- 39 -
Karya Ilmiah ini Ditujukan sebagai Tugas Akhir Sebelum Menghadapi UN TAHUN AJARAN 2008/2009
DISUSUN OLEH: NAMA
: RIZKI SETIAWAN S.
NIS
: 16647
KELAS
: XII-IPA 7
PROGRAM STUDI :
IPA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara
2008/2009 Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
DISUSUN OLEH: NAMA
: RIZKI SETIAWAN S.
NIS
: 16647
KELAS
: XII-IPA 7
PROGRAM STUDI :
IPA
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 199 Ternate, Maluku Utara
2008/2009 Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar” disusun oleh
Rizki Setiawan S. NIS. 16647
Selaku yang mengesahkan Karya tulis ini
Guru Pembimbing dan Wali Kelas
Dra. Bekti Nirmala, Mpd NIP. 132 193 851
Mengetahui Kepala Sekola SMAN 1 Kota Ternate
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Drs. Kamarullah H. Amin NIP. 131 696 163
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar” ini dipersembahkan untuk:
•
Orangtuaku
tercinta
yang
selalu
mendoakanku,
mendukungku, membimbingku, melindungiku dan memberikan cinta, serta kasih sayang yang tak terhitung untukku. • selalu
Keluargaku tersayang (Adik-adikku dan saudaraku) yang mendukungku,
memberi
semangat
dan
ide-ide
dalam
menghadapi setiap hari-hariku. •
Guru-guru pengajar dan pembimbing terbaik yang selalu
memberi nasehat, bimbingan dan didikan yang akan selalu berguna dan membangun bagikku •
Teman-temanku yang selalu menemaniku dalam melewati
masa-masa hidupku dan saling membagi rasa, canda, tawa dan duka yang tak akan terlupakan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu sendiri dan jadilah yang terbaik utuntuk orang sekitar yang kau cintai
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga penulis dapat merancang dan akhirnya membuat karya tulis ini. Tugas karya tulis yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar” ini dibuat dan ditujukan sebagai tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum menghadapa Ujian Nasional. Dalam pembuatan dan penyelesaian karya tulis ini, penulis menemui beberapa kendala dan kesulitan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dra. Bekti Nirmala, Mpd selaku guru pembimbing dan wali kelas, karena dengan bantuan dan bimbingan dari, Beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulis
juga
ingin
mengucapkan
terima
kasih
kepada
Orangtua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan berperan serta dalam pembuatan karya tulis ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ini.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semuanya. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang dapat membangun dan membantu dalam perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat memberi kaedah dan manfaat bagi pembaca.
Penulis
Rizki Setiawan S. NIS. 16647
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
DAFTAR ISI Halaman Judul................................................. i Halaman Pengesahan......................................ii Halaman Persembahan....................................iii Motto.............................................................iv Kata Pengantar...............................................v Daftar Isi........................................................vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................3 C. Maksud/Tujuan Penulisan..........................................3 D. Manfaat Penulisan..................................................... 4 E. Sumber Data.............................................................5 F. Metode Penulisan...................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH DIRI SEBAGAI JALAN KELUAR A. Pengertian Bunuh Diri............................................... 6 B. Tipe-Tipe Bunuh Diri.................................................. 8 C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh Diri....................10 D. Tanda-Tanda Bunuh Diri dan Faktor Resiko Bunuh Diri ..............................................................................16 E. Pandangan Mengenai Bunuh Diri..............................18 Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
F. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh Diri..................22
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...........................................................25 B. Saran....................................................................25
Daftar Pustaka...........................................27
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan IPTEK di dunia ini ternyata tidak diimbangi dengan kemajuan psikologis dan sosiologis dari setiap kalangan yang ada di setiap negara. Maraknya peristiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah fenomena menarik. Bagi bangsa Indonesia, bunuh diri bukanlah hanya sebuah tradisi budaya turun-temurun sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan harakirinya. Namun, pada kondisi empirik kita temukan justru pada akhir-akhir ini fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri menjadi sebuah alternatif yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi juga oleh remaja, bahkan anak-anak yang masih bersekolah di tingkat dasar. Tingkat
bunuh
diri
di
Indonesia
dinilai
masih
cukup
tinggi.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Jumlah ini belum ditambah tingkat kematian akibat dari pemakaian obat terlarang (overdosis) yang jumlahnya mencapai 50 ribu orang tiap tahun.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Ditambahkan, faktor psikologi yang mendorong orang bunuh diri adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara psikologi, konflik berat pengunsi dan sebagainya. Data
Departemen
Kesehatan
menyebutkan,
beberapa
daerah
memiliki tingkat bunuh diri tinggi, antara lain Provinsi Bali mencapai 115 kasus selama Januari - September 2005 dan 121 kasus selama tahun 2004. Pada 2004 di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tercatat 20 kasus bunuh diri dengan korban rata-rata berusia 51-75 tahun. Di Jepang angka kasus bunuh diri lebih dari 30 ribu orang per tahun. Sedangkan di Cina mencapai 250 ribu per tahun. Psikolog Tika Bisono mensinyalir para pelaku bunuh diri memilih keramaian sebagai tempat bunuh diri karena, pelaku ingin terlihat membaur selayaknya orang normal melakukan aktivitas, masih berada di persimpangan antara mau dan tidak mau serta berharap setidaknya ada orang yang berniat mencegah dirinya melakukan usaha bunuh diri. Jika disimak, antara kurun waktu 2004-2007, banyak peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh anak usia belasan tahun dan masih bersekolah di sekolah dasar atau di sekolah menengah pertama (SMP). Ironisnya, faktor penyebabnya lebih banyak karena ketidakmampuan anak. Kini, bunuh diri dipandang sebagian masyarakat sebagai salah satu jalan keluar mengatasi masalah yang dihadapinya. Bunuh diri dipandang potret masyarakat gagal. Fungsi sosialisasi, tata nilai, dan relasi-relasi personal tak lagi mendalam. Manusia dihargai bukan oleh nilai-nilai kemanusiaan, melainkan oleh
kedudukan,
kekayaan,
martabat
dan
status
sosial.
Lunturnya
penghargan individu menjadi pemicu orang tidak lagi berharga di mata orang lain.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Selain itu, tatanan sosial dalam tingkatan yang lebih global dianggap sangat kacau dan malahan cenderung tanpa moralitas, yang mendorong pelaku bunuh diri dijadikan sebagai pilihan terbaik. Dalam bahasa yang lain, corak kapitalisme global yang semakin memiskinkan mereka yang lemah dan terus memperkaya mereka yang berdaya agaknya semakin memojokkan mereka sebagai kelompok sosial yang termarjinalisasikan. Hal tersebut juga sangat mempengaruhi faktor psikologis dan sosiologis bangsa Indonesia yang tak mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar dan diri sendiri. Hasil dari kebimbangan yang tak dapat dikendalikan dapat menghasilkan dan menjadikan bunuh diri sebagai jalan keluar yang tak akan pernah menyelesaikan masalah.
B. Rumusan Masalah Bertolak
dari
latar
belakang
tersebut
diatas
maka
penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : ξ
Apa itu Bunuh Diri?
ξ
Bagaimana pandangan tentang Bunuh diri dari berbagai
pihak dan agama? ξ
Faktor apa yang menyebabkan orang ingin melakukan
bunuh diri ξ
Mengapa Bunuh diri dapat dianggap sebagai jalan keluar?
ξ
Bagaimana menanggulangi perspesi bunuh diri itu sebagai
jalan keluar?
C. Maksud/Tujuan Penulisan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Adapun maksud dan tujuan penulisan ini untuk : ξ
Memberikan
gambaran
dan
pengertian
sesungguhnya akan bunuh diri. ξ
Menumbuhkan sikap dan mental kepada setiap
masyarakat untuk selalu berpikir dan bersikap positif. ξ
Menanamkan sikap tidak mudah putus asa kepada
setiap generasi untuk memerangi persepsi bunuh diri yang tak akan pernah menyelesaikan masalah. ξ
Untuk menghilangkan jejak-jejak persepsi akan
bunuh diri yang dapat membelenggu setiap insan di dunia terutama Indonesia
D.
Manfaat Penulisan Penulisan ini di harapkan bermanfaat untuk: 1. Penulis Tak lepas dari semua penjelasan diatas, penulis berharap agar tulisan ini tentunya bermanfaat bagi masyarakat banyak juga untuk penulis pribadi. Penulis juga berharap mendapat pengetahuan serta arti yang sesungguhnya dari karya tulis ini dan dapat menghindarkan diri dari segala hal yang bisa berdampak negatif, salah satunya adalah tanggapan/persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar. 2. Generasi Muda Gambaran dari generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, karena mudah sekali dilihat pemikiran-pemikiran yang pada umumnya menjerumuskan diri mereka sendiri ke hal-hal yang Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 negatif. Para generasi muda sekarang banyak beranggapan bahwa untuk menunjukkan keeksistensinya di dunia, mereka selalu mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang negatif dan juga berbahaya. Dari semua permasalahan yang mereka hadapi, biasanya sebagian dari mereka tidak mampu untuk melanjutkan hidup mereka sesuai dengan yang mereka inginkan, sehingga terbisik di hati mereka untuk mengakhiri hidup mereka. Alasan untuk mengakhiri hidup mereka sangatlah banyak, baik dari segi ekonomi, politik, budaya, percintaan, dll. Untuk menghindari itu semua, penulis berharap dengan adanya karya tulis ini, para generasi penerus bangsa dapat menanamkan pemikiran positif dan dilanjutkan dengan perbuatan yang positif juga untuk menghasilkan sesuatu yang positif. Sehingga kita semua dapat terhindar dari ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar”. 3. Masyarakat Untuk selalu menghasilkan sesuatu yang positif dalam hidup, penulis menginginkan agar masyarakat dapat mengetahui dan mendukung isi dari karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis berharap akan keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam mencegah berbagai hal yang negatif serta merugikan bagi masyarakat, terutama yang berhubungan dengan mengakhiri hidup, berupa anggapan bunuh diri sebagai jalan akhir dan penyelesaian.
E. Sumber Data Data karya tulis yang berjudul ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar” ini diperoleh dari mengakses berbagai website di Internet.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
F. Metode Penulisan Metode yang digunakan untuk menguraikan karya tulis ilmiah ini adalah dengan metode deskriptif dan argumentatif.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
BAB II PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI BUNUH DIRI SEBAGAI JALAN KELUAR A. Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan suruhan, adalah perbuatanperbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata, Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan segala macam cara. Menurut teori Freud, bunuh diri merupakan tampilan agresi yang diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan kehilangan objek cinta. Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia merepresi keinginan untuk membunuh seseorang. Menninger mengatakan bunuh diri sebagai tindakan pembunuhan yang terbalik karena adanya kemarahan seseorang terhadap orang lain. Tindakan ini sebagai pembunuhan yang diarahkan ke diri. Ada tiga komponen dalam bunuh diri yaitu keinginan untuk membunuh, keinginan untuk dibunuh, dan keinginan untuk mati. Berdasarkan data forensik FKUI/RSCM 1995-2004 terdapat 771 oran laki-laki bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Dari jumlah tersebut, 41% melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan menggunakan insektisida 23% dan overdosis mencapai 356 orang.
Contoh tindakan gantung diri
Dalam teori psikologi perilaku, bunuh diri sebenarnya adalah kepanikan atau letupan sesaat, sebuah dorongan yang tiba-tiba. Antara terpicu dan bertindak hanya berlangsung sekejap, dalam hitungan detik, menit, atau jam, namun tidak dalam hitungan hari. Orang berada dalam emosi yang sangat memuncak sebelum akhirnya dia mengakhiri hidupnya. Jarang sekali orang sampai berpikir dua sampai tiga kali sebelum bunuh diri, kecuali ada obsesi kompulsif yang terus berulang. Ia terobsesi untuk mengakhiri hidupnya. Betapapun kebudayaan dan pola pikir manusia, memberikan berbagai alasan dan definisi maksud yang berbeda-beda tentang bunuh diri ini. Namun, tetap saja pada intinya adalah "keputusasaan". Sebab orang yang tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani kehidupan seberat dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah melakukan kegiatan bunuh diri ini. Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh cobaan-cobaan berat dan pahit, jadi bunuh diri baginya hanyalah tindakan sia-sia dan pengecut. Sebab masih banyak hal-hal yang bisa
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 dilakukan dalam hidup ini, dan segala sesuatu pastilah ada batasnya. Sebab betapapun beratnya persoalan, tetap saja ia memiliki batas akhir (penyelesaian), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu, tapi ia selesai juga.
B. Tipe-Tipe Bunuh Diri Durkheim mencoba untuk melakukan analisis terhadap bunuh diri yang selama ini secara eksklusif didasarkan pada sudut pandang psikologis dan individualistik. Ini berarti bunuh diri merupakan gejala sosial yang dikerangkai oleh kondisi atau struktur kemasyarakatan yang melingkupinya. Menurut Durkheim ada empat tipe bunuh diri yang didasarkan pada dua kekuatan sosial sekaligus, yakni integrasi sosial (kemampuan individu untuk terikat pada tatanan masyarakat) dan regulasi moral (aturan-aturan atau pun norma-norma yang mengatur kehidupan individu). 1.
Tipe pertama adalah bunuh diri egoistik (egoistic
suicide). Inilah corak bunuh diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan pengikatan diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya. 2.
Kedua, bunuh diri altruistik (altruistic suicide)
sebagai hasil dari integrasi sosial yang terlalu kuat. Individu sedemikian menyatu dengan kelompok sosial, sehingga kehilangan pandangan terhadap
keberadaan
individualitas
mereka
sendiri.
Puncaknya
mendorong untuk berkorban demi kepentingan kelompoknya. Contoh, bunuh diri yang dilakukan kalangan anggota militer. Fenomena ini
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 sering dilakukan tentara Jepang pada PD II dengan melakukan aksi kamikaze untuk menghancurkan kekuatan musuh. 3.
Ketiga adalah bunuh diri anomik (anomic suicide)
yang berarti bunuh diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan. Terdapat empat jenis bunuh diri yang disebabkan situasi anomik ini, yakni a.
anomi
ekonomis
akut
,
yang
berarti
kemerosotan secara sporadis pada kemampuan lembaga-lembaga tradisional (seperti agama dan sistem-sistem sosial pra-industrial) untuk meregulasikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial. b.
Anomi ekonomis kronis, yang maknanya
adalah kemerosotan regulasi moral yang berjalan dalam jangka waktu lama. Misalnya saja Revolusi Industri yang menggerogoti aturan-aturan sosial tradisional. Tujuan untuk meraih kekayaan dan milik pribadi ternyata tidak cukup untuk menyediakan perasaan bahagia. Tidak aneh misalnya, jika saat itu angka bunuh diri lebih tinggi terjadi pada orang yang kaya daripada orang-orang yang miskin. c.
Anomi domestik akut, yang dapat dipahami
sebagai perubahan yang sedemikian mendadak pada tingkatan mikrososial yang berakibat pada ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi. Misalnya saja keadaan menjadi janda merupakan contoh terbaik dari kondisi anomi semacam ini. d.
Anomi domestik kronis yang dapat dirujuk
pada kasus pernikahan sebagai institusi atau lembaga yang mengatur keseimbangan antara sarana dan kebutuhan seksual dan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 perilaku di antara kaum lelaki dan perempuan. Seringkali yang terjadi adalah lembaga perkawinan secara tradisional sedemikian mengekang kehidupan perempuan, sehingga membatasi peluangpeluang dan tujuan-tujuan hidup mereka. Tipe keempat adalah bunuh diri fatalistik (fatalistic
4.
suicide) yang merupakan akibat dari regulasi atau pengaturan yang berjalan secara bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan individu. Di sini individu merasakan hidupnya tidak berharga karena sedemikian tertindas atau dibatasi ruang geraknya.Fenomena banyak orang yang mengakhiri hidupnya secara tragis tak terlepas dari fakta bahwa masyarakat di kota-kota besar mengalami tekanan sosial atau tekanan kelompok yang sangat serius.
C. Faktor dan Alasan Tindakan Bunuh Diri Faktor yang menyebabkan bunuh diri dapat dibedakan dalam beberapa macam melalui riset yang dilakukan, yaitu:
1.
Faktor
Kehamilan
dan
Melahirkan Melakukan bunuh diri ternyata sudah ditentukan saat sang jabang bayi kali pertama dilahirkan. Hal ini terungkap dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari Swedia pimpinan Dr Danuta Wasserman yang melakukan penelitian atas 700.000 remaja. Dari hasil penelitian Dr Danuta Wasserman itu diketahui bahwa berat badan bayi saat dilahirkan menjadi penentu resiko bunuh diri dikemudian hari. Bayi yang lahir dibawah rata-rata memiliki resiko dua kali lebih tinggi
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 untuk melakukan bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal. Resiko itu akan semakin tinggi jika ibu yang melahirkan masih berusia remaja. Hasil penelitian Dr Danuta Wasserman yang merupakan peneliti dari `the National Centre for Suicide Research and Prevention` (Stockholm) itu dipublikasikan melalui The Lancet medical journal. Menuru Dr Danuta Wasserman, faktor genetika memerankan posisi penting dalam kasus bunuh diri ini. Riset dilakukan dengan mengikuti semua data dari bayi yang dilahirkan antara tahun 1973 dan 1980 dengan melihat kecendrungan tindakan bunuh diri yang terjadi pada usia 10 tahun hingga 26 tahun. Secara keseluruhan tingkat tindakan bunuh diri yang terjadi di Swedia pada tahun 1999 berkisar 20 orang untuk setiap 100.00 populasi. Menurut penelitian, bayi yang dilahirkan memiliki berat badan kurang 2 kg akan terkena resiko dua kali lebih tinggi mengalami bunuh diri dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan normal 3.25 kg - 3.75 kg. Sementara anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang kurang dari usia 19 tahun juga akan mengalami resiko terkena ancaman bunuh diri bila dibandingkan dengan ibu yang berusia 20 hingga 29 tahun. Malah panjang bayi waktu dilahirkan juga turut diteliti oleh Dr Danuta Wasserman. Menurutnya, bayi yang dilahirkan kurang dari 47 cm akan memiliki kecendrungan melakukan bunuh diri bila dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dengan panjang 50 atau 51 cm. "Studi yang kami lakukan memang tidak memberikan jawaban yang definitif mengenai resiko terjadinya bunuh diri," ungkapnya. "Namun setidaknya kami menemukan hubungan penting antara pra kelahiran
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 sebagai faktor penentu. Saya fikir faktor genetika dan lingkungan menjadi faktor yang sangat penting." Dr Danuta Wasserman menyarankan agar sang ibu selama kehamilan menjaga nutrisi dengan baik termasuk tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.
Faktor Genetik
2.
Ada yang berpikir bahwa bawaan genetik seseorang dapat menjadi faktor yang tersembunyi dalam banyak tindakan bunuh diri. Memang gen memainkan peranan dalam menentukan temperamen seseorang, dan penelitian menyingkapkan bahwa dalam beberapa garis keluarga, terdapat lebih banyak insiden bunuh diri ketimbang dalam garis keluarga lainya. Namun, "kecenderungan genetik untuk bunuh diri sama sekali tidak menyiratkan bahwa bunuh diri tidak terelakan". kata Jamison. Kondisi kimiawi otak pun dapat menjadi faktor yang mendasar. Dalam otak. miliaran neuron berkomunikasi secara elektrokimiawi. Di ujung-ujung cabang serat syaraf, ada celah kecil yang disebut sinapsis yang diseberangi oleh neurotransmiter yang membawa informasi secara kimiawi. Kadar
sebuah
neurotransmiter,
serotonin,
mungkin
terlibat
dalam
kerentanan biologis seseorang terhadap bunuh diri. Buku Inside the Brain menjelaskan, "Kadar serotonin yang rendah... dapat melenyapkan kebahagiaan hidup, mengurangi minat seseorang pada keberadaanya serta meningkatkan resiko depresi dan bunuh diri.". Akan tetapi, faktor genetik tidak bisa dijadikan alasan yang mengharuskan seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 3.
Faktor Kepribadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya (Doman Lum). Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan seharihari. Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian, dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi, putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah
tersebut hanyalah faktor
pencetus/pemicu
(faktor
precipitasi). Penyebab utamanya adalah faktor predisposisi. Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog, seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu (trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang muncul tiba-
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.
4.
Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan
sosial
dari
masyarakat
sekitar,
kehilangan
pekerjaan,
kemiskinan, huru-hara yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
Faktor Ekonomi
5.
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup, mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya, ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta ananknya karena tidak memiliki uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
6.
Gangguan
Mental
Kecanduan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
dan
- 39 Gangguan mental merupakan penyakit jiwa yang bisa membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Mereka tidak memikirkan akan apa yang terjadi jika menyakiti dan mengakhiri hidup mereka, karena sistem mental sudah tidak bisa bekerja dengan baik. Selain itu ada juga gangguan yang bersifat mencandu, seperti depresi, gangguan bipolar, scizoprenia dan penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen bunuh diri yang dilakukan berkaitan dengan gangguan-gangguan
demikian. Bahkan, para peneliti
asal
Swedia
mendapati bahwa di antara pria-pria yang tidak didiagnosis menderita gangguan apapun yang sejenis itu, angka bunuh diri mencapai 8,3 per 100.000 orang, tetapi di antara yang mengalami depresi, angkanya melonjak menjadi 650 per 100.000 orang! Dan, para pakar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mengarah ke bunuh diri ternyata serupa dengan yang di negeri-negeri timur. Namun, sekalipun ada kombinasi antara depresi dan peristiwa -peristiwa pemicu, itu bukan berarti bunuh diri tidak bisa dielakan. Profesor
Jamison,
yang
juga
pernah
mencoba
bunuh
diri,
mengatakan, "Orang-orang tampaknya dapat menanggung depresi selama mereka yakin bahwa keadaan akan membaik." Akan tetapi, ia mendapati bahwa begitu keputusasaan yang menumpuk menjadi tak tertanggulangi, kesanggupan sistem mental untuk menahan dorongan bunuh diri secara bertahap melemah. Ia menyamakan situasinya dengan rem mobil yang menipis akibat telanan yang terus menerus. Selain itu, penting untuk mengenali kecenderungan demikian karena depresi dapat ditangani. Perasaan tak berdaya dapat dipulihkan. Apabila faktor-faktor yang mendasar ditangani, orang -orang dapat bereaksi
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 dengan cara yang berbeda terhadap sakit hati dan tekanan yang sering kali memicu bunuh diri.
Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini
adalah
sistematika).
Dalam
hubungan
sebab
akibat
ini
akan
menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif. Motif
bunuh
diri
ada
banyak
macamnya.
Disini
penulis
menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan : 1.
Dilanda keputusasaan dan depresi
2.
Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.
Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.
Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.
Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
D. Tanda-Tanda Bunuh Diri dan Faktor Resiko Bunuh Diri Kita dapat mengetahui jika seseorang berniat bunuh diri dengan tanda-tanda seperti dalam tabel berikut. Tanda-tanda Bunuh Diri Berbicara mengenai bunuh diri
Munculnya
pembicaraan
tentang
mengakhiri hidup ataupun tidak ingin dilahirkan Mencari alat-alat yang berbahaya
Mencari alat yang bisa digunakan untuk
bunuh
diri,
seperti
pisau,
senjata api, pil, racun, dll Menyukai
hal-hal
yang
berkaitan Suka menulis cerita, puisi maupun
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 dengan kematian
pantun yang berhubungan dengan bunuh diri atau kematian
Tidak
ada
harapan
untuk
depan
masa Merasa tidak berdaya, putus asa, gelisah dan tidak percaya dengan segala sesuatu yang bisa menjadi baik
Membenci diri sendiri
Merasa tidak berharga, bersalah, malu serta merasa menjadi beban bagi orang lain dan merasa keadaan lebih baik tanpa dirinya
Menyerah diri
Melepasakan segala harapan dan berusaha untuk melepaskan diri dari keluarga
Berkata selamat tinggal
Mengunjungi keluarga tanpa diduga dan
secara
tidak
mengungkapkan
biasa,
selamat
serta tinggal
seolah-olah tidak akan bertemu lagi Menarik diri dari orang lain
Menarik diri dari keluarga dan teman, serta mengasingkan diri dan ingin ditinggal sendiri
Menghancurkan diri sendiri
Penggunaan obat-obat terlarang atau alkohol, bersikap sembarangan dan tidak memikirkan dirinya lagi
Mendadak ingin menjadi tenang dan Tiba-tiba ingin menjadi tenang dan bahagia
bahagi dari semua permasalahan yang ada dengan mengakhiri hidup
Adapun faktor-faktor risiko mengenai bunuh diri adalah
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 1. Pria mati bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan dengan wanita, namun wanita empat kali lebih sering melakukan tindakan percobaan bunuh diri daripada pria 2. Bunuh diri meningkat seiring dengan meningkatnya usia, paling banyak pada usia 15-24 tahun. Angka tertingi bunuh diri terjadi pada kelompok usia di atas 55 tahun 3. Dua dari tiga kasus bunuh diri dilakukan oleh pria kulit putih. Belakangan meningkat pada ras kulit hitam. Pada kelompok imigran lebih tinggi dibandingkan penduduk asli 4. Perkawinan yang harmonis mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri lebih sering terjadi pada mereka yang secara sosial terisolasi dan mempunyai riwayat keluarga bunuh diri 5. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar kemungkinan terjadinya bunuh diri, namun jatuhnya status sosial juga meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri 6. Pada umumnya orang yang berhasil bunuh diri karena menggantung diri. Pria lebih banyak menggunakan senjata api, gantung diri atau melompat dari ketinggian. Wanita lebih cenderung overdosis dengan zat psikoaktif atau racun, tetapi senjata api mulai meningkat penggunaannya.
E. Pandangan Mengenai Bunuh Diri Tindakan bunuh diri yang dilakukan dapat dipandang dari berbagai sudut, yaitu
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 1.
Agama Islam Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena putus asa diantara
penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang yang menderita fisiknya (jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi untuk diri dan keluarganya.
Keperluan
pokok
dalam
kehidupan
sehari-hari
tidak
terpenuhi, apalagi pada jaman sekarang ini, pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Adapula orang yang menderita batinnya yang bertakibat patah hati, hidup tiodak bergairah, masa depannya keliatan siuram, tidak bercahaya. Batinnya kosong dari cahaya iman dan berganti dengan kegelapan yang menakutkan. Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena tidak punya uang, tidak punya kedudukan, dan tidak punya nama, karena semua itu belum tentu dan ada kalanya tidak dapat membahagiakan seseorang, pada media masa kita baca ada jutawan, artis dan ada tokoh yang memilih mati untuk mengakhiri penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau penderitaan batin.
Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6)
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulangulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.” Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.” Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.” Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh). Sesungguhnya Allah menguatkan Agama ini dengan orang jahat. Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.” Ayat
Al-Qur’an
dan
Hadist
tersebut
di
atas
dengan
jelas
menunjukkan, bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.
2.
Kesehatan
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Pembentukan niat bunuh diri dari seseorang adalah suatu persoalan kesehatan mental yang dianggap sebagai masalah jiwa. Oran-orang yang berniat bunuh diri hendaknya segera dibawa ke pakar atau dokter kesehatan jiwa yang berpengalaman. Dalam dunia kesehatan, tindakan bunuh diri meupakan tindakan menghilangkan nyawa dengan berbagai cara, seperti dengan obat-obatan, gantung diri, senjata, dll. Seorang mengalam penyakit jiwa berkemungkinan lebih besar dalam melakukan tindakan bunuh diri, karena saraf-saraf neotransmiter kurang berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, harus segera melakukan tindakan yang cermat bagi orang-orang yang bisa melakukan tindakan bunuh diri
3.
Kebudayaan
Pada zaman berperang dan zaman Edo di Jepang, para samurai yang gagal mempertahankan martabat mereka boleh memilih untuk mengakhiri hidup mereka melalui Harakiri (hara = perut, kiri = potong) atau Seppuku, sejenis tradisi yang melibatkan samurai menggunakan pedang untuk memotong perut sendiri. Perut biasa dipotong secara serong dengan tangan samurai sendiri dan dianggap sebagai bentuk kematian yang terhormat walaupun dilakukan untuk menutup aib. Dan juga Seppuku, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh seorang asisten maupun budak untuk menutupi kesalahan majikannya.
F. Upaya Pencegahan Tindakan Bunuh Diri
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 Maraknya tindakan bunuh diri yang dilakukan sangat diperlukan perhatian baik dari diri sendiri, masayarakat maupun pemerinitah. Tindakan-tindakan pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara:
1.
Untuk Diri Sendiri Tanamkan pada diri bahwa bunuh diri adalah tindakan
a.
berdosa, tindakan yang putus asa, tindakan yang tidak berani menghadapi kenyataan, dll. Usahakan untuk mengekspresikan emosi dengan aktivitas yang
b.
berguna, seperti aktivitas seni, olahraga, rekreasi dan dialog. c.
Adakan waktu untuk bekerja dan istirahat agar seimbang
d.
Adakan waktu merenung untuk mensyukuri segala sesuatu
yang telah diterima 2.
Untuk Masyarakat dan Pemerintah a.
Pihak Keluarga
Berbagai upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan oleh pihak keluarga. Upaya pencegahan itu dimaksudkan untukmeningkatkan faktor proteksi. Beberapa tindakan itu di antaranya: ξ
Mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak
ξ
Membangun hubungan yang positif di dalam rumah
dimana rumah diciptakan sebagai tempat untuk saling berbagi di ξ
antara anggota keluarga,
ξ
Membangun kecerdasan emosional anak, dan
ξ
Menanamkan pendidikan moral dan agama yang
sebaik-baiknya.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 b.
Lingkungan
Lingkungan jelas merupakan determinan penting dalam upaya prevensi. Beberapa hal yang semestinya disediakan lingkungan untuk mencegah terjadinya bunuh diri: ξ Adanya tekanan sosial terhadap pelaku kekerasan dalam rumah tangga. ξ Tidak memberitakan secara berlebihan tentang kejadian bunuh diri agar tidak menjadi model bagi remaja. ξ Menciptakan kegiatan yang positif di dalam lingkungan untuk para remaja. c.
Sekolah
Sekolah mencegah melalui berbagi program monitoring terhadap keadaan
siswa.
Bila
siswa
mengalami
penurunanprestasi,
terlihat
mengalami depresi dan semacamnya, yang mengindikasikan adanya kemungkinan bunuh diri, pihaksekolah perlu melakukan tindakan yang cepat dan segera untuk mencegah. Misalnya berkonsultasi dengan pihakkeluarga, melakukan bimbingan dan konseling, dan sebagainya. Hal yang tidak kurang pentingnya dalam upayamencegah adalah menciptakan sekolah yang menyenangkan dan menggembirakan. Tapi lebih dari itu, pendidikan yang meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual harus diperkuat.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa “persepsi bunuh diri sebagai jalan keluar” bukanlah suatu tindakan yang patut dilakukan, karena justru akan menambah masalah yang telah ada. Bunuh diri merupakan hasil dari ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi
cobaan hidup.
Penyebab
utama
terjadinya
bunuh diri
dimasyarakat adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap percaya diri yang mengarah ke arah positif dan untuk menangkalnya juga harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan akwah Islamiyah kepada seluruh lapisan lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa.
B. Saran Saran dari penulis yang dapat disampaikan adalah agar masyarakat dan pemerintah dapat bekerjasama dalam meningkatkan taraf hidup warga negara Indonesia agar dapat menghindari segala persepsi yang mengarah ke Bunuh diri. Peran aktif dari masyarakat dan diri pribadi sangat penting untuk menyeimbangkan antara pikiran dan tindakan yang dilakukan sehingga segala kegiatan yang dilakukan dapat menghasilkan segala sesuatu yang baik pula. Dan bila ada yang menemukan tanda-tanda akan tindakan bunuh Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 diri, diharapkan agar segera diantisipasi baik dibawa ke rumah sakit maupun kantor polisi.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wordpress.com/tag/jepang-bunuh-diri/ http://id.wikipedia.org http://www.balipost.co.id http://www.doktertomi.com http://www.freelists.org http://www.helpguide.org http://www.kompas.com http://www.sinarharapan.co.id http://www.sivalintar.com/hidup/
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
RIWAYAT PENULIS
Rizki
Setiawan
Ternate,
30
S,
cowok
Januari
kelahiran 1992
ini
merupakan anak dari pasangan Sultan Ambo Sulung
dan dari
Warnetty
Bustiar.
tiga
bersaudara
Anak ini
merupakan pribadi yang pemalu dan pendiam dilingkungan sekitarnya. Akan tetapi, bisa menjadi lebih ceria dan aktif jika bersama dengan teman – teman dekatnya.
Cowok yang biasa disapa Iky ini senang dengan olahraga renang ini memulai dunia pendidikannya di TK Al-Khairat Falajawa 2, kemudian melanjutkan sekolahnya di SDN 1 Bastiong. Dan setelah kelas tiga SD, Iky sempat pindah ke Bukit tinggi, Sumatera Barat selama 8 bulan dan bersekolah di SD Parit lintang, Bukit tinggi. Setelah 8 bulan di Bukit tinggi, Iky kembali ke Ternate dan melanjutkan sekolahnya dari kelas 4 di SDN 1 Bastiong. Setelah menamatkan pendidikannya di SD, Iky melanjutkan sekolahnya di SMPN 1 Kota Ternate. Selama bersekolah di SMP, Iky sempat mengikuti beberapa Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar
- 39 -
lomba
akademis
di
sekolahnya.
Kemudian
setelah
menamatkan pendidikan di SMP, Iky melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu di SMAN 1 Kota Ternate. Di jenjang SMA pun Iky jalani layaknya seperti siswa remaja yang biasa dan juga ikut dalam beberapa kegiatan akademis. Dalam
kesempatan
ini,
Iky
diberikan
tugas
untuk
menyelesaikan karya tulis sebelum menghadapi UN. Dan judul yang dipilhnya adalah ”Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar”.
Karya tulis ini membahas tentang bunuh diri,
penyebabnya, pandangan tentangnya dan upaya pencegahan bunuh diri. Tak lupa ”Selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua”.
Persepsi Bunuh Diri sebagai Jalan Keluar