KELOMPOK G
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e-commerce) berdasarkan gender INSIDE THIS ISSUE:
Disusun Oleh :
Latar Belakang Landasan Teori Pembahasan Kesimpulan
Ayu Sepriwanti 01011381621230
Saran
Farah Arista Cahya M. 01011381621232 Saskia Natasya Rizky 01011381621297 Wahidah Fadhilah 01011381621229 Mata Kuliah : Seminar Manajemen Pemasaran
Dosen Pengampu : Drs. H. Islahuddin Daud, MM
Jurusan Manajemen S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya Kampus Palembang 2019
Page 2
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
1. Latar Belakang Perkembangan pesat internet menyebabkan banyak terjadi pergeseran perilaku konsumen. Banyaknya platform belanja online seperti Ecommerce yang bermunculan menawarkan berbagai kemudahan bagi konsumen untuk berbelanja. Perkembangan E-commerce di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat,
Penetrasi perusahaan Ecommerce sudah bisa dikatakan hampir diseluruh Indonesia.
Secara geografis, penetrasi e-commerce di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu 75,77% dari total responden. Konsumen Sumatera berada di urutan kedua dengan porsi 13,51% disusul Sulawesi 3,99% dan Kalimantan 3,77%. Dengan persentase pengguna sekitar 87,83% merupakan generasi milenial, yakni generasi
yang berusia 20-37 tahun. Sebanyak 92,72% konsumen mengakses ecommerce melalui perangkat telepon pintar (smartphone) dan sisanya menggunakan komputer personal.
Riset Katadata Insight Center (KIC) berjudul "Indonesia E-commerce Mapping 2018 " yang dilakukan terhadap 20 ribu pengguna ecommerce di 34 provinsi di Indonesia menghasilkan sejumlah temuan menarik,
Perkembangan ecommerce yang pesat mengakibatkan adanya pergeseran tren. Banyak persepsi lama yang mulai ditinggalkan tentang tren
temuan menunjukkan bahwa penetrasi Ecommerce di Indonesia sudah cukup luas, dengan pulau Jawa sebagai konsentrasi utama. Sumber : https://katadata.co.id/berit a/2018/09/18
berkaitan dengan perilaku konsumen. Jika selama ini kita mengkonversikan belanja merupakan kegiatan yang identik dengan perempuan, maka persepsi itu perlahan-lahan harus mulai dirubah. Karena para era digital banyak riset yang mengatakan bahwa pria lebih mendominasi daripada wanita.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 3
2. Landasan Teori 2.1. Perilaku Konsumen Pemahaman perilaku konsumen melibatkan pemahaman perilaku individu dalam merencanakan, membeli, mengkonsumsi barang atau jasa yang di belinya. Dalam pembelian produk, perilaku antar konsumen bisa sama atau bisa berbeda. Seorang konsumen sebelum melakukan pembelian produk, ada yang sudah direncanakan dan ada yang belum direncanakan.Perilaku konsumen yang belum melakukan perencanaan dalam pembelian, dapat mendorong untuk melakukan pembelian spontan (impulse buying). Untuk itu pemasar perlu melakukan identifikasi konsumen berfokus pada perilakunya (Dwi Purwanto, 2018). Simamora (2008;22) berpendapat bahwa perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Selanjutnya Amirullah (2002;2) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktifitas individu secara fisik yang melibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, dan menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa. Rangkuti (2004;36) mengemukakan perilaku konsumen merupakan bagian dari pada manajemen pemasaran yang berhubungan dengan manusia sebagai pasar sasaran. Otomatis, riset perilaku konsumen juga merupakan bagian dari riset pemasaran. Sedangkan (Kotler 2005;166), menegaskan bahwa perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, idea tau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : (a). Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga, (b) Perilaku suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan (c) Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjkan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang dimilki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mngevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam. Pengertian perilaku konsumen menurut Mowen (2002;28), bahwa perilaku konsumen adalah bidang studi yang menginvestigasi proses pertukaran melalui individu dan kelompok mana yang memperoleh, mengkonsumsi, dan mendisposisi barang-barang, jasa-jasa, ide, serta pengalaman. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses memilih, membeli, menggunakan dan menilai suatu produk yang bersifat dinamis mengikuti trend dan perkembangan zaman dan dapat dipengaruhi oleh segelintir individu atau kelompok dalam persepsi maupun keputusan pembelian pada suatu produk dengan melibatkan interaksi dan kognisi, serta perilaku dan kejadian sekitar.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 4
Perilaku konsumen merupakan hal terpenting yang harus dipelajari terus oleh pihak pemasar guna mengetahui dan mengkaji apa yang sedang dibutuhkan dan diinginkan pihak konsumen. Setelah perusahaan mengetahui apa yang ada dipikiran konsumen pada suatu produk, maka perusahaan harus menyusun strategi untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen supaya produk tersebut diterima pasar dengan tangan terbuka sehingga mendatangkan pendapatan bagi perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, menurut Simamora (2008;7) yaitu: a. Faktor kebudayaan Faktor kebudayaan mempunyai peran yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh: 1) Kultur, yaitu faktor yang paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntut oleh naluri.Sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seseorang yang tinggal pada aderah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur tersebut agar dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan konsumen. 2) Sub kultur, tiap kultur mempunyai sub kultur yang lebih kecil, atau kelompok orang dengan sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dari situasi hidup yang sama. Seperti kelompok kebangsaan yang betempat tinggal pada suatu daerah mempunyai cita rasa dan minat etnik yang khas.Demikian pula halnya dengan kelompok keagamaan. 3) Kelas sosial, adalah susunan yang relatif permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, kekayaan dan variabel lainnya.Kelas sosial memperlihatkan preferensi produk dan merek yang berbeda. b. Faktor Sosial Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti : kelompok kecil, keluarga, peran, dan status sosial dari konsumen. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh karena itu pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk menyusun strategi pemasaran, yaitu: 1)
Kelompok, perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Anggotanya disebut kelompok keanggotaan.Ada yang disebut dengan kelompok primer, dimana anggotanya berinteraksi secara tidak formal, seperti keluarga, teman dan sebagainya.Ada pula yang disebut kelompok sekunder, yaitu seseorang berinteraksi secara formal tetapi tidak regular.Kelompok rujukan adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatap muka atau tak langsung dalam
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 5
pembentukan sikap seseorang. Orang sering dipengaruhi oleh kelompok rujukan dimana ia tidak menjadi anggotanya. 2)
Keluarga, anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadao perilaku pembeli. Keluarga orientasi adalah keluarga yang terdiri dari orang tua yang memberikan arah dalam hal tuntunan agama, politik, ekonomi dan harga diri.Bahkan jika pembeli sudak tidak berhubungan lagi dengan orang tua, pengaruh terhadap perilaku tetap ada. Sedangkan pada keluarga prokreasi, yaitu keluarga yang tediri atas suami istri dan anak, maka pengaruh pembelian tu akan sangat terasa.
3)
Peran dan status, posisi seorang dalam tiap kelompok dapat ditentukan dari segi peran dan status. Tiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat.
c. Faktor Pribadi Keputusan seorang pembeli juga dipengaruh oleh karakteristik pribadi seperti: 1)
Usia dan tahap daur hidup, orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga.Sehingga pemasar hendaknya memperlihatkan perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia.
2)
Pekerjaan, pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya dengan jabatan yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap produk mereka.
3)
Keadaan ekonomi, keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhaikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga.Jadi indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan menetapkan posisi produknya.
4)
Gaya hidup, orang yang berasal dari sub kultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
5)
Kepribadian dan konsep diri, tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi yang unik yang menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya sendiri.Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau merek.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 6
d. Faktor Psikologis Seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biologis ataupun psikologis.Kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologi tertentu seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan.harga diri, atau kebutuhan untuk diteima oleh lingkungannya. Keputusan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologi yang utama, yaitu: 1)
Motivasi, kebanyakan motivasi dari kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang untuk bertindak pada suatu saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan.
2)
Persepsi, seseorang yang termotivasi akan siap bereaksi. Bagaimana orang itu bertindak dipengaruhi olehpersepsi mengenai situasi. Dua orang dalam kondisi motivasi yang sama dan tujuan situasi yang sama mungkin bertindak secara berbeda karena perbedaan persepsi mereka terhadap situasi itu. Persepsi sebagai proses dimana individu memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti mengenai dunia.
3)
Proses belajar (learning), proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilkau seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil proses belajar. Secara teori, pembelajaran seseorang dihasilkan melalui dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan, dan penguatan.Para pemasar dapat membangun permintaan produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, dengan menggunakan isyarat motivasi dan dengan memberikan penguatan yang positif.
4)
Kepercayaan dan sikap, melalui tindakan dan proses belajar, orang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimilki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah organisasi dan motivasi, perasaan emosional, persepsi, dan proses kognitif kepada suatu aspek. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang/jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 7
2.2. Impulse Buying Menurut Mowen (2002;10) pembelian tidak terencana adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba – tiba dengan penuh kekuatan, bertahan & tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya.Hal yang serupa di kemukakan oleh Rook yang dikutip oleh Engel (2000; 202) bahwa pembelian berdasar impulse terjadi ketika konsumen mengalami desakan tiba-tiba, yang biasanya kuat dan menetap untuk membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini kompleks secara hedonik dan mungkin merangsang konflik emosional.Juga pembelian berdasar impulse cenderung terjadi dengan perhatian yang berkurang pada akibatnya.Impulse buying atau biasa disebut juga unplanned purchase, adalah perilakuorang dimana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja.Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli produk atau merek tertentu.Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga.Impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis.Dengan demikian impulse buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat. Dalam menghadapi konsumen yang cenderung melakukan impulse buying ini maka perusahaan harus menjalankan pelayanan yang lebih fleksibel.Untuk strategi komunikasi, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mendorong konsumen untuk bertindak cepat.Banyak pemasar misalnya menyukai pameran, karena biasanya pada saat pameran, mereka dapat mendesak konsumen untuk membeli produk dengan promosi menarik yang berlaku hanya sampai pameran berkakhir. Membiarkan konsumen membuat rencana terlebih dahulu akan membuat mereka ragu. Hal tersebut yang menjadi alasan bahwa kekuatan persuasif dari iklan maupun tenaga penjual sangat diperlukan. Impulse buying bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.Termasuk pada saat seorang penjual menawarkan suatu produk kepada calon konsumen.Dimana sebenarnya produk tersebut terkadang tidak terpikirkan oleh konsumen sebelumnya. Menurut Utami (2006), produk yang dibeli tanpa rencana sebelumnya disebut produk impulsif. Misalnya seperti majalah, minyak wangi, dan produk kosmetika. Beberapa peneliti pemasaran beranggapan bahwa impulse bersinonim dengan unplanned ketika para psikolog dan ekonom memfokuskan pada aspek irasional atau pembelian impulsif murni (Bayley dan Nancarrow dalam Semuel, 2006). Namun Solomon dan Rabolt (2009) menyatakan bahwa tidak sepenuhnya impulse buying disebut irasional karena justru seringnya pembelian impulse justru di dasarkan kebutuhan. Thomson et al, dalam Semuel, (2006) juga mengemukakan bahwa, ketika terjadi pembelian impulsif, memberikan pengalaman akan kebutuhan emosional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding irasional.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 8
Menurut (Utami 2010;50), Pembelian tidak terencana (impulse buying) dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu: a.
Pure Impulse Buying merupakan pmbelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan pembeliannya.
b.
Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan.
c.
Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakain atau kegunaannya, dan memutuskan untuk melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan oleh konsumen meskipun konsumen tidak benar-benar membutuhkannya dan pemakainnya masih akan digunakan pada masa yang akan datang.
d.
Planned Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk berdaasarkan harga special dan produk-produk tertentu.
Menurut Cobb dan Hayer dalam Semuel (2006;102) mengatakan bahwa terdapat dua elemen penting dalam impulse buying yaitu: a.
Kognitif Elemen ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu yang meliputi: (1) Tidak mempertimbangan harga dan kegunaan suatu produk, (2) Tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian produk dan (3) Tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang mungkin lebih berguna.
b.
Emosional Elemen ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang meliputi (1).Timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian, (2).Timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian. Dan (3). Tipe-tipe pembelian impulsif.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 9
Menurut penelitian yang dilakukan Rook yang dikutip Engel, et al dalam Khoirunnasir, (2010) impulse buying juga cenderung dapat terdiri dari satu atau lebih karakteristik berikut: a. Spontanity Impulse buying terjadi secara tak terduga dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, seringkali karena respon terhadap stimulasi visual point of sale. b.
Disregard for consequences Keinginan untuk membeli dapat menjadi tidak dapat ditolak sampai-sampai konsekuensi negatif yang mungkin terjadi diabaikan.
c.
Power, Compulsion and Intensity Adanya motivasi untuk mengesampingkan hal-hal dan bertindak secepatnya.
d.
Excitement and stimulation Keinginan membeli tiba-tiba ini seringkali diikuti oleh emosi seperti “exiting”, “thrilling”, atau “wild”.
2.3. Gender Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender sering juga dipahami sebagai pemberian dari Tuhan atau kodrat Ilahi, padahal gender tidak semata-mata demikian. Secara etimologis kata ‘ gender ’ berasal dari bahasa Inggris yang berarti ‘jenis kelamin’ (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1983:265). Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai ‘perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku (Victoria Neufeldt (ed.), 1984:561). Gender bisa juga dijadikan sebagai konsep analisis yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu (Umar, 1999:34).Lebih tegas lagi disebutkan dalam Women’s Studies Encyclopedia bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Musdah, 2004:4). Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa gender adalah suatu sifat yang dijadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor nonbiologis lainnya. Kusumowidagdo (2010) menyatakan bahwa gender berpengaruh terhadap perilaku belanja dimana pria merupakan pebelanja utilitarian sedangkan wanita kebanyakan merupakan pebelanja hedonis. Apriani (2008) gender adalah sifat yang melekat pada pria dan wanita yang dibentuk oleh faktor sosial maupun budaya sehingga lahirlah anggapan mengenai peran sosial antara pria dan wanita.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 10
• Pembeli Pria 1.
Jika seorang pria pergi ke tempat perbelanjaan entah itu pasar, mall dsb, umumnya mereka hanya akan membeli apa yang mereka rencanakan sejak awal berangkat dari rumah. Misalnya, mereka ingin membeli sabun dan sikat gigi, maka hanya kedua barang itulah yang akan mereka beli.
2.
Tidak mudah dipengaruhi oleh bujukan penjual dan argumentasi yang objektif.
3.
Seorang pria umumnya kurang berminat untuk melakukan tawar menawar. Harga yang ditawarkan oleh penjual menjadi harga kesepakatan.Kalaupun menawar hanya berbeda sedikit dengan harga semula (harga dari si penjual).
4.
Kurang berminat berbelanja sehingga ia kerap kali terburu-buru dalam mengambil keputusan untuk membeli sesuatu.
5.
Waktu berbelanja seorang pria hanya terbatas, ia tidak terlalu suka berlama-lama berbelanja.
6.
Pria menginginkan pelayanan yang cepat tanpa perlu banyak bicara, dan penjelasan mengenai suatu produk cukup terbatas hanya pada hal-hal yang mereka tanyakan saja.
• Pembeli Wanita 1. Berbeda dengan pria, terkadang wanita kurang bisa mengontrol dirinya dalam berbelanja. Jika awalnya dari rumah ia memiliki rencana untuk membeli sepatu anaknya saja, berbeda kondisinya ketika ia sudah tiba di pasar, sekiranya ada barang yang menurut ia menarik, ia akan membeli. Jadi, ia kurang bisa konsisten terhadap rencana awal ia berbelanja 2.
Kebanyakan wanita dibekali Tuhan ketrampilan untuk menawar. Dan terkadang menawarnya pun kebablasan.
3.
Wanita cepat terbawa arus tren atau mode yang sedang berkembang, terutama pada remaja putri.
4.
Wanita memiliki banyak waktu untuk berbelanja, mereka memiliki kesenangan tersendiri jika diberi keleluasaan untuk memilih aneka barang yang ditawarkan.
5.
Mereka lebih menyukai dan tertarik terhadap warna dan bentuk dari suatu produk, bukan pada fungsi dan kegunaannya.
6.
Wanita lebih peka dan mementingkan status sosial sebuah produk.
7.
Wanita umumnya sangat tertarik pada even-even penjualan khusus. Misalnya diskon, obral dan sebagainya.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 11
3. Pembahasan Belanja di era digital tidak lagi identik dengan kegemaran konsumen wanita.Dengan kata lain pria mulai mendominasi pembelian produk melalui platform e-commerce. Hasil survei KIC menunjukkan, konsumen pria ternyata lebih banyak berbelanja menggunakan layanan ecommerce dengan porsi 52,97% dari total responden.
Dalam laporan terbaru eIQ yang bertajuk “Uncovering the Value of Indonesia’s Top Online Platforms” mencoba menggambarkan kondisi terkini dari lanskap e-commerce dan online marketplace di Indonesia. Salah satu hasil survey menunjukkan tren pengguna e-commerce berdasarkan gender diberbagai e-commerce di Indonesia :
Sumber :https://ecommerceiq.asia/
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 12
Dari hasil yang didapatkan di beberapa e-commerce besar di Indonesia, ternyata pria lebih mendominasi daripada konsumen wanita.Sebuah pergeseran tren yang bagi sebagian orang mungkin mengejutkan, karena kita tahu bahwa selama ini perempuan merupakan sosok yang harusnya paling mendominasi jika dikaitkan dengan urusan belanja. Direktur Shopee Indonesia, Chistin Djuarto juga mengatakan bahwa selama dua tahun terakhir, kaum pria mendominasi dalam transaksi berbelanja online, dalam kategori produk elektonik dengan persentase sebesar 60% (https://telset.id/201213). Pernyataan tersebut juga didukung oleh data survey yang dilakukan oleh KIC, yang menyerukan bahwa produk terlaris sepanjang tahun 2018 didominasi dari kategori elektronik.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 13
Dalam laporan survei eIQ yang bertajuk “Uncovering the Value of Indonesia’s Top Online Platforms”, menjabarkan secara detail produk kategori terlaris dan klasifikasi kebutuhan konsumen berdasarkan gender pada beberapa e-commerce besar di Indonesia. Shopee lebih banyak digunakan oleh pengguna perempuan, hal tersebut berkorelasi dengan kategori produk yang banyak dicari perempuan ialah seputar kecantikan. Sementara untuk produk kebutuhan sehari-hari pengguna laki-laki lebih banyak memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian secara online.
Pergeseran tren ini sebenarnya sudah terjadi sejak 2 tahun yang lalu, sejalan dengan perkembangan e-commerce dan smartphone di Indonesia yang terus meningkat.Terbukti dengan aktifnya pengguna e-commerce yang melakukan transaksi melalui smartphone yaitu sebanyak hampir 93%.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanj a Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 14
Menurut KIC, ada beberapa faktor yang menyebabkan lebih banyak konsumen yang memilih berbelanja dengan e-commerce dihimpun dari data survey yang dolakukan oleh emarketer pada tahun 2018, beberapa factor itu adalah :
Adanya program gratis ongkir atau pemberian subsidi ongkir yang diterapkan diberbagai e-commerce. Program ini tentu menarik bagi konsumen, jika selama ini beberapa konsumen terkendala dengan biaya ongkir yang dibebankan kepada konsumen saat membeli suatu produk secara online, maka hal ini sekarang sudah perlahan bisa dihilangkan. Banyaknya program diskon pada e-commerce pada hari tertentu yang memberikan penawaran diskon yang besar, membuat konsumen terus tergiur untuk melakukan trasnsaki online Harga barang pada e-commerce cenderung lebih murah daripada toko konvensional, karena toko online tidak membutuhkan biaya yang besar untuk sewa toko, sehingga cost atau biaya pada suatu produk dapat ditekan semaksimal mungkin. Rasa aman untuk berbelanja secara online karena adanya garansi after sales. Garansi after sales sendiri merupakan kepastian untuk mendapatkan barang pengganti yang sama ketika poduk yang dibeli mendapatkan masalah atau rusak,garansi after sale juga membuat seller sebuah peringatan bahwa produk yagn dijualanya haruslah produk berkualitas. Merasa lebih mudah untuk mendapatkan berbagai barang kebutuhan hanya dengan berbelanja online. Salah satu alasan utama mengapa konsumen beralih dari belanja offline ke online adalah karena kemudahan yang ditawarkannya, dan selain itu nuga banyaknya toko yang yang tersedia menyababkan vsriasi produk yang beragam, konsumen juga bisa menemukan produk dengan hraga yang terndah dan sesuai, karena bisa membandingkan langsung antara satu toko dengan toko lainnya. Umumnya pria tidak terlalu menyukai belanja konvensional, seperti ke mall atau ke pusat pembelanjaan. Bagi sebagian konsumen pria berbelanja ke Mall adalah menghabishabiskan waktu dan cenderung tidak efisien, pria cenderung ingin cepat, simple, dan nyaman. Konsumen pria juga tidak menyukai terlalu banyak tawar menawar yang umumnya banyak dilakukan pada transaksi di pasar konvensional.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 15
Mengapa ini menjadi masalah ? Sebagaimana kita ketahui, sebagian besar orang beranggapan bahwa belanja merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh konsumen perempuan, dikarenakan perempuan memilki lebih banyak kebutuhan dan sering melalukan impulsive buying atau pembelian impulsif. Menurut Mowen (2002;10) Impulsive buying adalah adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang tiba – tiba dengan penuh kekuatan, bertahan & tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya. Banyak perusahaan yang masih mengesampingkan produk-produk konsumen pria. Mereka cenderung tidak terlalu memfokuskan produk untuk konsumen pria. Persepsi itu tentu sudah harus dirubah melihat data-data yang sudah dijabarkan diatas, yang menunjukkan bahwa adanya pergeseran tren. Meskipun data pergeseran tersebut dilakukan untuk konsumen ecommerce, namun tidak menutup kemungkinan bila suatu saat akan terjadi di pasar konvensional. Perusahaan sudah harus mulai meberikan konsen yang serius dalam meningkatkan mutu produk untuk konsumen pria, memberikan semakin banyak inovasi dan variasi kepada produkproduk pria. Karena semakin canggih maka kebutuhan akan terus meningkat, pria sudah mulai mengenal fashion, dan cenderung memilih produk dengan kulaitas yang baik. Mengesampingkan produk pria mungkin akan menjadi sebuah keslahaan besar bagi sebuah perusahaan, karena bisa saja mereka akan kehilangan kesempatan potensialnya. Hampir seluruh e-commerce sudah memberikan perhatian khususnya kepada konsumen pria, terbukti dari diselenggarakannya beberapa program yang focus pada kebutuhan pria, beberapa contoh program dari berbagai ecommerce yang diperuntukkan kepada konsumen pria :
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
Page 16
Dengan mulai memperhatikan kebutuhan pria akan memberikan peluang besar bagi seorang pengusaha tidak hanya berasal dari produk kategori Elektronik, namun juga dari Fashion, dan Kosmetik. Jika sepuluh tahun yang lalu, dalam pengamatan Soenke Gloede, dikatakan bahwa pria boleh jadi hanya butuh minyak rambut untuk penampilannya. Namun sekarang, kebutuhannya semakin banyak, mualai dari yang pali basic yaitu sabun mandi yang wangi, deodorant,sampai kebutuhan yang terbilang kompleks seperti masker, lotion, pembersih muka, micellar water, dan masih banyak lagi. Hal inilah yang membuat pasar komestik di Indonesia diyakini punya peluang besar untuk meningkatkan produk kosmetik pria. Dikutip dalam artikel di Kompas.com dengan judul "Besar, Peluang Pasar Kosmetik untuk Lelaki di Indonesia", Laman Badan Pusat Statistik (BPS) yakni bps.go.id menunjukkan bahwa berdasarkan data Susenas 2014 dan 2105 ada 254,9 juta jiwa penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, penduduk lelaki mencapai 128,1 juta jiwa. Lalu, penduduk perempuan mencapai 126,8 juta jiwa.Maka tentu sangat potensial jika mengembangkan produk pria. Inovasi yang baru bermunculan ini tentu akan mendapatakan pro dan kontra dibeberapa Negara, karena isu ini bisa saja menjadi salah satu isu agama dan kebudayaan. Namun para pemasar yang mampu melihat peluang akan bisa menentukan keputusan yang baik dan tidak akan berhenti memberikan inovasi kepada produk-produk mereka.
Pergeseran Trend Perilaku Berbelanja Online (e -commerce) berdasarkan gender
4.
Page 17
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan Pada awalnya stigma masyarakat mengenai belanja selalu tertuju kepada wanita. Karena wanita memang cenderung lebih sering melakukan impulse buying dari pada pria. Tetapi dengan adanya pergeseran tren, belanja bukan lagi suatu hal yang merepotkan. Dengan bermunculannya segala bentuk e-commerce mulai dari lazada, tokopedia, shopee dan sebagainya, pergeseran tren yang menunjukkan bahwa pria yang lebih gemar berbelanja dari pada wanita makin terus meningkat. Pergeseran tren ini dapat dipengaruhi karena penggunaan e-commerce mendukung faktor - faktor yang dirasakan pria saat berbelanja, seperti kemudahan mencari barang hingga transaksi. Hal ini diharapkan pula untuk pihak perusahaan agar tidak hanya memfokuskan pengeluaran promo atau event untuk wanita saja, tetapi juga untuk pria. Karena konsumen pria cenderung lebih banyak memberikan benefit finansial kepada perusahaan sesuai data yang ada.
Saran Sudah saatnya bagi pemasar untuk memperhatikan peluang besar ini, karena tren terus berkembang dan berubah, hal-hal dan persepsi lama yang dianggap tabu akan mulai diterima secara lambat ataupun cepat. Perusahaan harus bisa memberikan perhatian khusus kepada produk pria.Atau bahkan membuat sebuah tempat khusus seperti minimall yang diperuntukkan kepada pria berdasarkan sifat pria yaitu ingin sesuatu yang cepat dan simple. Pemasar bisa bekerja sama dengan berbagai produsen produk pria, baik itu kategori fashion, otomotif, elektronik, lifestyle, maupun kosmetik atau membuat produk mereka sendiri. Semua kategori berada dalam satu tempat khusus untuk pria layaknya seperti platform ecommerce namun secara offline.
Page 18
5.
Daftar Pustaka Dwi Purwanto. (2018). Pengaruh Gender, Promosi Penjualan, dan Sifat Materialisme terhadap Perilaku Impulse Buying secara Online (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta). Universitas Negeri Yogyakarta. https://ecommerceiq.asia/asp-products/eiq-consumer-pulse-uncovering-the-value-ofindonesias-top-online-platforms/?utm_source=DailySocial https://wolipop.detik.com/makeup-and-skincare/d-4178272/chanel-rilis-makeup-untuk-priadari-foundation-sampai-produk-alis https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181220095851-277-355114/kala-pria-pria-asiaingin-mempercantik-diri https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/03/195211026/besar-peluang-pasar-kosmetikuntuk-lelaki-di-indonesia https://mojok.co/auk/ulasan/pojokan/laki-laki-tidak-suka-belanja-kata-siapa/ https://www.kompasiana.com/ichabilal/5500914ca333117f72511550/wanita-identik-denganbelanja-benarkah https://katadata.co.id/berita/2018/09/18/pria-lebih-banyak-belanja-online-dibandingperempuan