SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS SANTA MARIA PEKANBARU NOMOR 105/SKEP-RSSM/III/2012 Tentang KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI
DIREKTUR RUMAH SAKIT SANTA MARIA PEKANBARU Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Kamar Operasi yang bermutu tinggi; b. bahwa agar pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Royal Santa Maria Pekanbaru dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Kamar Operasi 3. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 779/MenKes/SK/VIII/2008 tetntang standar pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit. 4. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor:1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah Sakit 5. Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja Propinsi Riau No. KPT.31/III/2004 tentang pengesahan peraturan perusahaan Yayasan Salus Infirmorum 6. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan Salus Infirmorum Nomor 197Kpts/PYSI/III/2012 tentang Sruktur Organisasi Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru s MEMUTUSKAN: Menetapkan : Pertama
: Keputusan direktur rumah sakit santa maria pekanbaru tentang kebijakan pelayanan kamar operasi rumah sakit santa maria pekanbaru.
Kedua
: Kebijakan pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga
:
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru dilaksanakan oleh Ka. Kamar Operasi Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru
Keempat
:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Pekanbaru Pada tanggal : 26 maret 2012
Direktur Rumah Sakit Santa
Dr. Arifin
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS SANTA MARIA PEKANBARU NOMOR : 105/SKEP-RSSM/III/2012 TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI A. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESIOLOGI Kebijakan Umum 1. Pelayanan Anestesi, Sedasi dan Analgesi diberikan pada pasien yang akan menjalani pembedahan, prosedur medik atau trauma yang menyebabkan rasa nyeri kronik maupun akut, cemas dan stres psikis. 2. Pelayanan Anestesi menunjang fungsi tubuh, terutama jalan nafas, peredaran darah, dan kesadaran pasien serta menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan metabolism tubuh pasien. 3. Pelayanan anestesi melakukan reanomasi dan resusitasi jantung paru pada keadaan yang mengancam jiwa, diinstalasi manapun pasien berada ( IGD, Kamar Bedah, RR, ICU/ HCU/NICU/PICU/Poliklinik maupun ruang perawatan ) 4. Pelayanan Anestesiologi dilakukan oleh Dokter Spesialis Anestesiologi yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sudah melalui seleksi dan rekomendasi direktur. 5. Dokter Spesialis Anestesiologi terdiri dari dokter purna waktu dan beberapa dokter paruh waktu serta bertanggung jawab penuh pada pelayanan anestesiologi di seluruh instalasi Rumah Sakit Santa Maria yang jadwal jaganya diatur sedemikian rupa oleh dokter spesialis purna waktu. 6. Pelayanan Anestesiologi dibantu oleh beberapa perawat anestesi purna waktu yang bersertifikat dan memiliki ijin sesuai dengan ketentuan yang berlakuyang direkomendasikan oleh dokter spesialis Anestesiologi. 7. Perawat Anestesi dapat melakukan tindakan sedari ringan-moderat dan dalam apabila mendapat instruksi/izin dari dokter anestesi atau dokter operator dan tanggung jawab ada pada dokter anestesi atau dokter operator yang bersangkutan, semuanya didokumentasikan dalam rekam medis pasien. 8. Sedasi Ringan dapat dilakukan oleh dokter umum/dokter spesialis rumah sakit Santa Maria yang menangani pasien dan bertanggung jawab penuh terhadap pasien tersebut dalam pelaksanaannya. 9. Peralatan elektromedik anestesi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 10. Semua perlengkapan medic anestesi dan obat-obat anestesi harus selalu di cek fungsi dan kelengkapannya sebelum petugas anestesi melakukan tindakan medic anestesi terhadap pasien
11. Seluruh pelayanan anestesi di rumah sakit Santa Maria Pekanbaru, mengacu pada Panduan Pelayanan Anestesi yang telah disepakati dan disetujui oleh komite pelayanan medik rumah sakit Santa Maria Pekanbaru dan telah sesuai dengan standar pelayanan anestesiologi. 12. Semua pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien dan setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standart profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak-hak pasien. 13. Pelayanan anestesiologi dilaksanakan dalam 24 jam. 14. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin setiap bulan, minimal 1 bulan sekali, dan membuat laporan.
Kebijakan khusus 1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi diberikan informasi dan edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani,komplikasi yang mungkin terjadi serta respon terhadap komplikasi tersebut, prosedur pre anestesi dan post anestesi, selanjutnya pasien/keluarga menandatangani surat pernyataan telah mengerti akan semua penjelasan yang telah diberikan serta menandatangani surat persetujuan tindakan medis ( informed consent). 2. Pemberi edukasi diberikan oleh dokter penanggung jawab anestesi didampingi perawat atau dokter umum yang ditunjuk dan berkompeten didampingi perawat atau oleh perawat senior yang ditunjuk dan berkompeten didampingi oleh perawat lain 3. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan. 4. Setiap petugas yang ikut dalam tim pelayanan anestesi ( dokter spesialis/dokter umum/perawat anestesi/perawat), mampu melakukan berbagai teknik sedasi, pengaturan frekuensi minimum, monitoring yang tepat, mengenal tipe monitoring yang digunakan, mengenal zat revesal serta respon terhadap setiap komplikasi yang mungkin timbul selama anestesi berlangsung. 5. Setiap pasien sewaktu dikamar operasi, sebelum dilakukan anestesi, diidentifikasi kembali yang meliputi : Nama pasien, umur dan diagnose Dokter operator dan dokter anestesi Jenis anestesi dan jenis operasi Lokasi yang akan dioperasi Informed consent
6. Bila terjadi kecelakaan/ kegagalan dari tindakan anestesi yang dimaksud, hal tersebut dilaporkan kepada manager pelayanan untuk tindak lanjut. 7. Petugas anestesi memonitoring kondisi pasien secara terus menerus selama proses anestesi berlangsung sampai pada periode pemulihan pasca anestesi, dan semua pelaksanaan dicatat dalam blangko anestesi pasien serta didokumentasikan didalam rekam medis pasien tersebut. 8. Laporan anestesi harus ditulis oleh dokter anestesiologi secara lengkap sesuai dengan formulir yang sudah tersedia dan disimpan dalam rekam medis pasien 9. Setiap petugas anestesi atau staf anestesi wajib mengikuti pelatihan-pelatihan yang dijadwalkan oleh diklat Rumah Sakit Santa Maria demi pembangunan mutu rumah sakit 10. Bila terjadi bencana/ hospital disaster plan, anestesiologi siap dalam penanggulangannya.
B. KEBIJAKAN PELAYANAN BEDAH Kebijakan umum 1. Pelayanan operasi dikamar bedah ini dikelola oleh seorang Dokter Spesialis bersama staf managerial, didukung oleh kelompok dokter spesialisyang melakukan tindakan operasi atau tindakan invansif, dan juga oelh kelompok perawat khusus yang telah mendapat pendidikan atau pelatihan perawatan kamar bedah dan atau perawat yang telah berpengalaman dikamar bedah lebih dari 1 tahun. 2. Pelayanan bedah dilakukan oleh Dokter Spesialis bedah dari semua disiplin ilmu yang memiliki ijin sesuai dengan ketetuan yang berlaku dan sudah melalui seleksi dan rekomendasi direktur. 3. Semua perawat kamar bedah harus memilik ijin sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Penyediaan tenaga dikamar bedah mengacu pada pola ketenagaan. 5. Peralatan elektromedik bedah harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Semua pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien dan setiap petugaas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur oprasional yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak-hak pasien. 7. Pelayanan bedah dilaksanakan dalam 24 jam. 8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin setiap bulan minimal 1 kali sebulan dan wajib membuat laporan
Kebijakan khusus 1. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi dan edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani,komplikasi yang mungkin terjadi serta respon terhadap komplikasi tersebut, prosedur pre operasi dan post operasi, selanjutnya pasien/keluarga menandatangani surat pernyataan telah mengerti akan semua penjelasan yang telah diberikan serta menandatangani surat persetujuan tindakan medis ( informed consent). 2. Pemberi edukasi diberikan oleh dokter penanggung jawab pembedahan didampingi perawat atau dokter umum yang ditunjuk dan berkompeten didampingi perawat atau oleh perawat senior yang ditunjuk dan berkompeten didampingi oleh perawat lain. 3. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi selalu dijalankan. 4. Setiap petugas yang ikut dalam tim operasi ( dokter spesialis/dokter umum/perawat asisten/perawat instrument/perawat sirkuler), mampu mengenal anatomi tubuh manusia, menguasai teknik operasi yang akan dilakukan, mengenal instrument yang akan digunakan dalam pembedahan tersebut, serta respon terhadap komplikasi yang mungkin timbul. 5. Setiap pasien sewaktu dikamar operasi, sebelum dilakukan anestesi, dilaukkan identifikasi yang meliputi : Nama pasien, umur dan diagnose Dokter operator dan dokter anestesi Jenis anestesi dan jenis operasi Lokasi yang akan dioperasi Informed consent 6. Bila terjadi kecelakaan/ kegagalan dari tindakan operasi yang dimaksud, hal tersebut dilaporkan kepada pelayanan pasien safety untuk tindak lanjut. 7. Status fisiolgis pasien secara kontinu dimonitor oleh tim anestesi selama pembedahan berlangsung, apabila pasien dioperasi dengan anestesi umum atau regional, bila pasien dilakukan operasi dengan lokal anestesi, maka pemantauan status fisiologis pasien dilakukan oleh dokter bedah yang bertanggung jawab, semua temuan ditulis dan dimasukan dalam status rekam medis pasien 8. Penghitungan instrument dan kasa dilakukan sebelum operasi dan sesudah operasi, sebelum penutupan peritoneum, bila terdapat ketidak sesuaian, maka dilakukan penghitungan dan pencarian sebelum luka operasi ditutup. 9. Laporan operasi harus ditulis oleh dokter operator secara lengkap yang meliputi : Diagnosa pra operasi dan paska operasi Nama operator, asisten, instrument.
Nama prosedur dan teknik pembedahan dari awal insisi sampai menjahit luka operasi Specimen bedah untuk pemeriksaan jika ada Catatan komplikasi spesifik dan perdarahan Tanggal, waktu dan tanda tangan dokter operator yang bertanggung jawab Semua laporan didokumentasikan dalam status pasien 10. Informasi penjadwalan pasien (baik elektif maupun darurat) didapat dari instalasi rawat inap, IGD, Poli rawat jalan maupun poliklinik spesialis Rumah Sakit Santa Maria. 11. Bila terjadi penemuan diagnose baru pada pasien selama operasi berlangsung dan membutuhkan konsul cito di meja operasi dengan dokter spesialis lain, dokter operator dapat menginfomasikan kepada perawat coordinator ataupun perawat sirkuler untuk memanggil dokter konsultan yang dimaksud, selanjutnya bila keadaan telah memungkinkan, surat konsul dapat dituliskan kemudian, dan didokumentasikan didalam status rekam medik pasien. 12. Bila terjadi bencana atau hospital disaster plan, kamar bedah siap untuk berperan didalam penanggulangannya
Ditetapkan di : Pekanbaru Pada tanggal : 26 Maret 2012 Direktur RS. Santa Maria
Dr. Arifin