Ramadhan, Momen Peningkatan Konsep Diri Kendra Hartaya
Ketua Lembaga Pemberdayaan SDM KHADIJAH MOSLEM Jl. Pleret Km 2, Surodinanggan, Jambidan, Bantul 08128442198, 0274-3073942
[email protected]
Pengertian konsep diri mungkin bisa dikatakan baru secara umum, namun ini penting untuk memahami diri kita. Bisa juga dibilang hampir sama dengan istilah sikap, bedanya konsep diri yang menjadi obyek penilaian adalah diri kita. Konsep diri kita adalah gabungan penilaian kita (dilambangkan sebagai A) dan penilaian orang lain (dilambangkan sebagai B) terhadap diri kita. Misalnya konsep diri Kendra (penulis) adalah penilaian saya dan penilaian orang lain terhadap diri Kendra. Konsep diri bisa bersifat fisik (penilaian terhadap diri fisik), konsep diri psikis, konsep diri sosial, atau konsep diri secara total. Konsep diri seseorang bisa diukur menggunakan angket dengan kontinum skala psikologis -5-0 dan 0-5, penggunaan angka mengikuti keinginan kita. Dari sini kita katakan konsep diri kita tinggi atau rendah, ada juga yang menggunakan istilah konspe diri positif atau negatif. Konsep diri kita positif jika kita dan orang lain memandang diri kita positif, sebaliknya juga bisa negatif. Jika A dan B terhadap diri kita berbeda maka dengan melihat besarnya plus dan minus dari nilai itu akan melahirkan konsep diri kita positif atau negatif. A dan B akan selalu berinteraksi. Jika A lebih lemah daripada B (A
B), konsep diri kita akan sangat ditentukan oleh kesan kita sendiri. Jika hanya ada seorang memberikan penilaian terhadap diri kita maka bisa saja tidak akan berpengaruh kepada kita. Tetapi jika ada seribu orang, apalagi orang pandai dan bisa membuat kriteria penilaian, menilai diri kita maka kita akan mudah terpengaruh dan mengikuti kepada hasil penilaian itu. Jika seribu orang
berkesan kita orang baik, maka kita pun akan mudah menyadari kita orang baik, dan sebaliknya. Kekuatan penilaian itu akan mempengaruhi konsep diri kita. Perubahan konsep diri juga akan menyebabkan perubahan identitas, perilaku, gaya hidup, dll. Secara sederhana bisa dikatakan, perilaku kita biasa saja jika tidak ada yang memperhatikan, tetapi akan ada perubahan perilaku jika kehidupan kita menjadi pusat perhatian publik. Perbaikan diri bisa dilakukan dengan mengawali perbaikan atau peningkatan konsep diri kita. Jika A>B, memiliki makna bahwa perbaikan diri seseorang dilakukan secara tobat. Jika A
berhubungan dengan konsep diri kita di masa lalu. Dengan kata lain, kita tidak bisa berprasangka buruk kepada orang beriman karena perbuatan hari ini tidak bisa diramalkan atas dasar konsep diri masa lalu. Logis jika dikatakan orang beriman haruslah hari ini lebih baik daripada kemarin dan akan lebih baik lagi di masa mendatang, itulah orang yang beruntung. Disebabkan konsep diri dibangun oleh sejarah perilaku selama ini, maka tidak ada orang yang memiliki konsep diri ganda. Ini diisyaratkan oleh Al Ahzab ayat 4 Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya. Jika seseorang tidak memperbaiki dirinya melalui peningkatan Konsep diri, maka konsep diri bisa digunakan untuk meramalkan perbuatannya. Dengan kata lain, perbuatan bohong akan mudah diungkap melalui konsep dirinya, demikian juga perbuatan baik, (istilah jawa becik ketitik ala ketara). Tidaklah sia-sia perbuatan baik, atau akhirnya akan menyesal orang yang berbuat jahat. Kasus konsep diri banyak ditemui misalnya berganti nama baru pada orang-orang yang bertaubat, untuk mengubur sejarah perilaku masal lalu. Atau paling tidak dengan nama baru merupakan membuka lembaran baru. Atau untuk memperbaiki pribadinya terkadang orang perlu berhijrah, berpindah, bergabung dengan masyarakat baru yang sama sekali belum pernah mengenal dirinya. Dari sini bisa kita pahami betapa berat orang yang mau keluar dari jerat narkoba, mengakhiri berjudi, mengakhiri merokok, mengakhiri ikut tawuran bagi anak sekolah, yang semua itu disebabkan oleh munculnya teror dari komunitasnya. Selain itu juga masih memiliki perasaan enak-gak-enak (merasa belum diterima) jika memasuki komunitas yang baru. Yang peling mudah dilakukan adalah dengan berhijrah, pindah dari lingkungan lamanya. Orang yang berhasil meningkatkan, memperbaiki konsep dirinya, akan kelihatan di masa pasca ramadhan, adanya peningkatan perbuatan baik, pengurangan perilaku buruk secara beransgur-angsur, dan secara umum dikatakan kita mendapat lailatul qadar. Proses meraih lalilatul qadar banyak diupayakan orang pada masa 10 hari terakhir bulan
ramadhan. Yang harus kita cam-kan bahwa lalilatul qadar itu tidak jatuh bebas melainkan zat yang maha suci yang menurunkan dan tentu bukan tanpa syarat. Dengan berbekal iātikat yang kuat, niat yang tulus untuk berperilaku lebih baik, insya Allah kita berhasil meraih lailatul qadar, dengan semangat memperbaiki konsep diri. Sekian.