SKENARIO KASUS WAHAM Tn. A 45 tahun dirawat diruang Elang Rumah Sakit Jiwa dengan diagnosa medis Skizofrenia Residual. Data yang didapatkan dari keluarga, 2 hari sebelum rumah sakit klien bingung, sering marah-marah dengan orang lain, pasien mencurigai orang-orang di sekitarnya. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan pengelihatan, pasien putus obat selama 7 bulan. Menurut keluarga, klien sebelumnya juga pernah dirawat di RSJ , klien 8X keluar masuk di rumah sakit jiwa, pasien putus obat selama 7 bulan, pasien pernah mengalami cedera kepala sebelumnya. Pada saat perawat melakukan pengkajian, klien mengatakan sering mendengar suarasuara bisikan yang mengajaknya untuk menjadi seorang pastur, klien juga mengatakan sering melihat sosok “yesus”, dan menganggap dirinya mempunyai kekebalan karena ada yesus di dalam tubuhnya yang melindunginya. Hasil pemeriksaan
perawat didapatkan : Pemeriksaan Status Mental ( Penampilan :
Penampilan klien rapih, klien selalu menjaga kebersihan dirinya, Kuku klien sedikit panjang, rambut kurang tertata rapi/sedikit acak-acakan, Gigi klien tampak bersih). (Pembicaraan : Saat berbicara klien tampak lancar, klien mudah di ajak bicara, volume suara jelas. (Alam Perasaan: Klien mengatakan sering melihat sosok “yesus” yang selalu mendatanginya dan melindunginya. Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh klien utuk menjadi seorang pastur). (Afek : ada perubahan dalam roman mukanya saat ada stimulus menyenangkan atau menyedihkan yang di berikan). (Interaksi Selama Wawancara : kadang melihat kea rah lain. (Proses Pikir : dapat menjawab pertanyaan dengan cepat, akan tetapi pembicaraannya sering melantur. Klien tidak menutup nutupi yang akan di bicarakannya). Isi Pikir (Klien mempunyai keyakinan kalau klien mempunyai kekebalan, Klien mengatakan sering melihat yesus, klien mengaku bahwa yesus berada di dalam tubuhnya sehingga klien meyakini mempunyai ilmu kekebalan di dalam tubuhnya). SEVEN JUMP 1. Kata kunci
Skizofrenia Residual
Halusinasi
Alam Perasaan
Afek
Stimulus
2. Mencari pengertian dari kata kunci
Skizofrenia residual adalah stadium kronik ditandai dengan gejala-gejala negatif seperti isolasi sosial, menarik diri, dan gangguan fungsi peran. Sikap apatis, respon emosional yang menumpul atau tidak wajar biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial.
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya.
Alam Perasaan adalah keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan fungsi kehidupannya
Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu.
stimulus di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perangsang organisme bagian tubuh atau reseptor lain untuk menjadi aktif.
3. Membuat pertanyaan 1. Apa saja jenis-jenis waham? 2. Apa yang menyebabkan waham? 3. Apa tanda dan gejala pada orang dengan waham? 4. Apa ksaja karakteristik waham? 4. Menjawab pertanyaan 1. JENIS-JENIS WAHAM 1) Waham kebesaran Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman. 2) Waham Kejar. Klien yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya, memata-matai atau menjelekkan dirinya. 3) Waham Depresif (menyalahkan diri sendiri). Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatanperbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering dirasakan sebagai : waham bersalah (perasaan bersalah, kehilangan harga diri), waham sakit (gangguan perasaan tubuh yang berasal dari viseral yang dipengaruhi oleh keadaan emosi), waham miskin (kehidupan perasaan nilai sosial). 4) Waham nihilistik Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur. 5) Waham somatik (waham hipokondria). Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau mengeluarkan bau busuk. 6) Waham hubungan. Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara inteprestasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.
7) Waham pengaruh. Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 8) Waham curiga Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. 2. PENYEBAB WAHAM a. Faktor predisposisi Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain). Neurobiologis, adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan korteks limbic. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamate. Virus : paparan virus influenza pada trimester III. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli. b. Faktor presipitasi Proses pengolahan informasi yang berlebihan. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal. 3. TANDA DAN GEJALA WAHAM Tanda dan gejala waham biasanya sering mengucapkan kata-kata yang terus ia ulangi tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Beberapa contoh kata-kata tersebut adalah:
“Saya adalah titisan Jendral Sudirman, punya banyak perusahaan, punya pasukan banyak, hingga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”
“Tuhan telah menunjuk saya menjadi nabi, saya harus terus memakai pakaian putih agar masuk surga”
“Di dalam tubuh saya ini banyak kotoran, saya menderita kanker, jantung saya kaku”
“Saya di dunia ini adalah roh, saya juga sudah tidak ada di dunia ini, saya adalah malaikat”
4. KARAKTERISTIK WAHAM
Tidak realistik
Tidak masuk akal
Permanen
Egosentris atau tidak mau kalah
Diyakini sepenuh hati oleh penderita waham
Tidak bisa dikoreksi
Penderita waham meyakini bahwa pikirannya adalah kenyataan.
5. Mandiri Pandangan Mengenai Bunuh Diri menurut Agama Islam
Orang yang nekad bunuh diri, biasanya karena putus asa diantara penyebabnya adalah penderitaan hidup. Ada orang yang menderita fisiknya (jasmaninya), karena memikirkan sesuap nasi untuk diri dan keluarganya. Keperluan pokok dalam kehidupan sehari-hari tidak terpenuhi, apalagi pada jaman sekarang ini, pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Adapula orang yang menderita batinnya yang bertakibat patah hati, hidup tiodak bergairah, masa depannya keliatan siuram, tidak bercahaya. Batinnya kosong dari cahaya iman dan berganti dengan kegelapan yang menakutkan. Penderitaan kelompok kedua ini, belum tentu karena tidak punya uang, tidak punya kedudukan, dan tidak punya nama, karena semua itu belum tentu dan ada kalanya tidak dapat membahagiakan seseorang, pada media masa kita baca ada jutawan, artis dan ada tokoh yang memilih mati untuk mengakhiri penderitaanya itu, apakah penderitaan jasmani atau penderitaan batin.
Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6)
Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”
Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.” Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.” Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh). Sesungguhnya Allah menguatkan Agama ini dengan orang jahat. Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.” Ayat Al-Qur’an dan Hadist tersebut di atas dengan jelas menunjukkan, bahwa bunuh diri itu di dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Dengan demikian keliru sekali, kalau ada anggapan, bahwa dengan jalan bunuh diri, segala persoalan telah selesai dan berakhir. Padahal azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsong di akhirat kelak.
1. Kesehatan
Pembentukan niat bunuh diri dari seseorang adalah suatu persoalan kesehatan mental yang dianggap sebagai masalah jiwa. Oran-orang yang berniat bunuh diri hendaknya segera dibawa ke pakar atau dokter kesehatan jiwa yang berpengalaman. Dalam dunia kesehatan, tindakan bunuh diri meupakan tindakan menghilangkan nyawa dengan berbagai cara, seperti dengan obat-obatan, gantung diri, senjata, dll. Seorang mengalam penyakit jiwa berkemungkinan lebih besar dalam melakukan tindakan bunuh diri, karena saraf-saraf neotransmiter kurang berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, harus segera melakukan tindakan yang cermat bagi orang-orang yang bisa melakukan tindakan bunuh diri
2. Kebudayaan Pada zaman berperang dan zaman Edo di Jepang, para samurai yang gagal mempertahankan martabat mereka boleh memilih untuk mengakhiri hidup mereka melalui Harakiri (hara = perut, kiri = potong) atau Seppuku, sejenis tradisi yang melibatkan samurai menggunakan pedang untuk memotong perut sendiri. Perut biasa dipotong secara serong dengan tangan samurai sendiri dan dianggap sebagai bentuk kematian yang terhormat walaupun dilakukan untuk menutup aib. Dan juga Seppuku, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh seorang asisten maupun budak untuk menutupi kesalahan majikannya.
6. Mind maving
7. Laporan 1. Jurnal Terlampir 2. Telaah Jurnal a) Judul Pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap peningkatan keterampilan social dasar pada pasien skizofrenia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi provinsi jawa tengah tahun Kata Kunci. b) Kata kunci Terapi aktivitas kelompok, ketrampilan sosial dasar, pasien skizofrenia c) Penulis Jurnal Hartono Magister Profesi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jln. Kapas No. 9 Semaki Yogyakarta 55166 Email:
[email protected] d) Latar Belakang Skizofrenia adalah salah satu bentuk gangguan psikosis yang menunjukkan beberapa gejala delusi atau waham, halusinasi, pembicaraan yang kacau,
tingkah laku yang kacau, kurangnya ekspresi emosi (Arif, 2006). Menurut Maramis & Maramis (2009) gejala-gejala lain orang dengan skizofrenia antara lain mengabaikan penampilan pada dirinya, cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, pembicaraan yang kacau dan sukar dimengerti, inkoheren, gejala katatonik, stupor, gelisah, negativisme, gangguan afek, halusinasi dan waham. Menurut Rochim (Yosep, 2007), WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, paling tidak ada 1 (satu) dari 4 (empat) orang di dunia mengalami masalah mental. Sebuah studi yang dilaksanakan oleh WHO pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di 14 (empat belas) negara berkembang, terdapat sekitar 76%-85% pasien yang tidak mendapatkan pengobatan apapun pada tahun pertama kasus gangguan jiwa parah. Salah satu gangguan jiwa banyak terjadi adalah skizofrenia yang menduduki peringkat ke-4 (empat) dari 10 (sepuluh) besar penyakit terberat di seluruh dunia, berkenaan dengan hal ini, WHO (2007) melansir bahwa sekitar 25.000.000 orang penduduk di seluruh dunia mengalami skizofrenia. (Stuart, 2007). Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi PERSI (2007) di seluruh Asia, diperkirakan 2-10 orang dari 1000 penduduk mengalami skizofrenia dan 10% diantaranya perlu diobati intensif karena telah dalam taraf yang sangat mengkhawatirkan, dan sebanyak 1-3 orang dari 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dari 1-3 penderita gangguan jiwa tersebut, separuh diantaranya berlanjut menjadi gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Akibatnya, jumlah penderita skizofrenia di Indonesia diperkirakan mencapai 2% dari seluruh populasi. (Yosep. I, 2007). Menurut Nerah (Dadang Hawari, 2010), jumlah penderita skizofrenia di Indonesia adalah 3 (tiga) – 5 (lima) per 1000 penduduk, mayoritas penderita berada di kota besar, ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah
perkotaan. Prevalensi skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun. Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas dialami di Indonesia, sekitar 99% pasien di RS Jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia. Prevalensinya 8 kali lebih besar dialami oleh pasien dengan tingkat sosial ekonomi rendah (Laily, N. K, 2009). Menurut Adi P.W. (2014), berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Bhakti Husada, prevalensi gangguan jiwa di Indonesia berjumlah 1.700.000 populasi mencakup semua umur, bila dihitung menurut jumlah populasi daerah Jawa Tengah, saat ini sebanyak lebih kurang 23.000 orang mengalami gangguan jiwa. Data Instalasi Rekam Medik RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah tahun 2013, menunjukkan bahwa angka kejadian gangguan jiwa menjadi jumlah kasus terbanyak dengan jumlah keseluruhan 1.178 orang dan kurang lebih 90%nya didiagnosis skizofrenia. Orang dengan skizofrenia cenderung mengalami penurunan di dalam sosialisasi, bahkan tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik pada lingkungan sekitarnya (Bellack, dkk, 1990). Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan sosial dasar pada orang dengan skizofrenia perlu untuk ditingkatkan, karena hal ini akan membantu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal tersebut sesuai dengan keadaan pasien yang di ada bangsa - bangsal RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dan keterangan yang diberikan oleh para perawat, bahwa pasien skizofrenia memiliki masalahmasalah keterampilan sosial dasar yang rendah, misalnya tidak mampu untuk berhubungan maupun mengenal lingkungan sekitar dengan baik, tidak mampu untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, tidak mampu untuk menyatakan keinginannya dengan cara-cara yang tepat. Keterangan di atas menunjukkan bahwa pentingnya keterampilan sosial dasar yang perlu dimiliki oleh pasien skizofrenia, karena hal tersebut merupakan kunci penting bagi individu untuk menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat (Tsang & Lak, 2010).
Keterampilan sosial dasar penting untuk dimiliki oleh pasien skizofrenia, karena keterampilan sosial dasar merupakan modal awal untuk melakukan hubungan atau relasi dengan orang lain. Penelitian ini berfokus pada peningkatan keterampilan sosial dasar pada pasien skizofrenia. Keterampilan sosial dasar dapat terlihat dari pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki individu, hal tersebut terwujud dalam perilaku mengatasi situasi interpersonal (Wight & Chapparo, 2008).
Keterampilan sosial dasar yang baik sangat membantu individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain, mudah diterima dalam lingkungan masyarakat, sehingga individu merasa nyaman berada di tengah-tengah masyarakat. Masalah-masalah skizofrenia tersebut di atas ditemui peneliti di
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah dengan mengamati perilaku pasien skizofrenia yang sedang mendapatkan perawatan di bangsal rawat inap.
e) Tujuan Untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan bentuk-bentuk atau model-model yang efektif dan solutif dalam terapi pendampingan psikososial yang dapat meningkatkan keberfungsian sosial dan menurunkan risiko bunuh diri bagi penderita gangguan kesehatan mental bipolar disorder. f) Analisa Peneliti g) Hasil Penelitian Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustaryono (2007), yang meneliti tentang terapi aktivitas kelompok, pada orang lanjut usia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok secara signifikan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami subjek lanjut usia. Penelitian lainnya yang berkaitan pada orang dengan skizofrenia dilakukan oleh Veenu (2007), meneliti tentang pelatihan keterampilan sosial dasar untuk pasien dengan gangguan skizofrenia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pelatihan keterampilan sosial dasar berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan sosial pada orang dengan skizofrenia