya, dihindari dari tempat yang lembab sebab akan memungkinkan timbulnya jamur pada kernel.
k. Beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam proses di stasiun pemisahan kernel serta penanganannya dapat dibuatkan sebagai berikut.
No.
Permasalahan
Penyebab
Tindakan
Kadar kotoran tinggi a. Cone wet kernel telah aus dan lubang sudah berbentuk oval.
a. Penggantian cone wet kernel.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
1
Kadar air tinggi
b. Penggantian vortex finder.
c. Feeding terlalu besar.
c. Pengaturan feeding stabil.
d. Efisiensi ripple mill terlalu rendah (<97%).
d. Melakukan perbaikan ripple mill untuk pencapaian efisiensi > 97%.
e. Volume dan kualitas air hydrocyclone kurang penuh dan kurang bersih.
e. Menjaga volume dan kualitas air tetap penuh dan baik.
f. Kapasitas pompa kurang (putaran rendah, impeller aus).
f. Pemeriksaan impeller pompa secara berkala.
a. Heater dalam keadaan bocor atau aliran steam ke heater tidak berfungsi.
a. Memperbaiki/mengganti heater yang bocor.
b. Air dari hydrocyclone terikut masuk kedalam silo kernel.
b. Menghindari masuknya air dari hydro cyclone ke silo kernel.
c. Steam trap tidak berfungsi dengan baik
c. Pemeriksaan instalasi pipa steam.
ole hM aru li P ard am ean
2
b. Vortex finder telah aus.
d. Saluran udara panas dalam silo kernel tersumbat oleh kernel atau benda lainnya.
d. Memastikan steam trap berfungsi dengan baik.
e. Membersihkan strainer silo kernel fan. e. Melekatnya fiber pada bodi silo kernel yang menyebabkan Heater silo kernel dicuci minimal satu terjadinya isolasi, retention time di minggu sekali. Kernel silo bagian dalam silo kernel kurang. dibersihkan minimal tiga bulan sekali. f. Volume silo kernel dijaga tetap penuh minimal 80% sehingga retention time tercapai.
H. SOP BOILER
harus memenuhi syarat untuk tujuan
1. Pendahuluan
pengolahan di pabrik minyak kelapa
a. Kebijakan Perusahaan
sawit.
Boiler adalah suatu bejana/pesawat yang
(2) Pengoperasian boiler dilakukan sesuai
berfungsi sebagai tempat produksi uap
dengan prosedur dan petunjuk yang
yang merupakan hasil dari pemanasan air
ditetapkan dari supplier pembuat boiler.
pada suhu tertentu. Kebijakan yang harus
(3) Mengutamakan keselamatan kan kesehatan kerja operator.
dilakukan sebagai berikut. (1) Air yang digunakan untuk umpan boiler harus memenuhi persyaratan
b. Dasar-Dasar Operasi
tertentu dan steam yang dihasilkan
(1) Jenis Boiler
Menurut konstruksi dan cara kerjanya ada dua jenis boiler.
hardness dan mineral-mineral yang ada dalam
Di mana api atau gas pembakaran
air sampai memenuhi persyaratan tertentu.
mengalir melalui pipa api, sedangkan
Bila perlakuan air tidak dilakukan dengan
air boiler berada di luar atau di sekeliling
baik maka akan mempercepat terbentuknya
pipa. Boiler jenis ini kapasitasnya kecil.
kerak pada pipa yang selanjutnya akan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(a) Jenis pipa api
menurunkan efisiensi boiler.
(b) Jenis pipa air
Pada boiler pipa air, gas, atau api,
pembakaran melalui celah-celah pipa
e. Pemanasan Air Umpan
yang terisi air. Keuntungan jenis ini
Pemanasan air umpan di deaerator bertujuan
tingkat penguapan tinggi, sirkulasi
menghilangkan kandungan oksigen pada
air cepat dan seragam (konstan)
air boiler. Bila oksigen tidak dihilangkan,
menghasilkan perpindahan panas
akan menyebabkan proses oksidasi dengan
yang baik, heating surface besar yang
logam sehingga akan menyebabkan
mengijinkan kenaikan uap cepat, aman
korosi. Pemanasan air boiler berlangsung
dalam pengoperasian, membutuhkan
pada tekanan tetap (tekanan isobarik) di
tempat kecil untuk konstruksi, serta mudah perawatan.
ole hM aru li P ard am ean
mana air umpan boiler dari feed boiler tank
dipompakan masuk ke deaerator dengan cara disemprotkan melalui lubang-lubang
c.
Kegunaan Steam
Kapasitas dan tekanan steam boiler yang
kecil. Begitu pula uap dari boiler dimasukkan ke dalam deaerator melalui nozzle sehingga
dipilih/digunakan harus disesuaikan dengan
terjadi kontak langsung antara uap dengan
kebutuhan steam untuk pembangkit tenaga
air. Uap yang lebih panas melepaskan panas,
dan keperluan proses di pabrik minyak kelapa
sedangkan air yang dingin menyerap panas
sawit. Steam yang dihasilkan boiler digunakan
sehingga temperatur air di dearator naik
sebagai berikut.
dari 85o C menjadi lebih dari 105o C dengan
(1) Penggerak utama steam turbin untuk
tekanan 5 Psi.
pembangkit tenaga listrik.
(2) Perebusan buah di sterilizer.
f.
(3) Pemanasan crude oil, air, kernel, minyak di
Air umpan di dalam drum atas berada di
storage tank, dan lain-lain.
Proses Terbentuknya Steam
bagian bawah dari drum dan selanjutnya dialirkan ke drum bawah header-header
d. Air Boiler
melewati pipa-pipa turun. Dari header-
Sebelum digunakan untuk umpan boiler, air
header, air didistribusikan masuk ke pipa-
harus mengalami treatment secara internal
pipa pemanas karena pipa-pipa pemanas
dan eksternal. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapat pemanasan baik secara radiasi
menghilangkan/menurunkan kandungan
maupun konveksi dari pembakaran bahan
menghembuskan udara pembakaran
terjadi perubahan fase air dari cair menjadi
dan abu sisa pembakaran. Bagian sisi
uap. Dari pipa-pipa pemanas masuk ke drum
depan ruang bakar terdapat main
atas, oleh steam separator yang terdapat di
hole untuk mengatur agar proses
dalam drum atas dipisahkan antara uap dan
pembakaran sempurna. Selain itu,
air. Uap terkumpul di bagian atas drum dan
sebagai jalan untuk inspeksi dan
air berada di bagian bawah drum bercampur
perawatan saat tidak beroperasi.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
bakar maka di dalam pipa-pipa pemanas
dengan air masukan yang baru. Selanjutnya,
(3) Drum Boiler
air mengalami sirkulasi, sedangkan uapnya
Drum boiler ada dua, yaitu drum atas
merupakan uap basah yang mengalir ke
(upper/steam drum) dan drum bawah
pipa-pipa superheater untuk dipanaskan lagi
(lower/mud drum). Kedua drum ini
menjadi uap kering.
dilengkapi dengan main hole yang berfungsi untuk mengontrol, memeriksa, membersihkan bagian dalam drum.
g. Beberapa bagian utama dan sebagai berikut.
(1) Pompa Feed Water
Pompa ini berfungsi untuk menyuplai/ mengalirkan air umpan boiler dari
deaerator ke dalam upper drum.
Umumnya pompa yang digunakan adalah pompa multi-stage yang
digerakkan oleh elektromotor atau turbin uap.
Fungsi dari masing-masing drum sebagai
ole hM aru li P ard am ean
perlengkapan boiler yang penting
berikut.
•
Drum atas: menampung air umpan
sebelum dipanaskan di pipa pendidih, menampung dan mengalirkan uap basah (saturated steam) yang telah berpisah dengan air ke superheater serta mengalirkan dan mendistribusikan air umpan ke header dan lower drum.
•
Drum bawah: menampung dan
(2) Ruang Bakar
mendistribusikan air ke pipa pendidih
Ruang bakar berfungsi sebagai tempat
dan header-header antara drum atas dan
pembakaran bahan bakar (cangkang
drum bawah. Pada drum ini dilakukan
dan serabut) untuk memanaskan dan
drain kotoran/endapan (blow down).
menguapkan air yang mengalir di
(4) Header Air Umpan.
dalam pipa-pipa pendidih. Ruang bakar
Header berfungsi sebagai tempat
ini pada bagian bawahnya disekat
menampung air umpan dan
dengan susunan roster yang dapat
mendistribusikan air tersebut ke pipa-
dibuka/ditutup dengan cara hidrolik
pipa pendidih untuk dipanaskan menjadi
dengan bantuan kompresor. Bagian
uap. Header merupakan bejana baja
bawah ruang bakar ada ruangan untuk
berbentuk silinder yang dipasang di sekeliling dapur pembakaran pada
ini masih berupa air sebab pipa ini tidak
boiler. Pada header dilengkapi dengan
mendapatkan pemanasan langsung.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
bagian bottom/dasar sisi-sisi dinding handhole untuk pemeriksaan dan
(7) Fan/Blower
pipa drain untuk pengeluaran kotoran
Ada tiga jenis fan yang digunakan yang
saat pembersihan kerak di pipa-
masing-masing dilengkapi dengan
pipa pemanas. Header ini dilengkapi
damper yang dikontrol secara elektronis
dengan handhole yang berfungsi untuk
atau otomatis. Damper ini untuk
memeriksa bagian dalam header.
mengatur jumlah kapasitas udara yang
(5) Pipa Pemanas
mengalir pada ducting fan. Ketiga jenis
fan tersebut sebagai berikut.
Pipa pemanas ini berfungsi untuk
•
mengubah air menjadi uap dengan
Induced Draft Fan (IDF) berfungsi untuk membantu isapan gas hasil pembakaran
dari udara panas hasil pembakaran di
agar dapat lancar terbuang lewat
ruang bakar. Pipa-pipa pemanas ini
cerobong.
berupa pipa-pipa baja yang tersusun
ole hM aru li P ard am ean
bantuan pemanasan secara konveksi
•
Force Draft Fan (FDF) berfungsi untuk
sejajar (inline) di sekeliling sisi dari ruang
membantu memasukkan udara
bakar. Susunan pipa-pipanya antara
pembakaran ke dalam ruang bakar dan
satu dengan yang lainnya berjarak ±
2,5 diameter pipa. Ujung pipa bagian
bawah dihubungkan pada header dan drum bawah, sedangkan ujung pipa bagian atas berhubungan dengan
drum atas. Susunan pipa-pipa pada
sekaligus mengatur agar pembakaran berjalan sempurna.
•
Secondary Force Draft Fan berfungsi untuk menambah kebutuhan oksigen pada proses pembakaran dan untuk mengatur jatuhan bahan bakar yang dimasukkan dari distributing conveyor.
dinding ruang bakar Boiler direncanakan sedemikian rupa sehingga luas bidang
(8) Superheater
pemanas besar dan panas yang diserap
Fungsinya untuk menaikkan temperatur
banyak serta efisiensi ketel tinggi. Untuk
uap jenuh (uap basah) sampai menjadi
mengurangi panas yang terbuang maka
uap kering (superheater steam).
dinding ruang bakar harus diisolasi
Superheater merupakan pipa-pipa
dengan bahan yang sesuai.
yang ujungnya dihubungkan dengan
(6) Pipa Down Comer
drum atas, sedangkan ujung yang lain
Fungsi dari pipa ini adalah untuk
berhubungan dengan header output
mengalirkan air umpan boiler dari upper
superheater.
drum ke lower drum, dari upper drum
(9) Dust Collector
header atau lower drum ke header. Fluida
yang mengalir di dalam pipa-pipa turun
Fungsinya untuk mengatur pengeluaran abu yang terbawa gas asap agar tidak
drum atas, bagian atas yang mengalir
Peralatan ini terdiri dari filter/separasi abu
berupa uap, sedangkan pada bagian
untuk memisahkan abu dari gas asap
bawah berupa air.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
terbuang langsung lewat cerobong.
yang mengalir. Hasil pemisahan masuk
•
Automatic Modulating Control
ke dalam hopper abu (dust collector) yang
Fungsinya untuk mengatur volume air
selanjutnya keluar dari dust collector
di dalam drum atas secara otomatis.
melewati damper yang operasinya
Pada bagian ini dipasangkan level switch
dilakukan secara otomatis. Pada ujung
yang berfungsi untuk membatasi air di
keluaran dari dust collector dipasang
dalam drum baik kondisi maksimum
bak penampung abu, dengan tujuan
maupun minimum. Level switch di set
agar abu tidak berserakan dan mudah
berdasarkan tekanan di dalam tabung.
pembuangannya.
Apabila level air naik, akan menambah tekanan di dalam tabung sehingga akan
(10) Cerobong Asap
menggerakkan kontak listrik dan sirene
Fungsinya untuk membuang gas sisa menimbulkan polusi udara.
(11) Fuel Feeder
Fungsinya untuk mengatur pemasukan
bahan bakar ke dalam ruang bakar boiler.
(12) Peralatan Kontrol
Fungsinya untuk mengontrol kondisi/ keadaan selama boiler beroperasi
agar tidak terjadi sesuatu hal yang
membahayakan. Adapun peralatanperalatan yang dimaksud, yaitu
berbunyi. Selain itu, tanda air di dalam
ole hM aru li P ard am ean
pembakaran ke udara luar agar tidak
drum atas berada pada skala maksimum maka modulating control valve akan
menutup pemasukan air ke boiler. Sebaliknya, apabila air di dalam tabung levelnya berkurang maka modulating akan beroperasi secara proporsional untuk menjaga level air tetap stabil pada level normal di dalam drum atas boiler.
•
Safety Valve
Di boiler ada dua buah safety valve, yaitu
•
Kerangan Induk
di drum dan di superheater. Fungsinya
Kerangan yang berfungsi untuk
untuk membatasi besarnya tekanan
membuka dan menutup aliran steam
operasi di dalam drum atau di dalam
dari boiler. Biasanya di samping
header superheater. Safety valve pada
kerangan induk dipasang non-return
header superheater diset lebih rendah
valve untuk menjaga agar steam tidak
dibanding setting pada safety valve di
masuk ke boiler, terutama pabrik yang
drum atas. Hal tersebut dimaksudkan
mengoperasikan lebih dari satu boiler.
agar saat safety valve superheater blow off
•
Glass Penduga
header dan pipa tetap terisi steam dari
Fungsinya untuk menunjukkan level di
drum.
dalam drum atas. Pada bagian dalam
Alarm
drum boiler yang meliputi silica, TDS, dan
Alarm atau alat tanda bahaya berfungsi
mineral lainnya yang telah melampaui
sebagai petunjuk bahwa posisi level air
ambang batas yang ditentukan agar
di drum kurang dari batas minimal atau
boiler dapat terjaga dengan baik.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
posisi air melebihi batas maksimal yang
•
Panel Kontrol
diatur oleh modulating control.
Fungsinya untuk mengontrol beroperasinya peralatan listrik untuk boiler. Umumnya panel ini berisi volt meter, ampere meter, lampu indikator, sirene, dan PLC.
3. Prosedur Operasional Sebelum mengoperasikan peralatan
ole hM aru li P ard am ean
di stasiun ini, setiap operator wajib memastikan tidak ada orang/benda asing yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja/ kerusakan alat.
a. Operasional Boiler
•
Pressure Gauge
Merupakan alat untuk mengukur
Pengoperasian boiler secara rutin terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi:
tekanan uap pada drum dan superheater.
- Persiapan pengoperasian
Dengan melihat skala dari pressure gauge
- Pengapian (Fire Up)
maka dapat diukur besarnya tekanan
- Pengoperasian
uap yang bekerja sehingga proses dapat
- Pengawasan
senantiasa terkontrol.
- Penghentian operasi
•
Blow Down Valve
(1) Persiapan Pengoperasian
Merupakan katup untuk pembuangan
Setiap akan mengoperasikan boiler
air dari dalam drum atas. Blow down
harus dilakukan persiapan dengan baik.
valve dipasang dua tingkat. Satu buah
Persiapan pengoperasian perlu dan
merupakan keran buka cepat dan satu
harus dilaksanakan agar tidak terjadi
lagi keran ulir. Bahan dari blow down
kegagalan saat boiler dioperasikan.
valve ini terbuat dari bahan yang tahan
Persiapan pengoperasian meliputi
tekanan dan temperatur tinggi. Adapun
kegiatan berikut.
fungsi dari proses blow down, yaitu untuk mengontrol kualitas air di dalam
•
Periksa kebersihan ruang dapur atas benda-benda asing.
Sistem level air harus dicoba untuk
•
Setelah tekanan ± 8 kg/cm2, operasikan
memastikan masih berfungsi dengan
peralatan-peralatan (boiler full operation)
baik
yang meliputi berikut.
Periksa kondisi rooster dan coba
- Operasikan double damper.
operasikan dumping grate.
- Operasikan draft control pada posisi
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
•
•
•
“close” (damper ID fan tutup 100%).
Periksa jumlah dan kecukupan bahan
bakar dan persedian air di feed water
- Operasikan blower ID fan.
tank.
- Operasikan handle draft control ke
Periksa instrumen panel terutama sistem
posisi “auto”.
cut off dan interlock.
•
- Operasikan blower FD fan dengan terlebih dahulu damper tutup penuh.
Periksa posisi air di drum dengan
- Operasikan secondary FD fan dengan
memonitor level air di gelas penduga
terlebih dahulu damper tutup penuh.
menambah air di dalam drum hingga
Setelah operasi normal damper buka
alarm berfungsi.
± 70%.
Periksa pressure gauge pada superheater
dan upper drum.
Periksa termometer pada superheater.
•
Pastikan control damper ID fan dapat bekerja.
Kerangan air vent pada drum dan 100%.
merata.
•
•
Buka kerangan drain valve pada
- Untuk tekanan <15 kg/cm2 damper buka 40%—70%.
- Untuk tekanan >15 kg/cm2 damper
Masukkan bahan bakar ke ruang bakar
secara merata.
buka 20%—40%.
•
Boiler sudah siap untuk pengapian.
Pindahkan supply air melalui modulating
control valve. •
(2) Pengapian (Fire Up) •
Buka damper utama FD fan (melalui instrumen panel)
terbuka penuh 100%.
•
Pertahankan tekanan ruang dapur pada
-10 mm H2O)
superheater dan starting valve pada posisi
•
Operasikan rotary feeder dan masukkan
tekanan yang direncanakan (-5 sampai
superheater pada posisi terbuka penuh
•
•
bahan bakar secara perlahan-lahan dan
•
•
ole hM aru li P ard am ean
•
dengan cara mengurangi dan
Buka valve continuous blow down ± 20%—30%.
Pada tahap pemanasan awal, laksanakan
•
Naikkan tekanan hingga ± 10 kg/cm2.
pembakaran dalam ruang dapur tanpa •
ada blower yang dioperasikan.
(3) Pengoperasian
Setelah tekanan ± 0,5 kg/cm , tutup
•
2
penuh air vent pada superheater dan upper drum.
Pada tekanan >21 kg/cm2 buka kerangan induk perlahan-lahan dengan
(pressure gauge) dan meter level air
boiler dan level air.
(gelas penduga). Perhatian khusus harus
- Pembukaan secara tiba-tiba akan
diberikan pada suplai bahan bakar dan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
memperhatikan variasi pada tekanan
udara pembakaran.
mengakibatkan turunnya tekanan
secara tiba-tiba dan kenaikan level air
•
yang tiba-tiba akan mengakibatkan
dengan densitas tebal yang keluar dari
bahaya lanjutan.
cerobong menunjukkan kekurangan udara atau pembakaran yang tidak
- Air kondensat harus benar-benar
sempurna.
sempurna, akan dikhawatirkan
•
kemungkinan terjadinya water
Tutup starting valve dan kerangan drain
gas buang terlalu tinggi mengakibatkan
pada superheater header.
berkurangnya efisiensi ketel.
Periksa semua peralatan-peralatan atas suara-suara yang abnormal.
•
Pertahankan level air pada drum
dikondisi yang ditentukan.
•
Naikkan tekanan boiler sesuai tekanan yang direncanakan dan lakukan
percobaan pembuangan uap pada
ole hM aru li P ard am ean
•
kerangan pengaman (safety valve) pada
superheater dan upper drum. Hal ini untuk memastikan bahwa kerangan pengaman
•
b. Penghentian Operasi •
Boiler stop operasi secara normal. - Hentikan suplai bahan bakar. - Tutup kerangan uap utama dan suplai uap lainnya, serta air vent.
- Perhatikan level air pada gelas penduga (harus high water level)
- Turunkan tekanan hingga < 10 kg/ cm2 (sirkulasi).
bekerja normal.
- Stop FD fan dan secondary FD fan.
Pertahankan tekanan boiler pada operasi
- Keluarkan abu-abu sisa pembakaran
normal. Pengurangan tekanan yang
dari atas rooster.
berlebihan mengakibatkan naiknya
- Stop ID fan dan buka damper 100%.
beban dalam ruang uap dan separator
- Operasikan dumping grate dan
uap kurang berfungsi sehingga dapat
•
Perhatikan temperatur gas buang
(normal 350o C—370o C). Temperatur
hammering.
•
Perhatikan densitas dari asap. Asap
mengeluarkan abu dari pintu abu.
mengakibatkan bahaya lanjutan. Hal
- Stop double damper dust collector.
ini sangat tergantung pada quantity
- Buka pintu dapur dan pintu abu,
pemberian bahan bakar dan level air.
pintu-pintu yang lainnya tetap
Pertahankan pemakaian uap agar
tertutup.
konstan. Perlu dijaga agar fluktuasi
- Periksa semua kerangan blow down
beban uap kecil. Hal tersebut dengan
dan continuous blow down (harus
jalan mengawasi meter tekan uap
tertutup dengan sempurna dan tidak terdapat kebocoran).
- Posisikan semua breaker peralatan
(2) Akibat level air turun terus menerus •
ke posisi “OFF”, sedangkan
Periksa semua kerangan blow down, apakah ada yang terbuka, terutama blow
“ON”.
down dari lower drum dan unit header.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
instrumen panel tetap pada posisi
•
Boiler stop operasi dalam waktu yang
•
Periksa temperatur air umpan
lama.
(temperatur air umpan ≥100o C akan
Berhentikan boiler secara normal dan
terjadi vacum pada feed water pump)
lakukan sirkulasi air secara kontinu.
•
- Perawatan "cara kering”
Periksa kuantitas air pada feed water tank
dan peralatan-peralatan pada feed water
* Air dalam boiler dikosongkan.
* Masukkan gas Nitrogen (N2)
tank.
•
Periksa feed water pump atas kesalahan
fungsinya.
hingga tekanan 2 kg/cm . 2
•
- Perawatan “cara basah”
pump diparalel untuk boiler yang lain,
* Boiler harus tetap dipanaskan hingga tekanan ± 2 kg/cm .
periksa kerangan-kerangan paralelnya.
dianalisis.
* Setiap satu bulan diadakan penggantian air.
ole hM aru li P ard am ean
2
* Setiap hari air ketel harus
Apabila sistem piping pada feed water
•
Hentikan pengisian bahan bakar dan
lakukan penarikan bahan bakar dari ruang bakar hingga api padam.
(3) Kekurangan air pada boiler
c.
Pemberhentian boiler secara darurat
(1) Akibat mati listrik •
Pindahkan secepatnya sistem pengisian air umpan dari electric pump ke steam
•
Bila terjadi kekurangan air akan dapat menyebabkan pipa-pipa boiler menjadi
overheated dan akhirnya bengkok atau boiler menjadi rusak. Kondisi kekurangan
pump.
air dapat diketahui dari posisi level air di
Tutup valve main steam (kerangan
gelas penduga.
induk)
•
Bila level air gelas penduga di bawah
•
Buka pintu dapur dan pintu abu.
batas terendah maka lakukan hal berikut.
•
Buka damper ID fan 100% secara
- Matikan suplly bahan bakar dan tarik
manual. •
Pindahkan sistem pengisian air umpan dari modulating control valve ke
•
api dari dalam ruang dapur. - Tutup kerangan uap utama dan supply uap lainnya.
kerangan by pass.
- Matikan semua blower.
Hentikan pengisian bahan bakar dan
- Periksa semua pompa dan sistem
lakukan penarikan bahan bakar dari ruang bakar.
kontrol air.
Bila air dalam gelas penduga kosong
apakah sudah terpasang secara
sehingga tidak diketahui sampai di mana
sempurna. Periksa apakah nozzle-
titik terendah air di dalam boiler, sedang
nozzle pipa di dalam drum sudah
boiler masih beroperasi.
terpasang dengan arah yang benar.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
- Periksa apakah masih ada orang,
- Matikan supply bahan bakar
- Tutup semua kerangan supply uap
peralatan kain kotor, dan barang
- Matikan semua blower (ID fan, FD fan,
asing lainnya yang tertinggal di dalamnya. Setelah yakin dalam drum
dan secondary FD fan)
- Tutup semua damper.
telah bersih, pintu main hole pada
- Tarik api secepatnya dari ruang bakar.
drum ditutup.
- Tutup rapat semua main hole.
•
Pemeriksaan Casing
- Biarkan boiler dingin secara alami.
Perhatikan pemasangan baut pada casing yang terletak di bawah upper
- Setelah boiler dingin, isi air dan
drum lubang baut berbentuk panjang
(kebocoran) pada pipa atau rol
(oval) dan pemasangan bautnya harus
pipanya.
- Bila hasil hydro test tidak terdapat
ole hM aru li P ard am ean
periksa apakah terdapat kerusakan
kebocoran boiler dapat dipanaskan dan dioperasikan kembali.
mempunyai spasi ± 20 mm.
•
Pemeriksaan Kerangan dan Flange
Periksa pemasangan kerangan secara cermat dan teliti terutama terhadap arah aliran masuk dan keluar serta spesifikasi
4. Pengendalian dan Pengawasan Boiler
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan
materialnya, apakah telah sesuai untuk setiap jenis pemakaian. Periksa apakah semua packing-packing dan baut-baut
Boiler yang digunakan di PKS mempunyai
pada sambungan flange telah terpasang
tekanan yang cukup tinggi maka dalam
dengan sempurna.
mengoperasikannya harus memperhatikan
•
beberapa hal berikut.
(1) Pengoperasian Boiler Baru
•
Pemeriksaan Switch Board dari instrumen
panel serta elektro-motor
Periksa apakah semua komponen listrik
Mengoperasikan boiler baru atau boiler
dan pasangan wiringnya sudah benar
yang telah lama tidak dijalankan harus
dan dapat berfungsi dengan baik. Cek
mengikuti prosedur sebagai berikut.
arah putaran elektromotor pada semua
Pemeriksaan Upper Drum dan Lower
alat satu per satu . Periksa instrumen
Drum
panel apakah sistem kontrol pada boiler
- Buka main hole dan periksa
tersebut semuanya sudah dapat bekerja
pemasangan packing-packing dan
secara sempurna, terutama terhadap
baut-baut internal upper drum,
sistem kontrol pada tinggi rendah air dalam boiler.
- Selama operasi perhatikan
Pemeriksaan Draft Control
Tekanan dapur harus dijaga pada –5
casing, ducting, bearing, dan
sampai –10 mm H2O dengan melakukan
komponen-komponen lainnya akan
penyetelan di draft control.
kemungkinan terdapatnya bunyi,
Pemeriksaan Blower (Fan)
vibrasi, atau kepanasan yang kurang
- Sebelum blower dioperasikan harus
normal.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
- Pada waktu operasi dihentikan,
dilakukan pemeriksaan berikut.
* Bagian dalam blower dan pastikan
periksa setiap baut, bearing, dan
tidak ada lagi barang-barang asing
komponen lainnya akan adanya
tertinggal di dalamnya.
kemungkinan menjadi longgar.
- Pergunakan minyak pelumas dengan
* Angker-angker baut mur dan
jumlah yang memadai.
baut-baut sambungan flange, sisi isap dan sisi tolak, centering dari
•
Hydrostatic Test
sambungan coupling serta protektor
Sebelum dioperasikan, harus terlebih
untuk pengamanan, apakah telah terpasang dengan sempurna.
* Kondisi pelumasan.
* Kawat proteksi pada inlet udara yang berfungsi mencegah bahan-bahan asing terisap ke dalamnya.
* Gerakkan bagian-bagian yang
berputar dengan tangan, untuk
memeriksa apakah terdapat kondisi yang abnormal.
- Sebelum blower dioperasikan secara
dahulu dilakukan hydrotest guna
ole hM aru li P ard am ean
•
mengetahui apakah sistem pengerolan pipa-pipa water tube tersebut tidak terdapat kebocoran.
Ketentuan hydrotest sebagai berikut: - Untuk boiler baru.
Tekanan kerja >10 kg/cm2.
Tekanan uji = Tekanan kerja x 1½ .
- Untuk boiler yang sudah pernah dipakai Tekanan uji = Tekanan kerja + maksimum 3 kg/cm2.
terus menerus, operasikan dahulu untuk selang waktu yang pendek,
(2) Pada boiler baru, pengisian bahan
untuk memeriksa apakah ada
bakar ke dalam ruang bakar boiler
kemungkinan terdapat bunyi atau
harus dilakukan dengan api yang kecil
vibrasi yang kurang normal.
guna memanasi dinding, ruang bakar,
- Operasikan fan tersebut dengan
dan pipa boiler. Sebaiknya, pemanasan
damper tertutup penuh sambil
dilakukan dengan menggunakan
mengamati ampere meter. Pastikan
kayu bakar yang kering. Pemanasan
bahwa Fan sudah mencapai
memerlukan waktu sampai dua minggu.
kecepatan yang ditentukan dan
Apabila ruang bakar dan pipa sudah
ampere dalam keadaan stabil.
cukup panas, tekanan dinaikkan secara
penduga berada +100 mm di atas
kerja. Waktu yang dibutuhkan untuk
normal water level. Lakukan blowdown
menaikkan tekanan kerja dari tekanan 0
secara perlahan-lahan sehingga air
s.d. tekanan kerja sekitar 2 jam—3 jam.
dalam gelas penduga turun sampai
Pemakaian bahan bakar komposisinya
+85 mm di atas normal water level,
terdiri dari serabut 75% dan cangkang
alarm HWL akan berhenti dan lampu
25%. Sistem pemasukan bahan bakar
hijau pada panel mati.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
bertahap sampai mencapai tekanan
- Lakukan blowdown kembali sehingga
dibantu dengan hembusan udara
ventilator yang berasal dari feeder fan
air di dalam gelas penduga turun
agar bahan bakar merata tersebar di atas
sampai 1st low water level, air dalam
kisi-kisi dapur atau fire grate.
gelas penduga harus berada pada –60 mm di bawah NWL dan alarm
Persiapan pengapian harus mengikuti
untuk 1st low water level berbunyi.
prosedur sebagai berikut.
Bersamaan dengan lampu kuning
•
Pengisian boiler dengan air
Operasikan Electric Feed Water pump
untuk pengisian air ke Boiler dengan prosedur berikut.
- Periksa banyaknya air yang
terkandung di dalam tangki air,
bukan hanya dilihat melalui level
ole hM aru li P ard am ean
menyala, operasikan kembali feed water pump sehingga dalam gelas penduga naik sampai –50 mm di bawah NWL dan alarm untuk 1st low water level berhenti dan lampu kuning mati.
- Lakukan blowdown sehingga air
penunjuk air, tetapi harus juga dilihat
dalam gelas penduga turun sampai
langsung ke dalam tangki.
1st low water level. Pada saat alarm 1st
- Periksa semua kerangan, apakah
low water level berbunyi dan lampu
kerangan yang seharusnya terbuka
kuning menyala, alarm 1st low water
sudah benar terbuka dan yang
level diriset. Lalu, lakukan blowdown
seharusnya tertutup sudah benar
sehingga air di dalam gelas penduga
tertutup. Periksa semua handle
berada pada
operasinya apakah sudah mudah
–120 mm di bawah NWL dan alarm
dioperasikan.
untuk 2nd LWL berbunyi bersamaan
- Operasikan electric feed water pump
dengan lampu merah menyala.
hingga air dalam gelas penduga
Operasikan kembali feed water pump
mencapai high water level dan alarm
hingga air dalam gelas penduga
untuk HWL berbunyi, serta lampu
berada pada –105 mm di bawah NWL
hijau pada panel menyala.Perhatikan
dan alarm untuk 2nd low water level
apakah kondisi air dalam gelas
berhenti serta lampu merah mati.
- Setelah HWL, 1st LWL, 2nd LWL alarm serta lampu indikator bekerja
•
Inspeksi dan persiapan pengapian - Pastikan bahwa semua yang berputar dan bergerak telah diberi
feed water pump hingga air dalam
minyak pelumas secukupnya.
gelas penduga tepat pada normal
Pemberian jenis bahan mutu minyak
water level.
pelumas disesuaikan dengan standar
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dengan baik, operasikan kembali
yang diperlukan.
Pengamanan untuk low water level
- Operasikan feed water pump hingga
- Cek ruang pembakaran dan periksa secara hati-hati kondisi roster,
high water level. Operasikan semua
kondisi dinding dapur, dan nozzle-
blower dan peralatan sesuai dengan
nozzle udara, apakah kemungkinan
prosedur pengoperasian. Lakukan
tersumbat. Pastikan tidak ada orang
blowdown secara perlahan-lahan
tertinggal di dalam dapur maupun
hingga air dalam gelas penduga
boiler proper dan gas duct.
turun sampai –60 mm di bawah
NWL (pada kondisi 1st LWL). Timer
satu bekerja, dalam waktu ±3 menit semua peralatan dan blower secara otomatis akan mati, kecuali electric feed water pump.
- Operasikan kembali feed water pump hingga air di dalam gelas penduga naik kembali sampai NWL (lampu
kuning mati). Operasikan kembali
semua blower dan peralatan sesuai dengan prosedur pengoperasian.
Lakukan blowdown perlahan-lahan hingga air dalam gelas penduga
- Pastikan bahwa alat kontrol tekanan
ole hM aru li P ard am ean
•
ruang dapur telah berfungsi dengan sempurna.
- Periksa semua damper pengatur udara untuk dicoba dan diteliti, perbandingan pembukaan alat penyetel dengan posisi damper, buka penuh damper induced draft fan.
- Periksa banyaknya bahan bakar, apakah sudah cukup tersedia untuk pengoperasian awal.
- Periksa banyaknya air dalam feed water tank.
- Periksa pemasangan kerangan-
turun sampai –120 mm di bawah
kerangan dan pelengkap, apakah
NWL (pada kondisi 2nd LWL), timer
sudah sesuai dengan fungsinya.
dua bekerja, dalam waktu ±10 detik, semua peralatan dan blower secara otomatis akan mati, kecuali electric feed water pump.
- Buka kerangan air vent pada 100% dan kerangan starting valve 100%. - Jika boiler dilengkapi dengan superheater, buka kerangan starting valve pada superheater 100 % dan
tidak boleh dilakukan melalui header
header 100%.
saat boiler beroperasi.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
kerangan blowdown dari superheater - Periksa meter tekanan (pressure
gauge) pada superheater dan drum,
•
Setiap 4 jam
Abu yang terbentuk dari proses
termometer pada superheater, serta
pembakaran bahan bakar harus sering
flue gas (gas buang).
dibersihkan agar tidak menutupi
- Operasikan peralatan pengisi bahan
ventilator sehingga suplai udara ke
bakar dalam keadaan kosong untuk
dalam ruang bakar tetap terjamin.
mengamati operasinya. Apabila telah
- Lakukan soot blowing pada saat
beroperasi normal, masukkan bahan
beban boiler sedang kecil atau pada
bakar ke dalam ruang bakar hingga
saat temperatur outlet gas >3500C.
merata di atas rangka bakar.
Tekanan uap untuk soot blowing harus lebih
Setelah boiler berjalan normal, hal-hal
yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
•
Setiap 45 menit
- Buang abu ex dust collector dan dust hopper.
- Amati ruang abu di bawah rangka baker. Jika ada api,
segera dipadamkan dengan cara dikeluarkan.
•
15 kg/cm2 dan level air dari drum
ole hM aru li P ard am ean
(3) Pengawasan Rutin
harus diamati. Prosedur pelaksanaan soot blowing sebagai berikut.
* Pastikan kerangan stop uap pada mechanical soot blowing sudah ditutup. Pastikan bahwa kerangan drain telah dibuka.
* Kerangan utama dari mechanical soot blowing dibuka sedikit untuk menghangatkan pipa. Kemudian,
Setiap 1 jam
dibuka bertahap sedikit demi sedikit
- Periksa level air gelas penduga.
hingga terbuka penuh dan kerangan
- Pengisian jurnal operasi boiler.
buangan ditutup.
- Pengambilan sampel air umpan dan air boiler.
• Setiap 2 jam - Petugas sampling harus mengambil sampel air boiler untuk dites di laboratorium. - Apabila hasil tes TDS Laboratorium
* Soot blowing harus dilakukan satu demi satu dari kerangan shoot blower sepanjang arah pengaliran gas pembakaran. * Memutar soot blowing dalam batas yang ditunjukkan oleh indikator dari pegangan operasi yang berada di
terlalu tinggi maka harus dilakukan
depan blowing dan lakukan selama ±
blowdown melalui lower drum valve,
4 menit dengan masa putar tiga kali dan diputar secara perlahan-lahan.
- Penghentian operasi seluruh
* Apabila dari cerobong asap diketahui
abu yang berada di ash-pit setiap
dengan abu dalam jumlah besar
tingkatan harus dibersihkan.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
asap yang keluar masih bercampur maka lakukan blowing. Jangan memakai soot blowing tanpa
•
- Memeriksa dan membersihkan
memutarnya untuk jangka waktu
strainer air dan uap.
yang lama.
- Memeriksa rooster dan
* Setelah selesai operasi soot blowing,
menggantinya jika ada yang patah.
kerangan utama dari shoot blower
- Membersihkan pipa-pipa dan
harus ditutup dan kerangan drain
dinding batu dari abu-abu sisa
harus dibiarkan terbuka.
pembakaran yang melekat.
- Tarik dan buang kerak abu dari atas
- Membersihkan abu-abu dari dalam
rooster.
cerobong.
Abu dibersihkan dengan cara dikorek keluar melalui pintu dapur 3—4 jam sekali. Pengorekan abu dilakukan bertahap pintu per pintu untuk menjaga kestabilan steam. Saat
pengorekan diharuskan secondary fan dimatikan untuk menghindari gejolak api.
- Jika dijumpai bara api dan abu
jatuh ke bawah maka harus segera ditarik ke luar, sedangkan sisa abu
- Memeriksa serta membersihkan
ole hM aru li P ard am ean
Setiap 2 minggu
abu pada rotor blower ID fan dan fan
lainnya.
•
Setiap tiga bulan
- Memeriksa dan membersihkan bagian luar dan dalam boiler.
- Membersihkan bagian luar semua pipa-pipa, drum, dan header dari
kotoran.
- Memeriksa dan melaksanakan
yang tidak jatuh akan terakumulasi
pengecatan cerobong.
pada rooster di dapur maka harus
dibersihkan dengan menggerakkan fire grate setelah boiler stop
beroperasi.
•
Setiap satu tahun
- Periksa dan perawatan pada casing. - Periksa dan perawatan pada gas duct
•
Setiap 24 jam - Setiap pagi periksa semua peralatan yang bergerak dan berputar atas bunyi-bunyi yang abnormal. - Lumasi semua bearing, pemakaian minyak pelumas harus yang sesuai.
dan dust collector. - Periksa dan perawatan pada controller, peralatan, dan instrumen. - Periksa dan perawatan pada valve, cock, dan piping.
(4) Batas Level Air
(5) Superheater.
Sebelum beroperasi, sisa kondensat
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
Selama beroperasi, ketinggian air
dalam boiler harus diusahakan normal.
harus dibuang dengan membuka penuh
Permukaan air yang terlalu rendah
kerangan drain header superheater dan
dapat menyebabkan overheating
kerangan air vent untuk menghindari
pada drum dan pipa. Hal tersebut
kerusakan pipa. Kerangan air vent dan
dapat berakibat pecahnya pipa boiler,
drain header harus ditutup kembali
sedangkan permukaan air yang terlalu
setelah boiler dioperasikan mencapai
tinggi dapat menyebabkan terikutnya
tekanan 8 kg/cm2.
air ke dalam superheater sehingga dapat
(6) Blowdown
merusak peralatan turbin dan pipa
maksud untuk mengurangi dan
boiler beroperasi, gelas penduga harus
membatasi konsentrasi padatan atau TDS
dioperasikan kedua unitnya dengan
sampai batas yang diizinkan. Pengaturan
memperhatikan batas air normal, yaitu
blowdown dapat dilakukan dengan tiga
berada sedikit di atas batas pertengahan
cara:
penduga harus diamati dan diperiksa kebenarannya dengan cara seperti berikut.
•
ole hM aru li P ard am ean
boiler bila terjadi foaming. Pada saat
gelas penduga. Ketinggian pada gelas
•
Blowdown air boiler dilakukan dengan
•
Blowdown kontinu dibuka secara bertahap sesuai hasil analisis TDS.
•
Blowdown yang bekerja secara otomatis.
•
Blowdown secara manual dengan
Tutup keran saluran uap yang masuk ke
periode dan waktu tertentu, dengan cara
gelas penduga.
mengawasi konsentrasi TDS dalam air
Buka keran bagian bawah/drain sampai
boiler .
air boiler bebas keluar. Kemudian, tutup
keran drain.
•
•
Banyaknya air boiler yang harus
Buka keran steam, tutup keran air ke
dikeluarkan pada blowdown dapat dihitung
gelas penduga, keran drain dibuka
dengan rumus yang sering digunakan
sampai steam bebas keluar.
sebagai berikut.:
Langkah terakhir tutup keran drain dan buka kerangan air serta kerangan steam tetap terbuka. Kemudian, amati kenaikan air di gelas penduga. Bila ada kelainan, lakukan pemeriksaan saluran air/uap dari gelas penduga.
B =
F T- F
x 100 %
B = persentase blowdown air boiler
e. Setiap jam operator boiler harus mengontrol semua bagian boiler dan
F = TDS dalam air umpan boiler dalam satuan
lakukan pencatatan terhadap parameter
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
ppm
dari instrumen kontrol ke dalam jurnal
T = TDS air boiler dalam satuan ppm
dan diinspeksi oleh asisten proses setiap shift.
Jika diumpamakan, hasil analisis
laboratorium menunjukkan hasil bahwa
air umpan boiler= 80 ppm dan air boiler=
f.
Semua kerusakan harus dilaporkan di jurnal dan diperbaiki.
1900 ppm.
Maka % blowdown air boiler:
g. Melaksanakan test safety valve drum dan
80 = --------------- x 100% 1900 – 80
superheater satu kali setiap shift.
h. Setiap melakukan penarikan abu dari
1900 ppm, maka perlu dilakukan blowdown 4,39% per jamnya.
b. Roaster/fire grate yang bocor harus
segera diganti saat boiler tidak operasi. Hal ini untuk menghindari terjadinya
api jatuh di bawah fire grate yang dapat menyebabkan overheating pada bearer dan fire grate.
c.
Variasi naik turunnya level air pada drum harus dipertahankan konstan. Usahakan kedudukannya 15 mm di atas batas normal level air.
d. Apabila tekanan steam mulai naik, cek semua keran yang dioperasikan, seperti keran induk maupun keran buang, dan alat ukur tekanan, apakah berfungsi dengan baik.
ruang dapur harus menggunakan alat
ole hM aru li P ard am ean
Bila diinginkan TDS berada pada batas
keselamatan kerja.
i.
Feed pump yang stand-by harus dioperasikan minimal satu jam setiap shift untuk memastikan pompa dapat bekerja normal.
j.
Pengisian bahan bakar harus merata tidak menumpuk pada satu bagian.
I. SOP LISTRIK 1. Pendahuluan
a. Kebijakan Perusahaan Power listrik yang digunakan di PKS berasal dari turbo alternator yang digerakkan dengan uap kering dan diesel genset. Sebagai pembangkit tenaga listrik, turbin dan diesel genset harus beroperasi secara efisien. Kebijakan perusahaan di dalam penggunaan
dengan diesel alternator agar tidak
beroperasi secara efisisen dan jam paralel
terganggu jalannya proses produksi.
genset dengan turbin maksimum 10% dari
Pelaksanaan paralel genset dilakukan
jam operasi pabrik.
apabila tekanan steam jatuh di bawah
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
kelistrikan, yakni bahwa jam turbin harus
20 kg/cm2.
b. Dasar-Dasar Operasi
(4) Steam turbin digerakkan oleh
Sumber pembangkit tenaga listrik yang lazim
superheater steam boiler pada tekanan
digunakan ada dua jenis.
minimal 28 Bar. Turbin ini dikopel dengan
- Turbo generator.
alternator untuk menghasilkan tenaga
- Diesel genset.
listrik.
(1) Turbo Generator (Steam Turbine Generator)
disebabkan oleh beberapa hal, di
Fungsi dari turbo generator sebagai
antaranya sebagai berikut.
sumber pembangkit tenaga listrik utama
•
Frekuensi generator turbin turun.
yang digunakan untuk menggerakkan
•
Voltage generator turbin turun
mesin-mesin dan peralatan pabrik,
•
Beban generator turbin atau genset
kebutuhan listrik untuk kantor dan laboratorium, penerangan, serta
ole hM aru li P ard am ean
(5) Pelaksanaan sinkron atau paralel
mencapai titik maksimum.
•
kebutuhan domestik perumahan. Alat ini digerakkan oleh tekanan uap dari boiler
Mengatasi beban yang tidak stabil untuk
menghindari trip panel.
(6) Beberapa peralatan pendukung yang
yang melalui nozzle menggerakkan sudu-
dipergunakan pada steam turbin ialah
sudu yang kemudian menggerakkan
sebagai berikut.
generator sehingga diperoleh tenaga
•
listrik.
Oil cooler dan pompa sirkulasi air Fungsinya untuk melakukan proses
(2) Diesel Genset
pendinginan minyak pelumas pada gear
box turbin.
Diesel alternator (generator set)
merupakan sumber tenaga listrik
•
Steam separator
utama pada saat turbo alternator
Fungsinya untuk menghindari uap basah
tidak beroperasi dan membantu turbo
masuk ke dalam turbin.
generator saat mengalami kekurangan
•
Klep valve turbin
power.
Fungsinya mengatur tekanan steam yang
(3) Apabila tekanan steam boiler jatuh
masuk ke turbin.
sehingga turbo alternator tidak
•
Governor
beroperasi dengan baik di mana
Fungsinya mengatur cara kerja klep/valve
tegangan listrik akan turun, sedangkan kebutuhan tetap maka dilakukan paralel
turbin agar putaran turbin dapat stabil.
•
Speed adjusting
•
Emergency valve trip
Fungsinya untuk menaikkan dan
Fungsinya untuk menutup secara otomatis aliran uap masuk ke dalam
•
Prim L.O pump
casing rotor apabila terjadi beberapa hal
Fungsinya untuk melakukan pelumasan
berikut.
pendahuluan sebelum turbin beroperasi
- Putaran turbin terlalu tinggi.
normal.
- Bila putaran terlalu tinggi melebihi
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
menurunkan frekuensi.
Valve hand nozzle
batas yang ditentukan maka
Fungsinya untuk meringankan putaran
peralatan pada over speed trip
turbin apabila tekanan steam drop,
akan bekerja dan mendorong tuas
dengan cara membuka nozzle. Bila
melepaskan kaitan. Klep pengaman
kondisi normal, nozzle ditutup.
menutup dengan cepat karena
•
Sistem kontrol
tarikan pegas yang kuat.
Fungsinya untuk pengaturan tekanan
- Putaran terlalu rendah.
uap.
- Bila putaran terlalu rendah dari
•
Alat-alat ukur
Fungsinya untuk mengukur atau
mengetahui parameter selama operasi, seperti tekanan, temperatur, putaran, voltage, ampere, dan level indikator pelumas.
•
AVR
Fungsinya untuk stabilisator tegangan generator.
ole hM aru li P ard am ean
•
putaran yang diijinkan, akan menyebabkan tekanan minyak pelumas rendah. Alat pengaman tekanan minyak akan melepaskan tuas (valve trip level) dan emergency valve menutup dengan cepat.
(7) Back Pressure Vessel (BPV)
BPV merupakan bejana tekan yang berfungsi untuk menampung steam
•
Keran uap bekas
buangan turbin untuk didistribusikan ke
Fungsinya untuk mengatur buka dan
unit pengolahan. Bejana ini dilengkapi
tutup pembuangan uap bekas turbin.
dengan bagian-bagian berikut.
Keran ini dibuka sebelum turbin
•
menaikkan atau menambah tekanan.
beroperasi dan ditutup bila turbin berhenti. •
Hand trip
Fungsinya untuk mematikan turbin
•
Safety valve dan surplus valve berfungsi untuk membuang kelebihan steam.
•
Kerangan-kerangan berfungsi untuk distribusi steam ke stasiun pengolahan.
secara otomatis apabila terdapat problem emergency.
Make up valve yang berfungsi untuk
•
Steam trap berfungsi untuk membuang kondensat.
•
(9) Kemudian, buka steam valve inlet sedikit
Pressure gauge dan recorder berfungsi
untuk pemanasan casing turbin +5
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
untuk mengukur dan mencatat tekanan.
menit.
(10) Sesudah pemanasan, putar load limit
2. Prosedur Operasional
pada angka tiga untuk menghindari
a. Sebelum mengoperasikan peralatan
putaran kejutan pada shaft.
di stasiun ini, setiap operator harus
(11) Buka steam inlet valve secara berangsur-
menggunakan alat pengaman
pendengaran (ear move) dan wajib
angsur dan putaran turbin sudah
memastikan tidak ada pekerjaan
mencapai 500 rpm. Putar kembali load
perawatan/benda asing yang dapat
limit pada angka sepuluh.
(!2) Putar speed setting secara perlahan-
menyebabkan kecelakaan kerja/
lahan sampai putaran turbin mencapai
Menghidupkan steam turbin harus
4.500 rpm, ON-kan breaker frekuensi
dilaksanakan berurutan sesuai dengan
pada panel turbin dan perhatikan
prosedur pengoperasian berikut.
frekuensinya, setting sampai 50 Hz.
ole hM aru li P ard am ean
kerusakan alat.
(1) Pastikan bahwa turbo altenator telah siap
(13) Selanjutnya, turbin siap untuk menerima beban atau menerima peralihan beban
untuk dioperasikan/distart.
(2) Periksa level oli pelumas di dalam tangki,
dari diesel genset ke steam turbin
altenator dengan sinkronisasi.
woodward governor, LO Cooler.
(3) Buka kerangan oil cooler.
b. Menghentikan steam turbin harus
(4) Nyalakan priming LO pump (switch
pada posisi Auto) dan pastikan tekanan
dilaksanakan berurutan sesuai prosedur
pelumas mencapai 0,2 kg/cm —
berikut.
2.
(1) Kurangi beban turbin secara berangsur-
0,3 kg/cm . 2.
(5) Buka penuh keran drain untuk drain
angsur.
separator, governor valve, exhaust casing,
(2) Pindahkan sisa beban ke diesel genset
pipa steam utama (main steam pipa) dan
dengan cara sinkronisasi/paralel steam
buka semua steam trap.
turbo alternator dengan diesel genset.
(6) Buka penuh keran exhaust (di atas BPV). (7) Pastikan semua peralatan trip pada
(3) Putuskan hubungan arus listrik dari steam turbo alternator dengan panel
kondisi reset dengan cara menarik knob
utama engine room dengan cara melepas
reset yang ada pada turbin.
atau meng-OFF-kan ACB dan dilanjutkan
(8) Setelah tekanan di boiler 20 kg/cm , 2
buka kerangan by pass pada make up
dengan meng-OFF-kan neutral switch. (4) Putar speed setting pada woodward
kira-kira 25% keran drain pada BPV. Valve
governor berlawanan arah jarum jam
blowdown dibuka.
sampai habis putarannya.
keseluruhan kerangan kondensat untuk
(5) Tutup keran uap masuk (steam inlet
mengurangi beban tekanan pada turbin.
valve).
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(6) Jika kecepatan putaran turbin menurun maka secara otomatis priming LO pump
d. Prosedur pengoperasian generator set sebagai berikut.
akan beroperasi untuk mempertahankan tekanan minyak pelumas agar berada
(1) Lakukan pemeriksaan peralatan pada generator, air radiator, oli pelumas ,
pada batas 0,2 kg/cm2—0,3 kg/cm2.
belting, baterai, dan buka keran bahan
(7) Ketika turbin sudah berhenti, buka
bakar.
semua keran drain pada turbin untuk mengeluarkan air dan sisa uap dari
(2) Pindahkan tongkat (handle) pada posisi start.
dalam turbin.
(8) Biarkan air pendingin dan priming LO
(3) Tekan tombol pada posisi start dan
pump tetap beroperasi selama +30 menit
tunggu hingga mesin berjalan normal
setelah turbin berhenti (bertujuan untuk
lebih kurangma l menit.
turbin).
(9) Setelah itu, tutup keran air pendingin untuk oil cooler dan stop priming LO
pump. Akan tetapi, harus dipastikan
bahwa temperatur bearing turbin sudah di bawah 500C.
(4) Pastikan voltage dan frekuensi pada
ole hM aru li P ard am ean
mendinginkan gear bearing dan casing
keadaan normal (380 Volt, 50 Hz).
e. Prosedur penghentian generator set sebagai berikut.
(1) Turunkan putaran mesin (putaran rendah) selama 3 menit—5 menit untuk memberikan kesempatan pendinginan
c.
Untuk pemberhentian darurat
(emergency) prosedur pelaksanaannya
di ruang pembakaran bagi minyak pelumas dan air pendinginan yang bersirkulasi.
sebagai berikut.
(1) Pada saat keadaan darurat, kita dapat
(2) Matikan mesin dengan cara memindahkan switch ke posisi off.
menekan knop emergency stop yang ada pada panel MCB.
(3) Tutup kran aliran bahan bakar.
(2) Lokal stopping tekan hand trip yang terdapat di atas trip casing maka spindel
f.
Prosedur pelaksanaan sinkronisasi atau
akan bergerak menekan kebawah dan
paralel antarturbin dan genset sebagai
governor valve segera menutup yang
berikut.
digerakan oleh mekanisme trip dan turbin segera berhenti beroperasi. (3) Melakukan pembuangan steam secara manual melalui relief valve dan membuka
(1) Setel multi step switch (line in selector) ke posisi sumber arus listrik yang akan masuk ke panel utama engine room multi step switch:
Posisi 1= Diesel genset No. 1 (250 KW)
(8) Lakukan pemindahan beban dari genset
•
Posisi 2= Diesel genset No. 2 (400 KW)
ke turbin secara perlahan sampai beban
•
Posisi 3= Diesel genset No. 3 (500 KW)
pada genset nol baru OFF-kan breaker
•
Posisi 4 = Diesel genset No. 3 (500 KW)
genset.
•
Posisi 5 = Steam turbo altenator
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
•
(9) Setelah beban seluruhnya berada pada turbin maka lakukan penyesuaian Cos φ.
(2100 KW)
•
(10) Putar switch kapasitor bank dari manual
Posisi 6 = Steam turbo alternator
ke otomatis.
(1600 KW)
(2) Key switch di ON-kan untuk sumber arus listrik yang akan masuk ke panel utama.
(11) Tutup kerangan drain separator dan kerangan by pass steam trap.
(3) Selanjutnya, pompa air circuit breaker
(12) Setelah semuanya berjalan normal maka
turbin sampai tombol push on keluar.
operator memperhatikan pressure gauge. Apabila tekanan boiler mendekati 30
dilakukan penutupan blowdown BVP,
kerangan exhaust dan steam trap by pass
steam by pass ke BPV agar boiler tidak
BPV untuk menjaga kestabilan tekanan
blow OFF.
steam ke turbin.
(5) Pada saat akan melakukan paralel: •
kg/cm2 maka operator harus membuka
ole hM aru li P ard am ean
(4) Sebelum melakukan sinkronisasi,
g. Prinsip Kerja Turbin
frekuensi turbin dan genset harus sama
Uap dari boiler harus melalui steam separator
(50 Hz),
sebelum dialirkan untuk menggerakkan
•
voltage harus sama (380 V),
•
hidupkan sistem sinkronisasi,
•
putaran jarum sinkronoskop harus diset
yang selanjutnya diteruskan ke rotor yang
searah jarum jam (+), dan
dipasangkan seri dengan poros. Rotor
atur posisi jarum tepat tegak (berada
berputar di dalam lilitan-lilitan kumparan
pada jam 12) serta lampu sinkronoskop
yang mengakibatkan medan magnet. Garis-
mati.
garis medan magnet yang terpotong oleh
•
(6) Setelah semua dilalui maka dapat kita
sudu-sudu turbin. Sudu-sudu Turbin berputar menggerakkan poros gear box
putaran rotor menimbulkan tegangan listrik
lakukan sinkronisasi dengan menekan
dan arus. Arus yang timbul diserap oleh pole-
push ON yang ada pada ACB sehingga
pole sebagai tegangan yang dibangkitkan.
terjadilah sinkronisasi.
Selanjutnya, didistribusikan untuk memenuhi
(7) Untuk setiap pembebanan/pemasukan
kebutuhan lewat panel distribusi.
arus listrik ke panel utama engine room harus terlebih dahulu dipastikan bahwa
h. Prinsip Kerja BPV
neutral switch sudah berada pada posisi
Prinsip kerja BPV, yaitu menampung steam
ON.
buangan turbin sampai tekanan maksimum
3,5 kg/cm². Agar tekanannya stabil maka
g. Dilarang membuka main inlet steam valve dan exhaust steam valve bila tidak
dilengkapi dengan make up valve.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
menghidupkan priming L.O Pump turbin.
3. Pengendalian Proses
a. Lakukan pengujian terhadap fungsi
h. Sebelum mengoperasikan turbin, harus
hand trip satu minggu sekali dan over
dilakukan pembukaan keran by pass
speed trip dilaksanakan setiap enam
kondensat untuk menghindari uap basah
bulan sekali oleh teknisi turbin untuk
sebab dapat merusak sudu-sudu turbin.
memastikan bahwa sistem trip masih
Di samping itu, akan menimbulkan
berfungsi dengan baik.
pressure drop yang tinggi.
b. Apabila frekuensi turun akibat tekanan
i.
Pengoperasian genset tidak dibenarkan
over load yang ditandai dengan
jangan menambah frekuensi putaran
memerahnya turbo charger. Jika genset
turbin. Akan tetapi, buka exhaust di BPV
beroperasi 20 jam terus-menerus, harus
secara manual.
ole hM aru li P ard am ean
uap yang masuk ke turbin kurang,
diberhentikan sekurang-kurangnya dua jam.
c.
Apabila frekuensi turun akibat kelebihan beban pada turbin, dapat dilakukan pembukaan hand nozzle valve.
j.
Pemeriksaan level air radiator, air battery, oli, tegangan belting, dan pembersihan saringan udara setiap hari.
d. Menjalankan turbin harus pada putaran
normal (4.500 rpm) sebab putaran di atas normal akan merusak AVR di generator.
k. Pada saat sinkronisasi frekuensi turbin dengan genset harus seimbang. Ditunjukkan dengan monitor jarum pada
e. Jika terjadi trip pada ACB jangan
posisi nol dan lampu sinkron padam.
langsung menghidupkan kembali
Jika tidak maka proses sinkronisasi tidak
turbin yang masih berputar. Tunggu
dapat dilakukan.
hingga putaran turbin berhenti. Lakukan pemeriksaan terhadap penyebab
l.
Pastikan semua alat proteksi pada
trip. Jika tidak ada masalah dapat
MCB dalam keadaan baik atau dapat
dioperasikan kembali.
bekerja pada kondisi abnormal (Referse Power, Over Current, Earth Fault) untuk
f.
Apabila terjadi keadaan bahaya matikan
menghindari kerusakan alat pembangkit
turbin dengan mempergunakan
listrik.
emergency switch.
di dalam air dan tidak berubah bentuk,
m. Operator harus melakukan pencatatan
seperti lumpur, pasir, bahan-bahan
jurnal setiap jam yang ditandatangani
organik, minyak, dan bakteri. Bila
oleh asisten proses setiap shift.
jumlahnya besar, akan menyebabkan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
operasi turbin dan genset pada buku
kekeruhan dalam air.
J. SOP PENGOLAHAN AIR
•
Dissolved solid
Adalah padatan yang larut di dalam air yang bergabung dengan molekul-
a. Kebijakan Perusahaan
molekul air atau di dalam larutan seperti
Pada umumnya Pabrik Kelapa Sawit
garam-garam dan asam. Komposisi
memerlukan air bersih untuk kepentingan
padatan yang larut tergantung dari
pengolahan, air pendingin, air umpan
macam sumber air dan lokasi sumber air.
boiler, pencucian, dan keperluan domestik.
Padatan terlarut yang banyak dijumpai
Sumber air yang digunakan umumnya
dalam air, antara lain alkalilinitas,
berasal dari sungai atau anak sungai. Oleh karena air tersebut tidak dapat langsung
digunakan maka diperlukan suatu proses pengolahan air agar air yang dihasilkan
ole hM aru li P ard am ean
1. Pendahuluan
dapat memenuhi syarat sesuai kriteria yang
kesadahan, garam sodium, besi, mangan, silika, klorida, sulfat, fosfat, dan bahanbahan organik.
•
Dissolved gas
Adalah gas-gas yang ada di air yang
ditetapkan. Kebijakan yang ditetapkan bahwa
bergabung dengan molekul-molekul air.
air yang digunakan untuk keperluan pabrik
Gas-gas ini tidak stabil dan dapat dilepas
dan domestik sebelumnya harus melalui
perlakuan tertentu untuk mengurangi atau
dengan perubahan suhu, tekanan, atau interaksi mekanikal, contohnya oksigen dan karbon dioksida.
menghilangkan zat yang tidak diperlukan
sehingga diperoleh mutu air yang memenuhi
(2) Perlakuan air
syarat.
Proses perlakuan air di Pabrik Minyak Sawit dilakukan dengan cara berikut.
b. Dasar–Dasar Pengolahan
- Penjernihan air
(1) Kandungan Zat
- Pelunakan air dengan cara
pertukaran ion
Air yang berasal dari perairan umum
- Boiler internal treatment.
atau sungai masih mengandung kotoran (impurities) yang dikelompokkan sebagai
• Penjernihan air
berikut.
Pengolahan air baku (mentah) bertujuan
•
Suspended solid
untuk menghilangkan kotoran-kotoran
Adalah semua senyawa/padatan yang
yang ada di air. Metode pengolahan air
tidak larut, melayang, atau mengapung
ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
- Penjernihan (clarification)
- Demineralizer plant
Proses penjernihan merupakan
Merupakan resin penukar kation dan anion berfungsi untuk menurunkan
lumpur yang tersuspensi/melayang
kesadahan, silika, dan total dissolved
di dalam air dengan bantuan
solid (TDS).
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
proses pengendapan kotoran/
penambahan bahan kimia. Proses
- Deaerator
penjernihan air dapat dibagi atas
Merupakan alat pemanas air umpan boiler dengan tujuan untuk
empat langkah proses.
* Perbaikan PH (6,8—7,2).
menghilangkan gas terlarut seperi
* Koagulasi
oksigen, karbon dioksida, dan
* Flokulasi
amonia yang dapat menyebabkan
* Sedimentasi
korosi.
- Penyaringan (Filtrasi)
•
Internal treatment
Internal treatment merupakan proses
dari proses penjernihan air. Alat yang
digunakan berupa pressure sand filter.
- Klorinasi (Disinfeksi)
Disinfeksi adalah proses pemusnahan bakteri dan virus yang ada di dalam
air. Prosesnya dengan menambahkan klorin atau kaporit pada air yang akan dikirim ke water tank.
•
Pelunakan Air
Pelunakan air merupakan proses yang
perlakuan air di dalam boiler dengan
ole hM aru li P ard am ean
Penyaringan merupakan tahap akhir
tujuan untuk mencegah pembentukan kerak, mencegah korosi, serta mencegah terjadinya carry over. Air umpan boiler dengan analisis kimia dapat diketahui jenis dan jumlah kandungan zat yang terkandung di dalamnya. - Kerak
Kerak di air umpan boiler terbentuk dari kotoran-kotoran, biasanya dari
bertujuan untuk menghilangkan atau
campuran kalsium dan magnesium
menurunkan kesadahan air, silika, dan
yang tidak larut. Pengaruh dari
TDS sehingga air memenuhi syarat untuk
pembentukan kerak adalah
digunakan sebagai air umpan boiler.
berkurangnya proses perpindahan
Bila garam kesadahan dalam air tidak
panas yang mengakibatkan pipa
dihilangkan atau dikurangkan, akan
menjadi overheating sehingga
menyebabkan kerak pada pipa boiler.
mengakibatkan penggembungan
Pelunakan air sering dilakukan dengan
atau pembengkokan pipa serta
peralatan berikut.
pelepuhan pipa.
- Softener
- Korosi
Merupakan resin penukar ion yang
Korosi di air umpan boiler terjadi
berfungsi untuk menurunkan
ketika air asam atau pH rendah,
kesadahan air atau total hardness.
air mengandung oksigen yang
baik, akan menimbulkan kerak di dalam
konsentrasi dari kaustik tinggi.
dinding pipa-pipa pemanas maupun
Biasanya, pH rendah ditandai dengan
dinding drum. Adanya kerak ini akan
hilangnya logam, oksigen, dan gas-
mengakibatkan beberapa hal sebagai
gas korosif yang menyebabkan
berikut.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
terlarut, dan karbon dioksida, serta
lubang-lubang besar. Pengaruh dari
•
pemanas berlangsung lama.
korosi ini adalah rusaknya pipa boiler.
•
- Carry over
•
•
Kemungkinan terjadinya pemanasan
lokal pada pipa yang berakibat
serta tingginya kandungan minyak
overheating dan ledakan/pecahnya pipa.
ole hM aru li P ard am ean
tidak terlarut, tingginya alkalinitas, di air umpan boiler. Pengaruh dari
carry over adalah terjadinya pukulan air (water hammer) pada pipa
dan sudu-sudu turbin sehingga
akan menurunkan efisiensi turbin,
menyebabkan kerusakan pada pipa superheater, dan kerusakan pada sudu-sudu turbin.
Uap yang dihasilkan kurang, bermutu
jelek, dan kapasitasnya berkurang.
melalui uap boiler. Hal ini disebabkan
oleh kelebihan solid yang terlarut dan
Bahan bakar untuk menaikan steam
diperlukan banyak.
Carry over di air umpan boiler terjadi karena masuknya air dan solid
Proses pemanasan air di dalam pipa-pipa
•
Efisiensi kerja boiler rendah.
(4) Beberapa peralatan pendukung yang digunakan pada proses pengolahan air, yaitu sebagai berikut.
•
Pompa raw water
Fungsinya untuk memompa air dari waduk/sungai sampai ke water clarifier tank.
Proses masuknya air dan uap terbagi
•
Water clarifier tank
dua sebagai berikut.
Fungsinya sebagai tempat proses
* Priming
koagulasi dengan tahapan
Hal ini terjadi karena penurunan
pencampuran, penggumpalan, dan
tekanan secara tiba-tiba yang
pengendapan bahan yang tidak larut
disebabkan oleh meningkatnya
dalam air. Alat ini juga dilengkapi
permintaan uap secara cepat atau
kerangan drain untuk membuang
hasil kelebihan high water level.
endapan lumpur ynag terbentuk.
* Foaming
•
Chemical dosing pump
Fungsinya untuk mengalirkan larutan
Hal ini terjadi karena adanya gelembung uap pada permukaan air
bahan kimia dengan cara injeksi dari
di dalam drum uap.
tangki larutan kimia ke dalam clarifier
(3) Proses pengolahan air umpan boiler apabila tidak dilaksanakan dengan
tank.
•
Chemical solution tank
•
Deaerator
Fungsinya untuk pencampuran bahan
Fungsinya untuk menaikkan temperatur air umpan mendekati titik didihnya
sebelum diinjeksi ke dalam clarifier tank.
sehingga dapat mengurangi kandungan
•
Bak pengendap/tangki basin tank
gas O2 dan CO2.
Fungsinya untuk mengendapkan pasir,
•
Tangki penampung air umpan
lumpur, dan gumpalan-gumpalan partikel
Fungsinya untuk menampung air umpan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
kimia dengan air pada konsentrasi tertentu
yang terbawa dalam air.
sebelum dialirkan ke dalam deaerator.
•
Water basin pump
Fungsinya untuk mentransfer air yang
dipenuhi di dalam pengolahan air, yaitu
telah diendapkan di dalam bak pengendap
sebagai berikut.
(6) Beberapa kritikal poin yang harus
masuk ke dalam pressure sand filter.
Pressure sand filter
Fungsinya untuk menyaring padatan-
padatan yang terdapat dalam air yang
- Suspended solid (Turbiditi) : < 2 Ntu
•
Air umpan boiler
- pH: 7,0—8,5
ole hM aru li P ard am ean
•
• Penjernihan air
masuk ke pressure sand filter melalui media
- Total hardness: Trace
berpori atau pasir.
- Silika: <5 ppm
•
Water tower tank
Fungsinya sebagai tempat penimbunan air
- pH: 10,5—11,5
yang sudah bersih hasil dari pengolahan
- Konduktivitas: < 2.500
•
Air boiler
dan sebagai tempat pengaturan distribusi
- M-Alkalinitas: < 700 ppm
air untuk domestik maupun untuk
- O-Alkalinitas: minimum 2,5 silika
keperluan pabrik.
(5) Beberapa peralatan pendukung yang
- Silika: < 90 ppm
- Sulphit: 30 ppm—50 ppm
digunakan pada proses pelunakan air, yaitu
- Fosfat: 30 ppm—50 ppm
sebagai berikut.
- Iron: Maksimum 2 ppm.
•
Regenerasi pump
- Total alkalilinitas: 2,5 silika
Fungsinya untuk mengalirkan air yang
- Coustic alkalilitas: 300 ppm—
telah di-treatment ke dalam unit penukar
500 ppm
kation.
- Total dissolve solid: <1750 ppm
•
Softener
- Total hardness: Trace
Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya pertukaran ion kalsium dan magnesium.
2. Prosedur Operasional
•
Deaerator water pump
a. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
Fungsinya untuk mentransfer air dari bak
menjaga keselamatan kerja sebagai
penampung ke deaerator.
berikut.
destabilisasi dalam air sehingga
secara visual harus memeriksa kondisi
terjadi penggabungan beberapa
level air di sungai dan memastikan tidak
butiran menjadi diameter lebih besar.
sedang ada kerusakan/perbaikan di
Koagulan mangalami difusi di dalam
instalasi pompa.
air oleh pencampuran yang kuat
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(1) Sebelum air dipompa ke pabrik, operator
untuk mendapatkan waktu kontak
(2) Operator pada saat melakukan
pencampuran bahan kimia harus
yang cukup di antara partikel-partikel
menggunakan masker penutup hidung,
dan bahan kimia penjernih air. Untuk
sarung tangan, dan kaca mata, terutama
menetukan dosis bahan kimia yang
dalam penanganan HCl, H2SO4 dan NaOH
ditambahkan perlu dilakukan jar test.
agar tidak kontak langsung dengan tubuh
Urutan penambahan kimia dalam proses
yang akan mengganggu kesehatan.
koagulasi sebagai berikut.
•
Proses penjernihan air melalui tahapan perbaikan pH, koagulasi, flokulasi, dan
injeksi pump pada pipa masuk ke clarifier
ole hM aru li P ard am ean
b. Proses penjernihan air
Penambahan bahan kimia dilakukan dengan dosis bahan yang ditambahkan harus sama seperti jar test (contoh
sedimentasi dilakukan di clarifier, sedangkan
perhitungan sesuai dengan subbab dosis
proses penyaringan dilaksanakan dengan
bahan kimia).
alat pressure sand filter. Di clarifier, air proses
•
Jarak titik injeksi bahan kimia yang
penjernihan memerlukan waktu penahanan
normal sekitar 10—15 m sebelum masuk
sekitar 1,5 jam—2 jam.
ke clarifier.
•
(1) Perbaikan pH
koagulan harus ditambahkan di depan
Proses perbaikan pH dilakukan dengan
semua bahan kimia alkaline untuk
menginjeksi NaOH pada air sebelum
pembentukan flok.
masuk ke clarifier sampai didapatkan pH
•
penambahan koagulan.
(2) Koagulasi Proses koagulasi dilakukan untuk
Untuk menghilangkan kekeruhan, pengaturan pH diatur di depan
air 6,7—8,2.
Untuk menghilangkan warna,
•
Bahan kimia alkaline (NaOH) terkadang
merubah sifat suspensi koloid yang
dapat ditambahkan secara simultan
mempunyai muatan listrik sama dengan
dengan bahan koagulan (Alum).
air yang menyebabkan sulit mengendap.
•
Bahan koagulan/flokulan (polimer)
Proses koagulasi dilakukan dengan
pembantu harus ditambahkan terakhir.
menambahkan koagulan yang dapat
- Bahan koagulan
menetralkan muatan listrik dari partikel
koloid. Partikel tersebut mengalami
Bahan kimia yang sering digunakan untuk koagulan sebagai berikut.
kapasitas pompa raw water pump
* Alumunium sulfat (Al2 (SO4)3.18
dapat dilakukan dengan rumus
H2O. atau Alum.
berikut.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
* Poly Almunium Chloride (PAC) * Soda ash (Sodium Carbonat) * Kaustik soa (NaOH)
Ppm Chemical x Kap. Pompa RWP x 1 jam = X kg Bahan Kimia 1000000
* Polyelectrolit
Alum bereaksi dengan alkali
sehingga membentuk alumunium
kapasitas chemical pump dengan
hidrokside yang akan mengikat
konsentrasi larutan kimia sebesar y%
padatan halus yang terdapat
ialah sebagai berikut.
dalam air.
X kg/y% x 100 % = Z liter /jam
Reaksi Kimia:
Al2( SO4)3 + 6 Na HCO3 Alum Sulfat Sodium Bicarbonat
2 AL(OH)3 + 3 Na2SO4 + 6 CO2 Aluminium Sodium Carbon Hydroxide Sulfat Dioxide
Di mana :
RWP = Raw Water Pump
X kg = Jumlah chemical yang
ole hM aru li P ard am ean
Sementara itu, untuk menentukan
dibutuhkan untuk satu jam
pH yang terbaik pada saat proses
koagulasi dan flokulasi adalah 6,8
—7,2 karena aluminium hydroxide tidak larut pada pH tersebut
sehingga proses pengikatan partikel zat-zat padatan terjadi dengan baik. Dengan terbentuknya alumunium hydroxide, alkalilitas air dan pH
air mengalami penurunan. Untuk
menaikkan pH air sebelum diolah,
ditambahkan kaustik soda atau soda ash agar alumunium dapat berfungsi optimal. - Dosis bahan kimia
Dosis bahan kimia yang digunakan untuk proses koagulasi dan flokulasi untuk kebutuhan perjam air sesuai
y% = Konsentrasi larutan kimia di chemical tank
Z = Kapasitas chemical pump yang diinginkan
- Konsentrasi larutan
Konsentrasi bahan kimia di dalam chemical tank dibuat untuk masingmasing bahan sebagai berikut.
* Larutan Alum/tawas = 5%—15% * Larutan soda ash/kaustik soda = 5%—15%
* Larutan polyelectrolit= 0,01% - 0,06% - Dengan pengaturan konsentrasi pada batas yang ditentukan bahan kimia akan bekerja lebih efektif setelah diinjeksikan. Pada saat melakukan pencampuran bahan kimia, harus menggunakan masker penutup hidung dan sarung tangan,
tertinggal di lapisan permukaan. Air
sehingga gas HCl tidak langsung
yang jernih ke bagian bawah tabung
terhisap ke tubuh yang akan
sand filter dan masuk ke water tank untuk
mengganggu kesehatan.
didistribusikan.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
atau menutup mulut dan hidung
(3) Flokulasi
Flokulasi merupakan kelanjutan dari
c.
Pelunakan air
proses koagulasi. Pada proses ini terjadi
Pelunakan air merupakan proses
pembentukan partikel yang lebih besar
penghilangan zat-zat yang terlarut
atau flok dengan sistem pengadukan
dalam air atau kesadahan air yang dapat
sehingga flok yang terbentuk bertambah
menimbulkan masalah pada boiler dan
besar, bertambah berat, dan mudah
steam line.
(1) Softener plant
mengendap.
Merupakan proses pengendapan
silinder berisi resin yang digunakan
partikel-partikel yang ukurannya relatif
untuk menghilangkan kandungan
besar/flok yang ada di dalam air pada
kesadahan (hardness) yang terdiri dari unsur kalsium dan magnesium.
suatu wadah sehingga pemisahan flok
dengan air jernih dapat terjadi dengan
•
Prinsip kerjanya
sempurna. Sedimentasi biasanya
Softener tank yang berisi resin dengan
dilakukan di water basin.
(5) Penyaringan/Filtrasi
Softener plant adalah alat berupa tabung
ole hM aru li P ard am ean
(4) Sedimentasi
Filtrasi adalah suatu teknik pemisahan padatan-padatan tersuspensi dalam
unsur natrium akan mengikat setiap kesadahan dari air yang melewatinya. Apabila resin telah penuh dengan kesadahan yang diikat maka resin
air setelah proses penjernihan dengan
tersebut akan jenuh (tidak mampu
melewatkan air pada media yang
mengikat lagi) dan perlu diaktifkan
berpori. Media berpori merupakan
kembali dengan cara regenerasi dengan
campuran pasir dan kerikil kuarsa
larutan NaCl.
dari yang halus sampai yang kasar
•
Reaksi pada saat proses:
dan disusun secara berlapis-lapis. Air yang sudah diendapkan dalam bak pengendapan kemudian dipompakan ke dalam pressure sand filter. Hal tersebut dilakukan karena adanya tekanan air merembes ke pori-pori yang terbuat dari lapisan pasir dan kerikil sehingga kotoran berbentuk gumpalan akan
2 Na R + CaSO4 Resin Calsium Sulfat
Na2 SO4 + Ca R2 Sodium Resin Sulfat
2 Na R + Ca(HCO3)2 Resin Calsium Bicarbonat
2 Na HCO3 + Ca R2 Sodium Resin Bicarbonat
2 Na R + MgCO3 Resin Magnesium Carbonat
Na2 CO3 + Mg R2 Sodium Resin Carbonat
resin. Larutan garam akan mencuci
- Air yang mengandung ion kalsium
lapisan permukaan resin. Regenerasi
bejana penukar ion.
terjadi dengan cara sodium dalam
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dan magnesium masuk ke dalam
larutan garam menggantikan kalsium
- Dalam bejana terdapat sejumlah butiran/partikel resin dan tiap
dan magnesium hardness pada
partikel mengandung ion natrium.
resin penukar ion. Lamanya regerasi
Pertukaran ion mulai berlangsung.
berkisar 30—45 menit. Jumlah garam
Ion kalsium dan ion magnesium
yang dibutuhkan berkisar 0,1—0,2
diserap oleh resin dan sebaliknya,
kg/liter resin dengan kecepatan laju
resin akan melepaskan ion natrium.
aliran 0,03—0,07 l/menit per liter resin.
- Air yang keluar dari softener sudah rendah hardness-nya selanjutnya
- Pembilasan/rinse
ditampung di feed water tank.
Air dipaksa mengalir melalui lapisan resin untuk menghilangkan
ion natriumnya dan jenuh dengan
kelebihan garam. Setelah mencapai
ion kalsium serta ion magnesium
sehingga resin tidak aktif lagi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan regenerasi dengan larutan natrium klorida.
- Regenerasi dilakukan jika hasil
pemeriksaan terdapat hardness (tidak trace) pada air umpan.
ole hM aru li P ard am ean
- Lama-kelamaan resin akan kehabisan
trace pada hardness, unit dapat
dioperasikan kembali. Lamanya pembilasan lambat sekitar 60 menit dan pembilasan cepat sekitar 15 menit.
d. Deaerator
Gas-gas yang terlarut dalam air umpan, seperti oksigen, karbon dioksida,
•
Regenerasi
Prosedur regenerasi dilakukan dengan
dan amonia dapat menyebabkan
empat langkah berikut.
korosi pada feed water lines, heaters,
- Backwash
economizers, boiler, dan kondensat lines. Untuk menghilangkan gas yang
Aliran air dibalikkan dari bawah ke atas melalui bed resin. Proses ini
terlarut tersebut maka diperlukan proses
menghilangkan kotoran/padatan
deaerasi dengan menggunakan alat yang
yang terkumpul. Selama backwash,
dinamakan deaerator.
lapisan resin mengalami ekspansi
(1) Prinsip kerja
paling sedikit 50%. Lamanya
backwash 15—25 menit.
Di dalam deaerator, air disemprotkan ke ruang deaerasi melalui nozzle. Butiran
- Regenerasi
air yang jatuh akan kontak langsung
dengan uap dan temperatur air menjadi
Langkah ini menginjeksikan larutan garam 5—10 % ke dalam bejana
yang ditentukan. Dalam pencampuran,
Dalam kondisi tersebut, 97%—98% gas
air harus diisikan terlebih dahulu lalu
O2 dan CO2 akan terbebas dan keluar dari
kemudian ditambahkan bahan kimianya.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
naik hampir mendekati temperatur uap.
deaerator. Air yang sudah di-deaerasi,
f.
diaduk oleh uap yang datang terus-
Tangki yang digunakan harus tahan
menerus membuat sisa-sisa gas yang ada
terhadap sifat asam atau basa sehingga
menjadi hilang. Setelah pengadukan
kebocoran dapat dicegah.
oleh uap, air yang sudah di-deaerasi
g. Pastikan flow meter berfungsi dengan
diumpankan ke boiler.
baik dan dicatat pemakaian air setiap hari.
3. Pengendalian Proses
a. Instalasi pipa dan pompa dari raw water
K. SOP LABORATORIUM
dan pompa injeksi kimia tidak ada yang
1. Pendahuluan
pecah/bocor.
a. Kebijakan Perusahaan
ole hM aru li P ard am ean
tidak ada kebocoran dan selang–selang
Laboratorium di PKS sangat berperan penting
b. Melakukan backwash di sand filter
agar manajemen memperoleh data efisiensi
setiap hari dan pembuangan endapan
proses, kehilangan minyak dan kernel serta
di clarifier tank setiap shift. Pemeriksaan
kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena
kondisi dan volume pasir sand filter
itu, laboratorium harus dapat memberikan
dilakukan setiap tahun.
data yang cepat dan akurat sehingga manajemen dapat mengambil tindakan
c.
Pencucian water basin dan clarifier tank
perbaikan jika diperlukan.
minimal enam bulan sekali.
b. Dasar–Dasar Pengolahan
d. Jar test harus dilakukan setiap hari. Pencampuran bahan kimia untuk
(1) Fungsi laboratorium
pemurnian air dibuat berdasarkan hasil tes ini.
Laboratorium di PMKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
•
Memeriksa kualitas dari minyak dan kernel yang diproduksi setiap hari.
e. Resin harus diregenerasi bila parameter
Jika terdapat penyimpangan, harus
silika dan hardness melewati batas yang
diberitahukan kepada manajemen pabrik
ditetapkan dan pemeriksaan kualitas
agar dapat diambil tindakan-tindakan
resin dilakukan minimal setahun sekali.
koreksi.
Pencampuran bahan kimia untuk regenerasi harus sesuai dengan takaran
•
Menentukan kehilangan-kehilangan minyak dan kernel selama proses secara
tidak diperhatikan. Ketidakhati-hatian
pengolahan. Hal ini memungkinkan
dapat menyebabkan nyala api yang
diambilnya langkah-langkah untuk
seketika dan dapat melukai manusia atau
mengurangi kehilangan yang tinggi.
merusak peralatan dan gedung.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
teratur dan juga efisiensi dari proses
•
Menentukan kandungan minyak dalam
(4) Peraturan-peraturan pengambilan sampel
FFB dan lain sebagainya bila diperlukan.
•
•
Memeriksa sampel air boiler sehingga
•
Alat-alat yang digunakan untuk
perlakuan kimia terhadap air baku dapat
mengambil sampel harus dijaga kering
dilakukan dengan tepat.
dan bersih.
Memeriksa air limbah agar proses
•
Sampel, tempat sampel, dan alat
mengambil sampel harus disimpan di
dekomposisi dapat berjalan dengan baik.
(2) Kebersihan dan pemeliharaan
tempat yang aman dari kontaminasi
kotoran maupun air.
Laboratorium harus selalu dijaga tetap tidak digunakan harus disimpan di
dalam lemari. Bila barang telah selesai digunakan, harus dibersihkan dengan
baik sebelum disimpan. Barang-barang gelas harus ditangani dengan hati-hati
dan alat-alat yang memiliki presisi tinggi, seperti neraca analitik dan pH-meter
harus dijaga dengan sangat hati-hati.
Selain itu, barang tersebut juga harus dilindungi dengan voltage stabilizer
•
dalam tempat sampel yang bersih dan kering. Ukuran tempat sampel disesuaikan dengan kebutuhan. Ukuran sampel cairan dapat digunakan jeriken plastik 2 liter dan untuk sampel padat menggunakan ember plastik 20 liter yang dilengkapi dengan tutup.
•
Setiap tempat sampel harus diberi nama
atau identitas yang jelas.
•
Tempat pengambilan sampel harus
untuk mencegah kerusakan karena
dibuat sedemikian rupa agar tidak
tegangan listrik yang tidak stabil.
berbahaya bagi keselamatan petugas pengambil sampel.
(3) Pencegahan terhadap bahaya kebakaran
Semua sampel harus disimpan di
ole hM aru li P ard am ean
bersih dan rapi. Barang-barang yang
Bahaya kebakaran dapat terjadi kapan
saja di laboratorium yang menggunakan pelarut heksana dan alkohol apabila tindakan-tindakan untuk pencegahan
•
Semua sampel harus dianalisis secepat
mungkin.
2. Prosedur Operasional
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
a. Tempat dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil pada tempat dan cara sebagai berikut. Tempat Pengambilan Sampel
Saat blowdown (200 ml).
a) Rutin: % air, minyak, dan NOS. b) Nonrutin: FFA, PV, dan Fe dalam minyak.
- Mengetahui jumlah minyak yang hilang di sterilizer. - Memonitor efisiensi sterilizer. - Memonitor FFB ripeness.
Di bawah thresher.
2 jam (1 kg).
Mesocarp, normal parthenocarpic, dan abnormal parthenocarpic, calyx, dirt, nut, kernel, minyak.
Untuk memonitor kualitas FFB.
EFB conveyor setelah thresher ke-2.
2 jam (1 tandan).
% air, minyak, NOS.
Mengetahui kehilangan minyak dan kernel di EFB.
EFB conveyor setelah thresher ke-2.
2 jam (400 janjang).
% USB dan minyak dalam USB.
Mengetahui kehilangan minyak dan kernel di USB.
1
Sterilizer Kondensat
Tiap individual sterilizer, dari keran pipa outlet blowdown.
2
Mass Passing to Digester (MPD)
3
Empty Fruit Bunch (EFB)
(USB)
ole hM aru li P ard am ean
Tujuan
Nama Sampel
4
Frekuensi dan Jumlah
Analisis yang Dilakukan
No.
5
Press cake
Ex-individual screw press di bagian samping kiri, kanan, dan tengah atas.
2 jam (1 kg).
% air, NOS, nut pecah, minyak di nut dan fiber.
Mengetahui efisiensi screw press.
6
Crude oil
Crude oil tank (setelah vibrating screen).
2 jam (200 ml).
% air, minyak, NOS.
Mengetahui komposisi dari crude oil dan kodisi dari screen.
7
Clarifier underflow
Pipa underflow CS Tank (sebelum vibrating screen).
2 jam (200 ml).
% air, minyak, NOS.
Mengetahui efisiensi clarifier.
8
Sludge sesudah sludge centrifuge
Pipa heavy phase ex-sludge centrifuge.
2 jam (@200 ml).
% air, minyak, NOS.
Mengetahui efisiensi centrifuge dan minyak yang hilang.
9
CPO sebelum dan sesudah purifier
Pada keran pipa feeding dan ex-purifier.
2 jam (@200 ml).
% air, minyak, NOS.
Mengetahui efisiensi purifier dalam memisahkan air dan kotoran.
10
CPO produksi
Pada keran pipa ex vacuum drier.
2 jam (200 ml).
% air, FFA, dirt, dan PV
Menentukan kualitas CPO produksi dan efisiensi vacuum drier.
11
Wet nut
Ex-depericarper.
2 jam (1 kg).
Kehilangan minyak di nut dan nut size.
Menentukan kehilangan minyak di wet nut dan nut size.
12
Cracked mixture Ex–nut cracker/ ripple mill.
2 jam (1 kg).
% nut utuh dan pecah, kernel utuh dan pecah, shell.
Menentukan efisiensi dari cracker/ripple mill.
13
Pneumatik Ex- pneumatik blower (LTDS-1) blower.
2 jam (1 kg).
% kernel.
Menentukan kehilangan kernel.
Lanjutan Tabel Tempat dan Cara Pengambilan Sampel. Tempat Pengambilan Sampel
Frekuensi dan Jumlah
Analisis yang Dilakukan
Ex-hydrocyclone/ clay bath.
2 jam (1 kg).
% kernel.
Menentukan efisiensi hydrocyclone/clay bath
Wet kernel
Ex–hydrocyclone/ clay bath.
2 jam (1kg).
% total dirt, broken kernel.
Menentukan efisiensi hydrocyclone/clay bath dan kualitas wet kernel.
16
Dry shell (LTDS-2)
Di bawah air-lock dry shell.
2 jam (1 kg).
% kernel.
Menentukan kehilangan kernel di dry shell.
17
Cyclone fibre
Di bawah air-lock fibre cyclone.
2 jam (1 kg).
% kernel.
Menentukan kehilangan kernel.
18
Wet kernel
Sebelum silo kernel.
2 jam (1 kg).
% air, kernel pecah, dan utuh, dirt.
Menentukan kualitas kernel produksi sebelum silo kernel.
19
Kernel produksi
Sesudah silo kernel.
2 jam (1 kg).
% air, kernel pecah dan utuh, dirt. Bila perlu % minyak dan FFA.
Menentukan kualitas kernel produksi yang akan masuk ke bunker silo.
20
Kernel pengiriman
i) Diambil dari 1 kg per titik kernel yang (500 g). sudah dituang ke dalam truk dengan
% air, kernel pecah,total dirt, dan warna jika perlu.
Menentukan kualitas kernel
21
CPO-Storage tank
Main hole di atas storage tank.
2 x sehari (200 ml).
% air, FFA, PV, dan dirt.
Menentukan kualitas CPO.
22
CPO Pengiriman
Jika menggunakan truk tangki diambil pada saat pengisian di pipa feeding tangki. Jika menggunakan pontoon diambil tiap palka pada bagian bawah dengan menggunakan boom sampel.
3 x setiap 1/3 bagian isi tangki.
% air, dirt, dan FFA.
Menentukan kualitas CPO pengiriman.
% air, minyak, NOS.
Menentukan kehilangan minyak.
Nama Sampel
14
Wet shell
15
Tujuan
ole hM aru li P ard am ean
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
No.
1 sampel tiap palka (@200 ml).
23
Sludge ex-recovery
Dari keran pipa ex-recovery tank.
2 jam (200 ml).
24
Air baku
Dari keran pipa raw water sebelum chemical treatment.
Jar test. 1 x sehari dan/atau sesuai kebutuhan apabila terjadi perubahan kondisi air baku. (5 liter)
Menentukan kualitas air baku dan kebutuhan bahan kimia.
Lanjutan Tabel Tempat dan Cara Pengambilan Sampel. Tempat Pengambilan Sampel
Frekuensi dan Jumlah
Analisis yang Dilakukan
Tujuan
Nama Sampel
25
Air feed boiler
Diambil dari air feed tank.
1x per shift (2 liter).
pH, TH, silika.
Menentukan efektifitas perlakuan kimia terhadap air boiler.
26
Air boiler
Diambil dari blowdown.
1 x setiap 2 jam.
pH, konduktivitas, M-Alkalinitas, O-Alkalinitas, silika, sulphite, fosfat, iron, total alkalinitas, Kaustik Alkalinity, TDS, total hardness.
Menentukan kualitas air boiler dan menentukan perlakuan terhadap boiler dan air umpan boiler.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
No.
b. Persiapan sampel bentuk padatan (shell,
MPD, press cake, kernel, nut, cyclone fibre)
dan diserahkan ke laboratorium untuk
Cara quartering sampel sebagai berikut.
dianalisis.
ole hM aru li P ard am ean
kantong plastik, diikat dengan baik
(1) Sampel dituang ke atas meja atau lantai yang bersih.
(2) Kemudian, sampel dicampur merata dan
dibagi menjadi empat bagian yang sama.
(3) Setengah bagian dari sampel tersebut dibuang secara diagonal.
(4) Sisa sampel yang setengah lagi dicampur kembali hingga rata.
(5) Sampel kemudian dibagi lagi menjadi
empat bagian yang sama dan setengah
bagian darinya dibuang secara diagonal. Sisanya diaduk kembali hingga rata.
(6) Demikian seterusnya hingga diperoleh sampel yang beratnya ± 1 kg. •
Sampel tersebut dimasukkan ke wadah yang dapat ditutup rapat atau
c.
Persiapan sampel empty fruit bunch
(1) Sampel empty fruit bunch yang diambil sebanyak dua janjang setiap dua jam dipotong menjadi empat bagian secara memanjang (longitudinal) dengan menggunakan parang yang tajam.
(2) Satu bagian dari potongan tersebut disimpan di wadah yang tertutup. Sisa yang tiga bagian lagi dibuang.
(3) Setelah selesai proses/shift kerja, potongan-potongan sampel ini dicincang menjadi bagian-bagian yang halus ± 1 cm2. (4) Potongan-potongan tersebut kemudian dicampur hingga rata dan di-quartering
- Petri dish, crystallizing dish (25 ml)
seperti di atas hingga didapat sampel
dengan diameter 5,5 cm—7,0 cm.
sekitar 1 kg. •
Persiapan sampel
tertutup atau kantong plastik, diikat
Penentuan volatile matter ini merupakan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(5) Sampel ditempatkan di wadah yang dengan baik, dan diserahkan ke
tes yang pertama dilakukan terhadap
laboratorium untuk dianalisis.
sampel minyak. Sampel harus diencerkan dahulu pada suhu sekitar 60o C hingga
d. Persiapan sampel decanter solid
70oC dan dihomogenkan dengan baik
(1) Sampel harus disimpan dalam stoples
sebelum diambil untuk analisis.
atau wadah tertutup untuk mencegah penguapan air.
(2) Setelah selesai proses kerja, sampel
•
Cara kerja
- Panaskan petri dish dalam oven pada suhu 103 ± 2o C paling sedikit selama
diaduk sampai homogen dengan tangan
15 menit. Dinginkan dalam desikator
memakai sarung tangan plastik bersih.
dan timbang berat kosongnya
diambil sekitar 100 g ke dalam wadah
tertutup atau kantong plastik bersih dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
hingga 0,1 mg terdekat.
ole hM aru li P ard am ean
(3) Sampel yang telah homogen tersebut
- Tuang ke dalam petri dish sebanyak 10 ± 1,0 g sampel minyak yang telah dicairkan.
- Kembalikan petri dish ke dalam
e. Sampel berbentuk cairan (CPO dan sludge)
(1) Setelah selesai proses kerja, sampel CPO atau sludge dikocok dengan baik agar
sampel bercampur merata. Jika sampel
desikator sampai minyak di dalamnya kembali dingin. Lalu, timbang berat petri dish dengan minyak tersebut sampai 0,1 mg terdekat.
- Letakkan sampel tersebut pada
telah membeku, panaskan di water-bath
rak bagian tengah dari oven dan
pada suhu 50o C hingga 60o C.
panaskan selama empat jam
(2) Setelah dikocok merata, 500 ml sampel
pada suhu 103 ± 2o C. Pintu oven
dituang ke wadah yang tertutup dan
jangan dibuka selama pemanasan
diserahkan ke laboratorium.
berlangsung. - Dinginkan dalam desikator selama
f.
Prosedur Analisis
30 hingga 45 menit dan timbang
(1) Analisis volatile matter dalam sampel CPO
kembali beratnya sampai 0,1 mg
•
terdekat.
Alat-alat - Neraca analitik - Oven listrik, - Desikator dengan silca gel yang aktif
•
•
Perhitungan:
Cara kerja
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Whatman glass fibre diletakkan dalam gooch crucible dan dicuci dengan
(W2 – W3) x 100 % Volatile Matter (VM) = (W2 – W1)
sekitar 10 ml dengan bantuan pompa vacuum dan keringkan selama 30 menit dalam oven pada suhu 103 ± 2o
C.
W1 = Berat petri dish kosong (g)
- Dinginkan dalam desikator dan
W2 = Berat petri dish dan minyak (g)
timbang berat kosongnya sampai
W3 = Berat petri dish dan minyak setelah
0,1 mg terdekat.
dipanaskan (g)
- Timbang minyak ke dalam conical
(2) Analisis kadar kotoran (impurities) dalam
flask sebanyak 20 g dan tambahkan
Alat – alat
100 ml pelarut. Panaskan di hot-plate
- Porcelain gooch crucible, diameter
dan digoyang–goyang agar sampel
dasar bagian dalam 20 mm
- Neraca analitik
ole hM aru li P ard am ean
•
sampel CPO
terlarut dengan baik.
- Larutan tersebut disaring melalui gooch crucible dengan bantuan
- Whatman glass fibre filter GF/B atau yang setara
- Oven listrik - Hot-plate
- Vacuum filter flask 1 liter dengan
vacuum. Gunakan pelarut yang bersih untuk membilas flask dari semua minyak dan bahan tidak terlarut ke dalam gooch crucible. Kemudian, cuci
adaptor dan ring karet untuk gooch
gooch crucible hingga bersih dari
crucible
minyak dengan heksana bersih.
- Vacuum dibuka dengan hati-hati dan
- Conical flask 250 ml flat bottom
•
- Desikator dengan silica gel
gooch crucible dilap bersih dengan
Bahan
kertas tisu dan dikeringkan dalam
- Pelarut n-heksana yang telah disaring
oven pada suhu 103 ± 2o C selama
30 menit.
melalui whatman glass filter GF/B
- Dinginkan dalam desikator hingga
atau yang setara. •
Persiapan sampel
suhu kamar dan ditimbang hingga
Sampel harus dipanaskan pada suhu
0,1 mg terdekat.
sekitar 60oC hingga 70o C dan di
•
Perhitungan:
homogenkan dengan baik sebelum diambil untuk dianalisis.
% Kotoran (impurities) =
(W3 – W2) x 100 W1
W1 = Berat sampel minyak (g) W2 = Berat gooch cricible dengan glass
dalam beaker 1000 ml. * Ukur 200 ml chloroform dan tuang
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
fibre filter (g)
* Ukur 300 ml acetic acid glacial ke
W3 = Berat gooch crucible dengan glass fibre filter ditambah kotoran (g)
dengan perlahan sambil diaduk ke dalam beaker yang berisi acetic acid
tersebut.
•
Pengulangan
Beda dari dua hasil analisis kadar kotoran yang dilakukan secara berturut dalam waktu yang singkat oleh analis yang
* Campuran larutan tersebut disimpan dalam botol bahan kimia.
- Larutan Sodium Thiosulphate 0,1 N (Larutan Stock)
sama harus tidak melebihi 0,003% untuk
* Timbang dengan tepat 25 g sodium
kandungan kotoran yang berkisar antara
thiosulphate (Na2S2O3. 5H2O) dalam
0,040% dan 0,300%.
beaker 50 ml.
* Larutkan ke dalam volumetric flask
sampel CPO
•
Alat-alat
- Conical flask 250 ml, dengan tutup dari kaca
- Buret 25 ml dengan ketelitian 0,05 ml - Pipet skala 1 ml, dengan ketelitian skala 0,01 ml
- Gelas ukur 50 ml - Neraca analitik
- Jam beker yang mempunyai jarum detik atau stop-watch
•
Bahan:
- Acetic acid glacial
•
1 liter dengan aquades hingga tanda
ole hM aru li P ard am ean
(3) Analisis bilangan peroksida dalam
tera.
* Larutan ini mempunyai konsentrasi ± 0,1 N.
- Larutan Sodium Thiosulphate 0,01 N (Larutan Kerja)
* Pipet 100 ml larutan sodium thiosulphate 0,1 N ke dalam volumetric flask 1 liter.
* Tambahkan aquades hingga tanda tera dan stabilkan larutan dengan 1 ml chloroform.
* Standardisasi larutan ini setiap kali akan digunakan.
-
Chloroform
- Larutan Starch (Kanji) 1%
-
Potassium iodide
* Timbang 0,5 g soluble starch ke dalam
-
Potassium iodate
-
Sodium Thiosulphate
-
Soluble starch
-
Sulphuric Acid (pekat)
beaker 50 ml. * Tambahkan 10 ml aquades panas agar membentuk pasta. * Kemudian, tambahkan 40 ml
Pembuatan bahan kimia
aquades mendidih dan aduk agar
- Larutan Acetic acid–chloroform (3 : 2)
kanji terlarut.
Note: Larutan kanji yang telah lama
* Titrasi dengan larutan sodium thiosulphate yang akan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
tidak baik untuk digunakan.
- Larutan Potassium Lodide
distandardisasi hingga warna coklat
* Tuangkan 3 ml aquades yang telah
berubah menjadi kuning pucat.
dididihkan ke dalam test tube kecil
* Tambahkan dua tetes larutan kanji (timbul warna biru).
(sebaiknya yang mempunyai tutup).
* Tambahkan potassium Iodide (KI)
* Lanjutkan titrasi tetes demi tetes hingga warna biru hilang.
sambil di goyang hingga jenuh (tidak
* Standardisasi ini dilakukan sebanyak
larut lagi).
Note: Larutan ini dibuat terakhir
tiga kali dan hasilnya dirata-ratakan.
* Perhitungan:
apabila tes sudah hendak
dijalankan dan semua keperluan telah dipersiapkan. Larutan KI ini
sebelum teroksidasi. Apabila warna larutan ini telah menjadi kuning kehijauan maka larutan ini tidak
boleh digunakan lagi dan buatlah yang baru.
- Standardisasi Larutan Sodium Thiosulphate 0.01 N
* Timbang ke dalam beaker 50 ml
Normalitas Larutan Sodium Thiosuphate =
ole hM aru li P ard am ean
harus digunakan secepat mungkin
Wt KIO3
ml KIO3
Wt KIO3 x ml KIO3 x 24 214 x ml Na2S2O3
= Berat KIO3 yang digunakan (g)
= Volume KIO3 yang digunakan (ml)
ml Na2S2O3 = Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi (ml)
sebanyak 0,0892 g potassium iodate (KIO3) yang telah dipanaskan pada suhu 120 C selama dua jam. o
•
Persiapan sampel:
Jika sampel beku, cairkan pada suhu 50o C hingga 60o C dalam water-bath dan
* Pindahkan ke volumetric flask
250 ml, cuci beaker dengan aquades
dihomogenisasi sebelum diambil untuk
dan tambahkan semua cucian ke
dianalisis. Hindari pemanasan yang
dalam flask. Kemudian, tambahkan
berlebihan saat mencairkan sampel.
aquades hingga tanda tera.
Semua sampel harus dianalisis sesegera
* Pipet 25 ml larutan potassium iodate
mungkin jikalau tidak harus disimpan
ini ke dalam conical flask 250 ml.
dalam tempat yang dingin dan gelap sebelum dianalisis.
* Tambahkan ke dalam conical flask. * 1 ml larutan potassium iodide jenuh. * 2—3 tetes H2SO4 pekat. * Flask digoyang setiap penambahan dilakukan.
•
Cara kerja - Timbang 5 g sampel minyak ke dalam conical flask 250 ml yang berpenutup kaca.
- Tambahkan 30 ml larutan acetic acid :
(4) Analisis Free Fatty Acid (FFA) dalam sampel CPO
chloroform •
Alat-alat
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Goyang conical flask agar minyak
- Buret 25 ml dengan ketelitian skala
terlarut.
0,05 ml
- Tambahkan dengan pipet tepat 0,5 ml larutan potassium iodide jenuh
- Conical flask 250 ml dan 500 ml
dan larutan digoyang selama satu
- Hot-plate dengan temperatur kontrol
menit tepat.
- Neraca analitik
dididihkan dan telah didinginkan. Kemudian, larutan digoyang.
- Tambahkan 0,5 ml larutan kanji. - Titrasi dengan larutan sodium thiosulphate 0,01 N dengan
goncangan kuat dan konstan
setiap kali penambahan dilakukan.
Titrasi dilakukan hingga warna biru
•
Bahan
- Larutan Indikator Phenolphthalein 1% w/v dalam Etanol 95%
* Timbang 1 g phenolphthalein ke dalam beaker 50 ml.
* Pindahkan ke dalam volumetric flask 100 ml dengan corong saring.
ole hM aru li P ard am ean
- Tambahkan 30 ml aquades yang baru
* Cuci beaker beberapa kali dengan etanol dan tambahkan semua cucian ke dalam flask.
menghilang.
- Lakukan titrasi terhadap blanko
* Larutan ini digoyang agar semua phenolphthalein terlarut.
- Perhitungan:
* Tambahkan etanol hingga tanda tera. * Tutup dan goyang larutan ini agar
Bilangan Peroksida =
(V1 – V2) x N x 1000 W
V1 = Volume sodium thiosulphate yang digunakan dalam titrasi (ml)
V2 = Volume sodium thiosulphate yang digunakan untuk blanko (ml)
N = Normalitas sodium thiosulphate W = Berat contoh minyak (g) * (Hasil biasanya dinyatakan dalam bentuk 1 desimal)
homogen.
* Simpan ke dalam botol indikator. - Isopropil Alkohol/Isopropanol Netral
* Tuang sekitar 300 ml isopropil alkohol ke dalam conical flask 500 ml
* Tambahkan tiga tetes indikator phenolphthalein, larutan digoyang. * Panaskan di hot-plate hingga keluar gelembung-gelembung kecil. * Sambil diaduk dengan batang kaca, tambahkan larutan NaOH 0,1 N tetes demi tetes hingga timbul warna merah jambu lembut yang permanen.
W = Berat potassium hidrogen
* Simpan alkohol netral ini dalam botol
phthalate yang digunakan (g)
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
reagent.
V = Volume larutan NaOH yang
- Larutan NaOH 0,1 N
digunakan untuk titrasi (ml)
* Timbang 4,0 g NaOH grade AR ke dalam beaker 50 ml.
* Larutkan dengan aquades.
•
Persiapan sampel
* Dengan corong saring, pindahkan
Sampel dicairkan pada suhu 60o C hingga
larutan ini ke volumetric flask 1 liter.
70o C dan dihomogenkan sebelum
* Cuci flask beberapa kali dengan
diambil untuk dianalisis.
aquades dan tambahkan semua
•
cucian ke dalam flask.
Cara kerja
- Timbang ± 5 g sampel minyak ke
* Tambahkan aquades hingga tanda
dalam conical flask 250 ml
tera
- Tambahkan 50 ml isopropil alkohol
tercampur homogen.
netral dan panaskan larutan di
ole hM aru li P ard am ean
* Tutup dan goyang larutan agar
hot-plate pada suhu ± 40o C sambil
- Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N
* Timbang 0,3 g potassium hidrogen phthalate (C8H5KO4) yang telah
dipanaskan pada suhu 120 C selama o
dua jam ke dalam conical flask 150 ml.
* Tambahkan 25 ml aquades dan
digoyang perlahan sampai semua
potassium hidrogen phthalate larut.
digoyang dengan perlahan hingga sampel minyak terlarut semua
- Tambahkan dua tetes indikator phenolphthalein.
- Titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N hingga didapat warna merah jambu muda yang permanen sebagai titik akhir.
- Perhitungan :
* Tambahkan dua tetes indikator phenolphthalein.
* Titrasi dengan NaOH sampai
% FFA =
V x N x 25.6 W
mendapatkan warna merah jambu muda yang permanen. * Perhitungan:
V = Volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi (ml) N = Normalitas NaOH yang digunakan
Normalitas NaOH = W x 1000 V x 204,2
W = Berat sampel minyak yang digunakan (g) * Untuk minyak kelapa, minyak inti sawit dan fraksi-raksinya, konstanta
- Perhitungan:
yang digunakan dalam perhitungan ialah 20,0. * Untuk minyak jagung, minyak kacang
(W2 – W3) x 100 (W2 – W1 )
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
% Volatile Matter (VM) =
kedele dan minyak cair yang lainnya,
konstanta yang digunakan ialah 28,2.
W1 = Berat petri dish kosong (g) W2 = Berat petri dish dan kernel (g)
(5) Analisis volatile matter dalam sampel
W3 = Berat petri dish dan kernel setelah
kernel produksi dan pengiriman
•
dipanaskan (g)
Alat-alat
- Neraca analitik
- Moisture tin atau glass dish dengan
dia. >50 mm dan tinggi 30—40 mm, lengkap dengan tutup
(6) Analisis kadar kotoran, kernel pecah, dan kernel utuh dalam kernel produksi
•
- Neraca top loading dengan ketelitian
- Oven listrik
•
Cara kerja
- Sampel kernel di-quartering hingga diperoleh sekitar 50 biji kernel yang utuh.
- Iris tipis (dengan ketebalan ±
1 mm) kernel tersebut dan langsung dimasukkan ke dalam kontainer atau kantong plastik kecil untuk mencegah penguapan.
- Aduk sampel tersebut agar homogen dan timbang dengan teliti sekitar 10 g ke dalam moisture tin atau
glass dish yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditimbang berat kosongnya.
- Panaskan dalam oven dengan suhu 103 ± 2o C selama empat jam. - Dinginkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang beratnya.
0,01 g
ole hM aru li P ard am ean
- Desikator dengan silica gel
Alat-alat
•
Cara kerja
- Timbang berat sampel kernel dan sebarkan di atas meja yang bersih.
- Pisahkan menjadi bagian total kotoran (cangkang, fiber, batu, dan lain-lain), nut utuh, nut pecah, dan
kernel pecah.
- Pisahkan shell dengan kernel dari nut utuh dan nut pecah. Shell-nya dicampur ke bagian kotoran dan kernel-nya dicampur ke bagian kernel utuh.
- Timbang berat masing–masing bagian di atas. - Perhitungan: % Total Kotoran = W2 x 100 W1 % Kernel Pecah = W3 x 100 W1 % Kernel Utuh = W4 x 100 W1
- Dinginkan dalam desikator dan
W2 = Berat total kotoran (g)
timbang berat kosongnya.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
W1 = Berat sampel kernel (g) W3 = Berat kernel pecah (g)
- Timbang sampel yang telah
W4 = Berat kernel utuh (g)
dihomogenkan sebanyak ± 50 g ke dalam evaporating dish tersebut.
- Hasil perhitungan dinyatakan hingga
- Letakkan dish berisi sampel tersebut di water-bath sampai kering.
dua desimal.
- Panaskan di oven pada suhu 103 ±
(7) Analisis kadar air, minyak, dan NOS dalam sampel sludge
•
2oC selama empat jam.
- Keluarkan dan dinginkan dalam
Alat dan bahan
desikator.
- Alat-alat
- Timbang berat dish dan sampel
* Neraca analitik
kering tersebut.
* Oven
* Desikator dengan silica gel
ole hM aru li P ard am ean
- Sampel kering dikorek bersih dan digiling dengan mortar sampai halus.
* Evaporating dish 100 ml
- Masukkan semua sampel yang telah
* Water-bath
halus dan semua sisa minyak (jangan
* Soxhlet extraction set 100 ml dengan tong flask 250 ml (flat bottom)
* Extraction thimble 30 x 100 mm * Mortar
ada yang terjatuh atau tertinggal di dish dan mortar) ke dalam thimble atau amplop kertas saring dengan bantuan kapas yang dibasahi dengan
- Bahan
sedikit pelarut heksana.
* n-heksana
- Ekstraksi sampel tersebut dengan
* Kapas
soxhlet selama enam jam sampai
•
Persiapan sampel
pelarut jernih.
Sebelum ditimbang, sampel dikocok
terlebih dahulu agar homogen. Apabila
sampel telah membeku, cairkan terlebih
di tong flask.
- Panaskan di oven pada suhu 103
dahulu pada suhu 50 C sampai
± 2o C selama satu jam untuk
60o C di water-bath lalu dikocok sampai
menghilangkan sisa–sisa pelarut
homogen.
heksana.
o
•
- Destilasi pelarut heksana dari minyak
- Dinginkan dalam desikator dan
Cara kerja - Panaskan evaporating dish dan tong flask yang kering dan bersih dalam oven dengan suhu 103 ± 2 C selama o
½ jam.
timbang berat tong flask berisi sampel minyak tersebut.
- Perhitungan:
- Perhitungan : Berat Total Nut: Nut utuh + Nut pecah + Kernel utuh + Kernel pecah + Shell
% Minyak dalam sampel = (W5 – W4) x 100 (W2 – W1) (Wet basis)
Berat Total Nut Pecah: Nut pecah + Kernel utuh + Kernel pecah + Shell
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
% Air (moisture) dalam sampel = (W2 – W3) x 100 ( W2 – W1)
% Minyak dalam sampel kering = (W5 – W4) x 100 (W3 – W1) (Dry basis)
% Nut dalam Press cake: Berat Total Nut x 100 Berat Sampel
% NOS (Non Oily Solid) =100 – (% Air dalam sampel) –(% Minyak dalam sampel) % Minyak dalam NOS =
% Fiber dalam Press cake: 100 – (% Nut dalam Press cake)
(W5 – W 4) x 100 (W3 – W1) – (W5 – W4)
% Nut Pecah dalam Press cake: Berat Total Nut Pecah x 100 Berat Sampel
W1 = Berat evaporating dish kosong (g)
% Nut Pecah dalam Total Nut: Berat Total Nut Pecah x 100 Berat Total I
W2 = Berat evaporating dish berisi sampel (g)
sampel kering (g)
W4 = Berat tong flask kosong (g)
W5 = Berat tong flask berisi minyak (g)
(8) Analisis nut ratio dalam sampel press cake •
Alat-alat
- Neraca top loading dengan ketelitian hingga 0,01 g
•
Cara kerja
- Timbang berat sampel press cake
(9) Analisis kadar air, minyak, dan NOS dalam sampel press fibre
ole hM aru li P ard am ean
W3 = Berat evaporating dish berisi
•
Alat dan bahan -
Alat-alat
* Neraca analitik * Oven
* Desikator dengan silica gel * Evaporating dish 100 ml atau moisture tin
* Soxhlet extraction set 100 ml dengan tong flask 250 ml (flat bottom)
dengan neraca top loading dan
* Extraction thimble 30 x 100 ml
sebarkan di meja yang bersih.
* Gunting
- Pisahkan nut utuh, nut pecah, kernel
- Bahan
utuh, kernel pecah, dan shell.
* n-heksana
- Timbang berat masing–masing
* Kapas
bagian tersebut. •
Cara Kerja - Panaskan evaporating dish dan tong flask yang bersih dan kering dalam oven dengan suhu 103 ± 2o C selama ½ jam.
- Perhitungan:
- Dinginkan dalam desikator.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Quartering sampel press fibre dari
penentuan nut dan fibre ratio hingga
% Air =
diperoleh berat ± 50 g.
- Gunting fibre tersebut hingga halus
(W2 – W3) x 100 (W2 – W1)
% Minyak dalam sampel kering = (dry basis)
dengan panjang ± 5 mm
(W6 – W5) x 100 W4
atau kantong plastik agar tidak
% Minyak dalam sampel basah (wet basis) : (% Minyak dalam Sampel Kering) x (100-%air) 100
mengering dan dianalisis secepatnya
% NOS = 100 - % air - % minyak dalam sampel basah
- Fibre ini harus disimpan dalam wadah
- Timbang berat kosong evaporating
% Minyak dalam NOS =
dish langsung dari desikator.
(W6 – W5) x 100 W4 – (W6 – W5)
- Aduk fibre yang telah dipotong halus dengan sendok dan timbang ± 10 g
W1 = Berat evaporating dish kosong (g)
ole hM aru li P ard am ean
ke dalam dish tersebut.
W2 = Berat evaporating dish dengan
- Panaskan dalam oven pada suhu 103 ± 2o C selama empat jam.
- Dinginkan dalam desikator dan timbang beratnya.
- Aduk fibre kering tersebut agar
homogen dan timbang ± 3 g ke dalam thimble.
- Timbang berat kosong tong flask
dan pasang ke soxhlet dan ekstraksi dengan heksana selama enam jam hingga warna heksana jernih.
- Destilasi pelarut heksana dan
panaskan tong flask berisi minyak dalam oven pada suhu 103 ± 2o C selama satu jam untuk menghilangkan sisa-sisa pelarut heksana .
- Dinginkan dalam desikator dan timbang berat tong flask berisi minyak.
sampel fiber (g)
W3 = Berat evaporating dish dengan sampel fiber kering (g)
W4 = Berat sampel fiber kering yang diekstraksi (g)
W5 = Berat tong flask kosong (g) W6 = Berat tong flask dengan minyak (g)
(10) Analisis kadar air, minyak, dan NOS dalam sampel Nut
•
Alat dan bahan - Alat-alat
* Neraca analitik * Oven * Desikator dengan silica gel * Evaporating dish 100 ml atau moisture tin * Soxhlet extraction set 100 ml dengan tong flask 250 ml (flat bottom) * Extraction thimble 30 ml x 100 ml
- Dinginkan dalam desikator dan
- Bahan
timbang berat tong flask berisi
* Kapas
minyak.
Cara kerja
- Perhitungan:
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
* n-heksana
- Panaskan evaporating dish dan tong flask yang bersih dan kering dalam
oven dengan suhu 103 ± 2o C selama
% Air =
½ jam.
- Dinginkan dalam desikator.
- Quartering nut utuh dari penentuan nut dan fibre ratio hingga diperoleh
berat ± 100 g.
- Bersihkan semua fibre dari nut tersebut dan kemudian di-quartering menjadi
dua bagian (periksa nut tersebut agar
tidak terikut nut yang retak atau pecah tidak terikut).
(W2 – W3) x 100 (W2 – W1)
% Minyak dalam sampel basah = (wet basis)
(W6 – W5) x 100 W4
% Minyak dalam sampel kering (dry basis): % Minyak dalam sampel kering) x 100 ( 100 - % air ) % NOS = 100 - % air - % minyak dalam sampel basah (W6 – W5) x 100 % minyak dalam NOS = W4 – (% air x W4) - (W6 – W5)
ole hM aru li P ard am ean
•
W1 = Berat evaporating dish kosong (g)
W2 = Berat evaporating dish dengan
- Timbang berat kosong evaporating dish langsung dari desikator
- Timbang satu bagian dari nut tersebut ke dalam evaporating dish
- Panaskan dalam oven pada suhu 103 ± 2 C selama delapan jam. o
- Dinginkan dalam desikator dan
sampel nut (g)
W3 = Berat evaporating dish dengan sampel nut kering (g)
W4 = Berat sampel nut yang diekstraksi (g)
W5 = Berat tong flask kosong (g)
W6 = Berat tong flask dengan minyak (g)
timbang beratnya.
- Timbang berat dari satu bagian nut
(11) Analisis kehilangan kernel, kadar air,
yang tersisa dan masukkan ke thimble.
minyak, dan NOS dalam sampel fibre
- Timbang berat kosong tong flask
dan pasang ke soxhlet dan ekstraksi
cyclone
•
Alat dan bahan
dengan heksana selama enam jam
- Alat-alat
hingga warna heksana jernih.
* Neraca analitik
- Destilasi pelarut heksana dan panaskan tong flask berisi minyak dalam oven
* Neraca top loading dengan ketelitian 0,01 g
pada suhu 103 ± 2 C selama satu jam
* Oven
untuk menghilangkan sisa–sisa pelarut
* Desikator dengan silica gel
o
heksana.
* Evaporating dish 100 ml atau moisture
- Panaskan dalam oven pada suhu 103 ± 2o C selama empat jam.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
tin
* Soxhlet extraction set 100 ml dengan
- Dinginkan dalam desikator dan
tong flask 250 ml (flat bottom)
timbang beratnya.
* Extraction thimble 30 ml x 100 ml
- Aduk fiber kering tersebut agar
* Gunting
homogen dan timbang ± 3 g ke
- Bahan
dalam thimble.
- Timbang berat kosong tong flask
* n-heksana
dan pasang ke soxhlet dan ekstraksi
Cara kerja
dengan heksana selama enam jam
- Panaskan evaporating dish dan tong
hingga warna heksana jernih.
flask yang bersih dan kering dalam
- Destilasi pelarut heksana dan
oven dengan suhu 103 ± 2 C selama
panaskan tong flask berisi minyak
½ jam.
dalam oven pada suhu 103
o
- Dinginkan dalam desikator.
ole hM aru li P ard am ean
•
* Kapas
± 2o C selama satu jam untuk
- Timbang berat sampel cyclone fibre dan sebarkan di meja yang bersih.
- Pisahkan semua kernel dan nut dari fiber.
- Pecahkan nut dan kernel-nya
dicampur bersama kernel yang lain.
- Timbang berat kernel tersebut.
- Quartering cyclone fibre yang telah dibersihkan kernel-nya hingga diperoleh berat ± 50 g.
- Gunting fiber tersebut hingga halus dengan panjang ± 5 mm.
- Fiber ini harus disimpan dalam wadah atau kantong plastik agar tidak mengering dan dianalisis secepatnya. - Timbang berat kosong evaporating dish langsung dari desikator. - Aduk fiber yang telah dipotong halus dengan sendok dan timbang ± 10 g ke dalam dish tersebut.
menghilangkan sisa–sisa pelarut heksana.
- Dinginkan dalam desikator dan timbang berat tong flask berisi
minyak.
- Perhitungan:
% Air =
(W2 – W3) x 100 (W2 – W1)
% Minyak dalam sampel kering = (dry basis)
(W6 – W5) x 100 W4
% Minyak dalam sampel basah: (% Minyak dalam sampel kering) x (100-%air) wet Basis)100
% NOS = 100 - % air - % minyak dalam sampel basah (W6 – W5) x 100 % Minyak dalam NOS = W4 – (W6 – W5)
W1 = Berat evaporating dish kosong (g) W2 = Berat evaporating dish dengan sampel fiber (g) W3 = Berat evaporating dish dengan sampel fiber kering (g)
W4 = Berat sampel fiber kering yang
(13) Analisis kehilangan kernel dan minyak dalam sampel un-stripped bunch (USB)
diekstraksi (g) •
Alat dan bahan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
W5 = Berat tong flask kosong (g)
- Alat-alat
W6 = Berat tong flask dengan minyak (g)
* Neraca analitik
* Neraca top loading
(12) Analisis kehilangan kernel, dalam sampel
•
* Timbangan biasa minimal cap. 5 kg
(LTDS)
* Counter
Alat dan bahan
* Sarung tangan kulit tebal
- Neraca top loading dengan ketelitian
* Gancu
0.01 g
* Pisau
Cara kerja
* Oven
- Timbang sampel ± 1 kg dengan
* Desikator dengan silica gel
neraca top loading dan sebarkan di
* Saringan 10 mesh (2 mm)
atas meja yang bersih.
* Blender
- Pisahkan nut utuh, nut pecah, kernel utuh, dan kernel pecah.
- Pecahkan nut utuh dan timbang kernel-nya.
- Pecahkan nut pecah dan timbang kernel-nya.
- Timbang berat kernel utuh dan kernel pecah.
- Perhitungan:
ole hM aru li P ard am ean
•
wet shell, dry shell, dan pneumatic blower
* Beaker 500 ml
* Evaporating dish
* Soxhlet extraction set 100 ml dengan tong flask 250 ml (flat bottom)
* Extraction thimble 30 mm x 100 mm - Bahan
* n-heksana * Kapas
•
Cara kerja
- Setiap dua jam sekali selama masa
% Kehilangan kernel dalam nut utuh = Berat kernel dalam nut utuh x 100 ………..(A) berat sampel
% Kehilangan kernel dalam nut pecah = Berat kernel dalam nut pecah x 100 ……...(B) berat sampel
% Kehilangan kernel utuh = Berat kernel utuh x 100 ……………..……. (C) berat sampel % Kehilangan kernel pecah = Berat kernel pecah x 100 …………………(D) berat sampel % Total kehilangan kernel = (A+B+C+D)
proses, 400 buah janjangan kosong yang keluar dari thresher diperiksa
dan dihitung jumlah janjangan kosong yang masih mengandung brondolan yang tidak terlepas (USB).
- Yang termasuk USB adalah janjangan kosong yang mengandung minimal 30 brondolan yang tidak terlepas. - Untuk menentukan kehilangan minyak dan kernel dalam USB, pada salah satu penentuan USB, janjangan
- Ekstraksi minyak dalam mesocarp
kosong yang masih mengandung
tersebut ke dalam tong flask dengan
conveyor dan dikumpulkan di tempat
soxhlet selama tiga jam sampai
yang bersih.
pelarut heksana jernih.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
brondolan (USB), dikeluarkan dari
- Destilasi semua pelarut heksana dari
- Timbang berat semua janjangan
campuran minyak dalam tong flask.
tersebut. Kemudian, lepaskan semua
- Panaskan tong flask berisi minyak
brondolannya.
dalam oven pada suhu 103
- Timbang berat semua brondolan dan kemudian pisahkan menjadi daging
± 2oC selama satu jam untuk
buah (mesocarp), kernel dan shell.
menghilangkan sisa–sisa pelarut
- Timbang berat mesocarp, kernel dan shell di atas.
heksana.
- Dinginkan dalam desikator dan
- Mesocarp diaduk dan ditimbang
beaker 500 ml yang telah dipanaskan dan ditimbang berat kosongnya.
- Panaskan beaker berisi mesocarp
tersebut dalam oven pada suhu 103 ± 2o C selama empat jam.
- Dinginkan dalam desikator dan timbang beratnya.
- Blender mesocarp tersebut dan saring melalui saringan 10 mesh
minyak tersebut.
ole hM aru li P ard am ean
sebanyak ± 50 g (jika cukup) ke
timbang berat tong flask berisi
(2 mm).
- Timbang sekitar 10 g mesocarp yang
- Perhitungan:
Jumlah janjangan USB x 100 % USB = Jumlah janjangan kosong yang dihitung % Minyak dalam USB =
(W10–W9) x (W7 – W5) x W3 x W2 x 100 W8 (W6 – W5) W2 W1
% Minyak USB dalam EFB = (% minyak dalam USB x % USB) :100 % Kernel dalam USB =
W4 x W2 x 100 W2 W1
% Kernel USB dalam EFB = (% kernel dalam USB x % USB) :100
telah halus ke dalam evaporating dish
W1 = Berat total janjangan USB (g)
dan panaskan kembali dalam oven
W2 = Berat brondolan yang terdapat di
pada suhu 103 ± 2 C selama satu jam o
- Dinginkan dalam desikator dan
USB (g) W3 = Berat mesocarp (g)
timbang ± 3 g ke dalam amplop
W4 = Berat kernel (g)
kertas saring.
W5 = Berat beaker kosong (g)
- Tong flask kosong yang bersih dan kering dipanaskan dalam oven pada suhu 103 ± 2oC selama ½ jam, dinginkan dalam desikator dan timbang berat kosongnya
W6 = Berat beaker berisi mesocarp basah (g) W7 = Berat beaker berisi mesocarp kering (g) W8 = Berat mesocarp yang diekstraksi (g)
W9 = Berat tong flask kosong (g)
ke dalam tong flask yang telah
W10 = Berat tong flask berisi minyak (g)
diketahui berat kosongnya dengan
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
menggunakan pelarut heksana selama enam jam sampai pelarutnya
(14) Analisis kehilangan minyak dalam
jernih.
sampel empty fruit bunch (EFB)
•
- Destilasi semua pelarut dari
Alat dan bahan
campuran minyak dalam tong flask.
- Alat-alat
- Panaskan tong flask berisi minyak
* Neraca analitik * Oven
dalam oven pada suhu 103
* Desikator dengan silica gel
± 2o C selama satu jam untuk
* Parang atau pisau atau gunting tajam
menghilangkan sisa pelarut.
* Petri dish dia. 7,0 cm
- Dinginkan dalam desikator dan
* Soxhlet extraction set 100 ml dengan
timbang beratnya
tong flask 250 ml (flat bottom)
- Bahan
* n-heksana * Kapas
•
Cara kerja
- Sampel EFB sebanyak ± 1 kg
di-quartering hingga didapat sampel sebanyak ± 200 g.
- Potong sampel tersebut sampai
halus dengan panjang ± 0,5 cm.
ole hM aru li P ard am ean
* Extraction thimble 30 mm x 100 mm
- Perhitungan:
% Air dalam EFB =
% Minyak dalam EFB = % NOS =
W2 = Berat petri dish dengan sampel EFB basah (g)
W3 = Berat petri dish dengan sampel EFB
- Timbang ± 10 g ke petri dish yang
kering (g)
telah diketahui berat kosongnya.
W4 = Berat tong flask kosong (g)
- Panaskan dalam oven pada suhu 103
W5 = Berat tong flask berisi minyak (g)
± 2o C selama empat jam.
- Pindahkan semua sampel kering tersebut ke dalam thimble (termasuk partikel–partikel kecil). - Ekstraksi minyaknya dengan soxhlet
[(W3–W1) – (W5–W4)] x 100 (W2–W1)
W1 = Berat petri dish kosong (g)
agar sampel tidak mengering.
timbang beratnya.
(W5 – W4) x 100 (W2 – W1)
(W5–W4) x 100 % Minyak dalam NOS = [(W3 – W1) – (W5 – W4)]
- Masukkan ke dalam kantong plastik
- Dinginkan dalam desikator dan
(W2 – W3) x 100 (W2 – W1)
(15) Analisis mass passing to digester (MPD) •
Alat-alat - Talam plastik - Pisau
•
(16) Analisis cracking efficiency dalam sampel
Cara Kerja
cracked mixture
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Sampel MPD (± 1 kg) ditimbang
beratnya dengan teliti dan sebarkan
•
Alat-alat
- Neraca top loading cap. 2 kg,
di talam plastik yang bersih.
ketelitian 0,01g
- Pisahkan: Buah, daging buah
•
(mesocarp), nut, abnormal
Cara kerja
- Timbang berat sampel dan sebarkan
parthenocarpic, normal
parthenocarpic, calyx leave, dan dirt.
di atas meja yang bersih.
- Pisahkan menjadi bagian-bagian
- Pisahkan daging buah dari buah
berikut.
dengan pisau tajam. Minyak yang
lengket di tangan diambil dengan
* Cangkang (shell)
pisau dan dilap ke daging buah.
* Nut utuh
* Nut pecah
masukkan ke tempat daging buah dan nut-nya ke tempat nut.
- Timbang berat masing–masing bagian tersebut
- Perhitungan:
W6 x 100 W1 W7 x 100 % Dirt dalam MPD = W1 W2 x 100 % Daging Buah dalam MPD = W1 W3 x 100 % Nut dalam MPD = W1 % Calyx leave dalam MPD =
* Kernel utuh
ole hM aru li P ard am ean
- Daging buah yang diperoleh di
W4 x 100 % Abnormal parthenocarpic dalam MPD = W1 W5 x 100 % Normal parthenocarpic dalam MPD = W1
W1 = Berat sampel MPD (g) W2 = Berat daging buah (g) W3 = Berat nut (g)
* Kernel pecah
- Timbang berat masing-masing bagian tersebut.
- Perhitungan:
% Cangkang = % Nut utuh =
W2 x 100 W1
W3 x 100 W1
% Nut pecah =
W4 x 100 W1
% Kernel utuh =
W5 x 100 W1
% Kernel pecah =
W6 x 100 W1
Cracking efficiency (%): 100 – (% nut utuh + % nut pecah)
W4 = Berat abnormal parthenocarpic (g) W5 = Berat normal parthenocarpic (g)
W1 = Berat sampel (g)
W6 = Berat calyx leave (g)
W2 = Berat shell (g)
W7 = Berat dirt (g)
W3 = Berat nut utuh (g) W4 = Berat nut pecah (g) W5 = Berat kernel utuh (g) W6 = Berat kernel pecah (g)
- Tambahkan 2—3 tetes indikator
(17) Analisis alkalinitas pada sampel air baku •
phenolphthalein.
Alat dan bahan
- Secepatnya titrasi dengan 0,1 N
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Alat-alat
NaOH yang telah distandardisasi
* Buret cap 25 ml dengan ketelitian
hingga muncul warna merah muda
0,1 ml
yang permanen
* Conical 250 ml
- Perhitungan:
* Gelas ukur 100 ml - Bahan
* Indikator phenolphthalein * Indikator methyl orange
Normalitas Larutan Asam Sulfat =
* Asam sulfat pekat 98 %, Sp. Gravity
N1 x V1 V2
= 1,84
•
N1 = Normalitas dari NaOH yang
Pembuatan bahan kimia
digunakan untuk standardisasi
- Indikator Phenolphthalein 100 ml etanol 95 %.
- Indikator Methyl Orange
* Larutkan 0,5 g methyl orange dalam 500 ml aquades dalam volumetric
flask. Aduk hingga merata.
- Larutan Asam Sulfat 0,1 N
* Pipet 2,72 ml asam sulfat pekat ke
dalam volumetric flask 1000 ml yang berisi ± 200 ml aquades.
V1 = Volume dari NaOH yang digunakan
ole hM aru li P ard am ean
* Larutkan 1 g phenolphthalein dalam
untuk titrasi (ml)
V2 = Volume dari larutan asam sulfat yang distandardisasi (ml)
•
Persiapan sampel
Sampel harus bersih dan bebas dari benda–benda tersuspensi. Jika sampel air keruh dan mengandung benda-benda tersuspensi, harus disaring sebelum dianalisis dengan menggunakan
* Tambahkan aquades hingga tanda
kertas saring whatman no. 1 atau yang
tera. Aduk hingga merata.
ekuivalen.
- Larutan Asam Sulfat 0.02 N
* Pipet 100 ml larutan asam sulfat 0,1 N ke dalam volumetric flask 500 ml.
* Tambahkan aquades hingga tanda tera dan aduk hingga merata •
•
Cara kerja
- Phenolphthalein alkalinity * Ukur 100 ml sampel air yang telah diaduk homogen dengan gelas ukur
Standardisasi larutan asam sulfat 0,02 N
dan masukkan ke dalam conical flask
- Pipet 50 ml larutan asam sulfat yang
250 ml.
akan distandardisasi ke dalam conical flask 250 ml.
* Tambahkan 10 tetes indikator phenolphthalein.
analisis dengan sampel yang lebih
* Jika larutan tetap tidak berwarna
sedikit.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
maka tidak ada phenolphthalein
* Perhitungan:
alkalinity dan lanjutkan ke point 6.2.
* Jika larutan menjadi berwarna merah asam sulfat sambil digoyang hingga
M.O. Alkalinitas (ppm CaCO3) : 1.000 x total ml 0,02N asam sulfat yang digunakan x N/0,02 ml sampel yang digunakan
warna merah jambu hilang.
Kaustik alkalinitas (ppm CaCO3) = (2 x P.Alkalinity) - M.O. Alkalinity
jambu, titrasi dengan larutan 0,02 N
* Jika diperlukan lebih dari 20 ml 0,02 N asam sulfat dalam titrasi, ulangi
analisis ini dengan sampel yang lebih sedikit.
(18) Analisis klorida pada sampel air •
- Alat-alat
* Catat volume (ml) asam sulfat yang
* Buret cap 25 ml dengan ketelitian
digunakan.
0,1 ml
ole hM aru li P ard am ean
* Perhitungan:
Alat dan bahan
* Pipet skala 5 ml * Conical 250 ml
Phenolphthalein alkalinity (ppm CaCO3): 1.000 x ml 0,02 N asam sulfat yang digunakan x N/0,02 ml dari sampel yang digunakan
* Gelas ukur 100 ml - Bahan
* Indikator methyl orange
- Methyl orange alkalinity
* Indikator potasium kromat * Asam sulfat pekat 98 %, Sp. Gravity
* Sampel dari phenolphthalein alkalinity
= 1,84
ditambah tiga tetes indikator methyl orange dan larutan sampel akan berwarna kuning.
* Tanpa mengisi kembali larutan 0,02 N asam sulfat dalam buret, titrasi
larutan sampel sambil diaduk hingga warna kuning berubah menjadi orange sebagai titik akhir.
* Catat total volume 0,02 N asam sulfat yang digunakan. * Jika total volume dari larutan 0,02 N asam sulfat dalam titrasi untuk phenolphthalein dan methyl orange alkalinity melebihi 30 ml, ulangi
* Larutan perak nitrat 0,02 N
•
Pembuatan Bahan Kimia - Indikator Methyl Orange * Sama dengan indikator untuk analisis alkalinitas.
- Indikator Potasium kromat * Larutkan 5 g potasium kromat (K2CrO4) dalam 100 ml aquades dalam beaker 250 ml.
* Biarkan dingin dan simpan dalam botol indikator. - Larutan Asam Sulfat 0,02 N * Sama pembuatannya pada analisis alkalinitas.
V2 = Volume dari AgNO3 yang
- Larutan Perak Nitrat 0,02 N * Larutkan 1,7031 perak nitrat (AgNO3)
digunakan untuk titrasi (ml)
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
dalam volumetric flask 500 ml yang telah berisi 200 ml aquades.
* Tambahkan aquades hingga tanda
(19) Analisis flokulasi pada sampel air •
tera dan aduk hingga merata.
- Alat-alat:
* Simpan dalam botol reagent gelap.
* Flocculator/jar mixer
Cara kerja
* Beaker 1000 ml
- Jika menggunakan sampel dari
* Pipet skala 5 ml
analisis methyl orange alkalinity,
- Bahan:
lanjutkan ke poin 5, penambahan 10
* Alum
tetes indikator potasium kromat.
* Abu soda
- Jika yang dianalisis adalah sampel
•
Pembuatan bahan kimia
air yang baru, ukur 100 ml sampel air
- Larutan 2000 ppm Alum
dengan gelas ukur ke dalam conical
* Larutkan 2 g alum dalam volumetric
250 ml.
- Tambahkan tiga tetes indikator methyl orange.
- Titrasi dengan asam sulfat 0,02 N hingga warna berubah menjadi oranye.
- Tambahkan sepuluh tetes indikator potasium kromat (warna akan berubah menjadi kuning tua).
ole hM aru li P ard am ean
•
Alat dan bahan
flask 1000 ml yang telah berisi 500 ml aquades.
* Tambahkan aquades hingga tanda tera dan aduk hingga merata.
* Simpan dalam botol reagent.
- Larutan 2000 ppm Abu Soda * Larutkan 2 g abu soda sama dengan cara di atas.
- Titrasi dengan perak nitrat 0,02 N
sambil diaduk hingga warna berubah dari kuning menjadi kecokelatan.
- Catat volume perak nitrat yang digunakan. - Perhitungan:
•
Cara kerja
- Tuangkan masing-masing 500 ml sampel air ke dalam empat buah beaker 1.000 ml. - Periksa pH sampel airnya. Jika pH-nya di antara 6,8 dan 7,2 maka
1000 x (V2–0,2) Klorida (ppm CaCO3) = V1
V1 = Volume dari sampel air yang dianalisis (ml)
jar test dapat dilanjutkan. Bila lebih kecil, tambahkan larutan abu soda untuk menaikkan pH ke 6,0 atau lebih (dengan perhitungan 1 ml larutan abu soda 2000 ppm yang ditambahkan = 4 ppm).
X = Kebutuhan bahan kimia per jam (kg)
- Tambahkan larutan alum ke beaker
Y = Konsentrasi larutan yang efektif
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
berisi air tersebut masing–masing
dalam tangki bahan kimia (%)
10, 20, 30, dan 40 ppm (dengan
perhitungan setiap 1 ml larutan alum 2000 ppm yang ditambahkan = 4
Konsentrasi larutan kimia yang efektif dalam
ppm).
tangki bahan kimia ialah sebagai berikut.
Larutan alum: 5%—15%
dengan kecepatan 70 rpm selama
Larutan soda ash (Na2SO3): 5%—15%
satu menit. Kemudian, turunkan
Larutan poly electrolyte: 0,01%— 0,05%
- Aduk menggunakan flocculator
kecepatannya menjadi 30 rpm selama 15 menit.
Kebutuhan bahan kimia untuk mendapatkan
- Diamkan selama 10 menit.
konsentrasi yang diinginkan (%) ialah sebagai
- Jika flokulasi didapat pada
berikut.
lagi untuk penambahan 20, 24, 26,
ole hM aru li P ard am ean
penambahan 20 dan 30 ppm, ulangi
Y% x Volume tangki kimia 100
28, dan 30 ppm seperti prosedur di atas.
- Apabila telah didapat konsentrasi alum yang sesuai, ukur pH-nya kembali. Bila lebih kecil dari 7,
(20) Analisis total hardness pada sampel air •
Alat dan bahan - Alat-alat
tambahkan larutan soda ash hingga
* Buret 25 ml dengan ketelitian 0,1 ml
pH mencapai 7,2—7,5.
* Gelas ukur 50 ml
- Perhitungan:
* Conical flask 250 ml - Bahan
Alum yang dibutuhkan (kg/jam): Dosis alum (ppm) x kapasitas pompa (ton/jam) x 1.000 x 1 kg 1.000.000
* E.D.T.A 0.02 N / so - 274
Abu soda yang dibutuhkan (kg/jam): Dosis abu soda (ppm) x kapasitas pompa (ton/jam) x 1000 x 1 kg 1.000.000
* Buffer solution/so–275
Kapasitas chemical pump yang diinginkan dengan konsentrasi yang tepat ialah sebagai berikut.
* Indicator/so-277
•
Cara kerja - Ukur 50 ml sampel air ke dalam conical flask 250 ml. - Tambahkan 2 ml larutan buffer (so –275) dan diaduk. - Tambahkan sedikit indikator (so –
Kapasitas chemical pump (ltr/jam) =
X kg x 100% Y%
277) dan diaduk (jika warna langsung menjadi biru maka total hardness sangat kecil/trace)
- Perhitungan:
- Titrasi dengan larutan E.D.T.A 0,02N hingga warna berubah dari merah ke
TDS (ppm) = R x P
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
biru.
- Catat volume larutan E.D.T.A 0.02N
yang terpakai.
R = Range switch yang digunakan
- Perhitungan:
Total hardness (ppm CaCO3): 20 x ml larutan E.D.T.A 0,02N yang digunakan
P = Angka yang ditunjuk oleh meter.
(22) Analisis sulfit pada sampel air •
Alat dan bahan - Alat
* Buret 25 ml dengan ketelitian 0,1 ml
(21) Analisis total dissolved solid pada sampel
* Gelas ukur 50 ml
Alat dan bahan
* Pipet skala 5 ml
- Alat-alat
* Conical flask 250 ml
* TDS-meter
- Bahan
* Conical flask 250 ml - Bahan
* Larutan H2SO4 6N
* Indikator phenolphthalein
•
Cara kerja
- Masukkan sekitar 100 ml sampel air ke dalam conical flask.
- Tambahkan dua tetes indikator
phenolphthalein. Bila warna sampel
air menjadi merah, netralkan dengan larutan H2SO4 6N sambil digoyang sampai warna merah hilang.
- Bilas cell cup pada TDS-meter dengan sampel air yang telah dinetralkan. - Tuang sampel air yang telah netral
ole hM aru li P ard am ean
•
air
* Indikator iodin
* Potasium iodat (KIO3)
* Potasium iodide (KI) * Asam sulfat
* Sodium hydrogen carbonate
•
Pembuatan bahan kimia - Larutan Potasium Iodat-Iodide 0,02 N * Larutkan 0,713 g potasium iodat dalam sekitar 200 ml aquades.
* Tambahkan 7 g potasium iodide dan 0,5 g sodium hydrogen carbonate.
* Larutkan ke 1000 ml dengan aquades menggunakan volumetric flask.
- Larutan Asam Sulfat 6,5% v/v * Dengan pelan dan hati–hati, pipet
tersebut ke dalam cell cup sampai
6,8 ml asam sulfat pekat ke dalam
penuh.
volumetric flask 100 ml yang telah
- Tekan tombol baca dan atur range switch pada kelipatan yang sesuai.
berisi sekitar 50 ml aquades. * Tambahkan aquades hingga tanda tera dan aduk hingga merata.
* Setelah dingin, pindahkan ke
- Cara kerja
volumetric flask 1.000 ml dan
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
* Ukur 50 ml sampel air ke dalam
tambahkan aquades hingga
conical flask.
tanda tera.
* Tambahkan 4 ml larutan asam sulfat
* Goyang hingga bercampur
6,5%.
sempurna.
* Tambahkan sedikit ± 0,5 g indikator
- Larutan Indikator Phenolpthalein
iodin.
* Sama pembuatannya pada analisis
* Titrasi dengan larutan potasium
alkalinitas sampel air.
iodat-iodide hingga warna menjadi
- Larutan Sodium Hydroxide 0,1 N
biru.
* Sama dengan pembuatan larutan
* Perhitungan:
NaOH 0,1 N pada analisis FFA minyak.
Kadar sulfit (ppm Na2SO3) = 25 x V
•
Persiapan sampel
V = Volume larutan potasium iodad -iodide yang digunakan (ml)
ole hM aru li P ard am ean
- Sampel air limbah yang telah diaduk hingga homogen disaring ke dalam conical flask 100 ml melalui corong yang diberi lapisan kapas.
(23) Analisis Volatile Fatty Acid (VFA) pada sampel air limbah
•
Alat dan bahan - Alat
* Hoskin apparatus
* Buret 25 ml dengan ketelitian 0,1 ml * Gelas ukur 10 ml * Beaker 50 ml
* Conical flask 100 ml * Corong penyaring
tersebut.
•
Cara kerja
- Ukur 10 ml filtrat sampel dengan gelas ukur ke dalam beaker 50 ml,
- Tambahkan 10 ml larutan H2SO4 0,5 N, goyang larutan agar bercampur.
- Destilasi filtrat tersebut dengan hoskin apparatus melalui cara berikut.
* Perhatikan posisi mula-mula lobang
- Bahan
keran pada kenop ‘T’ yang harus
* Asam sulfat 0,5 N
mengalirkan uap ke dua arah, yaitu
* Indikator phenolpthalein
keluar bebas dan ke tabung luar.
* Sodium hydroxide 0,1 N •
- Kumpulkan sebanyak 50 ml filtrat
Pembuatan Bahan Kimia - Larutan Asam Sulfat 0,5 N * Larutkan 14 ml asam sulfat pekat ke dalam beaker 500 ml yang telah berisi sekitar 300 ml aquades.
* Hidupkan hot-plate untuk mendidihkan air dalam conical flask. * Buka outlet ‘X’ agar uap dapat mengalir keluar. * Putar kenop ‘T’ berlawanan arah jarum jam sebanyak ¼ putaran
* Buka outlet ‘X’ untuk mengalirkan sisa
(di mana uap mengalir menuju ke
filtrat sampel ke tabung luar.
tabung luar) selama dua menit.
* Putar kenop ‘T’ berlawanan arah
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
* Putar kembali kenop ‘T’ searah jarum jam sebanyak ¼ putaran (di mana
jarum jam sebanyak ¼ putaran (di
uap mengalir bebas keluar dan ke
mana uap mengalir ke dua arah,
dalam tabung luar).
bebas keluar, dan ke dalam tabung luar).
* Letakkan conical flask 250 ml di
* Alat hoskin apparatus siap untuk
bawah condenser.
digunakan kembali.
* Buka stopper dan tuangkan filtrat
- Tambahkan 2—3 tetes indikator
yang telah ditambah asam sulfat ke
phenolpthalein ke dalam destilat.
dalam ‘tabung dalam’ melalui cup.
- Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
* Cuci beaker dua kali dengan 5 ml aquades dan tambahkan semua
hingga timbul warna merah jambu
cucian ke dalam cup.
sebagai titik akhir.
sekitar 10 ml aquades ke dalam cup
untuk mencegah keluarnya gas dari dalam tabung.
* Putar kenop ‘T’ berlawanan arah
jarum jam sebanyak ¼ putaran (di
mana uap mengalir hanya ke dalam tabung luar saja).
* Tutup kembali outlet ‘X’ dan biarkan
destilasi berjalan hingga terkumpul ±
- Perhitungan:
ole hM aru li P ard am ean
* Tutup kembali stopper dan tuangkan
Volatile Fatty Acid (ppm) = (sebagai asam asetat)
T = Volume NaOH yang digunakan dalam titrasi (ml)
B = Volume NaOH yang digunakan dalam blanko (ml)
V = Volume sampel yang digunakan (ml)
100 ml destilat.
* Turunkan conical berisi destilat tersebut.
N = Normalitas NaOH yang digunakan
(24) Analisis pH dan alkalinitas pada sampel
* Putar kenop ‘T’ berlawanan arah jarum jam sebanyak ½ putaran
(T – B) x N x 60 x 1.000 V
air limbah
•
Alat dan bahan
sehingga uap hanya mengalir bebas
- Alat-alat
ke luar. Buka stopper agar air dalam
* pH-meter
cup masuk ke dalam tabung untuk
* Beaker 100 ml
mencuci tabung dalam’.
* Buret 10 ml dengan ketelitian 0,02 ml
* Letakkan kembali stopper.
* Gelas ukur 50 ml * Batang pengaduk kaca
V1 = Volume sampel air limbah yang
- Bahan
dianalisis (ml)
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
* Asam sulfat 0,1 N
V2 = Volume larutan 0.1N H2SO4 yang
Pembuatan bahan kimia
- Larutan Asam Sulfat 0,1 N
digunakan (ml)
* Pipet 100 ml larutan asam sulfat 0,5 N
3. Pengendalian Proses
dari analisis VFA di depan.
* Masukkan ke volumetric flask 500 ml,
a. Sampel jangan dibiarkan terbuka
tambahkan aquadest hingga tanda tera
untuk menghindari pengeringan dan
dan kocok hingga tercampur merata.
kontaminasi.
- Standardisasi Larutan Asam Sulfat
b. Kuantitas sampel yang dianalisis
0,1 N
harus mencukupi untuk memperkecil
* Sama dengan standardisasi larutan
kesalahan penimbangan.
asam sulfat 0,02 N pada analisis alkalinitas air baku.
- Cara kerja
ole hM aru li P ard am ean
•
* Ukur 50 ml sampel air limbah ke dalam beaker 100 ml.
* Baca pH sampel dengan pH-meter yang telah dikalibrasi dengan baik (hati–hati agar elektroda tidak menyentuh dasar beaker).
* Catat pH sampel tersebut setelah pembacaan stabil.
* Jika pH lebih besar dari 4,50; dengan
c.
Sampel yang dianalisis kadar airnya, wadah sampel harus dipanaskan. Setelah itu, didinginkan dalam desikator yang berisis silica gel yang masih aktif (warna biru) dan ditimbang secepatnya sesudah dikeluarkan dari desikator. Demikian juga setelah pengeringan sampel.
d. Untuk analisis sludge dan waste water, sampel harus diaduk homogen terlebih
tetap membaca pH-nya, tambahkan
dahulu dan segera ditimbang (panaskan
H2SO4 0.1 N setetes demi setetes
jika perlu). Untuk sampel padat, harus
dengan buret sambil diaduk dengan
dicampur/diaduk homogen terlebih
batang kaca (hati–hati jangan
dahulu sebelum dianalisis.
menyentuh elektroda) hingga pH mencapai 4,50. * Catat volume larutan H2SO4 yang digunakan. * Perhitungan: V2 x N x 50000 Total Alkalinitas (ppm) = V1
e. Pada saat analisis kadar air sedang berlangsung dalam oven terutama untuk sampel CPO, sebaiknya pintu oven jangan dibuka-buka atau mendudukkan bahan yang kandungan airnya tinggi, seperti sampel sludge atau solid.
Pada analisis FFA, sampel CPO dalam
•
Limbah Padat
pelarut isopropanol dipanaskan agar
Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS
melarut sempurna dan segera dititrasi.
semuanya dimanfaatkan di antaranya,
Larutan NaOH yang digunakan harus
cangkang dan serabut yang digunakan
distandardisasi setiap minggu dan setiap
sebagai bahan bakar boiler. Sebagian
pembuatan larutan yang baru. Larutan
cangkang yang berlebih digunakan
jangan dibiarkan terbuka.
untuk pelapis jalan. Janjangan kosong
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
f.
diaplikasikan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos yang kemudian dibawa
g. Pada analisis dirt, sampel CPO dalam
pelarut heksana dipanaskan agar melarut
ke lahan sebagai pupuk organik. Kerak
sempurna dan segera disaring melalui
boiler dimanfaatkan untuk pelapis jalan
gooch crucible.
serta solid dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau makanan ternak.
timbangan dan pH meter, alat-alat ini
dihubungkan dengan stabilizer tegangan listrik.
•
Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh PKS
ole hM aru li P ard am ean
h. Untuk mencegah kerusakan alat seperti
bersumber dari air kondensat, air cucian pabrik, air hydrocyclone atau clay bath.
Semua limbah cair ini ditampung dan diolah di kolam limbah. Setelah
L. SOP PENGELOLAAN LIMBAH 1. Pendahuluan
a. Kebijakan Perusahaan
Melalui pengelolaan limbah PKS akan
memenuhi syarat, air buangan dapat dibuang ke sungai atau dimanfaatkan untuk mengairi kebun kelapa sawit melalui sistem land application serta
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan aplikasi biogas.
dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar
(2) Mekanisme perombakan limbah
dari dampak sosial di masyarakat.
Proses perombakan bahan organik air limbah dapat dilakukan melalui reaksi kimia dan reaksi biokimia.
b. Dasar-Dasar Pengolahan (1) Karakteristik limbah
•
Reaksi Kimia
Limbah PKS yang terdiri dari bahan
Limbah yang dihasilkan oleh PMKS berupa limbah padat dan limbah
organik dapat dirombak melalui reaksi
cair. Limbah padat berupa cangkang,
oksidasi dengan bahan kimia seperti
janjangan kosong, serabut, solid, dan
KMnO4. Reaksi ini dapat terjadi jika
kerak boiler, sedangkan limbah cair
terdapat katalisator oksida dalam air
berupa air limbah.
limbah. Reaksi ini umumnya berjalan
keluar berkisar 6—8 sehingga proses
dapat dioksidasi. Penerapan oksidasi
selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
lambat karena tidak seluruh karbohidrat pada bahan organik dianggap dapat
(4) Dari acidification pond, air limbah
menimbulkan efek samping yang
dialirkan ke primary anaerobic pond.
membahayakan terhadap pemakai air.
Tujuannya adalah untuk penguraian
•
Reaksi Biokimia
senyawa-senyawa kompleks menjadi
Reaksi biokimia terjadi bila perombakan
senyawa-senyawa sederhana. Proses
organik menjadi senyawa sederhana
ini ditandai dengan terbentuknya
dengan bantuan mikroba. Reaksi
gelembung-gelembung gas metana dan
perombakan ini terjadi dengan dua
CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi
cara, yaitu secara anaerobik dan secara
secara anaerob. Kandungan BOD air
aerobik.
limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah <5.000 ppm.
a. Mekanisme penanganan limbah cair
dari pabrik ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ialah sebagai berikut.
(1) Air limbah yang dihasilkan dari proses
(5) Dari primary anaerobic pond, sebagian air
ole hM aru li P ard am ean
2. Prosedur Operasional
limbah akan:
•
pond dengan tujuan untuk meningkatkan kecepatan pembiakan
produksi di Pabrik Minyak Kelapa Sawit mempunyai kisaran BOD 25,000 ppm. Pengolahan air limbah dimaksudkan
agar kandungan zat-zat yang merupakan
Dipompakan kembali ke acidification
bakteri anaerobic.
•
Dialirkan ke lahan tanaman untuk land
aplikasi.
(6) Dialirkan ke secondary anaerobic pond.
bahan pencemar dapat berkurang dan
Tujuan penampungan air limbah di
memenuhi baku mutu limbah cair yang
secondary anaerobic pond adalah untuk
dipersyaratkan.
penguraian senyawa-senyawa sederhana
(2) Air limbah dari recovery tank dipompakan
menjadi senyawa-senyawa terlarut. Pada
menuju cooling pond. Tujuan
proses ini gelembung-gelembung gas
penampungan limbah di cooling pond
metana dan CO2 sudah berkurang.
adalah untuk pendinginan air limbah agar mencapai suhu ± 40o C. (3) Dari cooling pond, air limbah dialirkan ke
(7) Air limbah dari secondary anaerobic dialirkan ke aerobic pond. Air limbah di aerobic pond dilakukan penambahan
acidification pond. Tujuan penampungan
oksigen dengan menggunakan aerator.
di acidification pond adalah untuk
Hal ini dimaksudkan agar kandungan
terjadinya proses pengasaman dan
BOD menurun hingga <100 ppm.
pembiakan bakteri anaerob. Setelah
(8) Dari aerobic pond air limbah dialirkan
melalui proses ini, pH air limbah yang
ke sedimentasi pond. Tujuannya adalah
untuk mengendapkan padatan yang
•
Suhu
terlarut dalam air limbah. Air limbah dari
Suhu limbah yang keluar pabrik umumnya 50o C—70o C tergantung
ke sungai.
pada kondisi pengolahan di fat pit atau
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
sedimentasi pond selanjutnya dialirkan
recovery tank. Mikroba menghendaki
b. Reaksi Perombakan Cairan Limbah
suhu cairan sesuai dengan jenis mikroba
(1) Reaksi anaerobik
yang dikembangkan. Sifat adaptasi
Proses perombakan anaerobik
bakteri terhadap suhu lingkungan
berlangsung tanpa adanya oksigen.
sebagai berikut.
Perombakan ini dibantu oleh bakteri
- Phsycrophill, yaitu bakteri yang dapat
anaerobik yang aktif menghasilkan
hidup dan aktif pada suhu
enzim dan merombak bahan organik.
10o C. Bakteri ini banyak ditemukan di
Jenis mikroba yang berperan dalam
daerah sub-tropis.
- Mesophill, yaitu bakteri yang dapat
bakteri yang membutuhkan lingkungan
hidup pada suhu 10o C— 50o C.
reaksi sebagai berikut.
ole hM aru li P ard am ean
reaksi perombakan bahan organik adalah
Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling banyak dijumpai
CnH2nOn + O
CO2 + H2O
terutama di daerah tropis.
- Thermophill, yaitu bakteri yang tahan
Kehidupan mikroba dalam cairan
memerlukan keadaan lingkungan yang cocok, antara lain pH, suhu, nutrisi, dan udara.
panas dan aktif pada suhu 50oC— 80oC. Bakteri ini banyak dijumpai pada tambang minyak yang berasal dari perut bumi.
•
Nutrisi
Limbah cair mengandung karbohidrat,
•
Keasaman limbah
Derajat keasaman pada mikroba,
protein, lemak, dan mineral yang
yaitu pada pH 5—9. Oleh sebab
dibutuhkan oleh mikroba. Karakteristik
itu, limbah yang bersifat asam (pH
limbah tersebut berbeda dengan
4—5) merupakan media yang tidak
karakteristik yang diinginkan oleh
cocok untuk pertumbuhan bakteri.
bakteri sehingga tidak dapat langsung
Untuk mengaktifkan bakteri, cairan
memakannya. Oleh sebab itu, agar reaksi
limbah tersebut dinetralisasi dengan
anaerobik berjalan dengan baik maka
penambahan alkali. Perubahan alkali
diberikan starter, yaitu makanan awal
harus dibatasi agar keasamannya tidak
bakteri sebagai dasar penyesuaian diri
melebihi pH 9, karena pada pH 5 dan pH
untuk berkembang. Komposisi limbah
9 dapat menyebabkan terganggunya
perlu diperbaiki dengan penambahan
enzim bakteri.
melalui lubang-lubang halus dan
diberikan dalam bentuk pupuk TSP dan
jatuh bebas. Saat air jatuh bebas akan
urea.
bersinggungan dengan udara.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
nutrisi, seperti unsur P dan N, yang
•
Udara
Reaksi perombakan anaerobik tidak
digunakan sebagai kendali mutu (quality
oksigen tersebut dapat menonaktifkan
control) antara lain sebagai berikut.
bakteri. Oksigen pada cairan limbah
- PH
dapat bersumber dari air hujan atau
intensitas dari asam dan basa (larutan
Perombakan bahan organik limbah yang
alkali).
berlangsung dengan baik menunjukkan
- Biological Oxygen Demand (BOD)
gelembung-gelembung gas yang keluar
(2) Reaksi aerobik
Reaksi aerobik atau fermentasi aerobik
menggunakan oksigen yang berasal dari
mikroorganisme untuk oksidasi biologikal dari bahan-bahan organik di dalam waktu dan suhu tertentu.
- Chemical Oxygen Demand (OCD)
Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk merombak bahan
Pemberian oksigen dilakukan dengan
organik dan anorganik. Umumnya,
Diffuse, yaitu menginjeksikan udara
dalam cairan dalam bentuk gelembung
•
dibutuhkan oleh populasi
udara yang dipompakan ke dalam cairan. beberapa cara berikut.
•
Adalah jumlah oksigen yang
ole hM aru li P ard am ean
tersebut berhenti.
•
Digunakan untuk menyatakan
kontak air limbah dengan udara.
hujan turun, gelembung-gelembung
•
Beberapa parameter air limbah yang
menghendaki kehadiran oksigen karena
dari permukaan kolam. Pada waktu
nilai COD dua kali atau lebih dari nilai BOD.
- Solids (total solids, suspended solids,
halus kemudian oksigen melarut dalam
dissolved solids, volatile suspended
cairan.
solids)
Aeration blowing, yaitu mengangkut air
* Total Solids
dengan kipas (propeller) sehingga air naik
Adalah bahan-bahan yang
dan membentuk lapisan tipis dan kontak
tertinggal di dish setelah penguapan
dengan udara.
dan pengeringan di oven pada
Sprinkle, yaitu alat yang memompa
temperatur 105o C.
cairan limbah melalui nozzle sehingga
* Suspended Solids
membentuk siraman halus dan kontak
Terdiri dari bahan organik dan
dengan udara.
inorganik yang tak terlarut di dalam
Aeration tower, yaitu menara tempat
air limbah yang dapat dihilangkan
pembentukan butiran air yang kecil
dengan kertas saringan.
- Total Organik Nitrogen dan
* Dissolved Solids
Ammoniacal Nitrogen
Terdiri dari bahan-bahan organik dan
Adalah nitrogen organik sebagai
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
anorganik yang dapat larut.
* Volatile Suspended Solids
protein yang secara keseluruhan
Adalah sebuah indikasi dari
diubah secara biologi ke dalam
konsentrasi bakteri yang ada di
nitrogen amonia dan akhirnya diubah
dalam proses pengolahan limbah
ke nitrogen atau nitrogen inorganik,
dan dapat ditentukan dengan
seperti nitrat.
pengeringan sebuah sampel limbah
(3) Pengendalian mutu air limbah
di dalam dapur (oven) pada
Cairan limbah PKS sebelum dibuang ke
suhu 55o C.
sungai terlebih dahulu ditampung dan
- Oli dan Grease
diolah di kolam limbah sampai cairan
Grease dihubungkan dengan
tersebut memenuhi syarat untuk dibuang.
berbagai bahan-bahan organik
Beberapa perlakuan pengendalian mutu
termasuk hidrokarbon, lemak-lemak,
air limbah, meliputi pendinginan, deoiling
minyak, lilin dan molekul-molekul
berat, serta asam lemak tinggi. Besar kecilnya parameter oil dan grease di
air limbah menunjukkan kesukaran atau ketidaksukaran di dalam
penanganan atau pengolahan.
- Total Volatile Acid (TVA)
Adalah ukuran daripada jumlah penguapan asam yang dapat
ole hM aru li P ard am ean
pond, pengasaman, netralisasi, kolam pembiakan bakteri, kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam aerasi, dan kolam sedimentasi.
(4) Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas (50o C—70o C) dan masih diperlakukan pendinginan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah yang
disaring dari sampel air limbah. TVA
diinginkan bakteri. Pendinginan dilakukan
ini sangat berguna sebagai control
dengan dua cara berikut.
test.
•
Menara pendingin, yaitu pendinginan air
- Total Alkalinitas (TA)
limbah dengan menggunakan menara
Digunakan untuk menunjukkan
yang kemudian dibantu dengan bak
kapasitas dari limbah menerima
pendingin. Alat ini mampu menurunkan
proton-proton dan TA yang
suhu limbah dari 60o C menjadi 40o C.
dihubungkan dengan jumlah
•
Kolam pendingin, yaitu pendinginan
kebutuhan asam untuk mencapai
limbah dengan kolam. Pendinginan ini
titik keseimbangan pH 4,5 di dalam
dikombinasikan dengan pengutipan
sistem.
minyak.
ke dalam kolam anaerobik untuk di
Berfungsi untuk mengutip minyak
proses. Proses perombakan limbah
hingga kadar minyak 0,4%. Deoiling
dapat berjalan lancar jika kontak antara
pond ini merupakan instalasi tambahan
limbah dengan bakteri yang berasal
membantu fat pit yang hanya mengutip
dari kolam pembiakan lebih baik. Untuk
minyak.
mengefektifkan proses perombakan
(6) Pengasaman
dalam kolam anaerobik maka perlu
Limbah yang segar mengandung
diperhatikan beberapa faktor, yaitu
senyawa organik yang mudah dihidrolis
sirkulasi, resirkulasi, kandungan minyak,
dan menghasilkan senyawa asam.
kedalaman, dan volume kolam.
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
(5) Deoiling pond
Agar senyawa ini tidak mengganggu
•
Sirkulasi
proses pengendalian limbah maka
Untuk mempertinggi frekuensi persinggungan antara bakteri dengan
ini, pH limbah umumnya berkisar 3—4.
substrat maka dilakukan sirkulasi
Kemudian, pH-nya naik setelah asam-
dalam kolam itu sendiri. Sirkulasi dalam
asam organik terurai kembali oleh proses
kolam anaerobik semakin efektif jika
hidrolis yang berlanjut.
inlet kapasitas pompa sirkulasi setara
(7) Netralisasi
ole hM aru li P ard am ean
dilakukan pengasaman. Dalam kolam
Limbah yang masih asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Oleh
sebab itu, perlu dinetralkan dengan
penambahan bahan kimia atau cairan
alkali. Bahan yang sering ditambahkan
dengan kapasitas outlet. Hisapan sirkulasi ditempatkan di dasar kolam limbah dan dicegah agar tidak bersinggungan dengan udara.
•
Resirkulasi
Resirkulasi adalah pemasukan hasil olah
ialah soda api, kapur thor, abu tandan
limbah dari kolam di hilir ke kolam di
kosong, dan cairan limbah yang sudah
hulu dengan tujuan untuk memperbaiki
netral. Penambahan alkali dilakukan atas
kondisi substrat dalam pH, nutrisi, dan
dasar pH air limbah. Netralisasi dapat
kelarutan.
dibantu dengan perlakuan sirkulasi, yaitu
•
Kandungan minyak
memakai sludge yang berasal dari kolam
Kandungan minyak yang masuk ke
fakultatif yang mempunyai pH netral.
dalam kolam akan mempengaruhi
(8) Kolam pembiakan bakteri
aktivitas bakteri. Minyak tersebut
Kolam pembiakan limbah dibuat
berperan sebagai isolasi antara substrat
untuk membiakkan bakteri pada awal
dengan bakteri. Minyak tersebut bila
pengoperasian pengendalian limbah.
bereaksi dengan alkali dapat membentuk
(9) Kolam anaerobik
sabun berbusa yang sering mengapung
di permukaan kolam dan bercampur
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan
dengan benda-benda lain yang disebut
(11) Kolam fakultatif
scum. Untuk mengaktifkan proses
Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi kolam
tebal di atas permukaan limbah perlu
aerobik. Di dalam kolam ini proses
dibuang. Hal itu karena scum yang tebal
perombakan anaerobik masih tetap
menyulitkan gas metana keluar ke udara
berjalan, yaitu menyelesaikan pekerjaan
terbuka dan menghambat pergerakan
yang belum diselesaikan pada kolam
limbah sehingga penyebaran bakteri
anaerobik. Pada bagian hulu kolam,
dan lumpur aktif yang dimasukkan tidak
masih menunjukkan adanya gelembung
merata.
udara yang keluar dari dalam air limbah,
•
Kedalaman dan volume kolam
sedangkan pada bagian hilir kolam
Kedalaman kolam anaerobik harus
hampir tidak ada.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
perombakan maka scum yang terlalu
dipertahankan dengan melakukan
(12) Kolam aerasi
pengorekan secara terjadwal. Kedalaman
aktivitas bakteri menurun. Begitu pula untuk volume kolam yang kecil akan
menurunkan retention time, yang berarti menghentikan perombakan bahan
organik pada tingkat BOD tertentu.
Untuk mengefisiensikan perombakan
substrat maka dibuat kolam anaerobik atas dua tahap, yaitu anaerobik primer dan sekunder. Tujuannya untuk
terlarut dalam air, dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan cara difusi atau persentuhan air dengan udara.
(13) Kolam sedimentasi
Kedalaman kolam ini yang dangkal sekitar 2,5 m menjadikan adanya kontak udara yang memungkinkan terjadinya
membuat aliran dalam kolam teratur dan
difusi udara ke dalam air. Kolam ini
retention time. Setiap partikel mempunyai
adalah kolam yang terakhir. Pada kolam
kesempatan yang sama dan waktu
ini, air limbah telah dapat dialirkan ke
tunggu yang sama.
sungai
(10) Jenis bakteri yang dikembangkan
dapat meningkatkan jumlah oksigen
ole hM aru li P ard am ean
yang berkurang akan menyebabkan
Pada kolam aerasi ditempatkan alat yang
(14) Beberapa kendala yang sering timbul di
Bahan organik yang terkandung dalam
dalam pengolahan limbah di antaranya
limbah didominasi oleh karbohidrat,
disebabkan oleh sebagai berikut.
selulosa, protein, lignin, dan minyak. Oleh
- Kelebihan umpan.
karena itu, dicari bakteri yang mampu
- Kapasitas berkurang karena solid
merombak bahan organik tersebut dan satu dengan yang lain tidak antagonis.
menumpuk/mengendap. - Kadar minyak tinggi.
pada kandungan senyawa-senyawa
- Pencampuran/sirkulasi tidak baik
organik yang dibutuhkan untuk
Me ng e Pab lola Keb rik Kel un apa dan Saw it
- Pengawasan yang tidak baik.
pertumbuhan kelapa sawit.
karena pompa rusak.
(15) Parameter baku mutu limbah cair untuk
Masalah yang sering menghambat
industri minyak kelapa sawit sesuai
penyerapan tanah pada kolam land
Kepmen LH No. Kep-51/MenLH/10/1995,
aplikasi adalah pendangkalan. Oleh
yaitu.
sebab itu, perlu dilakukan pengorekan
- pH: 6—9
kembali kolam tersebut dua tahun sekali
- BOD: 100 mg/liter
untuk memperbesar kontak penyerapan
- COD: 350 mg/liter
air limbah.
- Padatan Tersuspensi Total (TSS):
3. Pengendalian Proses
250 mg/liter
a. Secara rutin melakukan pengukuran,
- Minyak dan lemak: 25 mg/liter
pencatatan, dan pengambilan sampel air
liter
(16) Kolam land aplikasi
Land Application (LA) merupakan
sistem pemanfaatan air limbah untuk mengairi kebun kelapa sawit dengan
membuat kolam-kolam kecil (flat-bed)
ole hM aru li P ard am ean
- NH3 – N amoniak nitrogen: 50 mg/
limbah untuk dianalisis agar kondisi air limbah dapat terus diketahui.
b. Jika saluran air limbah terbuat dari pipa, lakukan pemeriksaan secara rutin untuk mencegah adanya kecocoran maupun tumpat.
dan dangkal dengan jarak antar kolam
+ 50 cm. Kolam-kolam ini dibuat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat
c.
Pengiriman air limbah ke lahan atau land
menampung beban limbah sebanyak
aplikasi tidak diperbolehkan pada musim
50% dari total kapasitas olah terpasang
hujan atau pada daerah yang sering
pabrik. Misalnya, jika kapasitas olah
banjir.
pabrik 60 ton perjam TBS maka beban limbah yang masuk sekaligus yang
d. Bila nilai BOD dan COD masih di atas
dikirim ke lahan LA ialah sebesar 30 ton
standar, jangan lakukan pembuangan
limbah cair perjamnya.
air limbah ke sungai sampai nilainya
•
Baku mutu land aplikasi
mencapai standar yang diijinkan.
Air limbah yang dialirkan ke lahan dengan sistem land aplikasi merupakan
e. Bila terjadi pendangkalan terhadap
air limbah eks-kolam anaerobik primer
volume kolam limbah, segera dilakukan
yang memiliki pH 9 dan memiliki BOD
pengerukan isi kolam limbah.
5000 ppm. Baku mutu ini didasarkan
Hasil akhir dari pengolahan air limbah
SOP membantu manajemen PKS dalam
pabrik dapat dimanfaatkan untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan,
mengairi lahan kebun kelapa sawit
menjaga kualitas kerja (konsistensi kerja),
dengan membuat kolam-kolam flat-bed
dan mencapai kinerja yang lebih baik
sehingga dapat menekan pemakaian
serta berjalan seiring dengan anggaran.
Me ng e l Pab ola Keb rik Kel un apa dan Saw it
f.
pupuk dan pembuangan limbah ke badan sungai.
ole hM aru li P ard am ean
***