TAKE HOME Diajukan guna untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah ilmu jiwa agama Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdullah Hadziq, MA
Disusun oleh : Jauharatul Arafah 31501502226
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2018
SOAL TES ILMU JIWA AGAMA SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2017/2018 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abdullah Hadziq , MA.
PERHATIAN: -
Soal dan jawabannya bersifat take home Jawaban dibuat sendiri tidak dalam bentuk copy-paste milik pihak lain Jawaban tiap soal DIWAJIBKAN menggunakan catatan kaki dengan disertai daftar pustaka sesuai tata aturan penulisan karya ilmiah Jawaban diserahkan kepada dosen pengampu/petugas saat ujian berlangsung sesuai jadual ujian matakuliah yang ditetapkan. Mahasiswa yang benar-benar menyerahkan jawaban ujiannya wajib menandatangani daftar hadir yang telah disediakan.
SOAL: 1. Apa yang anda ketahui tentang tipe kepribadian ekonomis? Bagaimana hubungan tipe kepribadian tersebut dengan sikap keagamaan seseorang? Jelaskan jawaban anda dengan disertai argumentasi rasional ! 2. Jelaskan unsur-unsur kebudayaan, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap jiwa keagamaan seseorang ? Penjelasan harap disertai argumentasi rasional ! 3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap sikap keagamaan yang menyimpang? Jelaskan jawaban anda lengkap dengan alasan-alasan psikologisnya ! 4. Sebagian sifat keagamaan anak adalah unreflective, egosentris dan imitatif. Jelaskan sifat-sifat tersebut secara rasional lengkap dengan contoh-contohnya ! 5. Apakah dalam diri Fir’aun terdapat potensi psikologis yang mampu mendorongnya untuk beragama? Jelaskan nalar ilmiahnya atas dasar pola pikir psikologi agama !
6. Sikap keberagamaan seseorang ada yang cenderung sehat dan ada juga yang cenderung tidak lazim (tidak sehat). Jelaskan perbedaan sikap keberagamaan yang sehat dan tidak sehat lengkap dengan uraian rasionalnya ! 7. Apa yang dimaksud dengan motivasi agama yang berbasis keinginan untuk hulul? Jelaskan uraian ilmiahnya lengkap dengan contoh tokoh sufi yang pernah mengalami pengalaman keagamaan tersebut ! 8. Kebutuhan-kebutuhan dasar apa saja yang mendorong manusia memerlukan agama ? Jelaskan uraiannya dengan disertai argumentasi rasional ! 9. Apa yang dimaksud dengan gangguan perkembangan jiwa keagamaan? Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan jiwa keagamaan? Jelaskan selengkap mungkin dengan disertai berbagai alasan akademik yang rasional ! 10. Hubungan antara pendidikan dan agama sangat signifikan. Jelaskan peran penting pendidikan dalam menanamkan rasa keagamaan anak, dari sisi peran pendidikan keluarga dan pendidikan kelembagaan ! 11. Kapan seseorang dapat mengalami konversi agama? Faktor apa saja yang menyebabkan konversi agama? Jelaskan jawaban anda lengkap dengan nalar psikologisnya !
SELAMAT BELAJAR SEMOGA SUKSES, PENUH BAROKAH, PENUH MANFAAT, PENUH RAHMAT, PENUH MASLAHAH DAN MEMPEROLEH ILMU MANFAAT FIDDUNYA WAL AKHIRAH AMIN YA ROBBAL ALAMIN
JAWABAN 1. Kepribadian atau psyche merupakan suatu metode berfikir manusia terhadap realita. Kepribadian juga merupakan kecenderungan-kecenderungan manusia terhadap realita. Dan dengan arti yang lain, kepribadian manusia adalah pola pikir dan pola jiwanya.1 Hubungan Kepribadian dengan sikap keagamaan seseorang antara lain :2 a. Sigmund Freud merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem itu dinamainnya id, ego dan super ego. Dalam diri seseorang yang memiliki jiwa yang sehat ketiga sistem itu bekerja dalam suatu susunan yang harmanis. Segala bentuk tujuan dan segala gerakgeriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok. b.
Menurut Eysenck, kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarki berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi.
2. Unsur – unsur Kebudayaan menurut C. Kluckhohn dapat meliputi sebagai berikut :3 a. Bahasa Merupakan suatu sarana agar manusia dapat memenuhi kebutuhan berinteraksi atau berkomunikasi antara satu masyarakat ke masyarakat yang lain. Dengan adanya bahasa kita dapat mengetahui kemampuan manusia dalam membentuk suatu budaya. b. Sistem Pengetahuan Merupakan suatu sistem peralatan hidup dan teknologi. Karena pada dasarnya sistem pengetahuan ini bersifat Abstrak dan dapat berwujud didalam worldview seseorang. c. Organisasi Sosial / Kekerabatan Merupakan suatu usaha untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok Sosial. Kekerabatan juga berkaitan dengan perkawinan dalam suatu masyarakat. Karena dari sebuah perkawinan inilah dasar atau awal dibentuknya komunitas atau organisasi sosial. 1
Yadi Purwanto. Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami). (Bandung: Refika Aditama, 2007). 253-254. 2
http://wulanpikachu23.blogspot.com/2015/11/hubungan-kepribadian-dengan-sikap.html diakses
pada Tanggal 5 Juni 2018 3
Abraham Nurcahyo Yudi Hartanto, Pengantar Antropologi Bahan Ajar untuk Perguruan
Tinggi(Magetan:Lembaga Edukasi Swastika, 2008 ), hlm. 53
d. Sistem Peralatan hidup dan Teknologi Dari adanya sistem peralatan hidup dan teknologi manusia dapat mempertahankan hidupnya. e. Sistem mata pencaharian Dari sistem perekonomian, masyarakat dapat mempertahankan hidupnya. Masyarakat dahulu memenuhi hidupnya dengan cara : berburu, bercocok tanam, berternak, menangkap ikan, dll. f. Sistem Religi Menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural.4 g. Kesenian Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan.
Pengaruh Kebudayaan terhadap jiwa Keagamaan Seseorang, antara lain : a. Tradisi Keagamaan dan Kebudayaan Hubungan antara tradisi keagamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik atau interaksi antara keagamaan dengan kebudayaan. jika semakin kuat tradisi keagamaan tersebut Maka akan makin terlihat peran keagamaan akan semakin dominan pengaruhnya dalam kebudayaan. Jika hal tersebut sebaliknya, Maka makin secular suatu masyarakat maka pengaruh tradisi dalam kehidupan masyarakat akan kian memudar.5 b. Tradisi Keagamaan dan Sikap Keagamaan. Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan saling mempengaruhi. Dari sikap keagamaan akan terbentuk sebuah tradisi keagamaan. Sedangkan didalam masyarakat 4
http://mbahkarno.blogspot.com/2013/09/unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html diakses pada
tanggal 1 juni 2018 5
https://alfiarahmistai27.blogspot.com/2014/12/pengaruh-kebudayaan-terhadap-jiwa.html diakses
pada tanggal 1 juni 2018
tradisi keagamaan dapat memberikan nilai – nilai, norma – norma,dan pola tingkah laku keagamaan seseorang yang terjadi didalam Masyarakat. Sementara sikap keagamaan merupakan bagian dari jati diri seseorang yang berkaitan dengan agama yang dianutnya. Sikap keagamaan juga sangat mempengaruhi bagaimana cara berfikir seseorang, cita rasa, maupun penilaian seseorang terhadap sesuatu yang sangat berkaitan dengan agama.6 c. Kebudayaan dalam era global, dan pengaruhnya terhadap jiwa keagamaan seseorang. Adanya era globalisasi ditandai dengan adanya sebuah kemajuan yang menjadi sebuah proses kehidupan manusia terutama dalam bidang IPTEK. Dengan begitu berkaitan dengan jiwa keagamaan seseorang akan berdampak pada globalisasi yang dapat dilihat melalui perubahan sikap seseorang. Hal tersebut berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Osgood dan Tannenbaum yaitu perubahan sikap akan terjadi apabila ada persamaan persepsi pada diri seseorang ataupun pada Masyarakat.7 Dengan demikian, apabila pengaruh globalisasi dengan segala muatannya akan dinilai baik mereka yang menerimanya. Secara fenomena yang terjadi, budaya dalam era globalisasi akan mengarah dalam nilai – nilai sekuler yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan seseorang. 3. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang.8 a. Faktor ekstern a) Faktor keluarga Keluarga merupakan awal dimana kita belajar. Apabila didalam suatu keluarga terjadinya broken home ataupun terjadi suatu masalah akan sangat mempengaruhi jiwa keagamaan seorang anak. Anak akan merasa depresi dan akan mencari ketenangan melalui berbagai macam cara. Karena secara psikologis jiwa anak akan merasa sangat terganggu. b) Faktor Lingkungan Faktor kedua yang sangat berpengaruh yaitu faktor lingkungan. Ketika seseorang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat, maka ia akan merasa dirinya hidup
6
7 8
2018
Jaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta : Rajawali Pers, 2005 ) hal. 201-203 Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hlm., 224 http://reflyaf.blogspot.com/2015/05/problema-dan-jiwa-keagamaan.html diakses tanggal 2 juni
sebatangkara. Dan apabila ia tinggal disebuah lingkungan yang keagamaan nya kurang, maka akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaannya. c) Perubahan Status terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya penyimpangan agama. Misalnya, perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan perubahan pekerjaan, dsb. d) Kemiskinan masyarakat yang awam dan miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik dengan cara instant. b. Faktor Intern 1.) Kepribadian secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa seseorang. 2.) Pembawaan ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi penyimpangan agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi ini juga mempengaruhi terjadinya penyimpangan agama. 4. Sifat keagamaan yang terjadi pada anak.9 a. Unreflective ( kurang Mendalam / tanpa Kritik ). Kebenaran ajaran agama diterima anak tanpa kritik, tidak begitu mendalam dan sekedarnya saja. Mereka sudah cukup puas dengan keterangan-keterangan walau tidak masuk akal. Misalnya : Ketika Anak bertanya tentang Tuhan. Anak-anak mengenal Tuhan, melalui bahasa. Dari kata-kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang padapermulaannya diterimanya secara acuh tak acuh saja. Akan tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kekaguman takut terhadap Tuhan, maka mulailah ia merasa sedikit gelisah dan ragu tentang sesuatu yang gaib yang tak dapat dilihatnya itu.10 b. Egosenris.
9
Drs H. Ahmad Fauzi. Psikologi Umum. (Bandung : Pustaka setia, 2004 ) Dr. Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta : Bulan-Bintang, Cet ke-4, 1976), hlm. 48.
10
Hal ini ditunjukkan dengan melaksanakan ajaran agama anak lebih menonjolkan kepentingan dirinya. Anak lebih menuntut konsep keagamaan yang mereka pandang dari kesenangan pribadinya. Misalnya: anak berdo’a/sholat yang dilakukan utuk mencapai keinginan-keinginan pribadi. 11 c. Imitatif. Hal ini ditunjukkan dengan Anak suka meniru tindakan keagamaan yang dilakukan oleh orang-orang dilingkungannya (ortu).12 Misalnya, Ketika Orang tuanya sedang Ibadah sholat (Menghadap Tuhannya) Anak-anak mengikuti gerakkan dan ucapan yang dilakukan orang tuanya meski belum mengerti esensi dari apa yang dilakukan orang tuanya. 5. Diri Fir’aun 6. Perbedaan Sikap Keberagamaan seseorang yang cenderung sehat dan tidak sehat antara lain : A. Sikap Keberagamaan yang cenderung sehat :13 1. Disebabkan oleh lingkungan yang sehat. Rasionalisasinya, Pada dasarnya manusia di ciptakan oleh Allah dalam keadaan fitrah, Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS Ar Rum [30]:30). Hal itulah yang menunjukkan bahwa sikap yang baik dari lingkungan akan menciptakan kepribadian sikap yang baik bagi psikologi keagamaan. 2. Dikarenakan oleh pola kehidupan yang baik dan positif sehingga menjadikakan sikap yang baik dan positif. 11
http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/12/perkembangan-jiwa-keagamaan-pada-masaanak - anak diakses pada tanggal 3 juni 2018 12 ibid. 13 http://zakat-hanung.blogspot.com/2013/06/jawaban-tugas-ilmu-jiwa-agama_23.html diakses pada tanggal 3 juni 2018
Rasionalisasinya, Orang yang sholat dengan mengetahui esensi sholat tersebut akan mewujudkan pribadi yang mempunyai sikap dan pola kehidupan yang baik. Karena pada dasarnya sholat mulai dari takbiratul ikhram sampai salam itu gambaran kehidupan yang penuh dengan kebaikan, baik dalam berinteraksi kepada Tuhan maupun interaksi sosial (sesama manusia), satu dari sekian banyak nilai kebaikkan dari sholat adalah salam, yaitu menebarkan kedamaian, mendoakan keselamatan, dan wujud nyata toleransi saling sapa. B. Sikap keberagamaan yang tidak lazim (tidak sehat) :14 1. Disebabkan lingkungan yang tidak sehat Rasionalisasinya, seperti ungkapan “anak macan tak akan melahirkan kucing” atau “buah jatuh tidak akan jauh pada pohonnya”, Artinya bahwa manusia baik akan mendidik anaknya dengan baik agar menjadi manusia yang baik begitu sebaliknya, meski tidak semuanya bisa dipastikan seperti itu tetapi lingkungan yang tidak baik akan menjadikan pola tingkah yang negatif, contohnya: anak hasil perzinaan yang lahir di tempat portitusi itu cenderung nakal dan tidak bermoral apalagi jika diasuh dalam lingkungan masyarakat yang tak perduli dengan moralitas jauh dari nilai-nilai agama. 2. Dikarenakan oleh pola kehidupan yang Negatif sehingga akan menjadikan tingkah yang negatif. Rasionalisasinya, Jika seorang itu ahli dalam maksiat, minum-minuman keras misalnya, tentunya perlu ditelusuri jalan ia mencari uang, bagaimana ia mendapatkan uang halal atau haram. Karena manusia hidup memerlukan asupan makanan, bagaimana ia mencari bahan makanan itu jika itu dihasilkan dari sesuatu yang tidak baik mencuri atau korupsi misalnya, tubuh pun yang diberi asupan dari bahan makanan yang tidak baik akan mewujudkan sikap dan tingkah laku yang negatif, lihat saja para koruptor. 7. Hulul 8. Kebutuhan dasar yang menjadikan manusia memerlukan agama :15 a. Faktor Kondisi Manusia. Kondisi manusia terdiri atas jasmani dan rohani untuk dapat menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur harus seimbang. Unsur jasmani sangat 14
http://zakat-hanung.blogspot.com/2013/06/jawaban-tugas-ilmu-jiwa-agama_23.html diakses pada Tanggal 3 juni 2018 15 Drs. M. Yatimin, M.A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Amzah, 2006), Hlm. 39 - 42
membutuhkan pemenuhan fisik yang bersifat jasmaniah. Unsur rohani sangat membutuhkan pemenuhan psikis ( mental ) yang bersifat Rohaniyah. b. Faktor Status Manusia. Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. c. Faktor Struktur Dasar manusia. Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud ada 3 strukur kepribadian : 1. Aspek Das es 2. Aspek Das ich 3. Aspek Das uber ich. d. Faktor Fitrah Manusia. Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan dijelaskan dalam ajaran islam bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Sebelumnya manusia belum mengenal kenyataan ini. Dan di masa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang memerlukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang berada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan itu memang amat sejalan dengan fitrah manusia itu.16 9. Gangguan perkembangan jiwa keagamaan, Menurut Imam ar-Razy menyatakan, al-amradhu er ruhaniyyah atau gangguan rohaniyah itu ialah segala hal yang tidak menuruti petunjuk agama, atau dalam arti lain imannya yang masih belum kuat. Senada dengan Sigmund Freud, ego seseorang akan merasa bangga kalau dia hidup atau bertabiat sebagai orang-orang yang baik (saleh), memikirkan dan melaksanakan yang baik-baik, dan merasa malu kepada diri sendiri jika dia dikalahkan oleh godaan-godaan (maksiat). Disinilah biasanya budaya buruk masyarakat yang terdapat dalam lingkungan memiliki peran yang negatif terhadap kepribadian seseorang. Artinya jiwa keagaamaan yang ada tidak serta merta selamanya stabil dalam diri seseorang, apalagi kebanyakan keimanan seseorang itu 16
Abudin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1998). Hlm.16
merupakan kondisi kejiwaan yang bisa bertambah dan berkurang, terutama bagi mereka yang masih tergolong tingkatan nafsu al-lawwamah.17 Faktor Faktor Penyebab Gangguan Perkembangan Jiwa Keagamaan, disebabkan 3 faktor yaitu : a. Faktor Somatogenik (Fisik biologis), b. Faktor Psikogenik (Psikologis), c. Faktor Sosiogenik (Sosial-Budaya) Keterangan : a. faktor somatogenik ini terdiri dari : 1. Nerokimia, misal :gangguan pada kromosom no 21 menyebabkan munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down Nerofisiologi, 2. Neroanatomi, 3. Tingkat kematangan dan perkembangan organik, 4. Faktor-faktor prenatal dan perinatal b. faktor psikogenik terdiri dari : 1. Interaksi ibu-anak 2. Interaksi ayah-anak : peranan ayah 3. sibling rivalry 4. hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat 5. kehilangan : Lossing of love object 6. konsep dini : pengertian identitas diri VS peranan yang tidak menentu 7. tingkat perkembangan emosi 8. pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya : Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif 9. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap perkembangannya 10. Traumatic Event 11. Distorsi Kognitif c. faktor sosiogenik yang terdiri dari : 1. Tingkat ekonomi, 2. Lingkungan tempat tinggal : perkotaan VS pedesaan, 17
http://krewengcool.blogspot.com/2011/05/gangguan-perkembangan-jiwa-keagamaan.html diakses pada tanggal 3 juni 2018
3. Masalah kelompok minoritas yg meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, 4. pengaruh rasial dan keagamaan, 5. Nilai-nilai.18 10. Hubungan Pendidikan dengan Agama. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu, anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya. Aturanaturan tersebut bersifat mengikat serta berfungsi sebagai pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga lingkungan sekitar. Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana. Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua agama, maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal tidak semua agama menyepakati adanya pluralisme. Hal ini sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas kinestetis. Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan hanya dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai moral yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam agama. Akhlak dan moral menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga tidak lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Science without religion is blind, and religion without science is lame”. (Albert Einstein) Adapun peran penting pendidikan dalam menanamkan keagamaan pada anak, antara lain : a. Dari sudut peran pendidikan keluarga.
18
http://shellysilviah.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-penyebab-gangguan-jiwa.html diakses pada tanggal 3 juni 2018
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan ayah diberikan anugerah oleh Tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul kasih sayang para orang tua terhadap anak mereka, sehingga secara moral keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi, serta membimbing keturunan mereka. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Perkembangan agama menurut W.H.Clark, berjalin dengan unsurunsur kejiwaan sehingga sulit diidentifikasi secara jelas, karena masalah menyangkut kejiwaan, manusia begitu rumit dan kompleksnya. Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sederhana tersebut, Agama terjalin dan terlibat didalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu berkembang. Dalam kaitannya pula itulah terlihat peran pendidikan keluarga, dalam menanamkan jiwa keagamaan pada anak. Maka, tak mengherankan jika Rosul menekankan tanggung jawab itu pada kedua orang tua. Dalam al-quran maupun hadist telah dijelaskan bahwa: 1. Dalam surat At Tahrim ayat 6 dikemukakan “hai orang-orang yang beriman, peliharalah dan keluargamu dari api neraka 2. Nabi SAW bersabda “setiap anak yang dilahirkan berada dalam keadaan fitrah maka kedua orang tuanya lah yang meyahudikan, menasranikan atau memajusikannya.19 b. Dari sudut pearan pendidikan kelembagaan. Di masyarakat primitif lembaga pendidikan secara khusus tidak ada. Anakanak umumnya dididik dilingkungan keluarga dan masyarakat lingkungannya. Pendidik secara kelembagaan memang belum diperlukan, karena fariasi profesi dalam kehidupan belum ada. Jika anak dilahirkan dilingkungan keluarga tani, Maka dapat dipastikan ia akan menjadi petani seperti orang tua dan masyarakat lingkungannya. Demikian pula anak seorang nelayan, Ataupun anak seorang pemburu. Sebaliknya, dimasyarakat yang telah memiliki peradaban modern, tradisi seperti itu tak mungkin dipertahankan. Untuk menyelaraskan diri dengan
19
Dr. Baharuddin. Paradigma Psikologi Islam. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar.2004). hlm. 239.
perkembangan kehidupan masyarakatnya, Seseorang memerlukan pendidikan. Sejalan dengan kepentingan itu, Maka dibentuk lembaga khusus yang menyelenggarakn tugas-tugas kependidikan dimaksud. Dengan demikian, Secara kelembagaan maka sekolah-sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang artifisialis (sengaja dibuat). Sejalan dengan fungsi dan peranannya, maka sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka diserhakan kesekolahsekolah. Sejalan dengan kepentingan dan massa depan anak-anak, terkadang para orang tua sangat efektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anakanak mereka. Mungkin saja para orang tua yang berasal dari keluarga taat beragama akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah agama. Sebaliknya, para oarang tua lain lebih mengarahkan anak mereka kesekolah umum. Atau sebaliknya orang tua yang sulit mengendalikan anaknya bisa juga memasukkan anaknya ke sekolah Agama dengan tujuan pembentukan kepribadian yang lebih baik. Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar menerima pendidikan agama yang diberikannya.
11. Seseorang dapat mengalami Konversi Agama ketika seseorang mengalami perubahan emosi yang secara tiba – tiba mendapatkn hidayah dari Allah SWT secara mendadak dan perubahan itu berlangsung secara perlahan ( berangsur – angsur ).20 Faktor yang menyebabkan Konversi Agama a. Para ahli agama menyatakan bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. b. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. c. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
20
http://zakat-hanung.blogspot.com/2013/06/jawaban-tugas-ilmu-jiwa-agama_23.html diakses pada tanggal 3 juni 2018
Adapun faktor intern yang mempengaruhi konversi agama yaitu : kepribadian dan kecenderungan urutan kelahiran anak. Faktor ekstern yang mempengaruhi konversi agama yaitu : keluarga, lingkungan, perubahan status, dan kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography Baharuddin. (2004). Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (1976). Ilmu Jiwa Agama. (Jakarta : Bulan-Bintang, Cet ke-4, 1976). Jakarta: Bulan - Bintang. Fauzi, A. (2004). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Jalaluddin. (1996). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Jaluddin. (2005). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers. Nata, A. (1998). Metodologi Studi Islam. Jakarta: CV. Rajawali Press. Purwanto, Y. (2007). Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islami). Bandung: Refika Aditama. Yatimin, M. (Jakarta). Studi Islam Kontemporer. Amzah: 2006. Yudi Hartanto, A. N. (2008). Pengantar Antropologi Bahan Ajar untuk Perguruan Tinggi. Magetan: Lembaga Edukasi Swastika.