SKRIPSI HUBUNGAN PERUBAHAN FUNGSI TUBUH DENGAN KUALITAS PENGAJARAN DOSEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Oleh : Muhammad Zaki NIM : 20141660040
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2018
1
2 ABSTRAK HUBUNGAN PERUBAHAN FUNGSI TUBUH DENGAN KUALITAS PENGAJARAN DOSEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUARABAYA Oleh : Muhammad Zaki NIM : 20141660040 Pendahuluan: Didalam proses belajar mengajar dosen lanisa, menurut Permenristekdikti tahun 2015 memiliki masa pensiun usia 65 tahun dan hanya berlaku pada dosen yang memiliki NIDN, namun dari hasil wawancara yang sudah peneliti lakukan terhadap 10 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surabaya dari berbagai prodi, semuanya mempunyai jawaban yang sama bahwasannya mereka kurang puas dan merasa bosan terhadap pengajaran yang telah diberikan baik dari segi keaktifan, penguasaan lingkungan kelas, dan peralatan yang digunakan. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analisa korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester 6 reguler dengan populasi 426 mahasiswa, dengan Cluster Random Sampling didapatkan sampel sebanyak 202 responden. Perubahan fungsi tubuh diukur menggunakan Indeks Katz yang diperbaharui peneliti dengan skala yang terdiri dari 7 pernyataan yang valid dengan koefisien realyabelitas 0,804, sedangkan kualitas pengajaran diukur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pernyataan valid dengan koefisien reliabelitas 0,755. Analisis: Analisis data statistik korelasi Rank Spearman α=0,05%. Hasil dan Diskusi: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen dengan nilai p-value 0,039 dan Rh0= 0,146 hal tersebut menunjukkan perubahan fungsi tubuh yang terjadi pada dosen berpengaruh terhadap kualiats pengajaran dosen. Sehingga Perlu kiranya dalam subuah instansi memperhatikan dalam memilih dosen yang berkualitas sebagaiamana kompetensi dan profesinya. Keyword
: Perubahan Fungsi Tubuh, Kualitas Pengajaran, Dosen
3 ABSTRACT RELATIONSHIP OF CHANGES IN BODY FUNCTIONS WITH LESSON TEACHING QUALITY AT MUHAMMADIYAH SUARABAYA UNIVERSITY By: Muhammad Zaki NIM: 20141660040 Introduction: In the teaching and learning process of lanisa, according to Permenristekdikti in 2015 has a wage period of 65 years and only applies when those who have NIDN, but from the results of interviews that researchers have conducted on 10 students at Muhammadiyah University of Surabaya from various study programs, all have answers The same is true that they are less satisfied and feel bored with the adhesive that has been given, both from a number of activities, mastery of the classroom environment, and the National Examination Equipment. Objective: The purpose of this study is to process tasks with quality undergraduate degrees at Muhammadiyah University of Surabaya. Method: This study uses an analysis design using Cross Sectional. The study was conducted on regular 6th semester students with a population of 426 students, with Cluster Random Sampling obtained a sample of 202 respondents. Changes in body function using an index that uses a realistic formula of 0.804, while quality uses a questionnaire consisting of 10 valid statements with a reliability coefficient of 0.755. Analysis: Statistical data analysis Spearman Rank α = 0.05%. Results and Discussion: The results showed there was a relationship with quality with values with p-value 0.039 and Rh0 = 0.146 things that were needed by existing staff at the same time towards the superior quality. It is necessary in the sub-institutions that need to choose the quality as their competence and profession.
Keywords: Changes in Body Function, Quality of Teaching, Lecturers
4 SURAT PERNYATAAN PELAGIASI
Saya bersumpah bahwa skripsi inia dalah hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi.
Surabaya, 27 Juli 2018 Yang Menyatakan,
Muhammad Zaki NIM: 20141660040
5 PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi pada tanggal 11 Juni 2018 oleh mahasiswa atas nama Muhammad Zaki, NIM. 20141660040. Program
Studi
S1
Keperawatan
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Surabaya. TIM PENGUJI Ketua
: Dede Nasrullah, S.Kep.Ns.M.Kep
(________________)
Anggota 1 : Dr. Nur Mukarromah, S.KM.,M.Kes
(________________)
Anggota 2 : Aries Chandra A, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Sp.An
(________________)
Mengesahkan, Dekan FIK UMSurabaya
Dr. Mundzakir, S.Kep. Ns.,M.Kep
6 LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya,sehingga dapat diajukan dalam ujian siding skripsi pada program studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Surabaya, 7 Juni 2018 Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Nur Mukarromah. S.KM.,M.Kes
Aries Chandra A, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Sp.An
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Reliani, S.kep.Ns.,M.Kep
7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam perkuliahan peneliti. Dalam proses penyusunan ini tentunya tidak luput dari bantuan semua pihak yang telah bersedia membimbing dan membantu dengan tulus dan ikhlas. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara perubahan fungsi tubuh dosen yang telah dikategorikan lanjut usia dengan kualitas Pengajaran dosen itu sendiri. Sehingga pada kesempatan ini akan dipaparkan penelitian yang berjudul “Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen Di Universitas Muhammadiyah Surabaya”. Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki kesalahan tersebut sehingga layak untuk diteruskan ke tahap selanjutnya. Demikian pengantar sederhana ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta menambah pengetahuan pada bidang kesehatan. Surabaya, 7 Juni 2018
Penulis
8 DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan ..................................................................................................... i Halaman Sampul Dalam ................................................................................................... ii Halaman Pernyataan Peneliti ........................................................................................... iii Halaman Persetujuan ....................................................................................................... iv Lembar Pengesahan .......................................................................................................... v Lembar Ucapan Terima Kasih ......................................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................................. vi Abstrak ............................................................................................................................ vii Daftar Isi......................................................................................................................... viii Daftar Tabel ..................................................................................................................... ix Daftar Lampiran ................................................................................................................ x Daftar Gambar .................................................................................................................. xi BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4
1.3.1
Tujuan Umum ............................................................................ 5
1.3.2
Tujuan Khusus ........................................................................... 5
Manfaat Penelitian .................................................................................... 6 1.4.1
Manfaat Teoritis ........................................................................ 6
1.4.2
Manfaat Praktis ......................................................................... 6
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7 2.1
Konsep Lansia ......................................................................................... 7 2.1.1
Pengertian Lansia ...................................................................... 7
2..1.2
Batasan-Batasan Lansia ............................................................ 8
2.1.3
Proses Menua (Aging Proses) ................................................... 9
9 2.1.4
Teori-Teori Proses Menua....................................................... 10
2.2
Perubahan Fisik (Fisiologis) Pada Lansia ............................................. 13
2.3
Gangguan Gerak Fungsional Pada Lansia ............................................ 18
2.4
2.3.1
Fungsi Motorik ....................................................................... 18
2.3.2
Fungsi Sensorik ...................................................................... 19
2.3.3
Fungsi Sensomotorik.............................................................. 20
2.3.4
Gangguan Inter Personal Dan Sosial...................................... 21
2.3.5
Gangguan Fungsional ............................................................ 22
2.3.6
Lingkungan Aktifitas Fisik .................................................... 22
Kualitas Pengajaran ................................................................................ 23 2.4.1
Pengertian Kualitas Pengajaran............................................... 23
2.4.2
Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran ................ 25
2.5
Kerangka Konseptual ............................................................................ 36
2.6
Hipotesi Penelitian ................................................................................ 37
BAB 3 : METODELOGI PENELITIAN .................................................................... 38 3.1
Rancangan Penelitian ........................................................................... 38
3.2
Kerangka Kerja Penelitia ..................................................................... 39
3.3
Populasi, Sampel, Sampling................................................................. 40
3.4
3.3.1
Populasi ................................................................................. 40
3.3.2
Sampel ................................................................................... 40
3.3.3
Sampling ............................................................................... 43
Variabel Penelitian ............................................................................... 44 3.4.1
Variabel Independen ............................................................. 44
3.4.2
Variabel Dependen ................................................................ 44
3.5
Definisi Operasional............................................................................. 45
3.6
Pengumpulan Data Dan Anlisa Data ................................................... 46 3.6.1
Pengumpulan Data ................................................................ 46
10
3.7
3.8
3.6.2
Pengelolaan Data ................................................................... 47
3.6.3
Analisa Data .......................................................................... 49
Etika Penelitian .................................................................................... 51 3.7.1
Informed Concent................................................................. 51
3.7.2
Anonimity ............................................................................ 51
3.7.3
Confidentiality ..................................................................... 51
3.7.4
Benefience dan Non Malfience ............................................ 51
3.7.5
Justice ................................................................................... 51
Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 51
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ............................................... 52 4.1
Hasil Penelitian .................................................................................... 52
4.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penlitian ....................................................... 52
4.1.2
Karakteristik Demografi Responden .................................................... 53
4.1.3
Data Khusus .......................................................................................... 55
4.2
Pembahasan ........................................................................................... 58
4.2.1
Identifikasi Perubahan Fungsi Tubuh ................................................... 58
4.2.2
Identifikasi Kualitas Pengajaran Dosen ................................................ 59
4.2.3
Analisi Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen ...................................................................... 61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 65 5.1
Kesimpulan ............................................................................................ 65
5.2
Saran ....................................................................................................... 65
11 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................................. 33 Gambar 3.2 Kerangka Kerja ........................................................................................... 36 Gambar 3.3 Definisi Oprasional .................................................................................... 42
12 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Izin Pengambilan Data Awal………………… ............ Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden………………………… .............. Lampiran 3 Lembar Informed Consent…………………………………………… ........... Lampiran 4 Lembar Permohonan Izin Penelitian ................................. …………………. Lampiran 5 Lembar Tembusan Surat Izin Penelitian ... ………………………………….. Lampiran 6 Lembar Instrumen penelitian ........................................................................... Lampiran 7 Lembar Validasi Kuesioner ............................................................................. Lampiran 8 Tabulasi Data ................................................................................................... Lampiran 9 Output SPSS ....................................................................................................
13 DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Oprasional ........................................................................................ 45 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ....................................................... 53 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jurusan .................................................. 54 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 55 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status ..................................................... 55 Tabel 4.5 Karakteristik Penilaian Responden berdasarkan Perubahan Fungsi Tubuh ............................................................................................................................. 56 Tabel 4.6 Karakteristik Penilaian Responden Berdasarkan Kualitas Pengajaran ......... 56 Tabel 4.7 Karakteristik Penilaian Responden Berdasarkan Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualiats Pengajaran Dosen ...................................... 57
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Menurut Budiman (2014), didalam pedidikan dan pembelajaran ada beberapa tingkatan yang harus dimiliki yaitu, materi pembelajaran, metode yang digunakan, kemudian yang paling penting daripada materi dan metode yaitu guru yang menyampaikan. Dalam hal ini timbul suatu permasalahan dari ddosen itu sendiri yang dimana banyak dosen lansia dalam proses pengajarannya kurang memuaskan bagi peserta didik atau mahasiswa, hal itu dapat dilihat dari fungsinya sebagai dosen yang cenderung duduk dalam mengajar karena diakibatkan oleh keterbatasannya dalam bergerak sehingga berpengaruh pada kondisi ketika perkuliahan yang dimana banyak mahasiswa yang merasa bosan untuk menerima materi yang disampaikan sehingga mereka lebih memilih untuk tidak memperhatikan dosen tersebut ataupun memilih untuk tidur. Kualitas
pengajaran
sendiri
memepunyai
arti
yaitu
suatu
tingkat
pengorganisasian yang memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dari perspektif mahasiswa, proses ini mengandung arti interaksi antara seluruh potensi individu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan prilaku, sedangkan dari sudut pandang dosen proses pembelajaran berarti penataan lingkungan belajar yang memberi kemungkinan paling baik bagi terjadinya proses belajar individu (FIP-UPI, 2012). Didalam proses pembelajaran, peserta dihadapkan dengan suasana belajar yang menjamin tercapainya mutu, aspek tersebut didukung oleh seberapa besar
15 pengaruh dosen dalam menciptakan suatu pembelajaran yang baik dan efektif dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaranpun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu dan gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik dan berdampak pada proses belajar mengajar (Bahri & Zain : 2010) Perubahan-perubahan itu sendiri salah satunya terjadi karena adanya proses penuaan. Menurut Putri (2013), Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskular dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Di Sri Lanka pemerintah menetapkan usia pensiun wajib dosen 60 tahun, tapi alternatif guru dapat pensiun antara 55-60 tahun berdasarkan kebijakan mereka sendiri Akibatnya, sekolah pemerintah tidak mengizinkan untuk mempekerjakan kembali Elderly Teacher (ET) setelah masa pensiun. Meski begitu, ada kecenderungan menggunakan ETs diantara sekolah-sekolah sektor swasta di Sri
16 Lanka. Peneliti melakukan survei pada tahun 2015 diantaranya 64 sekolah swasta di Sri Lanka sebagai bagian dari penelitian ini untuk menegaskan apakah sekolah tersebut menggunakan ET. Hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa 54 dari 64 (84 persen) sekolah swasta menggunakan ET pada tahun 2015 (Madhuati, 2016) Negara-negara yang menghadapi kekurangan guru telah mengadopsi beberapa alternatif seperti mempekerjakan guru pensiunan, guru yang tidak terlatih / tidak bersertifikat, guru kontrak, sukarelawan dan guru masyarakat. Merekrut guru tanpa kualifikasi guru penuh dapat menjawab masalah kekurangan guru, namun mengurangi persyaratan kualifikasi untuk memasuki profesi selanjutnya sehingga melemahkan kualitas dan profesionalisme guru, karena hal itu dapat dilihat sebagai memberi kepercayaan pada keyakinan bahwa "siapapun dapat mengajar" (Bayer et al.2009 dalam Madhuati, 2016). Di Indonesia usia pensiun dosen swasta berdasarkan Permenristekdikti No. 26 Tahun 2015 dan Permenristekdikti No. 2 Tahun 2016 menetapkan masa pensiun usia 65 tahun. Ini berlaku untuk dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN). Sedangkan masa pensiun untuk professor berusia 70 tahun. Jumlah dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya adalah sebanyak 313 orang yang terdiri dari dosen tetap, dosen LB dan dosen DPK. Diantara jumlah dosen tersebut terdapat 68 dosen diatas usia 45 tahun dan 11 dosen diatas usia 60 tahun. Dari hasil wawancara yang sudah peneliti lakukan terhadap sepuluh mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surabaya dari berbagai prodi yaitu,
17 prodi S1 Keperawatan, D3 Kebidanan, D3 Analis Kesehatan, D3 Keperawatan, Tehnik Komputer, dan Bahasa Indonesia. Mereka pernah belajar dengan dosen lansia dan ketika ditanyakan tentang perspektif mereka terhadap proses pengajaran yang dilakukan, semuanya mempunyai jawaban yang sama bahwasannya mereka kurang puas dan merasa bosan terhadap pengajaran yang telah diberikan baik dari segi keaktifan, penguasaan lingkungan kelas, sampai dengan peralatan yang digunakan ketika pembelajaran. Menurut Murwani A dkk (2011), mengemukakan bahwa perubahan fisik pada lansia jika tidak terkontrol akan menyebabkan tidak terdeteksinya penyakit yang diderita sejak dini sehingga akan menjadi masalah fisik sehari-hari pada lansia yang secara bermakna akan menurunkan kualitas hidup lansia. Peneliti berpendapat bahwasannya dengan keadaan seperti ini tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi aktivitas yang sebelumnya dari lansia itu sendiri tidak terkecuali lansia yang berprofesi sebagai dosen karena tuntutan yang diberikan kepada dosen sangatlah berat sehingga perlu tenaga yang ekstra dalam memeberikan pelayanan yang terbaik dan tetap professional dalam mengajar karena dari sisi dosen, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal dosen mampu memfasilitasi proses belajar mahasiswa sehingga perubahan yang terjadi pada lansia akan berpengaruh besar terhadap kualitas mengajar dosen tersebut. Menurut Peneliti perlu kiranya menata ulang sistem yang ada dengan memilih dosen yang mempunyai kompetensi dengan mata kuliah yang akan diajar serta lebih energik dalam melakukan proses pengajaran, karena masih banyak dosen muda yang memiliki potensi yang sama dengan dosen lansia tersebut walaupun
18 dari segi pengalaman berbeda tetapi karena seiring berjalannya waktu dosen muda lebih mengetahui karakteristik mahasiswa saat ini baik dari metode pembelajaran yang diinginkan dari dosen tersebut maupun media yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti tentang hubungan perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah : “Apakah ada hubungan anatara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya?’ 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mempelajari hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran Dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. 1.3.2 Tujuan Khusus 1). Mengidentifikasi perubahan fungsi tubuh pada lansia di Universitas Muhammadiyah Surabaya. 2). Mengidentifikasi kualitas pengajaran Dosen di Univesiats Muhammadiyah Surabaya 3). Menganalisis hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
19 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Membuktikan secara teoritis bahwa lansia dengan perubahan fungsi tubuh berpengaruh pada kualitas pengajaran dosen sehingga dapat diaplikasikan dalam ilmu keperawatan 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Responden agar lebih bersemangat dalam proses belajar mengajar yang telah diterapkan dosen. 2) Bagi Instansi agar bisa menjadi tolak ukur dan pertimbangan dalam memilih dosen yang sekiranya mampu mengajar tanpa menggangu proses belajar mengajar. 3) Penelitian selanjutnya bisa menjadi acuan dalam proses pertimbangan dalam melakukan penelitian.
20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat atau cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan (Padila: 2013). Adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antar lain : 1) Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran mengakibatkan
terutama
dibidang
penurunan
pada
kemampuan
fisik,
yang
peran-peran
sosialnya.
dapat
Hal
ini
megakibatkan timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan keterganungan yang memerlukan bantuan orang lain. 2) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang, kesibukan sosialnya
akan semakin berkurang
yang mana
akan
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak kebahagiaan seseorang.
21 3) Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut didalam situasi keterbatasan kesempatan kerja 4) Disamping itu, masih ada dari sebagain lanjut usia dalam keadaan terlantar, selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/peghasilan, mereka juga tidak mempunyai keluarga/sebatang kara. 5) Dalam masyarakat tradisional biasanya usia lanjut dihargai dan dihormati sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat industri ada kecendrungan mereka kurang dihargai sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat. 6) Didasarkan pada sistem kultular yang berlaku maka mengharuskan generasi tua/lanjut usia masih dibutuhkan sebagai Pembina agar jatidiri budaya dan ciri-ciri khas Indonesia tetap terpeliharanya kelestariannya. 7) Kerena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas perumahan yang khusus. 2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut: a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu : 1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun 2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
22 3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun b. Menurut Harlock (1979) : 1) Early old age (usia 60-70 tahun) 2) Advance old age (usia > 70 tahun) c. Menurut Brunsie (1979) 1) Young old ( usia 60-69 tahun) 2) Middle age old (usia 70-79 tahun) 3) Old-old (usia 80-89 tahun) 4) Very old-old (usia > 90 tahun) d. Menurut Bee (1996) 1) Masa dewasa muda ( usia 18-25 tahun) 2) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun) 3) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun) 4) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun) 5) Masa dewasa sangat lanut (usia > 75 tahun) e. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto setyonegoro : 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun 3) Lanjut usia (geriatric age) usia 65/70 tahun, terbagi atas; Young old (Usia 70-75 tahun), Old (usia 75-80 tahun), dan Very Old (usia > 80 tahun).
23 2.1.3 Proses Menua (Aging process) Menjadi tua (Menua) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak pemulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang yang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, Toddler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang, pengihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas meajdi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran (Padila: 2013). Menurut WHO dan Undang-Undang No.13
tahun
1998
tentang
kesejahtraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian. Menurut Padilah (2013), Proses penuaan terdiri atas teori-teori penuaan, aspek biologis pada proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sistem tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan.
24 2.1.4 Teori-Teori Proses Menua Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial. a. Teori Biologis : Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut : 1) Teori genetik Secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidipan maksimal sekitar 110 tahun, se-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi. 2) Teori cross lingkage (rantai silang) Kolagen merupakan unsur penyusunan tulang diantara susunan molecular, lama kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kiminya menyebabkan jaringan yang sangat kuat. 3) Teori radikal bebas Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan kemunduran fisik.
25 4) Teori genetik Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. 5) Teori imunologi Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. 6) Teori stres adaptasi Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan
tidak
dapat
mempertahankan
kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 7) Teori wear and tear (pemakaian dan rusak) Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai) b. Teori Psikososial Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut : 1) Teori integritas ego Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir memfleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil akhir
26 dari penyesuaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan adalah kebebasan. 2) Teori stabilitas personal Kepribadian seseorang terbentuk ada masa kanak-kanak dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak. c. Teori Sosiokultural Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebgai berikut : 1) Teori pembebasan Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi ; kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen. 2) Teori aktifitas Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas trsebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan.
27 d. Teori Konsekuensi Fungsional Teori ini merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut : 1) Teori ini mengatakan tetang konsekuensi sungsioal usia lanjut yang behubungam dengan perubahan-perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan. 2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila: 2013). 2.2 Perubahan Fisik (Fisologis) Pada Lansia Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan perubahan menyeluruh baik fisik, soasial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dan perlu kita ingat bahwa tiap-tiap perubahan mememrlukan penyesuain diri, padahal dalam kenyataan semakin menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain perubahan fisik dan perubahan sosial (Padila: 2013). Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi dari sistem integumen, sistem musculoskeletal, sistem saraf, sistem endokrin, sistem cardiovascular, sistem imunitas, sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem reproduksi wanita dan pria (Padila: 2013). Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :
28 1) Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap 2) Rambut kepala mulai memutih atau beruban 3) Gigi mulai lepas (ompong) 4) Penglihatan dan pendengaran berkurang 5) Mudah lelah dan mudah jatuh 6) Mudah terserang penyakit 7) Nafsu makan menurun 8) Penciuman mulai berkurang 9) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah 10) Pola tidur berubah. Berikut adalah macam-macam perubahan fisik (fisiologis) pada lansia a. Perubahan
dan
konsekuensi
fisiologis
usia
lanjut
pada
kardiovaskular 1) Elastis dinding aorta menurun 2) Perubahan miokard ; atrofi menurun 3) Lemak sub endoicard menurun ; fibrosa, menebal, sclerosis 4) Katup-katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku) 5) Peningkatan jaringan ikat pada Sa Node 6) Penurunan denyut jantug meksimal pada latihan 7) Cardiac output menurun 8) Penurunan jumlah sel pada pace maker 9) Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang
sistem
29 10) Pada otot jantung 11) Penurunan elastis pada dinding vena 12) Respon baru reseptor menurun b. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem gastrointestinal 1) Teori atropi mukosa 2) Atropi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan menyebabkan skresi asam lambung, pepsin dan faktor instrinsik berkurang. 3) Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan menjadi lebih berkurang. 4) Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu karena sekresi asam lambun berkurang dan rasa lapar juga berkurang. c. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem respiratori 1) Perubahan seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk dan muntah
mengubah
keterbatasan
fisiologis
dan
kemampuan
perlindungan pada sistem pulmonal. 2) Perubahan anatomis seperti penurunan kompilans paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. 3) Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan dapat meningkatkan risiko berkembangnya keletihan otototot pernapasan pada lansia. 4) Perubahan fisiologis yang ditemukan pada lansia yaitu alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler yang
30 kurang berfungsi sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru-paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh. d. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem muskuloskeletal 1) Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa otot (atropi otot) 2) Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak terjadi pada ekstrimnitas bawah. 3) Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak 4) Kekuaktan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia. 5) Kekuatan otot ekstrimnitas bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 samapai 80 tahun. e. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem endokrin Sistem endokirn mempunyai fungsi yaitu sebagai sistem yang utama dalam mengontrol seluruh sistem tubuh. Melalui hormon, sistem endokrin menstimulus seperti proses yang berkesinambungan dalam tubuh sebagai pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme dalam tubuh, reproduksi, dan pertahanan tubuh terhadap berbagai serangan-serangan penyakit atau virus. Hormon-hormon yang terdapat pada sistem endokrin yaitu kelenjar pituitary, kelenjar thyroid, kelenjar parathyroid, kelenjar adrenal, pancreatic islet, kelenjar pineal, kelenjar thymus, dan gonad. Hormon-
31 hormon tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda setiap tubuh manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem endokrin yang dialami oleh dewasa lanjut atau lanjut usia yaitu produksi hormon hampir semua menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah, pertumbuhan hormon pituatry ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya produksi aldosterone, menurunnya sekresi hormon gonads, progesterone, estrogen, testosterone, dan defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotiroidisme. f. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem integumen Perubahan pada sistem integumen yang terjadi pada lanjut usia yaitu kulit keriput akibat kehilangan jaringan-jaringan lemak, kulit kering dan kurangnya keelatisannya karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose, kelnjar-kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan tempratur yang tinggi, kulit pucat dan terdapat bitnik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh dn temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. g. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem neurology Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada lanjut usia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun,
32 lambat dalam respond dan waktu untuk berfikir, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman, dan perassa lebih sensitif terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan persyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh dan membuat lansia menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu. h. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem genetaurinaria Dengan
bertambahnya
usia,
ginjal
kurang
efisien
dalam
memindahkan kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat merusak ginjal. Lanjut usia berusia 65 tahun akan mengalami kelemahan dalam control kandung kemih (urinary incontinene). Incontinence dapat disebabkan oleh beragam masalah kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk kronik. Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan pada lanjut usia yaitu otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi lemah, frekuensi baung air kecil meningkat, terkadang terjadi ngompol, dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang kemampuan mengkonsentrasi urine. i. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem sensori (panca indra) Perubahan pada panca indra, pada hakekatnya panca indra merupakan suatu organ yang tersusun dari jaringan, sedangkan jaringan sediri merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang sama.
33 Karena mengalami proses peuaan (aging proses) sel telah mengalami perubahan bentuk meupun komposisi sel tidak normal. Maka secara otomatis fungsi indrapun akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada orang tua yang secara berangsung-angsur mengalami penurunan kemampuan pendengarannya dan mata kurang kesanggupan melihat secara fokus objek yang dekat bahkan ada yang menjadi rabun, demikian juga insra pengecap, perasa, penciuman berkurang sensitifitasnya (Padila: 2013) 2.3 Gangguan Gerak Fungsional Pada Lansia 2.3.1 Fungsi Motorik Akibat perubahan morfologi pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penuranan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas, dan fleksibeltas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi, dan kinerja fungsional (Padila:2013).
Selanjutnya
penurunan
fungsi
dan
kekuatan
otot
akan
mengakibatkan kejadian berikut ini : a. Penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh b. Hambatan dalam gerak duduk ke berdiri c. Peningkatan risiko jatuh d. Penurunan kekuatan otot dasar panggul e. Perubahan postur Masalah pada kemampuan gerak dan fungsi berhubungan erat dengan kekuatan otot yang bersifat individual. Lansia dengan kekuatan otot kuadriseps yang baik dapat melakukan aktivitas berdiri dari posisi duduk dan berjalan 6
34 meter dengan lebih cepat. Penelitian menunjukan bahwa kelemahan otot abductor sendi punggul kemungkinan dapat mengurangi kemampuan mempertahankan keseimbngan berdiri pada satu tungkai dan pemulihan gangguan postural. Uji statistik membuktikan bahwa kelemahan otot dorsal fleksor sendi pergelangan kaki dan ekstensor sendi lutut berhubungan erat dengan risiko jatuh dan penurunan kekuatan otot terbesar pada otot reaksi cepat (Padila:2013). 2.3.2 Fungsi Sensorik Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan gangguan penerimaan informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul pada lansia adalah hilangnya perasaan jika dirangsang atau (anatesia), perasaan yang berlebihan jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul tidak semestinya (paraestesia), nyeri gangguan fungsi proprioseftif seperti gangguan rasa gerak, getar, dan posisi, (Padila:2013). 2.3.3 Fungsi Sensomotorik Gangguan sensomotorik utama lansia adalah gangguan keseimbangan dan koordinasi. Keseimbangan dan koordinasi merupakan integrase kerja berbagai otot termasuk fungsi sistem eferen dan eferen saraf. Penurunan koordinasi disebabkan oleh penurunan kekuatan otot, waktu reaksi menjadi lambat (yaitu interval waktu antara stimulus dan terjadinya gerakan meningkat), hilangnya fleksibelitas, postur yang jelek dan gangguan keseimbangan (Padila:2013). Fungsi sensomotorik terkait dengan fungsi sitem neuromuscular, fungsi sistem neuromuscular yang baik memungkinkan terjadinya gerakan halus dan
35 akurat. Aktivitas fungsional seperti jalan, bangun dari tempat tidur, dan memakai baju memerlukan respon motoric kasar dan halus atau kombinasi keduanya serta gerakan yang terkoordinasi. Ketepatan, kekuatan kontraksi otot, dan gerakan sendi merupakan hal yang utama dalam mengontrol gerakan (Padila:2013). Elektroensefalografi menunjukan penurunan aktivitas listrik dan kecepatan konduksi saraf lansia. Penurunan akitivitas saraf sensorik dan motorik terlihat dalam respon adaptasi motorik. Waktu reaksi merupakan indikator yang baik untuk melihat fungsi sistem neuromuscular karena melibatkan inpuls aferen, proses di otak dan impuls eferen sebagai efek respon. Waktu antara stimulus dan reaksi meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Sebaliknya apabila lansia aktif, penurunan waktu respons sangat sedikit, dan masih mampu melakukan olahraga (tenis dan bulutangkis) seperti orang muda. Lansia yang tidak aktif merupakan kondisi yang paling banyak dijumpai, ternyata menunjukan penurunan pada tes itu. Penelitian lain menunjukan hasil serupa pada kelompok orang yang melakukan jogging saat melewati usia 50-59 tahun, (Padila:2013). 2.3.4 Gangguan Interpersonal dan Sosial Gangguan
interpersonal
merupakan
kemampuan
seseorang
dalam
berhubungan, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain sebagai individu, kelompok dan masyarakat. Penuaan menyebabkan individu mengalami kritis yang sering disebut dengan istilah pertempuran dalam dua kondisi/situasi, yaitu menghadapi golongan muda dan tua. Keadaan itu sering membuat stres dan kekhawatiran akan tersisih dan kurang dihargai (Padila:2013).
36 Menjadi tua menimbulkan ketegangan pada diri individu karena merasa dihormati dan lebih banyak pengalaman. Dalam menghadapi golongan muda terjadi ketegangan karena golongan muda merupakan golongan dengan kekuatan dan daya Tarik fisik yang lebih besar. Golongan itu merupakan kekuatan yang masih mempunyai kesempatan besar unruk maju, sedangkan pada dirinya hal itu tidak ada. Pendapat umum yang hidup didalam masyarakat ikut menguatkan pendapat itu, yaitu bahwa golongan lansia harus menyisihkan diri bagi yang lebih muda dan memberikan kesempatan bagi yang muda untuk dapat maju (Padila:2013). Keadaan itu berlangsung terus-menerus hingga akhirnya golongan lansia itu betul-betul tersisih. Selanjutnya berkembang berbagai jenis reaksi terhadap peristiwa itu. Ada yang merasa terbebas dari tugas yang membelenggu sehingga sekarang dapat bersenang-senang sepuasnya. Ada yang menjadi depresi, tertekan, dan merasa terbuang karena setelah seluruh hidupnya dipersembahkan dan pengorbanan diberikan ia tersisih begitu saja (Padila:2013). Di samping itu, masih ada gejala yang terkenal dengan istilah post power syndrome. Individu yang sudah terbebas dari kekuasaan dan jabatan, belum dapat sepenuhnya terbebas dari dorongan untuk bersikap atau bertindak seperti sewaktu ia masih berada dalam puncak kekuasaan. Dasar dari semua iru adalah dorongan untuk mempertahankan nilai dirinya sebagai pejabat atau penguasa pada waktu memegang jabatan dan kekuasaan, (Padila:2013).
37 2.3.5 Kemampuan Fungsional Berbagai
kemunduran
fisik
mengakibatkan
gerak
fungsional
baik
kemampuan mobilitas meliputi penurunan kemampuan mobilitas ditempat tidur, berpindah, jalan/ambulasi, dan mobilitas dengan alat adaptasi. Kemunduran kemampuan perawatan diri meliputi penurunan aktivitas makan, mandi berpakaian, defekasi dan berkemih, merawat rambut, gigi, serta kumis dan kuku. Selain itu kemunduran juga terjadi pada kemampuan berkomunikasiseperti kemampuan menggunakan telepon, menulis surat, dan mengadakan transaksi bisnis. Kemunduran gerak fungsional dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkat ketergantungan berikut ; a. Mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakn tugas tampa bantuan orang lain (bisa saja lansia tersebut membutuhkan alat adaptasi seprti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain. b. Bergantung sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain. c. Bergantung sepenuhnya, yaitu lansia tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain 2.3.6 Lingkungan Aktivitas Fisik Penurunan gerak dan fungsi berdampak terhadap kemampuan beradaptasi dengan lingkungan aktivitasnya. Keterbatasan lansia dalam penyesuaian diri dengan lingkungan aktivitasnya menyebabkan masalah lingkungan aktivitas.
38 Masalah lingkungan aktivitas ini meliputi lingkungan di dalam dan di luar rumah (Suriani S & Utomo B: 2009). 2.4 Kualitas Pengajaran 2.4.1 Pengertian Kualitas Pengajaran Dari pengertian kualitas sendiri, banyak pakar dan oraganisasi yang mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandang masing-masing seperti yang terurai dibawah ini : 1) Menurut Edward Deming, suatu tingkatan yang dapat diprediksi dari keragaman dan kebergantungan pada biaya rendah dan sesuai dengan pasar (Uhar, 2010) 2) Welch Jr mengatakan bahwa kualitas adalah jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. 3) Menurut Soewarso Hardjosudarmo, bahwa yang dimaksud kualitas adalah penilaian subyektif daripada costumer, penentuan ini ditentukan oleh persepsi costumer terhadap produk dan jasa. Dari beberapa pendapat tokoh diatas, terdapat beberapa kesamaan yaitu sebagai berikut : 1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2) Kualitas menyangkut produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. 3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah misalnya apa yang kita anggap kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang.
39 Dalam pendidikan, yang dimaksud dengan pelanggan atau klien dibagi menjadi dua, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal adalah orang-orang yang berada dalam organisasi sekolah, yaitu guru, staf tata usaha, pesuruh, cleaning service, dan komponen lainnya, sedangkan pelanggan eksternal adalah orang berada diluar organisasi sekolah yang memperoleh layanan dari sekolah seperti orang yang bersentuhan langsung dengan jasa-jasa pendidikan seperti halnya peserta didik, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dan industri sebagai pengguna tenaga kerja. (Hanafiah & Suhana : 2009). Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan guru menumbuhkan organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yang meliputi : tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokan siswa dalam belajar (Bahri & Zein : 2010). Mulyasa (2003), dalam jurnal peningkatan kualitas pembelajaran dan character building menyatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagain besar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta didik sebelumnya atau setidaknya sebagian besar. Demikian pula yang dikatakan
40 Umar Hamik bahwasannya pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Di pihak lain pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahanperubahan yang tampak pada peserta didik harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya apa yang dicapai peserta didik merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pengajar dalam proses pengajarannya. (Rochiyati & Ratna : 2011) Dalam kegaiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan, yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajara itu sendiri, dan keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur
proses
belajar
yang
baik,
akan
menciptakan
sistuasi
yang
memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dalam suasana belajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, ataupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbang, bantuan, dan perhatian guru yang berbeda untuk setiap individu siswa (Bahri & Zein : 2010).
41 2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi kualitas Pengajaran a) Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan di capai dalam kegiatan belajar-mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya dengan tercapainya keberhasilan pengajaran (Bahri & Zein : 2010). Setidaknya banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru ataupun ddosen, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika kegiatan belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaranpun akan gagal dicapai. Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan merumuskan tujuan pembelajarannya (Bahri & Zein : 2010). b) Guru/Dosen Guru atau Dosen adalah tenaga pendidik yang memeberikan sejumlah ilmu pengetahuan terhadap peserta didik. Dosen adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas (Bahri & Zein : 2010).
42 Setiap dosen mempunyai kepribadian masing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi dosen atau tenaga pendidik. Kepribadian dosen diakui sebagai aspek yang tidak bisa disampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didiknya menjadi orang yang berilmupengetahuan dan berkepribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi kepemimpinan yang dosen perlihatkan ketika melakukan tugas mengajar di kelas (Bahri & Zein : 2010). Panadangan dosen terhadap anak didik akan mempengaruhi kegiatan mengajar dosen didalam kelas. Dosen yang memandang anak didiknya sebagai makhluk individual dengan segala perbedaan dan persamaannya, akan berbeda dengan dosen yang memandang anak didik sebagai makhluk sosial. Perbedaan pandangan dalam memandang anak didik ini akan melahirkan pendekatan yang berbeda pula. Tentu saja, hasil proses belajar mengajarnyapun berlainan (Bahri & Zein : 2010). c) Anak Didik Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah atau kampus untuk didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan. Maka jadilah guru sebagai pengemban tanggung jawab yang diserahkan itu (Bahri & Zein : 2010). Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Anak dalam jumlah yang cukup banyak
43 itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang
berlainan.
Karenanya,
anak-anak
berkumpul
mempunyai
karakteristik yang bermacam-macam. Kepribadian mereka yang pendiam, ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif, ada yang keras kepala, ada yang manja, dan sebagainya. Intelektual mereka juga dengan tingkat kecerdasan yang bervariasi. Biologis mereka dengan struktur atau keadaan tubuh yang tidak selalu sama. Karena itu, perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis ini memepngaruhi kegiatan belajar mengajar (Bahri & Zein : 2010). Anak yang dengan ciri-ciri mereka masing-masing itu berkumpul didalam kelas, dan yang mengumpulkannya tentu saja guru. Banyak sedikitnya jumlah anak didik di kelas akan mempengaruhi pengelolaan kelas. Jumlah anak didik yang banyak dikelas, misalnya sampai 45 orang, lebih sukar di kelola, karena lebih mudah terjadi konflik diantara mereka. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Apalagi bila anak-anak yang dikumpulkan itu sudah terbiasa kurang disiplin (Bahri & Zein : 2010). Anak yang menyenangi pelajaran atau mata kulyah tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lainnya adalah prilaku anak yang bermula dari sikap mereka karena minat yang berlainan. Hal ini mempengaruhi kegiatan belajar anak. Biasanya pelajaran yang disenangi, dipelajari dengan senang pula. Sebaliknya, pelajaran yang kurang disenangi jarang dipelajari oleh anak, sehingga tidak heran bila isi dari
44 pelajaran itu kurang dikuasai oleh anak. Akibatnya, hasil ujian anak itu jelek (Bahri & Zein : 2010). Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang memepengaruhi kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu yaitu keberhasilan belajar mengajar (Bahri & Zein : 2010). d) Proses Pengajaran Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar anak didik yang belajar. Maka guru atau dosen adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru. Gaya mengajar guru berubah mempengaruhi gaya belajar anak didik. Tetapi disini gaya mengajar guru lebih dominan mempengaruhi gaya belajar anak didik. Gaya-gaya mengajar menurut Muhammad Ali dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar : 2010, dapat dibedakan kedalam empat macam, yaitu gaya megajar klasik, gaya mengajar teknologis, gaya mengajar personalisasi, dan gaya mengajar interaksional. Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan mengahasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekata individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan
45 perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami peserta didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik (Bahri & Zein : 2010). Strategi penggunaan metode mengajar amanat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau diskusi. Demikian juga halnya dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode problem solving berbeda dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode resitasi (Bahri & Zein : 2010). Jarang ditemukan guru hanya menggunakan satu metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan tujuan. Itu berarti menghendaki penggunaan metode mengajar harus lebih dari satu metode. Metode mengajar yang satu untuk mencapai tujuan yang satu, sementara metode mengajar yang lain untuk mencapai tujuan yang lain. Bermacam-macam penggunaan metode mengajar akan menghasilkan belajar mengajar yang berlainan pula kualiatsnya. Penggunaan metode ceramah misalnya, adalah strategi pegajaran untuk mencapai tujuan pada tingkat rendah. Berbeda dengan penggunaan metode problem solving,
46 penggunaan metode ini tentu saja untuk mencapai tujuan pengajaran tingkat yang tinggi. Jadi, penggunaan metode pengajaran mempengaruhi tinggi rendahnya mutu keberhasilan belajar mengajar (Bahri & Zein : 2010). e) Materi atau Bahan Pelajaran Materi atau bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidng studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok (Bahri & Zein : 2010). Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada didalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan atau pengembangan kurikulum umumnya, tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula. Minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan anak didik. Jadi bahan pelajaran yang
47 sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu (Bahri & Zein : 2010). Banyak aktivitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajar yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti persepsi dan korelasi, dan lain-lain. Guru merasa pintar denan menggunakan Bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan bahan dan jiwa anak didik akan lebiha banyak mengalami kegagalan dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Karena itu lebih baik menyampaikan bahan sesuai dengan perkembangan bahan anak didik daripada menuruti kehendak pribadi. Ini perlu mendapat perhatian yang serius, agar anak didik tidak dirugikan oleh sikap tindakan guru yang keliru (Bahri & Zein : 2010). f) Alat bantu/Media Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks (Bahri & Zein : 2010). Setiap meteri pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat
48 bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu beruapa media pengakaran seperti globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didk. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai pelajaran yang disampaikan itu (Bahri & Zein : 2010). Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini tentu harus dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran (Bahri & Zein : 2010). Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut kehendak guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak untuk memperguakan media tersebut. Jika tidak maka jangan mempergunakannya, sebab hal itu akan sia-sia malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar (Bahri & Zein : 2010)
49 2.5 Kerangak Konsep
Proses Penuaan
Perubahan Fisiologis
Muskuloskeletal
Kardiovaskular
Sistem saraf
Perubahan Fungsi Tubuh
Gangguan Gerak Fungsional
Indra
Integument
Faktor yang Menyebabkan Gangguan Gerak Fungsional Gangguan Fungsi Motorik Gangguan Fungsi Motorik Gangguan Fungsi Sensorik
Dosen Cendurung Duduk Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pengajaran
Gangguan Fungsi Interpersonal dan Sosial
Materi Metode
Kualitas Pengajaran
Media/Alat Bantu
Gangguan Gangguan Kemampuan Kemampuan Fungsional Fungsional Gangguan Lingkungan Aktivitas
Proses Pengajaran
Baik
Keterangan:
Gangguan Fungsi Sensomotorik
Cukup
Tabel sambung
= Yang akan diteliti
Tabel putus-putus
= Yang tidak diteliti
Kurang
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen Diuniversitas Muhammadiyah Surabaya.
50 Bertambahnya usia pada seseorang seiring dengan terjadinya perubahan fisiologis baik perubahan pada kardiovaskular, musculoskeletal, panca indra, integument maupun pada sistem saraf. Karena perubahan fisiologis tersebut menyebabkan terjadinya gangguan gerak fungsional yang dipengaruhi oleh gangguan sitem motorik, sensorik, sensomotorik, interpersonal, kemampuan fungsional dan pola aktivitas, akibat seseorang dengan gangguan gerak fungsional tidak terkecuali orang yang berprofesi sebagai dosen, akibat dari itu semua dosen merasa terbatas dalam beraktivitas dan ketika mengajar dosen cenderung untuk duduk sehingga mempengaruhi kualitas pengajaran yang diberikannya karena akan berdampak pada materi, penyampaian maupun metode pembelajaran yang sebelumnya dapat memberikan kepuasan bagi mahasiswa, bisa jadi berdampak buruk bagi proses belajar mengajar dan penilaian mahasiswa akan berbeda-beda ada yang mengatakan baik, cukup maupun kurang. 2.6 Hipotesis Penelitian Dari uraian yang sudah dipaparkan oleh peneliti, bahwasannya peneliti mengambil kesimpulan sementara : Ada hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya.
51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam
melakukan prosedur penelitian (Hidayat, A.A. 2010). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian Analitik Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (Hidayat, A.A. 2011). Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
52 3.2
Kerangka Kerja Penelitian Populasi : Seluruh Mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Surabaya tingkat tiga/semester 6 reguler yang berjumlah 558 Mahasiswa Teknik Sampling Cluster Random Sampling Sampel : Sebagian populasi yang memenuhi kriteri inklusi di Universitas Muhammadiyah Surabaya yaitu 228 Sampel Desain Penelitian Desain penelitian dengan Analitik korelasi dengan pendekatan Cross sectional
Variabel : Independen (Bebas) : Perubahan fungsi tubuh Dependen (Terikat) : Kualitas pengajaran dosen Pengumpulan Data : Indeks Katz (diperbaharui) dan Kuesioner Pengolahan Data : Data dianalisa dengan mengguakan uji korelasi Sperman Rank menggunakan SPSS 16 dengan α = 0,05 Penyajian hasil dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
Kesimpulan dan Saran Gambar 3.2 Kerangka Kerja Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh dengan Kualitas Pengajaran Dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya
53 3.3
Populasi, Sampel, dan Sampling
3.3.1 Populasi Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, A.A. 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Surabaya tingkat tiga/semester 6 reguler yang berjumlah 426 Mahasiswa. 3.3.2 Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, A.A. 2011). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagain dari populasi di Universitas Muhammadiyah Surabaya yang sesuai dengan kriteria inklusi, 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: 1). Mahasiswa yang pernah diajari langsung oleh dosen lansia yang berumur diatas 60 tahun keatas. 2. Kriteria Eksklusi 1). Mahasiswa semester akhir 2). Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian
54 Dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan besar sampel menurut Hidayat, A.A. (2011) adalah Populasi Finit
N. Z𝛼 2 . 𝑝. 𝑞 𝑛= d(N − 1) + 𝑍 2 . 𝑝. 𝑞
Keterangan : n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
Z
: nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p
: estimasi proporsi populasi
q
: 1-p
d
: tingkat kesalahan (d=0,05). (Hidayat, A.A. 2011)
426. (1,96)2 . 0,5.0,5 (0,05)2 (426 − 1) + (1,96)2 . 0,5.0,5 3.3.3 Sampling 𝑛=
𝑛=
409,1304 2,0229
𝑛 = 202,249
n = 202
55 Jumlah sampel yang diambil proporsi dengan jumlah populasi yang ada masingmasing cluster dengan rumus Slovin dalam Azwar dkk (2014). n = fi . Sn keterangan : n
: jumlah sampel peruangan
fi
:
Jumlah populasi peruangan_______________ Jumlah populasi seluruh ruangan yang telah ditentukan
Sn
: Jumlah sampel seluruh ruangan
No
Program Studi
Populasi
Sampel
1
Usuluddin
10
5
2
Syariah
29
14
3
Tarbiyah
32
15
4
Perbankan Syariah
36
17
5
Ilmu Keperawatan
70
33
6
Teknik Sipil
11
5
7
Teknik Perkapalan
14
7
8
Psikologi
34
16
9
Ekonomi Akuntansi
45
21
10
Ekonomi Manajemen
68
32
11
Ilmu Hukum
30
14
12
Bahasa Inggris
27
13
13
Biologi
20
10
426
202
Total
Dari hasil pengambilan data awal terdapat 31 program studi, tetapi yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian hanya 13 program studi, karena ada beberapa dari
56 program studi dengan jenjang pendidikan D3 sehingga mahasiswa semester 6 masuk dalam kriteria eksklusi mahasiswa semester akhir, dan ada juga dari program studi yang baru dibuka seperti PGMI dan PGSD sehingga masih belum memiliki mahasiswa tingkat tiga atau semester 6. Oleh karena itu yang dijadikan populasi adalah mahasiswa dari 13 prodi yaitu sebanyak 426 mahasiswa. Dari populasi yang telah ditentukan peneliti mengambil sampel penelitian degan menggunakan tehnik Cluster Random Sampling karena jumlah populasinya sangat besar, sehingga setelah di cluster terpilih 202
mahasiswa sebagai sampel
penelitian. 3.3.3 Sampling Teknik sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, A.A. 2011). Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data yang sangat luas atau besar (Hidayat, A.A. 2011). Dari populasi 426 mahasiswa setelah di cluster terpilih 202 mahasiswa yang akan menjadi responden penelitian yang diambil dari berbagai prodi dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yaitu dengan meminta calon responden untuk berhitung kemudian yang mendapat angka ganjil maka dialah yang berhak untuk menjadi responden, apabila belum mencukupi jumlah yang diinginkan maka akan dilakukan perhitungan kembali bagi yang mendapatkan angka genap. Bagi sampel yang tidak terpilih sebagai
57 responden dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mendeskripsikan subyek penelitian. 3.4
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Suparto dkk, 2000 dalam Nursalam, 2008). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu dependen dan independen. 3.4.1 Variabel Independen Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas yang artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain (Hidayat, A.A. 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan fungsi tubuh dosen. 3.4.2 Varibel Dependen Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena veriabel bebas (Hidayat, A.A. 2011). Variabel dependen dari penelitian ini adalah kualitas pengajaran.
58 3.5
Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, A.A. 2011). Tabel 3.3 Definisi Operasional Hubungan Antara Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen. Variabel Varabel Independen : Perubahan Fungsi Tubuh
Variabel Dependen : Kualitas Pengajaran Dosen Lansia
Definisi Operasional Perubahan yang terjadi pada dosen baik secara fisik maupun psikis sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional. Kualitas pengajaran merupakan penilaian mahasiswa kepada dosen terhadap pengajaran yang diberikan
Indikator
Alat Ukur
Skala
Kategori
Penurunan fungsi tubuh : a. Perubahan gerak fungsional b. Penurunan aktivitas fisik c. Mobilitas fisik
Indeks Nominal Katz yang telah dimodifika si
1=Mengalami Perubahan 0=Tidak Mengalami Perubahan
Kualitas pengajaran: a. Materi b. Metode c. Alat bantu d. Proses Pengajaran
Kuesioner
Jawaban : 1. Baik : skor 3 2. Cukup : skor 2 3. Kurang:skor 1 Baik : 75-100% Cukup : 5775% Kurang : < 56% (Nursalam,201 6).
Ordinal
59 3.6
Pengumpulan Data Dan Analisa Data
3.6.1 Pengumpulan Data Peoses pengumpulan data pada penelitian ini dumulai dari permohonan ijin kepada rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya. Setelah mendapatkan izin, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian setelah itu peneliti memberikan kuesioner kepada responden. 1. Instrumen Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmojo S, 2012). Dalam penelitian ini untuk mengukur variabel independen (Perubahan Fungsi Tubuh) yaitu dengan menggunakan Indeks Katz yang telah diperbaharui oleh peneliti yang sesuai dengan indikator dan tempat penelitian. Dalam hal ini dari 6 indikator dalam Indeks Katz hanya satu yang diambil untuk diperbahrui yaitu tentang “Berpindah”. Variabel dependen (Kualitas Pengajaran) diukur dengan menggunakan kuesioner. Dari 21 pernyataan, yang terdiri dari 11 pernyataan variabel independent dan 13 pernyataan variabel depeneden, setelah di uji validitas dan reabilitas didapatkan 7 pernyataan variabel independen dengan nilai reliability Cronbach’s Alpha 0,804 dan 10 pernyataan variabel dependen yang valid dengan nilai reliability Cronbach’s Alpha 0,722 . Sehingga Total pernyataan dari dua variabel penelitian adalah 17 pernyataan dengan kriteria ; a. Kuesioner perubahan fungsi tubuh dengan menggunakan Indeks Katz yang telah perbaharui. Masing-masing pertanyaan telah ditentukan pilihan jawaban yang harus dipilih oleh respondent yaitu antara YA dan TIDAK.
60 1) Perubahan gerak fungsional (pernyataan kuesioner no, 1 dan 2) 2) Penurunan aktivitas fisik (pernyataan no, 3, 4 dan 5) 3) Mobilitas fisik (pernyataan no, 6 dan 7) b. Kuesioner kualitas pengajaran. Masing-masing pernyataan disajikan dalam tiga kategori jawaban dan memiliki skor yang berbeda Jawaban baik = 3, jawaban cukup = 2 dan kurang = 1 1) Materi pengajaran (pernyataan no, 8,9) 2) Metode (pernyataan no, 10 dan 11) 3) Alat bantu (pernyataan no 12 dan 13) 4) Proses Pengajaran (pernyataan no 14,15,16,17) 2. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surabaya pada tanggal 10-17 april 2018. 3.6.2 Pengolahan Data 1.
Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, A.A. 2011). Setelah mengambil data di Universitas Muhammadiyah Surabaya peneliti memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian peneliti menarik kembali dan melakukan pemeriksaan ulang. Pemeriksaan kuesioner melengkapi kelengkapan dan kesesuaian jawaban, jika jawaban pada kuesioner tidak lengkap maka peneliti melakukan wawancara secara langsung.
61 2.
Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori (Hidayat, A.A. 2011). Dalam penelitian ini telah menjaga kerahasiaan responden dengan memberi kode numerik pada inisial responden. Responden juga memberikan kode dari hasil penelitian yang dimasukkan kedalam tabulasi data. 3.
Scoring a. Variabel Independen Pada variabel ini menggunakan Skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten seperti memberikan jawaban ya dan tidak, positif dan negatif, benar dan salah. Pada penelitian mengukur penurunan gerak fungsional menggunakan indeks katz yang telah dimodifikasi dengan kriteria penilaian yaitu; apabila terdapat jawaban “YA” maka subyek penelitian dikatakan mengalami perubahan. b. Variabel Dependen Dalam variabel ini menggunakan Skala Likert untuk mengukur pendapat mahasiswa yang digolongkan dalam 3 kategori. Jawaban yang Baik diberi skor 3, jawaban yang Cukup diberi skor 2, dan jawaban yang kurang diberi skor 1. Hasil jawaban mahasiswa yang telah diberi skor dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah tertinggi lalu dikalikan 100% dengan rumus:
𝑛=
∑Sp ∑Sm
𝑥100%
62 Keterangan : n
= Presentase
∑Sp
= Jumlah skor tertinggi
∑Sm
= Jumlah skor yang didapat (Sugiyono, 2009)
Kriteri penilaian pada variabel ini yaitu ; skor kurang dari 17 atau presentasi penialaian kurang dari 50% maka kualitas pengajarannya berkurang 4.
Tabulating Tabulating yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dijumlah, disusun, disajikan dan dianalisis (Nursalam, 2003). Peneliti menginput data kedalam Microsoft exel kemudian mengelompokkannya dan dijumlahkan sehingga dimasukkan kedalam kategori penilaian.
3.6.3 Analisa Data Teknik analisa data merupakan cara mengelolah data agar dapat disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi (Hidayat, A.A. 2011). Setelah data terkumpul di tabulasi data, kemudian dianalisis dengan uji statistic Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan skala data ordinal dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dengan menggunakan perhitungan reabilitas dengan SPSS versi 16.0 untuk mengetahui hubungan yang bermakna, apabila p> 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya apabila p< 0,05 maka H0 ditolak (Hidayat, A.A. 2010). Nilai korelasi menurut Sugiyono (2007) dalam Hidayat A.A (2010) dalam menginterpretasikan koefisien korelasi sebagai berikut :
63 1. Jika koefisien korelasi 0,80-1,00 maka derajat hubungannya sangat kuat 2. Jika koefisien korelasi 0,60-0,79 maka derajat hubungannya kuat 3. Jika koefisien korelasi 0,40-0,59 maka derajat hubungannya sedang 4. Jika koefisien korelasi 0,20-0,39 maka derajat hubungannya rendah 5. Jika koefisien korelasi 0,00-1,19 maka derajat hubungannya sangat lemah atau tidak ada hubungan. 3.7
Etika Penelitian Penelitian ini menggunakan manusia tidak bertentangan dengan etika,
tujuan penelitian harus etis dalam arti hak harus dilindungi (Nursalam, 2008). Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi tempat penelitian, setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian. 3.7.1 Informed Concent Lembar persetujuan ini diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan agar mahasiwa paham dengan maksud dan tujuan peneliti dan mengetahui dampaknya. Dari penelitian yang sudah dilakukan responden semuanya telah bersedia dan menandatangani lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti. 3.7.2 Anonimity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan identitas responden pada lembar pengumpulan data, peneliti hanya memberikan kode (Nomor) pada masing-masing lembar instrumen yang telah diisi.
64 3.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden. Peneliti hanya menyajikan data kepada kelompok tertentu yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.7.4 Benefience dan Non Malefience Dari Proses penelitian yang telah dilakukan tidak menimbulkan kerugian masalah ataupun kerugian apapun bagi responden. 3.7.5 Justice (Keadilan) Peneliti telah berusaha dengan adil dalam memanajemen segala sesuatu yang bersangkutan dengan penelitian ini terhadap responden penelitian, mulai dari pemilihan responden sampai dengan pengkodean dari hasil penelitian ini. 3.8
Keterbatasan Penelitian 1. Waktu perkuliahan setiap prodi yang diteliliti berbeda-beda.
65 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian meliputi gambaran umum lokasi penelitian, data demografi responden (jenis kelamin, usia, pendidikan, status) serta uraian pembahasan hasil penelitian pada Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pegajaran Dosen. 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Universitas Muhamadiyah Surabaya yang berlokasi di Jalan Sutorejo Nomor 54 Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Di kampus Muhammadiyah Surabaya ini terdapat 8 Fakultas dan Pasca Sarjana diantaranya; Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Ekonomi Bisnis, Fakultas Tehnik, Fakultas Hukum, Fakultas Agama Islam, Fakultas Kedokteran, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dari setiap fakultas terbagi menjadi 32 program studi yang terdiri dari program Diploma 3 (D3) dan Strata 1 (S1). Universitas Muhammadiyah Surabaya merupakan salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia, di kampus ini terdapat tenaga dosen yang professional dalam mengajar dan menjalankan tugasnya yang terbagi dalam berbagai program studi yang sesuai dengan jurusannya masing-masing. Dosen yang ada terdiri dari dosen yang masih muda atau dikatakan masih junior sampai dengan dosen yang senior atau yang sudah memiliki pengalaman yang lebih dalam mengajar bahkan ada juga dosen yang berumur lebih dari 60 tahun namun
66 masih
dianggap
produktif
dalam
mengajar.
Karena
Perguruan
Tinggi
Muhammadiyah merupakan perguruan tinggi yang berbasis Islami maka seluruh mahasiswanya diwajibkan belajar tentang Agama Islam dan Kemuhammadiyahan dan bahkan sebagai MKWPT (Mata Kuliah Wajib Perguruan Tinggi) hal ini sesuai dengan yang tercantum didalam buku pedoman akademik Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwasannya setiap program studi pernah diajari oleh dosen yang sama dengan mata kulyah yang sama. 4.1.2 Karakteristik Demografi Responden Dalam penelitian ini terdapat 202 responden dengan data yang ditampilkan berdasarkan karakteristik demografi responden yang meliputi; usia, status, jenis kalamin, jurusan. 1. Distribusi responden berdsarkan usia Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2018 Usia
Frequency
Prosentase (%)
B
20 Tahun 133 65.8% 21 Tahun 29 14.4% e 22 Tahun 34 16.8% 23 Tahun 6 3.0% r Total 202 100.0 dasarkan data diatas, sebagian besar responden berusia 20 tahun sebanyak 133 responden (65,8%), dan yang paling sedikit berumur 23 tahun sebanyak 6 responden (3,0%).
67 2. Distribusi responden berdasarkan jurusan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jurusan di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2018 Jurusan Usuluddin Syariah Tarbiyah Perbankan Syariah Ilmu Keperawatan Teknik Sipil Teknik Perkapalan Psikologi Ekonomi Akuntansi Ekonomi Manajemen Ilmu Hukum Bahasa Inggris Biologi Total
Frequency 5 14 15 17 33 5 7 16 21 32 14 13 10 202
Percent(%) 2,5% 6,9% 7,4% 8,9% 16,3% 2,5% 3,5% 8,4% 9,4% 15,3% 6,9% 6,9% 5,0% 100.0
Berdasarkan data diatas, responden sebagian besar dari jurusan ilmu keperawatan sebanyak 33 responden (16,3%), dan yang paling sedikit yaitu jursan tehnik sipil dan Usuluddin masing-masing sebanyak 5 responden (2,5%). 3. Distribusi responden berdsarkan jenis klamin Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Klamin di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2018
D a
Jenis Kelamin
Frequency
Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan Total
57 145 202
28,2% 71,8% 100.0
68 ri data diatas menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 145 responden (71,8%), dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 responden (28,2%). 4. Distribusi responden berdasarkan status Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2018
B e
Status
Frequency
Prosentase (%)
Menikah Belum menikah Total
6 196 202
3,0% 97% 100.0
rdasarkan data diatas menurut status responden sebagian besar responden banyak yang belum menikah yaitu sebanyak 196 responden (97%), dan responden yang sudah menikah yaitu sebanyak 6 responden (3,0%). 4.1.3
Data Khusus Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah perubahan fungsi tubuh
dosen, kualitas pengajaran dosen dan hubungan perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen. 1. Identifikasi Perubahan Fungsi Tubuh Dosen Lansia Di Universitas Muhammadiyah Surabaya Tabel 4.5 Karakteristik Penilaian Responden Berdasarkan Perubahan Fungsi Tubuh Dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun 2018 Status
Frequency
Prosentase (%)
Mengalami Perubahan Tidak Mengalami Perubahan Total
178 24 202
88,1% 11,9% 100.0
69 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwasannya dari 202 responden dalam menilai perubahan fungsi tubuh dosen didapatkan 178 responden (88,1%) yang menilai dosen yang pernah mengajari mengalami perubahan fungsi. Hal ini dapat dilihat bahwa dari 8 pernyataan yang diberikan apabila salah satu saja dari pernyataann tersebut dinilai “ya” maka dosen tersebut dikatakan mengalami perubahan fungsi tubuh dan 24 responden (11,9%) menilai tidak mengalami perubahan. 2. Identifikasi Kualitas Pengajaran Dosen Di Universitas Muhammadiyah Surabaya Tabel 4.6 Karakteristik Penilaian Responden Berdasarkan Kualitas Pengajaran Dosen Di Universitas Muhammadiyah Surabaya Tahun 2018 Status
Frequency
Prosentase (%)
Baik Cukup Kurang Total
86 74 42 202
42,6% 36,6% 20,8% 100.0
Berdasarakan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 202 responden dalam menilai kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagian besar menilai baik sebanyak 86 responden (42,6%), menilai cukup sebanyak 74 responden (36,6%) dan yang memilih kurang sebanyak 42 responden (20,8%).
70 3. Analisis Hubungan Antara Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen Di Universitas Muhamadiyah Surabaya Tabel 4.7 Karakteristik Hubungan Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen Di Universitas Muhammadiyah Surabaya Tahun 2018 Kualitas Pengajaran Perubahan Fungsi Tubuh Baik % Cukup % Kurang % Total % Tidak 12 50% 11 45,8% 1 4,2% 24 11,9% YA 74 41,6% 63 35,4% 41 23% 178 88,1% Total 86 42,6% 74 36,6% 42 20,8% 202 100% Hasil Uji Spearman Rank P-Value = 0,039 < α = 0,05 Correlation Coefficient 0,146 Berdasarkan Tabel 4.7 hasil yang diperoleh dari 178 responden (88,1%) yang menilai dosen mengalami perubahan fungsi tubuh atau yang menjawab seluruh pernyataan pada kuesioner “ya” didapatkan 74 responden (41,6%) menilai dosen tersebut baik dalam mengajar, kemudian 63 responden (35,4%) menilai dosen cukup dalam mengajar, dan 41 responden (23%) menialai dosen kurang dalam mengajar. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman Rank diketahui bahwa p-Value 0,039 yang menandakan lebih kecil dari alfa α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, jadi ada hubungan yang signifikan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen, sedangkan Correlation Coefficient 0,146 yang berarti nilainya berada diantara 0,00-1,19 maka derajat hubungannya sangat lemah.
71 4.2
Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Perubahan Fungsi Tubuh Dosen Lansia Di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian dari 202 responden, bahwasannya responden yang memilih “ya” sebanyak 178 responden dan yang memilih “tidak” sebayak 24 responden, hal ini membuktikan bahwasannya responden mayoritas menilai dosen lansia yang pernah mengajar mereka mengalami perubahan fungsi tubuh karena berdasarkan pernyataan yang telah diberikan kepada responden apabila salah satu dari pernyataan tersebut dinilai “ya” maka dosen lansia tersebut dikatakan mengalami perubahan fungsi tubuh. Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang, pengihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas meajdi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran (Padila: 2013). Menurut WHO dan Undang-Undang No.13
tahun
1998
tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
72 Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan perubahan menyeluruh baik fisik, soasial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dan perlu kita ingat bahwa tiap-tiap perubahan mememrlukan penyesuain diri, padahal dalam kenyataan semakin menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain perubahan fisik dan perubahan sosial (Padila: 2013). Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas peneliti berasumsi bahwa perubahan fungsi tubuh lansia ditandai dengan perubahan gerak fungsional, pola aktivitas, pola interaksi, mental dan daya ingat seorang lansia itu sendiri, apabila tanda-tanda tersebut telah dimiliki oleh seorang lansia maka dia dikatakan mengalami perubahan dan hal ini sesuai dengan indikator dari pernyataan yang diberikan kepada responden. Berdasarkan sebagian besar responden dengan usia 20 tahun sebanyak 133 responden. Dalam usia normal perkuliahan semester 6 rata-rata berusia 20-21 tahun sehingga usia tersebut menjadi mayoritas responden. Dalam hal ini usia mempengaruhi penilaian responden karena seiring bertambahnya usia maka sesorang akan lebih bijak dalam menilai dan mengambil keputusan. Berdasarkan jurusan, seluruh mahasiswa program studi S1 Keperawatan menilai mengalami perubahan fungsi tubuh hal ini dikarenakan sesuai dengan jurusan yang menyangkut bidang kesehatan sehingga lebih mengetahui karakteristik tentang
73 kesehatan seseorang dibandingkan dengan jurusan lainnya. Berdasarkan status seluruh responden yang sudah menikah menilai dosen mengalami perubahan fungsi tubuh hal ini menunjukkan ada pengaruh status seseorang terhadap pemikiran dalam menilai seseorang. Berdasarkan jenis klamin perempuan lebih dominan dalam menilai dosen megalami perubahan yaitu sebanyak 128 responden dari 145 responden berjenis klamin perempuan, hasil penelitian Sankara dan Bui (2003) menunjukkan bahwa seorang perempuan akan lebih peduli terhadap penilaian dan prilaku etis seseorang. 4.2.2 Identifikasi
Kualitas
Pengajaran
Dosen
Di
Universitas
Muhammadiyah Surabaya Dari hasil penilaian responden terhadap dosen lansia yang pernah mengajari mereka sebagain besar menilai baik sebanyak 86 responden (42,6%). Proses pengajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta didik sebelumnya atau setidaknya sebagian besar. Demikian pula yang dikatakan Umar (2010), bahwasannya pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Di pihak lain pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada peserta didik harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidaktidaknya apa yang dicapai peserta didik merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pengajar dalam proses pengajarannya. (Rochiyati & Ratna : 2011).
74 Berdasarkan teori Bahri dan Zain (2010), bahwasannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pengajaran diantaranya; tujuan, guru/dosen, peserta didik, proses pengajaran, materi atau bahan ajar, dan media alat bantu. Dalam hal ini peneliti mengkategorikan faktor-faktor tersebut kedalam indikator yang akan diteliti dalam menilai kulitas pengajaran dosen, hal ini sesuai dengan teori Budiman (2014) bahwasannya dalam menilai dosen dikatakan baik buruknya dengan melihat proses pembelajaran yang diberikan dengan pengelolaan materi, alat bantu beerta metode yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas peneliti berasumsi bahwasannya proses pembelajaran yang baik ataupun berkualitas dapat dilihat dari sebagaimana dosen mampu memepengaruhi peserta didiknya sampai mengalami perubahan dari sebelum mengikuti proses pembelajaran sampai dengan setelah menerima pembelajaran dari dosen tersebut. Materi yang akan disampaikan tidak menarik bagi peserta didik tetapi ketika seorang dosen mampu memberikan menghidupkan suasana dalam proses pembelajaran tentunya pemikiran mahasiswa akan cenderung mengatakan baik, dalam hal ini dosen itu sendiri pasti membutuhkan suatu metode dan alat bantu yang lainnya agar apa yang akan disampaiakan dapat diterima atau dapat dinilai dengan baik oleh peserta didik. Terkadang apa yang dikatakan baik pada saat ini akan dikatakan buruk seiring berjalannya waktu dan proses yang dialami oleh seseorang, yang dalam hal ini akan timbul dari seorang dosen ketika mendapatkan sesuatu kontropersi yang tidak dinginkan pada saat pembelajaran berlangsung namun semua itu akan tetap dapat dijalankan selama faktor yang mempengaruhi kualiatas pembelajaran itu
75 sendiri masih tetap dimaksimalkan dengan baik oleh guru ataupun dosen sehingga akan mempengaruhi karakteristik peserta didik dari sbelumnya tidak tau menjadi lebih paham terhadap meteri yang disampaikan.
4.2.3 Analisis Hubungan Antara Perubahan Fungsi Tubuh Dengan Kualitas Pengajaran Dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dari analisa menggunakan Spearman Rank diketahui bahwa p-Value 0,039 yang menandakan lebih kecil dari alfa α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, jadi ada hubungan yang signifikan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen, sedangkan Correlation Coefficient 0,146 yang berarti nilainya berada diantara 0,00-1,19 maka derajat hubungannya sangat lemah. Hasil penelitian didapatkan bahwa dosen yang mengajar mereka dikatakan mengalami perubahan fungsi tubuh akan tetapi selama perubahan tersebut tidak mempengaruhi proses pengajaran dan sesuai dengan tujuan awal pembelajaran maka perubahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang erat terhadap kualitas pengajaran dosen tersebut. Berdasarkan hasil analisis silang antar kedua variabel menunjukkan bahwasannya mayoritas dosen mengalami perubahan fungsi tubuh dan responden menilai kualitas pengajaran dosen baik 42,6%, tetapi dari kategori cukup dan kurang yaitu 36,6% dan 20,8% hal ini menunjukkan apabila dari kategori penialian “cukup dan kurang” disatukan akan menimbulkan suatu kesenjangan karena nilai dari kedua kategori tersebut lebih tinggi dari kategori “baik” sehingga peneliti berasumsi bahwasannya salah satu faktor yang membuat hubungan kedua
76 variabel lemah yaitu penilaian responden yang dikatakan cukup dan kurang yang dalam artian tingkat konsentrasi peserta didik kurang namun tetap dikatakan kualitas pengajaran dosen dinilai baik. Hasil analisis diatas didukung adanya teori yang dikemukakan oleh Bahri dan Zain (2010) bahwa pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula, tujuan pembelajaran dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu dan gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik dan berdampak pada proses belajar mengajar Teori diatas juga didukung dalam penelitian Setijo Harsono (2013) yang mengatakan bahwa, Pengajar sebagai salah satu komponen penting pendidikan merupakan bagian yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga harus dipersiapkan secara efektif dan efisien, jika pengajar memiliki potensi yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang ada, maka sebaiknya disempurnakan. Pengembangan diri seorang dosen bukan dilakukan sebagai target, melainkan sebagai bagian mereka dalam menjalankan tugasnya dalam mencapai tujuan Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar anak
77 didik yang belajar. Maka guru atau dosen adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru. Gaya mengajar guru berubah mempengaruhi gaya belajar anak didik. Tetapi disini gaya mengajar guru lebih dominan mempengaruhi gaya belajar anak didik. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya dengan tercapainya keberhasilan pengajaran (Bahri & Zein : 2010). Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan mengahasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekata individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami peserta didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik (Bahri & Zein : 2010). Jadi berdasarkan beberapa teori yang telah dijelaskan maka dapat dikatakan bahwa teori dengan hasil penelitian menunjukkan hasil yang sesuai bahwasannya ada hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualiats pengajaran dosen. Proses pengajaran guru cenderung menggunakan metodenya masing-masing dengan pendekatakatan yang berbeda-beda, apabila pada saat proses pengajaran itu berlangsung kemudian ada suatu keadaan yang tidak diinginkan dari dosen itu
78 sendiri maka hal tersebut akan merubah hasil daripada pengajaran, sehingga kualitas pengajaran dosen itu sendiri tidak efektif. Akan tetapi selain perubahan fungsi tubuh itu sendiri peneliti berasumsi ada faktor lain yang menyebabkan hubungan lemah dalam penelitian ini, hal tersebut bisa dikarenakan tingkat pendidikan dan pengalaman dosen yang tidak diteliti, karena usia dosen memang tidak produktif lagi dan cenderung mengalami perubahan fungsi tubuh tetapi ketika seorang dosen mempunyai pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang baik dalam mengajar maka tujuan awal pembelajaran akan tercapai, sebaliknya tujuan awal itu sendiri tidak akan tercapai ketika dosen tidak mempunyai pengalaman dan tingkat pendidikan yang baik karena metode yang akan digunakan tidak dapat dimaksimalkan dengan baik. Pernyataan ini didukung oleh teori Budiman (2014), didalam pedidikan dan pembelajaran ada beberapa tingkatan yang harus dimiliki yaitu, materi pembelajaran, metode yang digunakan, kemudian yang paling penting daripada materi dan metode yaitu guru yang menyampaikan. Disamping itu juga ada aspek yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kinerja dosen dalam pembelajaran yaitu suatu motivasi, sarana prasarana, serta teknologi informasi yang memeadai, hal ini didikung oleh hasil penelitian Harsono, S. (2013) di Sekolah Tinggi Pelayaran Jakarta bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja dosen meliputi, pengetahuan, motivasi, kondisi sarana dan prasarana serta teknologi informasi berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja dosen yang berasal dari individu dosen yang merupakan hasil dari variabel penilaian disiplin, semangat kerja, sehingga memiliki kualitas yang maksimal.
79 Semua faktor tersebut akan mempermudah dosen dalam menggapai tujuan awal pembelajaran sesuai dengan silabus yang dirancang oleh dosen itu sendiri, maka dari itu faktor spontan yang terjadi pada dosen tidak akan berpengaruh besar selagi dosen masih memiliki faktor pendukung dalam mensukseskan proses pembalajaran yang diberikan kepada peserta didik atau mahasiswa itu sendiri. Sehingga permasalahan yang dipaparkan oleh peneliti di awal, bahwasannya mahasiswa merasa bosan saat proses pengajaran berlangsung karena gangguan dari dosen tersebut hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian ini bahwa selama peserta didik atau mahasiswa dapat menerima pembelajaran yang diberikan dosen maka kualiatas dosen dalam mengajar tetap dikatakan baik.
80 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dosen lansia di Universitas Muhammadiyah Surabaya Dinilai mengalami Perubahan fungsi tubuh 88,1% responden 2. Kualitas pengajaran dosen lansia di Universitas Muhammadiyah Surabaya dinilai baik (42,6%). 3. Ada hubungan antara perubahan fungsi tubuh dengan kualitas pengajaran dosen di Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan p-Value = 0,039 dengan Coefisien Corelation = 0,146. 5.2 Saran 1. Bagi Responden Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa ataupun peserta didik agar saling membantu satu sama lain dalam mensukseskan proses belajar mengajar karena kualitas pengajaran akan dinilai baik ketika tujuan awal pembelajaran dapat dicapai, tujuan tidak akan tercapai apabila tidak ada respon atau timbal balik daripada peserta didik itu sendiri. 2.
Bagi Instansi Berdasarkan hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih dosen dalam memberikan tanggung jawab untuk mengajar mahasiswa sesuai dengan pengalaman dan kemampuan dosen tersebut,
81 karena metode yang digunakan dipengaruhi oleh kompetensi atau profesi dosen itu sendiri serta mampu melaksanakannya dengan baik tentunya dengan pengalaman mengajar dan mengelolah kelas yang baik pula. Pengalaman dan kemampuan dosen berbeda-beda ketika memilih dosen yang dikatakan lebih tua mungkin dia memiliki pengalaman yang banyak dalam mengajar tetapi seiring berjalannya waktu pemikiran mahasiswa dengan pertumbuhan zaman akan mempengaruhi pola fikir mahasiswa dan kenyamanan mereka dalam menerima suatu pembelajaran sehingga pembelajaran
yang harus
digunakan
oleh
dosen
sesuai
dengan
perkembangan zaman pada saat ini. Sebaliknya memilih dosen yang lebih muda atau dikatakan masih junior dibandingkan dengan dosen yang tua terkadang lebih baik karena perkembangan zaman seiring dengan perkembangan masiswa itu sendiri sehingga terkadang dosen yang lebih muda lebih mengetahui karakteristik yang diinginkan mahasiswanya walaupun dari segi pengalaman masih dikatakan awal. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar instansi lebih memahami karakteristik dosen yang akan mengajar mahasiswa di instansi tersebut. 3.
Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya dapat menggunakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas pengajaran seperti dari segi hasil yang diinginkan ketika awal kontrak perkuliahan. Kemudian instrumen yang digunakan tidak hanya kuesioner tetapi juga dengan melakukan observasi dan
82 wawancara secara langsung karena dengan hanya kuesioner dikhwatirkan responden lebih subyektif dalam menilai sehingga hasil validitas rendah.
83 DAFTAR PUSTAKA Bahri & Zein. (2010). Strategi Belajar Mengajar.Cetakan ke -4 Jakarta: Rineka Cipta. Budiman, dkk. (2014). At Tarbiyatu Wa Ta’lim.Ponorogo: Darussalam Press. Fatmawati & Imron. (2017). “Perilaku Koping Pada Lansia Yang Mengalami Penurunan Gerak Dan Fungsi di Kecamatan Panjangan Desa Guwosari Yogyakarta”. FIP-UPI. (2009). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: Alfabeta. Hidayat, A.A. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medka. Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing. Hanafiah & Suhana. (2009).Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: Refika Aditama. Harsono. (2013). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Dan Implikasinya Pada Kesejahtraan Dosen Perguruan Tinggi Maritime, Sekolah Tinggi Pelayaran (STIP) Jakarta” Madhuati. (2016). “How Old Is Old ? Elderly Teachers In The Private Sector Schools In Sri Lanka” International Journal Of Health Education. Normadewi. (2012). “Analisis Pengaruh Jenis Klamin dan Tingkat Pendidikan Terhadap persepsi etis Mahasiswa Akuntansi dengan Love Of Money sebagai Variabel Interventing” Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi, 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi, 4. Jakarta: Salemba Medika.
84 Putri. dkk. (2013). Jurnal Keperawatan “Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Hidup Sehari-Hari Pada Lansia Dengan Stroke (Study Pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang”. Padilah. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta: EGC Permana. (2009).Jurnal Keperawatan Sudirman “Hubungan Penurunan Fungsi Gerak Lansia Terhadap Strategi Koping Stress Lansia Di Panti Jompo Welas Asih Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Rochiyati & Wardhani. (2011). “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dan Character Building”. Suriani. (2009). Fisioterapi Lansia. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualititatif Dan RND. Bandung: Alfabeta Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.