Sistem_moneter_internasional.docx

  • Uploaded by: Rizki Setiawan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sistem_moneter_internasional.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,046
  • Pages: 56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Moneter Internasional mengadopsi progam penghematan keuangan untuk menyeimbangkan anggarannya.Namun, kondisi di negara it uterus memburuk, beberapa kritikus mengklaim, karena kebijakan IMF yang ketat membuat resesi yang sudah buruk menjadi lebih buruk.Menjelang akhir 2001, dengan

pendapatan

pajak

pemerintah

yang

turun

drastic

sebagaimana

perekonomian yang dikontrak, pemerintah Argentina gagal dalam pembayaran utang, sumbangan senilai $80 miliar dari obligasi yang dikeluarkan pemerintah menjadi

tidak

berharga.Hal

ini

menciptakan

kriris

kepercayaan,

yang

mengakibatkan peso semakin tertekan. Sepanjang 2001, pemerintah Argentina telah berusaha untuk menaikkan nilai peso dengan bantuan pinjaman dari IMF, tetapi hal itu menjadikan sulit, dan utang semakin besar.Pada awal 2002, pemerintah tidak bisa mengelak dari jatuhnya nilai peso terhadap dolar, yang memungkinkan peso untuk mangambang bebas. Nilai tukar peso langsung jatuh pada nilai $1 = 3,5 peso. Penurunan nilai peso ini membantu menghidupkan kembali komoditas ekspor

Argentina,

yang

sekarang

jauh

lebih

murah

bagi

pembeli

asing.Melambungnya pertumbuhan ekonomi global setelah 2001 juga turut membantu, seperti memperbaiki perekonomian negara tetangga, Brasil.Menjelang 2003, perekonomian sekali lagi berada pada jalur pertumbuhan dan pengangguran

1

menurun.Pada

2005,

Argentina

melunasi

seluruh

utangnya

pada

IMF.Mengomentari mengenai pembayaran utang, Presiden Srgentina Nestor Kirchner mengkritik INF terhadap dukungan kebijakannya yang “memprovokasi kemiskinan dan kesengsaraan terhadap warga Argentina”. Sementara pandangan yang populer di Argentina, beberapa pengamat luar khawatir bahwa dengan terbebas sari kendala IMF, perekonomian Argentina akan kembali ke norma historisnya terhadap kebijakan moneter yang longgar dan inflasi yang tinggi. Apa yang terjadi di Argentina pada awal 2000 dan juga di Latvia pada 2008 (lihat Fokus Negara mengenai Latvia), menjadi pembahasan utama pada Bab ini. Kita akan membahas mengenai system moneter internasional dan pengaruhnya pada penukaran nilai tukar valuta. Sistem moneter internasional (international monetary system) ditujukan bagi institusi yang bertugas mengatur tingkat nilai tukar valuta. Pada Bab 9, kita mengasumsikan bursa valuta asing adalah institusi primer yang menentukan nilai tukar dari kekuatan permintaan dan penawaran yang menentukan harga relative dua nilai mata uang (contohnya, nilai mata uang mereka). Lebih dari itu, bahwa permintaan dan penawaran mata uang dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan suku bunga du Negara itu.Ketika nilai tukar ditentukan juga oleh nilai relatifnya, sistem yang digunakan disebut nilai tukar mengambang(floating exchange rate).Empat mata uang utama – dolar AS, Euro, Yen Jepang, Pound Inggris – adalah menerapkan sistem mengambang bebas terhadap mata uang lainnya.Oleh karena itu, nilai tukar mereka ditentukan oleh perlawanan pasar dan fluktuasi mereka tiap harinya atau tiap menitnya. Meskipun,

2

banyak Negara yang nilai tukar mata uangnya ditentukan oleh permainan pasar bebas, beberapa Negara mengadopsi sistem nilai tukar yang lain. Kebanyakan Negara-negara berkembang mematok mata uang mereka terutama pada dolar atau euro.Pematokan nilai tukar (pegged exchange rate) mata uang, berarti bahwa nilai mata uang relative tetap pada mata uang patokan, misalnya dolar AS, dan nilai tukar di antara mata uang tersebut dengan mata uang yang lain ditentukan oleh mata uang pematok tersebut. Argentina contohnya yang mematok nilai tukar mereka dengan dolar sejak 1990 sebelum akhirnya Argentina mengikuti sistem mata uang mengambang pada 2002 (seperti yang ada pada kasus pembuka bab ini). Latvia telah mematok mata uang mereka pada euro, dan beberapa Negara Arab juga telah menentukan patokan nilai mata uang mereka pada dolar AS. Negara yang lain, meskipun tidak mengadopsi nilai tukar patokan yang biasa mencoba untuk mengendalikan nilai mata uang mereka dengan beberapa nilai patokan lain yang juga menjadi referensi penting lainnya seperti dolar AS atau “keranjang” mata uang. Hal ini sering ditujukan sebagai Sistem nilai tukar mengambang tidak murni/terkendali (dirty float/managed floating system). Sebutan sistem teori mengambang karena dalam teori ini nilai dari mata uang ditentukan oleh kekuatan pasar, oleh karena itu hal ini disebut mengambang tidak murni/terkendali (sebagai lawan dari clean folat [sistem nilai tukar mengambang murni/bebas]) karena bank sentral Negara tersebut akan mengintervensi bursa valuta asing untuk menjaga nilai tukar mata uangnya, jika mata uang terdepresisasi terlalu cepat pada mata uang utama. Bangsa Cina telah mengadopsi 3

kebijakan ini sejak Juli 2005. Nilai tukar mata uang Cina, Yuan, telah terhubung pada nilai mata uang Negara lain, meliputi dolar, yen, dan euro serta hal itu diperbolehkan untuk bervariasi dalam nilai terhadap mata uang lainnya, tetapi hanya dalam batas-batas yang ketat. Negara lain masih beroperasi dengan nilai tukar tetap/kurs tetap (fixed exchange rate), dengan nilai susunan mata uang yang diajukan terhadap satu denan yang lain di beberapa kesepakatan bersama dalam nilai tukar. Sebelum memperkenalkan euro pada 2000, beberapa anggota UE beroperasi dengan nilai tukar tetap dalam konteks Sistem Moneter Eropa (European Monetary System – EMS).Dalam seperempat abad setelah Perang Dunia II, sebagian besar Negara industry dunia menggunakan sistem nilai tukar tetap.Meskipun sistem ini runtuh pada 1973, beberapa pendapat masih mempertahankan untuk menggunakan kembali sistem ini. Pada bab ini, kita akan membahas mengenai bagaimana sistem moneter internasional bekerja, dan implikasinya pada dunia bisnis internasional. Untuk memahami bagaimana sistemnya bekerja, kita harus meninjau kembali revolusinya. Kita akan memulai bagian ini dengan mendiskusikan Standar Emas selama 1930-an. Kemudian, kita akan mendiskusikan konferensi Bretton Woods pada 1944. Inilah yang mendasari kerangka kerja dari sistem moneter internasional setelah Perang Dunia II. Sistem Bretton Woods dikenal sebagai sistem nilai tukar tetap terhadap dolar AS. Di bawah sistem ini, nilai dari kebanyakan mata auang Negara-negara terhadap dolar adalah tetap untuk jangka waktu yang lama dan diizinkan untuk diubah hanya dengan kondisi atau 4

persyaratan tertentu. Konferensi Bretton Woods juga menghasilkan terbentuknya dua lembaga yang berperan penting dalam sistem moneter internasional – Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. IMF diberikan mandat untuk menjaga ketertiban sistem moneter internasional; Bank Dunia diberi tugas untuk mempromosikan pembangunan. Sekarang, kedua lembaga ini terus memainkan peran utama dalam perekonomian dunia dan sistem moneter internasional.Pada 1997 dan 1998, misalnya, IMF membantu negara-negara Asia menghadapi turunnya nilai mata uang mereka yang terjadi selama krisis keuangan Asia yang dimulai pada 1997.Imf juga aktif terlibat dalam membantu Argentina menangani krisis keuangan pada 2001. Menjelang 2005, IMF memiliki progam di 59 negara, yang sebaian besar adalah negara berkembang, dan memberikan dana senilai $71 miliar dalam bentuk pinjaman untuk negara-negara tersebut. Menjelang 2008, cakupan IMF meningkat menjadi 68 negara, namun jumlah pinjaman menurun sekitar senilai $17 miliar.Namun, telah terjadi perdebatan sengit tentang peran IMF dan pada tingkat lebih rendah Bank Dunia dan kelyakan kebijakan mereka untuk banyak negara berkembang.Beberapa kritikus terkemuka mengklaim bahwa dalam beberapa kasus, kebijakan IMF membuat keadaan justru memburuk, tidak lebih baik (seperti yang terjadi di Arggentina, di mana kebijakan yang sangat ketat justru telah memperburuk krisis). Perdebatan mengenai peran IMF mengambil urgensi baru yang memberikan lembaga tersebut keterlibatan yang luas dalam perekonomian negara-negara berkembang selama 1990-an dan awal 2000-an. Oleh karena itu, kita akan membahas masalah ini secara mendalam.

5

Sistem nilai tukar tetap Bretton Woods runtuh pada 1973. Sejak itu, dunia telah dioperasikan dengan sistem campurn di mana beberapa mata uang yang diizinkan untuk mengambang bebas, tetapi banyak dikelola dengan intervensi pemerintah ataupun dipatok ke mata uang lain. Kami akan menjelaskan alas an atas kegagalan sistem Bretton Woods serta sifat dari sistem ini. Kami juga akan membahas bagaimana sistem nilai tukar patokan bekerja. Lebih dari tiga decade setelah runtuhnya sistem Bretto Woods, perdebatan terus berlanjut mengenai jenis kebijakan nilai tukar yang terbaik bagidunia.Beberapa ekonom menganjurkan suatu sistem di man mata uang utama yang dibiarkan mengambang terhadap satu dengan yang lainnya.Yang lainnya berpendapat untuk kembali ke rezim nilai tukar tetp mirip yang dibentuk di Bretton Woods.Perdebatan ini sangat sengit dan penting, dan kami aakan memeriksa argument dari kedua belah pihak. Akhirnya, kita akan membahas implikasi dari teori nilai tukar tersebut dan praktiknya dalam bisnis internasional. Kita akan melihat bagaimana kebijakan nilai tukar yang diadopsi pemerintah dapat memiliki dampak penting pada prospek operasi bisnis di suatu negara. Mematok nilai peso terhadap dolar AS, misalnya, ternyata memiliki konsekuensi serius bagi daya saing bisnis di Argentina.Dolar terapresiasi di bursa valuta asing, begitu pula peso, yang secara efektif mengakibatkan barang produksi di Argentina keluar dari pasar dunia dan memberikan kontribusi terhadap resesi ekonomi di negara itu.Jika kurs kebijakan pemerintah mengakibatkan devaluasi mata uang, eksportir yang berbasis di negara itu dapat mengambil manfaat karena harga produk mereka menjadi lebih kompetitif di pasar luar negeri.Hal ini juga terjadi di Argentina setelah devaluasi

6

pada 2002. Atau, importir akan menderita karena kenaikan harga produk mereka, yang dapat memicu tekanan inflasi di negara tersebut. Kami juga akan melihat bagaimana kebijakan IMF dapat berdampak [ada prospek ekonomi bagi negara, dengan begitu, pada biaya serta manfaat ketika melakukan bisnis di negara itu.

7

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Standar Emas Standar emas memiliki asal-usul dalam penggunaan koin emas sebagai alat tukar, unit penghitungan, dan penyimpan nilai – praktik yang ada di zaman kuno. Ketika perdagangan internasional terbatas dalam volume, pembayaran untuk barang yang dibeli dari negara lain biasanya terbuat dari emas atau perak. Namun, karena volume perdagangan internasional dibangun pada Revolusi Industri, dibutuhkan sarana yang lebih nyaman dalam pembiayaan perdagangan internasional.Pengiriman jumlah besar emas dan perak di seluruh dunia untuk membiayai perdagangan internasional tampak tidak praktis.Solusi yang diadopsi adalah untuk pembayaran dalam mata uang kertas dan bagi pemerintah untuk menyetujui untuk mengonversi mata uang kertas menjadi emas pada permintaan pada tingkat bunga tetap. 2.1.1 Mekanisme Standar Emas Pematokan mata uang ke emas dan penjaminan konvertibilitas dikenal sebagai standar emas (gold standard).Menjamin 1880, sebagian besar negaranegara perdagangan utama di dunia, termasuk Inggris, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat, telah mengadopsi standar emas. Mengingat standar emas umum, nilai mata uang apa pun dala satuan uang lain (kurs) mudah untuk ditentukan. Sebagai contoh, di bawah standar emas, satu dolar AS didefinisikan sebagai setara dengan 23,22 butir emas (murni). Dengan demikian, kita bisa, 8

secara teori, menuntut agar pemerintah AS mengonversi satu dolar menjadi 23,22 butir emas. Karena ada 480 butir dalam satu ons, satu ons emas berbiaya senilai $20,67 (480/23,22). Jumlah uang yang dibutuhkan untuk membeli satu ons emas disebut sebagai nilai nominal emas (gold par value).Pound Inggris senilai 113 butir emas murni. Dengan kata lain, satu onsemas bernilai£4,25 (480/113). Dari nilai nominal emas pound dan dolar, kita bisa menghitung nilai tukar untuk mengonversi pound ke dolar, senilai £1 = $4,87 (yaitu, $20,67/£4,25). 2.1.2 Kekuatan Dari Standar Emas Kekuatan besar diklaim untuk standar emas bahwa itu berisi mekanisme yang kuat untuk mencapai keseimbangan neraca perdagangan oleh semua negara. Suatu negara dikatakan berada dalam keseimbangan neraca perdagangan (balance-of-trade equilibrium) saat pendapatan penduduknya yang diperoleh dari ekspor sama dengan jumlah yang digunakan untuk membayar ke negara lain untuk impor (rekening giro neraca pembayaran dalam keseimbangan). Misalkan hanya ada dua negara di dunia, Jepang dan Ameirika Serikat.Bayangkan neraca perdagangan Jepang adalah surplus karena ekspornya ke Amerika Serikat lebih besar daripada impor dari Amerika Serikat. Eksportir Jepang dibayar dalam dolar AS, kemudian mereka tukarkan dolar tersebut untuk yen Jepang di sebuah bank Jepang. Bank Jepang menyerahkan dolar kepada pemerintah AS dan menuntut pembayaran emas sebagai imbalan. (Ini merupakan penyederhanaan dari apa yang akan terjadi, tetapi itu menjelaskan maksud kita).

9

Di bawah standar emas, ketika Jepang memiliki surplus perdagangan, aka nada aliran bersih emas dari Amerika Serikat ke Jepang.Aliran emas ini otomatis mengurangi jumlah uang yang beredar di AS dan membengkakkan pasokan uang di Jepang.Seperti yang kita lihat pada Bab 9, ada hubungan erat antara pertumbuhan jumlah uang yang beredar dan inflasi harga. Peningkaatan jumlah uang yang beredar di Jepangakan mendorong turunnya harga di AS. Kenaikan harga barang-barang Jepang akan menurunkan permintaan untuk barang-barang, sementara penurunan harga barang-barang AS akan meningkatkan permintaan untuk barang-barang. Dengan demikian, Jepang akan mulai membeli lebih banyak dari Amerika Serikat dan Amerika Serikat akan membeli lebih sedikit dari Jepang, sampai keseimbangan neraca perdagangan dicapai. Mekanisme penyesuaian ini tampak begitu sederhana dan menarik yang bahkan hari ini, hamper 70 tahun setelah keruntuhan akhir standar emas, beberapa orang percaya, dunia harus kembali ke standar emas. 2.1.3 Periode Antara Perang: 1918-1939 Standar emas bekerja cukup baik dari 1870 sampai awal Perang Dunia I pada 1914, ketika itu ditinggalkan.Selama perang, beberapa pemerintah membiayai pengeluaran besar militer mereka dengan mencetak uang.Hal ini mengakibatkan inflasi, dan pada akhir perang pada 1918, tingkat harga yang lebih tinggi terjadi di mana-mana.Amerika Serikat kembali ke standar emas pada 1919, Britania Raya pada 1925, dan Prancis pada 1928.

10

Britania Raya kembali ke standar emas dengan mematok pound untuk emas, pada tingkat parias £4,25 per ons, meskipun inflasi cukup besar antara 1914 dan 1925. Harga barang Inggris keluar dari pasar luar negeri, yang mendorong negara itu ke dalam depresi berat.Ketika, pemegang pound asing kehilangan kepercayaan dalam komitmen Inggris untuk mempertahankan nilai mata uangnya, mereka mulai mengubah kepemilikan pound mereka menjadi emas.Pemerintah Inggris melihat bahwa tidak bisa memenuhi permintaan emas tanpa habisnya cadangan emas sehingga ditangguhkan konvertibilitas pada 1931. Amerika Serikat mengikuti dan meninggalkan standar emas pada 1933, namun kembali ke sna pada 1934, menaikkan harga dolar terhadap emas dari senilai $20,67 per ons menjadi $35 per ons. Karena lebih banyak dolar yang dibutuhkan untuk membeli satu ons emas dari sebelumnya, implikasinya adlah bahwa nilai dolar berkurang.Terjadi lah devaluasi dolar terhadap mata uang lainnya. Jadi, sebelum devaluasi, nilai tukar pound per dolar adalah £1 = $4,87, tetapi setelah devaluasi itu £1 = $8,24. Dengan mengurangi harga ekspor AS dan meningkatkan harga impor, pemerintah berusaha untuk menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat dengan meningkatkan output (pemerintah AS pada dasarnya menggunakan kurs sebagai instrument kebijakan perdagangan, sesuatu yang sekarang dituduhkan pada Cina). Namun, sejumlah negara lain mengadopsi taktik yang sama, dan dalam siklus devaluasi kompetitif yang segera muncul, tidak ada negara bisa menang. Hasilnya adalah hancurnya kepercayaan terhadap sistem yang ada.Dengan negara-negara yang mendevaluasi mata uang mereka sesuka hati, orang bisa tidak 11

lagi yakin berapa banyak emas yang dapat dibeli dengan mata uang mereka. Alihalih memegang mata uang negara lain, orang sering mencoba untuk mengubahnya menjadi emas segera, supaya negara mendevaluasi mata uangnya dalam periode intervensi. Hal ini menempatkan tekanan pada cadangan emas di berbagai negara, memaksa mereka untuk menangguhkan konvertibilitas emas.Menjelang awal Perang Dunia II pada 1939, standar emas sudah mati. 2.2 Sistem Bretton Woods Pada 1944, pada puncak Perang Dunia II, perwakilan dari 44 negara bertemu di Bretton Woods, New Hampshire, untuk merancang sebuah sitem moneter internasional yang baru. Dengan runtuhnya standar emas dan Depresi Besar pada 1930-an yang masih segar dalam pikiran ereka, negaarawan tersebut bertekad untuk membangun sebuah tatanan ekonomi yang akan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi pascaperang. Ada konsesus bahwa nilai tukar tetap yang diinginkan.Selain itu, para peserta konferensi ingin menghindari devaluasi kompetitif yang tidak masuk akal pada 1930-an, dan mereka mengakui bahwa standar emas tidak bisa menyediakan hal ini.Masalah utama dengan standar emas waktu itu adalah bahwa tidak ada lembaga multinasional yang bisa menghentikan negara untuk terlibat dalam devaluasi kompetitif. Kesepakatan yang dicapai di Bretton Woods mendirikan dua lembaga – multinasional Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Tugas IMF akan menjaga ketertiban dalam sistem moneter internasional dan Bank Dunia akan mempromosikan pembangunan ekonomi secara umum. Perjanjian Bretton

12

Woods juga menyerukan sistem niali tukar tetap yang akan diawasi oleh IMF. Berdasarkan pada perjanjian tersebut, semua negara diminta untuk memperbaiki nilai mata uang mereka dalam emas, tetapi juga tidak diharuskan untuk bertukar mata uang mereka untuk emas.Hanya dolar yang masih dapat dikonversikan menjadi vis-à-visdolar dan kemudian menghitung nilai nominal emas mata uang didasarkan pada nilai tukar dolar yang dipilih.Semua negara peserta sepakat mencoba untuk mempertahankan nilai mata uang (atau emas) sesuai kebutuhan. Misalnya, jika agen valuta asing menjual lebih dari mata uang seuatu negara, pemerintah negara itu akan melakukan intervensi di bursa valuta asing, membeli mata uang dalam upaya untuk meningkatkan permintaan dan mempertahankan nilai nominal emas. Aspek lain dari perjanjian Bretton Woods adalah komitmen untuk tidak menggunakan devaluasi sebagai senjata kebijakan perdagangan yang kompetitif. Namun, jika mata uang menjadi terlalu lemah, devaluasi hingga 10 persen akan diizinkan tanpa persetujuan formal oleh IMF. Devaluasi yang lebih besar membutuhkan persetujuan IMF. 2.2.1 Peran IMF Perjanjian IMF sangat dipengaruhi oleh runtuhnya keuangan dunia, devaluasi kompetitif, perang dagang, pengangguran yang tinggi, hiperinflasi di Jerman dan di tempat lain serta disintegrasi ekonomi secara umum yang terjadi antara dua perang dunia. Tujuan dari perjanjian Bretton Woods, di mana IMF

13

adalah penjaga utama, adalah untuk enghindari pengulangan kekacauan, melalui kombinasi disiplin dan fleksibilitas. Disiplin, sebuah rezim nilai tukar tetap memaksakan disiplindalam dua cara. Pertama, kebutuhan untuk mempertahankan nilai tukar tetap menempatkan rem pada devaluasi kompetitif dan membawa stabilitas lingkungan perdagangan dunia.Kedua, rezim nilai tukar tetap memaksakan disiplin moneter pada negara sehingga membatasi inflasi harga. Sebagai contoh, perhatikan apa yang akan terjadi di bawah rezim nilai tukar tetap jika pasokan uang Inggris meningat pesat dengan pencetakan pound. Sebagaimana dijelaskan pada Bab 9, peningkatan jumlah uang yang beredar akan menyebabkan inflasi harga. Mengingat nilai tukar tetap, inflasi akan membuat barang-barang Inggris tidak lagi kompetitif di pasar dunia, sementara harga impor akan menjadi lebih menarik di Inggris. Hasilnya akan menjadi deficit perdagangan di Inggris, dengan negara mengimpor lebih banyak ketimbang ekspor. Untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan ini di bawah rezim nilai tukar tetap. Inggris akan memerlukan untuk membatasi laju pertumbuhan uang beredar untuk membawa harga inflasi kembali tekendali. Dengan demikian, kurs tetap dipandang sebagai mekanisme untuk mengedalikan inflasi dan menerapkan disiplin ekonomi negara. Fleksibilitas, meskipun disiplin moneter merupakan tujuan utama dari perjanjian Bretton Woods, diakui bahwa ketatnya kebijakan kurs tetap akan terlalu fleksibel. Ini mungkin akan merobohkan rezim ini seperti yang terjadi pada standar emas. Dalam beberapa kasus, upaya suatu negara untuk mengurangi pertumbuhan uang yang beredar dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran 14

yang persisten deficit bisa memasukkan negara ke dalam resesi dan menciptakan angka pengangguran yang tinggi. Para penggas dari perjanjian Bretton Woods ingin menghindari pengangguran yang tinggi sehingga mereka membangun fleksibilitas yang terbatas ke dalam sistem. Dua fitur utma dari Perjanjian IMF yang membiarkan fleksibilitas ini: fasilitas pinjaman IMF dan paritas yang disesuaikan. IMF siap untuk meminjamkan mata uang asing kepada anggota untuk mereka selama periode singkat neraca pembayaran deficit, ketika pengetatan cepat kebijakan moneter atau fiskalakan merugikan lapangan kerja dalam negeri. Sejumlah emas dan dana dari mta uang asing diberikan oleh anggota IMF yang menyediakan sumber daya untuk operasi pinjaman ini. Sebuah neraca pembayaran yang defisit secara terus menerus dapat menyebabkan menipisnya cadangan suatu negara mata uang asing, memaksanya untuk mendevaluasi mata uangnya. Dengan memberikan negara-negara deficit-pinjaman mata uang asing dalam jangka pendek, IMF akan memberi waktu bagi negara-negara untuk menurunkan tingkat inflasi dan mengurangi deficit neraca pembayaran mereka. Ada keyakinan bahwa pinjaman

tersebut

bisa

mengurangi

tekanan

untuk

mendevaluasi

dan

memungkinkan untuk penyesuaian lebih tertib dan kurang menyakitkan. Negara-negara itu diizinkan untuk meminjam dalam jumlah terbatas dari IMF tanpa mengikuti perjanjian tertentu. Namun, gambar yang luas dari dana IMF akan membutuhkan sebuah negara untuk menyetujui pengawasan IMF yang semakin ketat terkait kebijakan makroekonomi. Peminjam dalam jumlah besar harus menyetujui syarat moneter dan fiscal kondisi IMF, yang biasanya termasuk 15

target mandate IMF pada petumbuhan uang yang beredar dalam negeri, kebijakan pajak, pengeluaran pemerintah, dan sebagainya. Sistem paritas disesuaikan, diperbolehkan untuk devaluasi mata uang suatu negara dengan lebih dari 10 persen jika IMF sepakat bahwa keseimbangan pembayaran

negara

itu

dalam

“ketidakseimbangan

mendasar”.Istilah

ketidakseimbangan mendasar tidak didefinisikan dalam Perjanjian IMF, tetapi itu dimaksudkan untuk diterapkan pada negara-negara yang telah mengalami pergeseran permanen yang nerugikan dalam permintaan untuk produk mereka. Tanpa devaluasi, negara tersebut akan mengalami angka pengangguran yang tinggi dan deficit perdagangan yang kuat sampai tingkat harga domestik telah jatuh cukup jauh untuk mengembalikan keseimbangan neraca pembayaran. Keyakinannya adalah devaluasi yang bisa membantu menghindari proses penyesuaian yang merugikan dalam keadaan seperti itu.

2.2.2 Peran Bank Dunia Nama resmi untuk Bank Dunia adalah Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pengembangan (International Bank for Reconstruction and Development – IBRD).Ketika penggagas Bretton Woods mendirikan Bank Dunia, kebutuhan untuk merekontruksi ekonomi yang dilanda perang di Eropa adalah yang utama dalam pikiran mereka.Misi awal bank adalah untuk membantu membiayai pembangunan ekonomi Eropa dengan menyediakan pinjaman berbunga rendah.Ternyata, bank Dunia dibayangi dalam peran ini oleh Marshall

16

Plan, di mana Amerika Serikat meminjamkan uang langsungke negara-negara Eropa

untuk

membantu

mereka

membangun

kembali

Eropa.Jadi,

bak

mengalihkan perhatian untuk “pengembangan” dan mulai meminjamkan uang kepada negara-negara Dunia ketiga.Pada 1950, bank berkonsentrasi pada proyekproyek sector public. Pembangkit listril, pembangunan jalan, dan investasi transportasi lain dan pendukungnya. Selama 1960, secara mandiri bank juga mulai meminjamkan dana yang besar dalam mendukung pertanian, pendidikan, pengendalian populasi, dan pembangunan perkotaan. Bank meminjamkan uang di bawah dua skema.Berdasarkan pada skem IBRD, uang diterbitkan melalui penjualan obligasi di pasar modal internasional. Peminjam membayar bank pada suku bunga yang dipesan pada pasar – dana ditambah margin untuk biaya. Nilai “pasar” ini berada pada tingkat lebih rendah dari tingkat penanda bank umum.Di bawah skema IBRD, bank menawarkan pinjaman berbungan rendah kepada pelanggan yang berisiko, seperti pemerintah negara-negara terbelakang. Skema kedua diawasi oleh International Development Association (IDA), kepanjangan tangan dari bank yang diciptakan pada 1960.Sumber daya untuk mendanai pinjaman IDA dierbitkan melalui iuran anggota negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman.Pinjaman IDA hanya untuk negaranegara termiskin.Peminjam memiliki termin/jangka waktu 50 tahun untuk membayar pada suku bunga 1 persen per tahun.Negara-negara termiskin di dunia menerima hibah dan pinjaman tanpa bunga.

17

2.3 Runtuhnya Sistem Nilai Tukar Tetap Sistem nilai tukar tetap yang dibentuk di Bretton Woods bekerja dengan baik sampai akhir 1960-an, ketika mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan. Sistem ini akhirnya runtuh pada 1973, ketika ia digantikan oleh sistem mengambang terkendali (managed-float system)Untuk memahami mengapa sistem nilai tukat tetap runtuh, kita harus mengapresiasi peran khusus dari dolar AS. Sebagai satu-satunya mata uang asing yang dapat dikonvensi terhadap emas dan sebagai mata uang yang berfungsi sebagai acuan bagi mata uang lain, dolar menduduki tempat sentral dalam sistem. Setiap tekanan pada dolar untuk mendevaluasi bisa mengacaukan sistem dan itulah yang terjadi. Sebagian besar ekonom melacak pecahnya sistem nilai tukar AS pada kebijakan makroekonomi 1965-1968.Untuk membiayai konflik dengan Vietnam dan

program

kesejahteraannya,

Presiden

Lyndon

Johnson

mendukung

peningkatan pengeluaran Pemerintah AS yang tidak dibiayai oleh kenaikan pajak. Sebaliknya, hali itu dibiayai oleh peningkatan jumlah uang yang beredar, yang menyebabkan kenaikan inflasi harga, yang kurang dari 4 persen pada 1966 kemudian menjadi hamper 9 persen pada 1968. Pada saat yang sama, kenaikan pengeluaran pemerintah telah mendorong perekonomian. Dengan lebih banyak uang dalam saku mereka, orang menghabiskan lebih – khususnya pada impor – dan neraca perdagangan AS mulai memburuk. (Perspektif pembaca akan mencatat bahwa ada kesejajaran di sini dengan situasi yang berlaku di Amerika pada 20022005, ketika sekali lagi pemerintah memperluas pengeluaran untuk membayar perang dengan negara asing dan mendanai pengeluaran melalui ekspansi moneter 18

– pada dasarnya, lenih banyak pemerintah yang meminjam – yang merangsang ekonomi dan menyebabkan lonjakan impor. Beberapa pengamat khawatir bahwa ekspansi tersirat dalam peredaran uang AS yang pada akhirnya dapat menyebabkan percepatan dalam tingkat inflasi di Amerika Serikat). Kenaikan Inflasi dan memburuknya posisi perdagangan luar negeri AS menimbulkan spekulasi di bursa valuta asing bahwa dolar akan terdevaluasi. Hal ini terjadi pada musim semi 1971 ketika angka-angka perdagangan AS menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya sejak 1945, impor Amerika Serikat lebih besar dari ekspornya. Hal ini mendorong pembelian deutsche mark Jerman dalam jumlah besar di bursa valuta asing oleh spekulan yang menduga bahwa mark akan terapresiasi kembali terhadap dolar. Pada suatu hari 4 Mei 1971, Bundesbank (bank sentral Jerman) harus membeli senilai $1 miliar untuk menahan nilai tukar dolar/deutsche mark pada nilai tukar tetap mengingat besarnya permintaan untuk deutsche mark. Pada pagi, 5 Mei, Bundesbank membeli lagi senilai $1 miliar selama jam pertama perdagangan valuta asing! Pada saat itu, Bundesbank menghadapi hal yang tidak terelakkan dan memungkinkan mata uangnya mengambang. Dalam minggu-minggu setelah keputusan untuk mengikuti sistem mengambang, bursa valuta asing menjadi semakin yakin bahwa dolar akan harus terdevaluasi. Namun, devaluasi dolar adalah hal yang mudah. Berdasarkan pada ketentuan Bretton Woods, negara lain bisa mengubah nilai tukarnya terhadap semua mata uang hanya dengan memperbaiki tingkat dolar pada tingkat yang baru. Akan tetapi, sebagai mata uang kunci dalam sistem, dolar bisaterdevaluasi 19

hanya jika semua negara setuju untuk secara bersamaan merevaluasi terhadap dolar. Banyak negara tidak mau merevaluasi karena akan membuat produk mereka lebih mahal dibandingkan dengan produk AS. Untuk memaksakan masalah, presiden Nixon mengumumkan pada Agustus 1971 bahwa dolar tidak lagi ditukar dengan emas.Ia juga mengumumkan bahwa pajak baru 10 persen pada impor akan tetap berlaku sampai mitra dagang AS sepakat untuk merevaluasi mata uangnya terhadap dolar. Hal ini membawa mitra dagang ke meja perundingan dan pada desember 1971 sebuah kesepakatan dicapai untuk mendevaluasi dolar sekitar 8 persen terhadap mata uang asing, Pajak impor kemudian dihapus. Masalahnya tidak terselesaikan begitu saja, bahkan posisi neraca pembayaran AS terus memburuk sepanjang 1972, sementara uang yang beredar terus berkembang pada tingkat inflansi. Spekulasi terus tumbuh bahwa dolar masih dinilai terlalu tinggi dan devaluasi kedua akan diperlukan. Untuk mengantisipasi, agen valuta asing mulai mengonversi dolar untuk deutsche mark dan mata uang lainnya. Setelah gelombang besar spekulasi pada februari 1972, di mana puncaknya bank sentral Eropa menghabiskan biaya senilai $3,6 miliar pada 1 maret untuk mencoba mencegah mata uang mereka dari apresiasi terhadap dolar, bursa valuta asing ditutup. Ketika bursa valuta asing dibuka kembali pada 19 maret, mata uang jepang dan sebagian besar negara eropa mengambang terhadap dolar, meskipun banyak negara berkembang terus mematok mata uang mereka terhadap dolar, dan banyak lagi negara-negara yang melakukan hal tersebut pada saat ini. Pada saat itu, beralihnya ke sistem mengambang dipandang 20

sebagai respons sementara spekulasi yang diatur di bursa valuta asing. Akan tetapi, sekarang lebih dari 30 tahun sejak sistem nilai tukar tetap Bretton Woods runtuh, dan solusi sementara ini tampak permanen. Sistem Bretton Woods memiliki Achiess heel : Sistem tidak bisa bekerja jika mata uang utamanya, dolar AS, berada di bawah serangan spekulatif. Sistem Bretton Woods bisa bekerja hanya selama tingkat inflasi AS tetap rendah dan Amerika Serikat tidak mengalami defisit neraca pembayaran. Setelah hal-hal terjadi, sistem segera menjadi tegang ke titik akhir. 2.4 Rezim Nilai Tukar Mengambang Rezim nilai tukar mengambang diterapkan setelah runtuhnya nilai tukar tetap yang diresmikan pada Januari 1976 ketika anggota-anggota IMF mengadakan pertemuan di jamaika dan menyetujui aturan-aturan dalam sistem moneter internasional yang kita pakai sekarang.

2.4.1 Kesepakatan Jamaika Pertemuan di jamaika merevisi perjanjian IMF untuk mencerminkan realitas baru nilai tukar mengambang. Unsur-unsur utama dari perjanjian jamaika meliputi : 

Sistem nilai tukar mengambang (floating) dinyatakan diterima. Anggota IMF diizinkan untuk memasuki bursa valuta asing bahkan keluar dengan “tanpa jaminan” fluktuasi spekulatif.

21



Emas ditinggalkan sebagai aset cadangan. IMF mengembalikan cadangan emasnya kepada anggota dengan harga pasar pada saat ini, menempatkan hasil dalam dana perwalian untuk membantu negara-negara miskin. Anggota IMF diizinkan untuk menjual cadangan emas mereka sendiri pada harga pasar.



Jumlah kuota IMF tahunan – jumlah negara anggota berkontribusi pada IMF-yang meningkat menjadi senilai $41 miliar. (sejak itu kontribusi telah meningkat sampai senilai $300 miliar, sedangkan keanggotaan IMF telah diperluas untuk mencakup 186 negara.) pada 2009, IMF berusaha untuk meningkatkan pendanaan untuk membantu krisis keuangan global. Negara nonpengekspor minyak, negara-negara kurang berkembang diberi akses lebih besar ke dana IMF.

Setelah Jamaika, IMF melanjutkan perannya untuk membantu negara-negara mengatasi masalah makroekonomi dan pertukaran, meskipun dalam konteks rezim nilai tukar yang sangat berbeda. 2.4.2 Nilai Tukar Sejak 1973 Sejak maret 1973, nilai tukar telah menjadi jauh lebih volatile atau mudah berubah dan kurang dapat diprediksi daripada antara 1945 dan 1973. Volatilitas ini sebagian telah menyebabkan sejumlah guncangan takterduga untuk sistem moneter dunia : 

Krisis minyak pada 1971, ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menaikkan empat kali lipat harga minyak. Efek berbahaya ini

22

pada tingkat inflansi AS dan posisi perdagangan mengakibatkan penurunan lebih lanjut dalam nilai dolar. 

Hilangnya kepercayaan dalam dolar menyusu kenaikan tajam dalam tingkat inflansi AS pada 1977-1978.



Krisis minyak 1979, ketika OPEC sekali lagi menaikkan harga minyak ini secara dramatis – dua kali lipat.



Kenaikan takterduga dalam dolar antara 1980 dan 1985, meskipun memperburuk potret neraca pembayaran.



Jatuhnya dolar AS terhadap yen jepang dan deutsche mark jerman antara 1985-1987, dan terhadap yen antara 1993 dan 1995.



Runtuhnya sistem moneter eropa pada 1992 secara parsial.



Pada 1997 krisis mata uang asia, ketika mata uang dari beberapa negara asia, korea selatan, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, hilang antara 50 persen dan 80 persen dari nilai mereka terhadap dolar AS dalam beberapa bulan.



Penurunan nilai dolar AS dari 2001-2008.

Gambar 10.1 merangkum bagaimana nilai dolar AS telah berfluktuasi pada indeks mata uang perdagangan utama antara 1973 dan 2008. (indeks, yang ditetapkan sama dengan 100, Maret 1973, adalah rata-rata tertimbang dari nilai devisa dari dolar AS terhadap mata uang yang beredar luas di luar negara). Sebuah fenomena menarik pada gambar 10.1 adalah peningkatan pesat dalam nilai dolar antara 1980 dan 1985 dan selanjutnya jatuh antara 1985 dan 1988. Hal serupa, meskipun kurang menonjol, naik turunnya nilai dolar terjadi pada 1995 dan 2006, secara

23

singkat kita akan membahas naik turunnya dolar selama periode ini karena mengungkapkan sesuatu tentang bagaimana sistem moneter internasional telah beroperasi dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan nilai dolar antara 1980 dan 1985 terjadi ketika Amerika serikat mengalami defisit perdagangan yang besar, impor secara substansial lebih dari ekspor. Kebijaksanaan konvensional akan menunjukan bahwa peningkatan pasokan dolar di bursa valuta asing sebagai akibat dari defisit perdagangan harus mengarah pada penurunan nilai dolar, tetapi sebagaimana gambar 10.1 menunjukan, itu menjadi meningkat.mengapa? Sejumlah faktor yang menguntungkan mengatasi efek menguntungkan dari defisit perdagangan.Pertumbuhan ekonomi yang kuat di amerika menarik derasnya aliran modal dari investor asing yang mencari keuntungan tinggi pada aset modal.Suku bunga riil yang tinggi menarik investor asing yang mencari keuntungan yang tinggi pada aset modal. Suku bunga riil yang tinggi menarik investor asing yang mencari keuntungan yang tinggi pada aset keuangan. Pada saat yang sama, kekacauan politik di bagian lain dunia, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat di negara-negara maju di Eropa, membantu menciptakan pandangan bahwa Amerika Serikat adalah tempat yang baik untuk berinvestasi. Arus masuk modal meningkatkan permintaan untuk dolar di bursa valuta asing yang mendorong nilai dolar naik terhadap mata uang lainnya. Penurunan nilai dolar antara 1985 dan 1988 disebabkan oleh kombinasi intervensi pemerintah dan kekuatan pasar. Kenaikan dolar, di mana harga barang-

24

barang AS dari pasar luar negeri dan yang membuat impor relatif murah, telah memberikan kontribusi terhadap gambar perdagangan yang suram. Pada 1985, Amerika Serikat mencatatkan defisit perdagangan pada rekor tinggi, lebih dari senilai $160 miliar. Hal ini menyebabkan pertumbuhan permintaan untuk proteksionisme di Amerika Serikat. Pada September 1985, para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari yang disebut Kelompok Lima negara industri utama (Inggris, Prancis, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat) bertemu di Hotel Plaza di New York dan mencapai apa yang kemudian disebut sebagai Plaza Accord. Mereka mengumumkan bahwa hal tersebut akan menjadi sangat diharapkan terhadap mata uang utama untuk menghargai vis-a-vis dolar AS dan berjanji untuk campur tangan dalam bursa valuta asing, menjual dolar, untuk mendorong tujuan ini. Dolar sudah mulai melemah pada musim panas 1985, dan pengumuman ini lebih mempercepat penurunan. Dolar terus menurun sampai 1987. Pemerintah Kelompok Lima mulai khawair bahwa dolar akan menurun terlalu jauh sehingga menteri keuangan dari kelompok Lima bertemu di Paris pada februari 1987 dan mencapai kesepakatan baru yang dikenal sebagai Louvre Accord. Mereka sepakat bahwa nilai tukar telah disesuaikan cukup dan berjanji untuk mendukung stabilitas nilai tukar sekitar level mereka saat ini dengan melakukan intervensi di bursa valuta asing bila diperlukan untuk membeli dan menjual mata uang. Meskipun dolar terus menurun selama beberapa bulan setelah Louvre Accord. Tingkat penurunan melambat dan menjelang awal 1988 penurunan telah berakhir.

25

Kecuali untuk sebuah kebingungan spekulatif singkat sekitar waktu Perang Teluk Persia pada 1991, dolar relatif stabil untuk paruh pertama 1990-an. Namun, pada akhir 1990-an dolar mulai mengapresiasi terhadap sebagian besar mata uang utama, termasuk euro setelah diperkenalkan, meskipun Amerika Serikat masih menjalankan defisit neraca pembayaran. Sekali lagi, kekuatan pendorong untuk apresiasi nilai dolar adalah bahwa orang asing terus berinvestasi dalam aset keuangan AS, terutama saham dan obligasi serta aliran uang yang meningkatkan nilai dolar di bursa valuta asing. Investasi masuk adalah karena keyakinanbahwa aset keuangan AS menawarkan imbal hasil yang menguntungkan. Menjelang 2002, bagaimanapun pihak asing sudah mulai kehilangan nafsu untuk saham AS dan obligasi serta pemasukan uang ke Amerika Serikat yang melambat. Daripada menginvestasikan kembali dolar yang diperoleh dari ekspor ke Amerika Serikat dalam aset keuangan AS, mereka menukar dolar untuk mata uang lainnya, terutama euro, untuk berinvestasi dalam aset mata uang nondolar. Salah satu alasan untuk ini adalah pertumbuhan defisit perdagangan AS yang terus-menerus, yang mencapai rekor seniai $767 miliar pada 2005, dan senilai $712 miliar pada 2007. Meskipun defisit perdagangan AS telah mencapai rekor selama puluhan tahun, defisit pada 2005 adalah yang terbesar yang pernah terjadi ketika diukur sebagai persentase dari PDB (7 persen dari PDB pada 2005). Para rekor defisit berarti bahwa semakin banyak dolar yang mengalir keluar dari Amerika Serikat ke tangan asing dan orang asing yang cenderung kurang untuk menginvestasikan kembali dolar mereka di Amerika Serikat pada tingkat yang diperlukan untuk menjaga dolar stabil. Keengganan orang asing ini 26

tumbuh untuk berinvestasi di Amerika Serikat pada gilirannya disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ada perlambatan dalam kegiatan ekonomi AS selama 2001-2002 dan pemulihan agak lambat sesudahnya, yang membuat aset AS kurang menarik. Kedua, defisit anggaran pemerintah AS berkembang pesat setelah 2001, mencapai rekor $318 miliar pada 2005 sebelum jatuh menjadi senilai $248 miliar pada 2006, dan selanjutnya turun menjadi senilai $158 miliar pada 2007. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pada akhirnya defisit anggaran akan dibiayai oleh kebijakan moneter ekspansif yang bisa menyebabkan inflasi harga yang lebih tinggi. Karena inflasi akan mengurangi nilai dolar, orang asing memutuskan untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko ini dengan mengadakan aset dolar lebih sedikit dalam portofolio investasi mereka. Ketiga, dari 2003 dan seterusnya pejabat pemerintah AS mulai “merendahkan” nilai dolar, sebagaian karena pemerintah percaya bahwa dolar lebih murah akan meningkatkan

ekspor

dan

mengurangi

impor

sehingga

meningkatkan

keseimbangan AS posisi perdagangan. Pihak asing melihat ini sebagai sinyal bahwa pemerintah AS tidak akan campur tangan dalam bursa valuta asing untuk menopang

nilai

dolar,

yang

meningkatkan

keengganan

mereka

untuk

menginventasikan kembali dolar yang diterima dari penjualan ekspor dalam aset keuangan AS. Sebagai akibat dari faktor-faktor ini, permintaan untuk dolar melemah dan nilai dolar merosot di bursa valuta asing, memukul nilai indeks 80,19 pada Desember 2004, nilai terendah sejak indeks mulai pada 1973. Meskipun dolar menguat sedikit pada 2005 dan 2006, banyak komentator percaya bahwa itu bisa melanjutkan kejatuhannya pada tahun mendatang, terutama jika

27

pemegang besar adalah dolar AS, seperti produsen minyak, memutuskan untuk mendiversifikasi kepemilikan valuta asing mereka (lihat berikutnya fokus negara untuk pembahasan kemungkinan ini). Memang, dolar turun lagi pada 2007, dan menjelang November 2007 indeks dolar terhadap mata uang utama turun menjadi 72,5 dari 102,5 pada November 2002. Namun, dari pertengahan 2008 sampai awal 2009 dolar mengalami reli secara moderat terhadap mata uang utama. Ini terlepas dari fakta bahwa ekonomi Amerika sedang mengalami krisis keuangan yang serius. Penjelasan untuk ini bahwa meskipun situasi Amerika, kondisi keuangan global secara keseluruhan juga tegang. Memang, kondisi di beberapa negara lain yang relatif lebih buruk. Akibatnya, investor asing melihat dolar sebagai mata uang yang relatif aman dan menaruh uang mereka ke dalam aset AS berisiko rendah, khususnya obligasi pemerintah AS dengan imbal hasil rendah. Dengan demikian, kita melihat bahwa dalam sejarah nilai dolar telah ditentukan oleh kedua kekuatan pasar dan intervensi pemerintah. Di bawah rezim nilai tukar mengambang kekuatan pasar telah menghasilkan nilai tukar dolar stabil. Pemerintah kadang-kadang merespons dengan melakukan intervensi di pasar-beli dan menjual dolar-dalam upaya untuk membatasi volatilitas pasar dan untuk memperbaiki apa yang mereka lihat sebagai valuasi berlebih (pada 1985) atau potensi apresiasi dolar (1987). Selain intervensi langsung, pernyataan dari pejabat pemerintah sering kali mempengaruhi nilai dolar. Dolar mungkin telah menurun sebanyak itu pada 2004, misalnya, tidak ada pejabat pemerintah AS yang secara terbuka mengesampingkan tindakan apa pun untuk menghentikan penurunan dolar. Paradoksnya, sinyal tidak bisa mengintervensi dan memengaruhi

28

pasar. Frekuensi intervensi pemerintah di bursa valuta asing menejelaskan mengapa sistem ini kadang-kadang dianggap sebagai sistem mengambang terkendali (managed-float-system) atau sistem mengambang takmurni. 2.5 Nilai Tukar Tetap versus Kurs Mengambang Kegagalan sistem Bretton Woods tidak menghentikan perdebatan tentang manfaat relatif dari rezim nilai tukar tetap dan mengambang. Kekecawaan dengan sistem suku bunga mengambang dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan perdebatan baru tentang manfaat nilai tukar tetap. Pada bagian ini, kita meninjau argumen untuk nilai tukar tetap dan mengambang. Kami akan membahas alasan untuk suku bunga mengambang sebelum membahas mengapa banyak komentator yang kecewa dengan pengalaman di bawah nilai tukar mengambang dan merindukan sistem suku bunga tetap. Alasan Untuk Nilai Tukar Mengambang, Alasan dalam mendukung nilai tukar mengambang memiliki dua elemen utama: otonomi kebijakan moneter dan penyesuaian neraca perdagangan otomatis. Otonomis Kebijakan Moneter, Beberapa analis berpendapat bahwa di bawah sistem tetap, kemampuan suatu negara untuk memperluas atau membatasi peredaran uangnya seperti yang terlihat dibatasi oleh kebutuhan untuk menjaga paritas nilai tukar. Ekspansi moneter dapat menyebabkan inflasi, yang menempatkan tekanan pada niai tukar tetap. Demikian pula, kontraksi moneter memerlukan suku bunga yang tinggi (untuk mengurangi permintaan uang). Suku bunga yang tinggi menyebabkan aliran uang dari luar negeri, yang menempatkan

29

tekanan pada tukar tetap. Jadi, untuk

mempertahankan paritas nilai tukar di

bawah sistem tetap, mata uang memiliki keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk menggunakan kebijakan moneter untuk memperluas atau membatasi ekonomi mereka. Para pendukung rezim nilai tukar mengambang berpendapat bahwa penghapusan kewajiban untuk mempertahankan paritas nilai tukar akan mengembalikan pengendalian moneter kepada pemerintah. Jika pemerintah dihadapkan pada pengangguran yang menginginkan peningkatan jumlah uang yang beredar untuk merangsang permintaan domestik dan mengurangi pengangguran, bisa melakukannya tanpa terbebani oleh kebutuhan untuk mempertahankan nilai tukar. Ekspansi moneter mungkin menyebabkan inflasi, yang pada gilirannya akan mengakibatkan depresiasi mata uang negara. Jika teori PPP benar, depresiasi mata uang yang dihasilkan di bursa valuta asing harus mengimbangi dampak dari inflasi. Meskipun inflasi domestik akan berdampak pada nilai tukar di bawah rezim nilai tukar mengambang, seharusnya tidak berdampak pada bisnis internasional karena depresiasi nilai tukar. Kenaikan biaya domestik harus persis diimbangi oleh penurunan nilai mata uang negara tersebut di bursa valuta asing. Demikian pula, pemerintah dapat menggunakan kebijakan moneter untuk kontrak ekonomi tanpa khawatir tentang kebutuhan untuk mempertahankan paritas.

30

2.5.1 Penyesuaian Neraca Perdagangan Di bawah sistem Bretton Woods, jika negara maju defisit permanen neraca perdagangan (mengimpor lebih banyak daripada mengekspornya), hal itu tidak dapat dikoreksi oleh kebijakan domestik, butuh persetujuan IMF untuk menyetujui devaluasi mata uang. Kritik dari sistem ini berpendapat bahwa mekanisme penyesuaian bekerja jauh lebih lancar di bawah rezim nilai tukar mengambang. Mereka berpendapat bahwa jika suatu negara mengalami defisit perdagangan, ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan mata uang negara itu di bursa valuta asing (penawaran melebihi permintaan) akan menyebabkan depresiasi nilai tukar. Pada gilirannya, dengan membuat ekspor lebih murah dan impor lebih mahal, sebuah depresiasi nilai tukar harus memperbaiki defisit perdagangan. 2.5.2 Alasan Untuk Nilai Tukar Tetap Alasan untuk nilai tukar tetap bertumpu pada argumen tentang disiplin moneter, spekulasi, ketidakpastian, dan kurangnya hubungan antara neraca perdagangan dan nilai tukar. Disiplin Moneter, Kita telah membahas sifat disiplin moneter yang melekat dalam system nilai tukar tetap tetapi kita membahassistem Bretton Woods.Kebutuhan untuk mempertahankan paritas nilai tukar tetap memastikan bahwa pemerintah tidak menambah jumlah peredaran uang mereka dengan harga inflasi.Sementara pendukung suku bunga mengambang berpendapat bahwa setiap Negara harus diizinkan untuk memilih tingkat inflasi sendiri argument otonomi

31

moneter), para pendukung tariff tetap berpendapat bahwa pemerintah terlalu sering menyerah pada tekanan politik dan memperluas pasokan moneter terlalu cepat, menyebabkan inflasi harga sangat tinggi.Sebuah rezim nilai tukar tetap mencegah situasi seperti itu. Spekulasi, Kritik dari rezim nilai tukar mengambang juga berpendapat spekulasi yang dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar.Mereka menunjuk kenaikan dolar dengan cepat dan jatuh selama 1980, di mana mereka mengklaim tidak ada hubungannya dengan tingkat inflasi komparatif dan defisit perdagangan AS, tetapi semuanya harus dilakukan dengan spekulasi. Mereka berpendapat bahwa ketika, agen valuta asing melihat mata uang yang terdepresiasi, mereka cenderung untuk menjual mata uang dengan harapan penyusutan masa depan terlepas dari prospek jangka panjang mata uang itu. Sebagaimana lebih banyak pedagang yang melakukan praktik ikut-ikutan (jump to the bandwagon), harapan depresiasi direalisasikan.Spekulasi mendestabilisasi tersebut cenderung untuk menonjolkan fluktuasi nilai jangka panjang pertukaran tersebut.Hal ini dapat merusak perekonomian suatu Negara dengan mendistorsi harga ekspor dan impor. Dengan demikian, para pendukung rezim nilai tukar tetap berpendapat bahwa system tersebut akan membatasi dampak destabilisasi spekulasi. Ketidakpastian, Spekulasi juga menambah ketidakpastian pergerakan mata uang pada masa depan yang mencirikan rezim nilai tukar mengambang. Ketidakpastian pergerakan nilai tukar pada era pasca-Bretton Woods telah membuat perencanaan bisnis

yang sulit, dan menambah resiko pada

pengeksporan, pengimporan, dan kegiatan investasi asing.Mengingat nilai tukar

32

yang berubah, bisnis internasional tidak tahu bagaimana untuk bereaksi terhadap perubahan dan sering kali mereka tidak bereaksi. Mengapa mengubah rencana – rencana untuk pengeksporan, pengimporan, atau investasi asing setelah nilai nilai tukar jatuh sebesar 6 persen dalam dolar bulan ini, ketika dolar akan naik sebesar 6 persen bulan depan? Ketidakpastian ini, menurut para kritikus, menghambat pertumbuhan perdagangan internasional dan investasi. Mereka berpendapat bahwa nilai tukar tetap, akan menghilangkan ketidakpastian tersebut, mendorong pertumbuhan perdagangan internasional dan investasi. Para pendukung sistem mengambang menyatakan bahwa bursa valuta berjangka menjamin terhadap resiko yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar (lihat pada bab 9) sehingga dampak negative dari ketidakpastian terhadap pertumbuhan perdagangan internasinal dan investasi telah dibesar – besarkan. 2.5.3 Penyesuaian Neraca Perdagangan Mereka yang mendukung nilai tukar mengambang berpendapat bahwa suku

bunga

mengambang

membantu

menyesuaikan

ketidakseimbangan

perdagangan.Kritikus mempertanyakan kedekatan hubungan antara nilai tukar dan neraca perdagangan.Mereka mengklaim defisit perdagangan ditentukan oleh keseimbangan antara tabungan dan investasi di suatu negara, bukan oleh nilai mata uang eksternal. Mereka berpendapat bahwa dalam depresiasi mata uang akan menyebabkan inflasi (karena hasil peningkatan harga impor). Inflasi ini akan menghapus setiap keuntungan dalam daya saing biaya yang timbul dari depresiasi mata uang. Dengan kata lain, nilai tukar terdepresiasi tidak akan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor, sebagai pendukung dari nilai tukar mengambang

33

mengklaim; hanya akan meningkatkan inflasi harga. Untuk mendukung argument ini, mereka yang lebih mendukung nilai tukar mengambang menunjukkan bahwa penurunan 40 persen dalam nilai dolar antara 1985 dan 1988 tidak memperbaiki defisit perdagangan AS turun lebih dari senilai $160 miliar untuk sekitar $70 miliar, dan atribut ini sebagian penurunan nilai dolar. 2.6 Rezim Nilai Tukar dalam Praktinya Pemerintah di seluruh dunia mengejar sejumlah kebijakan nilai tukar yang berbeda. Hal tersebut berkisar dari “mengambang bebas” yang murni dimana nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar untuk sistem patokan yang memiliki beberapa aspek sistem nilai tukar tetap Bretton Woods sebelum 1973. Gambar 10.2 merangkum kebijakan nilai pertukaran yang diadopsi anggota IMF pada akhir 2007.Sekitar 14 persen anggota IMF mmeungkinkan mata uang mereka untuk mengambang bebas.Dua puluh enam persen lainnya menginterversi hanya dalam

pembatasannya

(yang

disebut

nilai

tukar

mengambang

terkendali).Selebihnya, sebesar 28 persen anggota IMF sekarang tidak mempunyai pemisahan transaksi yang legal terhadap sistem nilai tukar mata uang mereka sendiri. Hal tersebut meliputi negara-negara Uni Eropa yang telah mengadopsi euro dan efektif menyerah pada mata uang mereka sendiri, bersama dengan negara-negara kecil terutama di Afrika atau Karibia yang tidak memiliki mata uang domestic dan telah mengadopsi mata uang asing sebagai alat pembayaran yang sah di dalam pembatasan mereka, biasanya dolar AS atau Euro. Negaranegara lainnya menggunakan sistem tukar yang tidak fleksibel, termasuk pengaturan pematokan nilai tukar tetapnya (26 persen) di mana mmereka

34

mematok mata uang mereka terhadap mata uang lainnya, seperti dolar AS,euro, atau keranjang mata uang lainnya. Negara-negara lain telah mengadopsi sebuah sistem di mana niai tukar mereka diperbolehkan untuk berfluktuasi terhadap mata uang lainnya dalam zona target (sistem patok yang dapat disesuaikan). Pada bagian ini, kita akan melihat lebih dekat pada mekanismedan implikasi dari rezim nilai tukar yang mengandalkan patokan mata uang atau zona target. 2.6.1 Nilai Tukar Patokan Di bawah rezim nilai tukar patokan, suatu negara akan mematok nilai mata uangnya dengan sebuah mata uang utama, misalnya dolar AS sehingga ketika nilai dolar naik, mata uang negara tersebut juga naik, pematokan nilai tukar popular di kalangan banyak negara-negara kecil di dunia. Seperti dengan rezim nilai tukar tetap penuh, rezim yang besar mengklaim terhadap nilai tukar patokan merupakan pemaksaan disiplin moneter pada negara dan menyebakan inflasi yang rendah.

35

Dewan Mata Uang 4%

Transaksi Takterpisah 22%

Sistem Patok Tetap 26%

Sistem Patok yang Dapat Disesuaikan 6% Sistem Mengambang Bebas 14%

Sistem Mengambang Terkendali 28%

Gambar 10.2 Kebijakan nilai tukar anggota IMF 2007 Sebagai contoh, jika Belize mematok nilai dari dolar Belize terhadap dolar AS sehingga US$1 = B$1,97 (pematokan terjadi pada 2006), maka pemerintah Belize harus memastikan tingkat inflasi di Belize mirip dengan yang ada di Amerika Serikat. Jika tingkat infalasi Belize lebih besar dari tingkat inflasi AS, tekanan untuk mendevaluasi dolar Bellize (yaitu, untuk mengubah patokan) akan meningkat. Untuk menjaga patokan, pemerintah Belize akan sangat perlu untuk mengendalikan inflasi. Tentu saja, untuk nilai tukar patokan untuk menerapkan disiplin moneter dalam sebuah negara, negara yang mata uangnya dipilih sebagai patokan harus mewujudkan kebijakan moneter yang baik. Bukti menunjukkan bahwa mengadopsi nilai tukar patokan akan mengendalikan tekanan inflasi di suatu negara. Sebuah studi IMF menyimpulkan bahwa negara-negara dengan nilai tukar patokan memiliki tingkat inflasi tahunan rata-rata 8 persen, dibandingkan dengan 14 persen untuk rezim di antara keduanya

36

dan 16 persen untuk rezim nilai tukar mengambang. Namun, banyak negara beroperasi dengan hanya mematok nominal dan dalam praktik bersedia untuk mendevaluasi mata uang mereka daripada mengejar kebijakan moneter ketat. Ini bias sangat sulit bagi sebuah

negara kecil untuk mempertahankan patokan

terhadap mata uang lain jika modal yang mengalir keluar dari negara dan pedagang valuta asing yang berspekulasi terhadap mata uangnya. Sesuatu seperti ini terjadi pada 1997 ketika kombinasi dari arus modal yang merugikan dan spekulasi mata uang memaksa beberapa negara Asia, termasuk Thailand dan Malaysia, untuk meninggalkan patokan terhadap dolar AS dan membiarkan mata uang mereka mengembang bebas. Malaysia dan Thailand tidak akan berada di posisi ini setelah mereka berurusan dengan sejumlah masalah yang mulai timbul di negara mereka selama 1990-an, termasuk utang sektor swasta yang berlebihan dan menambah defisit perdagangan neraca berjalan.. 2.6.2 Dewan Mata Uang Pengalaman Hong Kong selama krisis mata uang Asia pada 1997 menambah dimensi baru untuk perdebatan bagaimana engelola nilai tukar patokan.Selama akhir 1997 ketika mata uang asia lainnya jatuh, Hong Kong mempertahankan nilai mata uangnya terhadap dolar AS pada sekitar HK$15 = $7,80 meskipun beberapa serangan spekulatif muncul. Dewan mata uang Hong Kong telah diberikan penghargaan untuk keberhasilan ini.Sebuah negara yang memperkenalkan suatu dewan mata uang (currency board) yang berkomitmen untuk mengonversi mata uang domestik terhadap permintaan ke mata uang lainnya pada nilai tukar tetap.Untuk membuat komitmen ini kredibel, dewan mata

37

uang memiliki uang cadangan mata uang asing yang setara dengan nilai tukar tetap

untuk

setidaknya

100

persen

dari

mata

uang

domestic

yang

diterbitkan.Sistem yang digunakan di Hong Kong berarti mata uangnya harus sepenuhnya didukung oleh dolar AS pada nilai tukar tertentu. Nilai tukar ini sebelum rezim nilai tukar tetap yang benar karena dolar AS dan dengan pengembangan dolar Hong Kong, mengambang terhadap mata uang lainnya, tetapi ia memiliki beberapa fitur dari rezim nilai tukar tetap. Di bawah kesepakatan ini, dewan mata uang dapat mengeluarkan catatan domestic tambahan dan koin hanya ketika cadangan devisa yang tersedia untung mendukungnya. Hal ini membatasi kemampuan pemerintah untuk mencetak uang dan dengan demikian menciptakan tekanan inflasi.Di bawah sistem dewan mata uang yang ketat, suku bunga menyesuaikan secara otomatis. Jika investor ingin beralih dari mata uang dommestik menjadi dolar AS misalnya, pasokan mata uang domestik akan menyusut. Hal ini akan menyebabkan suku bunga meningkat hingga mata uang lokal akhirnya menjadi menarik bagi investor lagi. Dalam kasus Hong Kong, suku bunga deposito tiga bulan naik setinggi 20 persen pada akhir 1997 karena investor beralih keluar dari Hong Kong dan masuk ke dolar AS. Pematokan terhadap dolar dipertahankan, meskipun, dan suku bunga mengalami penurunan lagi. Sejak berdirinya pada 1983, dewan mata uang Hong Kong telah melewati beberapa badai, termasuk yang terbaru. Keberhasilan ini mendorong beberapa negara lain di negara berkembang untuk mempertimbangkan sistem serupa. Argentina memperkenalkan dewan mata uang pada 1991 (tetapi ditinggakan pada

38

2002) dan Bulgaria, Estonia serta Lithuania menempuh jalan ini dalam beberapa tahun terakhir (tujuh anggota IMF memiliki dewan mata uang pada 2006).Meskipun minat dari pengaturan tersebut, bagaimanapun, kritik – kritik dengan cepat menunjukan bahwa dewan mata uang memiiki kekurangan. Jika tingkat inflasi lokal tetap lebih tinggi daripada tingkat inflasi di negara tersebut yang mana mata uang yang dipatok, mata uang dari negara-negara dengan dewan mata uang dapat menjadi tidak kompetitif dan nilai yang berlebih (ini adalah apa yang terjadi dalam kasus Argentina, yang memiliki dewan mata uang, dijelaskan pada awal bab ini). Selain itu, dibawah sistem dewan mata uang, pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk menmetapkan suku bunga.Suku bunga di Hong Kong, misalnya, secara efektif ditetapkan oleh Federal Reserve AS. Selain itu, kehancuran ekonomi di argentina pada 2001 dan keputusan selanjutnya untuk meninggalkan dewan mata uangnnya diiringi oleh banyak antusiasme terhadap mekanisme pengelolaan nilai tukar ini. 2.7 Pengelolaan krisis oleh IMF Banyak pengamat awalnya percaya bahwa runtuhnya sistem Bretton Woods pada 1973 akan mengurangi peran dari IMF dalam sistem moneter internasional. Fungsi asli IMF adalah untuk menyediakan sebuah gudang uang di mana anggota bisa meminjam, selama jangka pendek, untuk menyesuaikan posisi saldo neraca pembayaran mereka dan menjaga nilai tukar mereka. Beberapa pengamat percaya permintaan untuk pinjaman jangka pendek akan jauh berkurang di bawah rezim nilai tukar mengambang. Sebuah defisit perdagangan mungkin akan mengarah pada penurunan nilai tukar suatu negara, yang akan membantu

39

mengurangi impor dan meningkatkan ekspor. Pinjaman penyesuaian IMF sementara tidak akan diperlukan. Konsisten dengan hal ini, setelah 1973, sebagaian besar negara industry maju cenderung membiarkan bursa valuta asing menentukan nilai tukar dalam menanggapi permintaan dan penawaran. Tak satupun negara industri maju telah meminjam dana dari IMF sejak pertengahan 1970-an.

40

KUMPULAN SOAL-SOAL

1. Sistem dimana nilai tukar ditentukan juga oleh nilai relatifnya disebut . . . . . a. Nilai tukar tetap b. Nilai tukar mengambang c. Nilai tukar naik d. Nilai tukar relatif Jawaban : b. Nilai tukar mengambang 2. Sistem nilai tukar tetap terhadap dolar AS dikenal sebagai . . . . . a. Sistem Bretton Woods b. Sistem Dirty Float c. Sistem Moneter Eropa d. Sistem Moneter Internasional Jawaban : a. Sistem Bretton Woods 3. Konferensi Bretton Woods menghasilakan dua lembaga yang berperan penting dalam sistem moneter internasional, yaitu . . . . . a. IMF dan UNO b. World Bank dan UNO c. World Bank dan IMF d. IMF danUNESCO Jawaban : c. World Bank dan IMF

41

4. Dampak yang tejadi pada kondisi tenaga kerja pada suatu negara jika terusmenerus mengalami deficit neraca perdagangan adalah . . . . . a. Peningkatan tenaga kerja b. MencapaiFull Employment c. Pengangguran meningkat d. Tidak mengalami dampak Jawaban : c. Pengangguran meningkat 5. Salah satu peran IMF menurut kesepakatan yang dicapai di Bretton Woods yaitu . . . . . a. Menyerukan sistem nilai tukar tetap b. Mempromosikan pembangunan secara umum c. Meningkatkan permintaan dan mempertahankan nilai nominal emas d. Menghindari pengulangan kekacauan, melalui kombinasi disiplin dan fleksibilitas Jawaban : d. Menghindari pengulangan kekacauan, melalui kombinasi disiplin dan fleksibilitas 6. Jenis mata uang yang digunakan sebagai satu-satunya mata uang asing yang dapat dikonvensi terhadap emas dan sebagai mata uang yang berfungsi sebagai acuan bagi mata uang lain . . . . . a. Dollar AS b. Pound c. Yen Jepang

42

d. Peso Jawaban : a. Dollar AS 7. Penyebab Dollar AS terdevaluasi pada tahun 1965-1968 adalah . . . . . a. Untuk membantu negara yang sedang defisit b. Untuk membiayai konflik dengan Vietnam c. Untuk membantu negara sekutu d. Untuk membiayai pengeluaran negara Jawaban : b. Untuk membiayai konflik dengan Vietnam 8. Nilai tukar mengambang artinya . . . . . a. Nilai tukar ditentukan juga oleh nilai relatifnya b. Nilai mata uang relative tetap pada mata uang patokan c. Nilai susunan mata uang yang diajukan terhadap satu dengan yang lain di beberapa kesepakatan bersama d. Nilai tukar tidak tetap Jawaban : a. Nilai tukar ditentukan juga oleh nilai relatifnya 9. Sistem nilai tukar tetap/kurs tetap adalah . . . . . a. Nilai tukar ditentukan juga oleh nilai relatifnya b. Nilai mata uang relative tetap pada mata uang patokan c. Nilai susunan mata uang yang diajukan terhadap satu dengan yang lain di beberapa kesepakatan bersama d. Nilai tukar tidak tetap

43

Jawaban : c. Nilai susunan mata uang yang diajukan terhadap satu dengan yang lain di beberapa kesepakatan bersama 10. Penyebab runtuhnya sistem nilai tukar tetap Bretton Woods pada tahun 1973, yaitu . . . . . a. Digantikan oleh sistem mengambang terkendali b. Karena banyak terjadi konflik antar-negara c. Nilai mata uang yang tidak stabil d. Semua jawaban salah Jawaban : a. Digantikan oleh sistem mengambang terkendali 11. Peran Bank Dunia anatara lain. . . . . a. Untuk membantu membiayai pembangunan ekonomi Eropa b. Untuk memberikan pinjaman kepada Amerika Serikat c. Untuk pengembangan dan mulai meminjamkan uang kepada negaranegara dunia ketiga d. Untuk memberikan pinjaman dengan tujuan pembangunan semata Jawaban : c. Untuk pengembangan dan mulai meminjamkan uang kepada negara-negara dunia ketiga 12. Pematokan mata uang ke emas dan penjaminan konvertbilitas dikenal sebagai ..... a. Standar emas b. Standar nilai mata uang c. Standar nilai tukar 44

d. Standar nilai inflasi Jawaban : a. Standar emas 13. Suatu negara dikatakan berada dalam keseimbangan necara perdagangan saat . .... a. Jumlah ekspor = Jumlah barang yang diproduksi b. Jumlah ekspor = Jumlah devisa c. Jumlah ekspor = Jumlah impor d. Jumlah ekspor = Jumlah kekayaan negara Jawaban : c. Jumlah ekspor = Jumlah impor 14. Dalam peran Bank Dunia sesuai kesepakatan Bretton Woods dibayangi oleh . . ... a. IBRD b. IMF c. IDA d. Mashall Plan Jawaban : d. Mashall Plan 15. Bank Dunia meminjamkan uang dibawah 2 skema yaitu . . . . . a. Skema IBRD dan Skema IDA b. Skema IBRD dan Skema IMF c. Skema IMF dan Skema IDA d. Skema IMF dan Skema Mashall Plan

45

Jawaban : a. Skema IBRD dan Skema IDA 16. Jumlah uang yang dibutuhkan untuk membeli satu ons emas disebut sebagai . . ... a. Nilai nominal emas b. Standar emas c. Mekanisme standar emas d. Nilai tukar emas Jawaban : a. Nilai nominal emas 17. Sebuah rezim nilai tukar tetap memaksakan disiplin dalam . . . . . cara a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 Jawaban : b. 2 18. Sumber daya untuk mendanai pinjaman IDA diterbitkan melalui . . . . . a. Iuran negara-negara kaya b. Iuran negara-negara berkembang c. Sumbangan dari negara-negara kaya d. Sumbangan dari negara-negara berkembang Jawaban : a. Iuran negara-negara kaya

46

19. Rezim nilai tukar tetap memaksakan disiplin moneter pada negara sehingga . . .. a. Membatasi devaluasi b. Membatasi defisit c. Membatasi nilai tukar d. Membatasi inflasi harga Jawaban : d. Membatasi inflasi harga 20. Masalah utama dengan standar emas pada 1930-an adalah . . . . . a. Hancurnya kepercayaan terhadap sistem yang ada b. Terdapat rancangan sebuah sistem moneter internasional yang baru c. Tidak ada lembaga multinasional yang bisa menghentikan negara untuk terlibat dalam devaluasi kompetitif d. Banyak negara yang mengalami devaluasi mata uang Jawaban : c. Tidak ada lembaga multinasional yang bisa menghentikan negara untuk terlibat dalam devaluasi kompetitif 21. Apabila dollar terapresiasi maka mata uang beberapa negara lain akan mengalami . . . . . a. Devaluasi b. Apresiasi c. Defisit d. Tidakadapengaruh Jawaban : a. Devaluasi 47

22. Devaluasi mata uang terjadi karena adanya . . . . . a. Defisit neraca perdagangan b. Defisit neraca pembayaran c. Defisit neraca perdagangan dan neraca pembayaran d. Nilai mata uang tidak stabil Jawaban : a. Defisit neraca perdagangan 23. Jika terdapat aliran emas dari suatu negara importer ke negara eksportir akan menyebabkan. . . . . a. Jumlah uang beredar meningkat di negara importir b. Jumlah uang beredar meningkat di negara eksportir c. Jumlah uang beredar menurun di negara importir d. Jumlah uang beredar menurun di negara eksportir Jawaban : b. Jumlah uang beredar meningkat di negara eksportir 24. Jika jumlah uang beredar di negara eksportir meningkat maka . . . . . a. Harga akan menurun b. Harga akan meningkat c. Harga akan stabil d. Harga tidak berpengaruh Jawaban : b. Harga akan meningkat

48

25. Hubungan perdagangan internasional dan aliran emas tersebut terus berjalan hingga . . . . . a. Mencapai kesepakatan bersama b. Perjanjian akan dilaksanakan c. Mencapai ekuilibrium dalam neraca perdagangan d. Perjanjian antara kedua belah pihak telah disepakati Jawaban : c. Mencapai ekuilibrium dalam neraca perdagangan 26. Sistem Bretton Woods bisa bekerja hanya selama . . . . . a. Tingkat inflasi AS tetap tinggi b. Amerika Serikat mengalami defisit neraca pembayaran c. Tingkat inflasi AS tetap rendah d. b dan c benar Jawaban : c. Tingkat inflasi AS tetap rendah 27. Ada berapa unsur-unsur utama dari perjanjian pertemuan di Jamaika . . . . . a. 1 b. 2 c. 3 d. 5 Jawaban : c. 3

49

28. Penurunan nilai dolar antara tahun berapa . . . . . a. 1985 dan 1986 b. 1980 dan 1985 c. 1985 dan 1988 d. 1983 dan 1985 Jawaban : c. 1985 dan 1988 29. Runtuhnya sistem moneter eropa pada 1992 secara . . . . . a. Serentak b. Parsial c. Global d. Salah semua Jawaban : b. Parsial 30. Krisis minyak saat guncangan moneter dimulai pada tahun . . . . . a. 1985 b. 1970 c. 1982 d. 1971 Jawaban : d. 1971 31. Sistem Bretton Woods bisa bekerja hanya selama . . . . . a. Tingkat inflasi AS tetap tinggi 50

b. Amerika Serikat tidak mengalami defisit neraca pembayaran c. Salah semua d. b dan c benar Jawaban : b. Amerika Serikat tidak mengalami defisit neraca pembayaran 32. Defisit perdagangan AS yang terbesar pada tahun . . . . . a. 2001 b. 2002 c. 2004 d. Salah semua Jawaban : d. Salah semua 33. Defisit perdagangan AS yang terbesar pada tahun . . . . . a. 2001 b. 2005 c. 2004 d. Salah semua Jawaban : b. 2005 34. Penurunan nilai dolar antara tahun berapa . . . . . a. 1985 dan 1986 b. 1980 dan 1985 c. Salah Semua

51

d. 1983 dan 1985 Jawaban : c. Salah Semua 35. Ada berapa faktor keengganan orang asing tumbuh untuk berinvestasi . . . . . a. 1 b. 2 c. 4 d. Salah semua Jawaban : d. Salah semua 36. Ada berapa faktor keengganan orang asing tumbuh untuk berinvestasi . . . . . a. 1 b. 2 c. 3 d. Salah semua Jawaban : c. 3 37. Salah satu faktor keengganan orang asing tumbuh untuk berinvestasi yaitu . . . a. Ada perlambatan dalam kegiatan ekonomi AS selama 2001-2002 b. pejabat pemerintah AS mulai menaikkan nilai dolar c. a dan b benar d. Salah semua Jawaban : a. Ada perlambatan dalam kegiatan ekonomi AS selama 2001-2002 52

38. Faktor-faktor keengganan orang asing tumbuh untuk berinvestasi yaitu. . . . . a. Ada perlambatan dalam kegiatan ekonomi AS selama 2001-2002 b. pejabat pemerintah AS mulai merendahkan nilai dolar c. a dan b benar d. Salah semua Jawaban : c. a dan b benar 39. Sistem Bretton Woods bisa bekerja hanya selama. . . . . a. Tingkat inflasi AS tetap tinggi b. Amerika Serikat tidak mengalami defisit neraca pembayaran c. Tingkat inflasi AS tetap rendah d. b dan c benar Jawaban : d. b dan c benar 40. Yang termasuk elemen utama yang mendukung nilai tukar mengambang yaitu a. Otonomi kebijakan moneter b. Penyesuaian neraca perdagangan manual c. a dan b benar d. salah semua Jawaban : a. Otonomi kebijakan moneter 41. Yang termasuk elemen utama yang mendukung nilai tukar mengambang yaitu a. Otonomi kebijakan moneter 53

b. Penyesuaian neraca perdagangan otomatis c. a dan b benar d. salah semua Jawaban : b. Penyesuaian neraca perdagangan otomatis 42. Alasan untuk nilai tukar tetap adalah sebagai berikut, kecuali . . . . . a. Otonomi kebijakan moneter b. Disiplin moneter c. Spekulasi d. Ketidakpastian Jawaban : a. Otonomi kebijakan moneter 43. Yang termasuk elemen utama yang mendukung nilai tukar mengambang, kecuali. . . . . a. Otonomi kebijakan moneter b. Penyesuaian neraca perdagangan manual c. Disiplin moneter d. Kurangnya hubungan antara neraca perdagangan dan nilai tukar Jawaban : a. Otonomi kebijakan moneter 44. Alasan untuk nilai tukar tetap adalah sebagai berikut . . . . . a. Otonomi kebijakan moneter b. Disiplin moneter

54

c. a dan b benar d. Spekulasi Jawaban : d. Spekulasi 45. Pada tahun berapa terjadi krisis mata uang asing? a. 1995 b. 1994 c. 1997 d. 1998 Jawaban : c. 1997 46. Jatuhnya nilai dolar AS terhadap yen pada tahun . . . . . a. 1991-1993 b. 1992-1995 c. 1991-1995 d. 1993-1995 Jawaban : d. 1993-1995 47. Jatuhnya nilai dolar AS terhadap deutsche mark jerman pada tahun . . . . . a. 1985-1987 b. 1992-1995 c. 1991-1995 d. 1993-1995

55

Jawaban : a. 1985-1987 48. Runtuhnya sistem moneter eropa secara parsial pada tahun . . . . . a. 1985 b. 1990 c. 1991 d. Salah semua Jawaban : d. Salah semua 49. Runtuhnya sistem moneter eropa secara parsial pada tahun . . . . . a. 1985 b. 1990 c. 1991 d. 1992 Jawaban : d. 1992 50. Yang termasuk kelompok lima negara industri utama adalah sebagai berikut,kecuali? a. Inggris b. Amerika Serikat c. Jerman d. Spanyol Jawaban : d. Spanyol

56

More Documents from "Rizki Setiawan"