Jadi saat kuliah dulu, saya suka nyetok mie dan telur untuk persiapan makanan selama sebulan. Biasalah anak kost, surganya sehari doang (hari pas dapat transferan dana dari orang tua) dan 29 hari setelahnya adalah neraka (apa saya doang yang seperti ini yaah?).
Baca Juga: Cerita Tanggal Tua si Anak Kost di Masa Lalu & Sekarang
Ada dua alasan mengapa saya sengaja nyetok mie dan telur. Yang pertama adalah untuk berjaga-jaga saat saya kelaparan tengah malam dan yang kedua untuk jaga-jaga saat uang belanja bulanan habis.
Mie dan telur itu biasanya akan saya olah menjadi mie rebus campur telur (saya dan teman-teman menyebutnya intel-indomi telur). Saat pulang kampus dan merasa lapar tapi tidak sempat beli makanan di warung dekat kost plus saat sedang malas masak yang berat-berat, maka makan intel adalah solusinya.
Saat terbangun tengah malam karena kelaparan, intel juga yang jadi solusinya. Saat uang bulanan habis dan yang tersisa hanya mie dan telur, jawabannya lagi-lagi mie rebus campur telur alias intel. Pokoknya intel adalah solusi segala permasalahan yang berhubungan dengan perut lapar deh, hahaha :D
Namun lama-kelamaan kok bosan juga yah makan intel terus. Rasa bosan itu kemudian memunculkan ide brilliant dari salah seorang teman kost untuk membuat makanan lain yang bahan bakunya tetap terbuat dari mie dan telur yang rasanya nendang namun cara buatnya gampang, segampang membuat intel.
Maka terciptalah sebuah makanan yang kami namakan MARTABAK MIE yang pada akhirnya sukses menjadi makanan andalan kami menggantikan intel.