Self Efficacy.docx

  • Uploaded by: Sahar Andhika
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Self Efficacy.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,124
  • Pages: 25
Kritik Teori Keperawatan Self- Efficacy Barbara Resnick Mata Kuliah: Sience In Nursing

OLEH : Nur Fitriah jumatrin 18/433633/PKU/17546 Nurkholilah 18/433634/PKU/17547 Nurul Hidayati 18/433635/PKU/17548 R. Anggono Joko P 18/433636/PKU/17549 Saharuddin 18/433637/PKU/17550 Said Rakhmat fauji 18/433638/PKU/17551

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2018 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Ktitik Teori Keperawatan Self-Efficacy Barbara Resnick.. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan tidak sempat penulis sebutkan satu per satu. Penulis berharap dengan disusunnya laporan ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Yogyakarta,

November, 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI .....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Gambaran Penggunaan PICO ................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Review ................................................................................................... 3 B. Kritik terhadap teori keperawatan Self Efficacy .................................... 9 C. Hasil Pembahasan Jurnal ..................................................................... 18 BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ............................................................................................... 21 B. Saran ..................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Self-efficacy di definisikan sebagai penilaian individu terhadap diri dan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan suatu tindakan. Inti dari teori self-efficacy bahwa orang dapat melakukan pengaruh atas apa yang mereka lakukan. Untuk menentukan self-efficacy, seorang individu harus memiliki kesempatan untuk evaluasi diri atau kemampuan dalam membandingkan keluaran individu , hal ini seperti kriteria evaluatif(Reed, 2014). Menurut (El-Hmoudova, 2015) keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu. menggambarkan keyakinan ini sebagai penentu bagaimana orang berpikir, berperilaku, dan nuansa disebut dengan Selfefficacy. Suatu konsep self-efficacy terhubung erat dengan teori kognitif sosialnya. Dan self-efficacy individu memainkan peran utama dalam bagaimana tujuan, tugas, dan tantangan dilaksanakan. Beberapa hasil penelitian tentang teori self-efficacy Barbara Resnick dapat digunakan dalam bidang akademik dan klinis, seperti dalam penelitian dibidang akademik

“ Pengaruh

pendidikan khusus pada self-efficacy mahasiswa

keperawatan “ penelitian ini dilakukan tahun 2015 dengan metode penelitian Quasi-Eksperimental, adapun hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan yang signifikan dalam skor efikasi diri pasca pendidikan klinis(George, Locasto, Pyo, & W. Cline, 2017). Sedangkan penelitian dalam bidang klinis “Perilaku selfefficacy dan self-care di antara orang dewasa dengan diabetes tipe 2” penelitian ini dilakukan tahun 2017 dengan metode penelitian Descriptive Cross-Sectional, hasil penelitian didapatkan ada perubahan dalam kontrol glikemik pada perilaku selfefficacy dan perawatan diri dan di antara orang dewasa dengan DMT2 seperti yang dijelaskan dalam model self-efficacy(Sheila et al., 2017).

4

B. Gambara Penggunaan PICO Dalam menetukan jurnal dan referensi yang akan digunakan berdasarkan masalah yang telah ditentukan , metode PICO dapat mempermudah dalam proses mendapatkan referensi dengan pencarian lebih spesifik. PICO merupakan suatu akronim dari kata-kata berikut: 

P untuk Patient, Population, Problem



I untuk Intervention,



C untuk Comparison atau Intervention (jika ada atau dibutuhkan)



untuk Outcome yang ingin diukur atau ingin dicapai Metode lain yang dilakukan yaitu metode literature searching dilakukan

dengan cara online dari beberapa database yang digunakan yaitu Pubmed dan ScienceDirect. Menentuka ‘Keywords’ dalam setiap pencarian dan jurnal yang digunakan berbentuk Original Article dan A Review Article, serta menggunakan textbooks dalam mendapatkan referansi. Menggunakan jurnal dan textbooks sesuai atau berkaitan dengan topik yang telah ditentukan secara relevan. Setiap kalimat yang di paraphrase di citation menggunakan Mendeley dan usia referensi jurnal yang digunakan maximal kurang dari 10 tahun serta di cantumkan dalam daftar pustaka.

5

BAB II PEMBAHASAN A. Review 1. Tujuan Theory of Self Efficacy Teori Self Efficacy didasarkan pada teori kognitif sosial dan mengkonseptualisasikan interaksi lingkungan perilaku seseorang sebagai timbal balik triadic, landasan untuk determinisme timbal balik (Bandura, 1977, 1986). Sifat timbal balik triadic adalah keterkaitan antara orang, perilaku, dan lingkungan; determinisme timbal balik adalah keyakinan bahwa perilaku, kognitif, dan faktor pribadi lainnya serta pengaruh lingkungan beroperasi secara interaktif sebagai penentu satu sama lain. Timbal balik tidak berarti bahwa pengaruh faktor perilaku dan pribadi serta lingkungan adalah sama. Bergantung pada situasinya, pengaruh satu faktor mungkin lebih kuat daripada yang lain, dan pengaruh ini dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Pemikiran kognitif - yang merupakan dimensi kritis dari interaksi lingkungan – perilaku - orang tidak muncul dalam ruang hampa. Bandura (1977, 1986) menyatakan bahwa pemikiran individu tentang diri mereka dikembangkan dan diverifikasi melalui empat proses yang berbeda : 1. Pengalaman langsung dari efek yang dihasilkan oleh aksi mereka 2. Pengalaman pengganti 3. Penilaian yang diberikan oleh orang lain 4. Penurunan pengetahuan tentang apa yang sudah mereka ketahui Fungsi manusia dipandang sebagai interaksi dinamis dari pengaruh pribadi, perilaku, dan lingkungan. 2. Latar Belakang Penggagas Teori Bandura, seorang ilmuwan sosial, membagi dua komponen dari Teori Kemampuan Diri : harapan terhadap kemampuan diri dan harapan terhadap hasil. Kedua komponen ini adalah ide-ide utama dari teori tersebut. Harapan 6

terhadap kemampuan diri adalah penilaian tentang kemampuan pribadi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, sedangkan harapan terhadap hasil adalah penilaian tentang apa yang akan terjadi jika tugas yang diberikan berhasil dicapai. Keduanya dibedakan karena individu percaya bahwa perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu; namun, mereka mungkin tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, Nyonya White mungkin percaya bahwa rehabilitasi akan memungkinkan dia untuk pulang secara mandiri; Namun, dia mungkin tidak percaya bahwa dia mampu untuk bergerak (ambulasi) ke seberang ruangan. Oleh karena itu, Mrs. White tidak mau berpartisipasi dalam program rehabilitasi atau sangat ingin berlatih bergerak (ambulasi). Bandura (1977, 1986, 1995, 1997) menunjukkan bahwa harapan terhadap hasil didasari oleh harapan terhadap kemampuan diri seseorang. Orang mengetahui bahwa hasil umumnya tergantung pada keputusan mereka sendiri seberapa baik mereka berperilaku. Orang-orang yang menganggap dirinya sangat mampu dalam berperilaku tertentu akan mengharapkan hasil yang baik dari perilaku tersebut. Harapan terhadap hasil tergantung pada penilaian kemampuan diri. Oleh karena itu, Bandura mendalilkan bahwa hasil yang diharapkan mungkin tidak berpengaruh banyak pada prediksi perilaku. Bandura (1986) mendalilkan bahwa harapan terhadap hasil dapat dipisahkan dari harapan terhadap kemampuan diri. Hal ini terjadi ketika tidak melakukan tindakan malah menghasilkan hasil tertentu atau ketika hasilnya tidak terkait dengan tingkat atau kualitas perilaku. Misalnya, jika Nyonya White tahu bahwa jika dia mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya dengan berpartisipasi dalam rehabilitasi, dia akan tetap berada di fasilitas perawatan daripada kembali ke rumah, perilakunya cenderung dipengaruhi oleh harapan terhadap hasil. Dalam situasi ini, tidak peduli apa tindakan atau

7

perilaku Ny White, hasilnya adalah sama; dengan demikian, harapan terhadap hasil dapat mempengaruhi kebebasannya untuk berperilaku. Hasil yang diharapkan juga kadang dipisahkan dari penilaian kemampuan diri ketika hasil ekstrinsik adalah tetap. Sebagai contoh, ketika seorang perawat memberikan perawatan untuk 6 pasien selama 8 jam atau 10 pasien di shift yang sama, dia menerima gaji yang sama. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap kinerja atau perilaku. Hal ini juga memungkinkan individu percaya bahwa ia mampu melakukan perilaku tertentu daripada hasil dari melakukan perilaku yang berharga. Misalnya, orang dewasa dalam rehabilitasi mungkin percaya bahwa mereka mampu melakukan latihan dan kegiatan yang terlibat dalam proses rehabilitasi, tetapi mereka mungkin tidak percaya bahwa melakukan latihan akan meningkatkan kemampuan fungsional. Beberapa orang dewasa yang lebih tua percaya bahwa beristirahat daripada berolahraga akan menyebabkan pemulihan. Dalam situasi ini, harapan terhadap hasil berpengaruh langsung terhadap perilaku. Secara umum bahwa kemampuan diri akan memiliki dampak positif pada perilaku. Namun, harus diakui bahwa adakalanya kemampuan diri tidak berpengaruh atau bahkan memiliki efek negatif pada kinerja. Beberapa penelitian menemukan bahwa ada efek negatif dari tujuan pribadi terhadap kinerja sehingga tujuan pribadi yang lebih tinggi dapat menyebabkan kinerja rendah (Vancouver & Kendell, 2006; Vancouver, Thompson, & Williams, 2001). Kemampuan Diri juga berhubungan positif dengan mengarahkan sumber daya ke arah tujuan tetapi berpengaruh negatif terhadap besarnya sumber daya yang dialokasikan untuk tujuan yang didapatkan (Vancouver, Lebih, & Yoder, 2008). Harapan terhadap kemampuan diri yang tinggi dapat menjadi kontraproduktif. Kemampuan diri yang tinggi dapat menyebabkan orang untuk memiliki rasa percaya diri yang palsu dan tidak menunjukkan usaha yang maksimal (Jones, Harris, Waller, & Coggins, 2005). 8

3. Uraian tentang Teori Kemampuan Diri Self efficacy (Kemampuan Diri) didefinisikan sebagai penilaian individu atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan. Inti dari teori Self Efficacy bahwa orang dapat memberikan pengaruh atas apa yang mereka lakukan.

Melalui

pemikiran

reflektif,

penggunaan

pengetahuan

dan

keterampilan generatif untuk melakukan perilaku tertentu, seseorang akan memutuskan bagaimana berperilaku. Untuk menentukan self efficacy, seorang individu harus memiliki kesempatan untuk mengevaluasi diri atau kemampuan untuk membandingkan hasil dengan semacam kriteria evaluatif. Proses evaluasi komparatif ini memungkinkan seseorang individu untuk menilai kemampuan kinerja dan menetapkan harapan dari self efficacy. Bandura (1986) mengemukakan bahwa penilaian tentang kemampuan diri seseorang didasarkan pada empat sumber informasi: (1) pencapaian enactive, yang merupakan kinerja aktual perilaku; (2) Pengalaman yang dilakukan oleh orang lain atau memvisualisasikan orang lain yang sejenis melakukan suatu perilaku; (3) persuasi verbal; dan (4) kondisi fisiologis atau umpan balik fisiologis selama perilaku, seperti rasa sakit atau kelelahan. Penilaian kognitif dari faktor-faktor ini menghasilkan persepsi dari tingkat keyakinan pada kemampuan individu untuk melakukan perilaku tertentu. Kinerja positif dari perilaku ini memperkuat harapan terhadap kemampuan diri (Bandura, 1995). 1. Pencapaian Enactive Pencapaian Enactive telah digambarkan sebagai sumber yang paling berpengaruh dalam memberikan informasi tentang kemampuan diri (Bandura, 1977, 1986), dan itu adalah intervensi yang paling umum yang digunakan untuk memperkuat harapan keberhasilan pada orang dewasa yang lebih tua (Estabrooks, Fox, Doerksen, Bradshaw, & Raja, 2005). Telah dilakukan verifikasi empiris secara berulang yang benar-benar menunjukkan kegiatan

untuk

memperkuat

keyakinan

terhadap

kemampuan

diri. 9

Pencapaian Enactive umumnya menghasilkan penguatan yang lebih besar dari harapan terhadap kemampuan diri dibandingkan dengan sumber informasi. Namun, kinerja saja tidak membangun keyakinan terhadap kemampuan diri. Faktor lain seperti prasangka kemampuan, kesulitan yang dirasakan tugas, jumlah usaha yang dikeluarkan, bantuan eksternal yang diterima, keadaan situasional, dan kesuksesan masa lalu dan kegagalan berdampak penilaian kognitif individu dari kemampuan diri (Bandura, 1995). Seorang dewasa yang lebih tua yang sangat percaya bahwa ia mampu untuk mandi dan berpakaian secara independen karena dia telah melakukannya selama 90 tahun tidak akan mungkin mengubah harapan terhadap kemampuan dirinya jika ia bangun dengan rematik yang parah pada suatu pagi dan akibatnya tidak dapat mengenakan kemeja. Namun, kegagalan berulang untuk melakukan aktivitas akan berdampak pada harapan terhadap kemampuan diri 2. Pengalaman yang dilakukan oleh orang lain Harapan terhadap kemampuan diri juga dipengaruhi oleh pengalaman orang lain atau melihat orang lain yang berhasil melakukan aktivitas yang sama (Bandura, 1977; Chase, 2011; Martin et al, 2011.). Namun, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi efek dari pengalaman orang lain tersebut. Jika individu belum pernah terpapar oleh perilaku yang menarik atau hanya sedikit memiliki pengalaman tersebut, pengalaman orang lain cenderung memiliki dampak yang lebih besar. Di antara orang dewasa dengan gangguan

kognitif,

pengalaman

orang

lain

sangat

efektif

dalam

meningkatkan aktivitas (Galik, 2007; Galik et al, 2008;. Resnick, Galik, Nahm, Shaughness, & Michael, 2009) 3. Persuasi Verbal Persuasi Verbal melibatkan ucapan seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk menguasai perilaku tertentu. Dukungan empiris untuk pengaruh 10

persuasi verbal ini telah didokumentasikan sejak awal penelitian Bandura yaitu tentang fobia (Bandura et al., 1977). Persuasi verbal telah terbukti efektif dalam mendukung pemulihan dari penyakit kronis dan dalam penelitian promosi kesehatan 4. Umpan Balik Fisiologis Seseorang mengandalkan sebagian informasi dari keadaan fisiologis mereka untuk menilai kemampuan mereka. Indikator fisiologis sangat penting dalam kaitannya untuk mengatasi stres, keahlian fisik, dan fungsi kesehatan. Individu dapat mengevaluasi keadaan fisiologisnya sendiri, dan jika dalam kondisi yang tidak baik, mereka mungkin akan menghindari untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku. Misalnya, jika orang dewasa yang lebih tua memiliki rasa takut jatuh atau terluka saat berjalan, kondisi perasaan takut tersebut dapat membatasi perlaku dan menurunkan kepercayaan

diri

individu

untuk

melakukan

aktivitas.

(Mary Jane Smith & Liehr, 2007).

11

B. Kritik terhadap teori keperawan No

Criteria

Units of Analysis

Critique

RELATIONSHIP BETWEEN STRUCTURE AND FUNCTION 1.

Relationship

Clarity

Teori self-efficacy didefinisikan dengan jelas oleh Barbara Resnick

between structure

dengan konsep utamanya self-efficacy expectations dan outcome

and function

expectations. Faktor-faktor

yang mempengaruhi

self-efficacy dan

hubungannya dengan perubahan perilaku pada pasien juga dijelaskan. Penjelasan komponen-komponen ini telah dibuat dalam istilah sederhana sehingga, meskipun teori ini dikembangkan dari bidang psikologi, seseorang tidak perlu pengetahuan yang dalam tentang psikologi untuk menafsirkan dan memahaminya. Consistency

Teori self-efficacy Resnick konsisten dibuktikan dengan kesesuaian antara asumsi dan konsep yang dijelaskan dalam teori. Asumsi bersumber dari keyakinan individu bahwa perilaku dapat diubah dengan adanya pengaruh dua konsep utama teori self-expectation dan expectation outcome. Konsep ini juga menjelaskan faktor – faktor yang berpengaruh pada kedua konsep tersebut.

Simplicity/complexity

Teori self-efficacy ini simple/sederhana karena dua konsep utama selfexpectation dan expectation outcome – telah digunakan untuk

12

menjelaskan teori, dan membuat deskripsinya sederhana. Sehingga teori dapat dipahami tanpa penjelasan panjang setelah konsep-konsep tersebut dipahami. Tautology/teleology

Teori self-efficacy Resnick merupakan teleology. Pembuat teori menjelaskan asumsi dengan cara menjelaskan konsekuensiny

DIAGRAM OF THEORY 2.

Diagram Theory

of Visual

and

graphic Teori disajikan dalam bentuk diagram. Diagram mencakup konsep utama

presentation

dari teori dan faktor – faktor yang mempengaruhi konsep tersebut.

Logical representation

Representasi dari diagram sudah logis terhadap komponen teori yang dijelaskan sehingga tidak ada kesenjangan.

Clarity

Diagrama jelas dan ada hubungan antara diagram dan konsep. Diagram menambah pemahaman tentang teks.

CIRCLE OF CONTAGIOUSNESS 3

Circle Contagiousness

of Geographical origin of Teori self-efficacy Resnick diadaptasi dari Bandura yang merupakan theory

and penulis teori social learning and personality development pada tahun

geographical spread

1963. Bandura menggabungkan apa yang dia anggap sebagai komponen yang hilang dari teori tersebut, yaitu mengenai self-efficacy tahun 1970an. Teori self-efficacy telah diadopsi oleh orang lain dan digunakan dalam penelitian – penelitian di berbagai belahan dunia termasuk Afrika Selatan,

13

China, Amerika, taiwan, dan bahkan Indonesia tanpa adanya paksaan oleh pembuat teori. Influence of Theorist Barbara resnick melakukan penelitian pertama tentang self-efficacy pada versus theory

orang yang lebih dewasa (older adult) yang hasilnya bahwa outcome expectation dan self-efficacy expectation sama-sama penting untuk menentukan perilaku kesehatan.

Teori ini dapat digunakan untuk

penelitian, pendidikan, praktek klinis. USEFULNESS 4

Praktice

Direction

Teori dapat digunakan dalam praktek keperawatan yaitu membantu dalam hal memotivasi individu untuk berpartisipasi dalam kegiatan promosi

kesehatan,

seperti

olahraga

teratur,

berhenti

merokok,

menurunkan berat badan, dan peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Berdasarkan Evidance teori self-efficacy dapat membantu mengarahkan asuhan keperawatan. Dari beberapa penelitian telah menggunakan teori self-efficacy sebagai landasan untuk program yang mendorong olahraga dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang lebih tua. Di antara intervensi ini, pendekatan function-focused care (FFC) yang berfokus pada fungsi telah diuji paling ekstensif Aplicability

Teori dapat diaplikasikan dengan cukup mudah. Teori ini merupakan

14

jenis middle range Generalization

Teori self-efficacy ini termasuk teori yang dapat digeneralisasikan, hal tersebut dikarenakan sudah banyak penelitian yang mengaplikasikan teori ini dalam berbagai aspek keperawatan, seperti keperawatan untuk gerontologi.

Cost effective

Belum ditemukan referensi yang merujuk pada analisa cost effective pada aplikasi teori Resnick.

Relevance

Teori self-efficacy ini sangat relevan dengan praktik keperawatan saat ini karena dari segi kebtuhan psikologis dapat membantu individu dalam hal merubah perilaku. Teori ini tidak dijelaskan secara eksplisit apakah teori iini dapat diaplikasikan di semua proses asuhan keperawatan.

5

Research

Consistency

Yang paling penting berkaitan dengan penggunaan teori self-efficacy dalam penelitian keperawatan adalah bahwa aplikasi teori teori selalu konsisten dengan konsep yang dijelaskan oleh oleh Resnick. Peneliti juga mempertahankan

spesifisitas

perilaku

dengan

mengembangkan

kecocokan tertentu antara perilaku yang sedang dipertimbangkan dengan efficacy dan outcome expectations. . Testability

Teori ini memiliki testability yang tinggi karena secara eksplisit definisi operasional teori self-efficacy dijelaskan dengan cukup jelas dimana teori

15

ini berfoskus pada tindakan keperawatan dengan memberikan motivasi psikologis untuk terjadi nya perubahan perilaku pasien. Sehingga banyak penelitian berkiblat pada teori ini. Jumlah studi yang mengeksplorasi hubungan antara self-efficacy dan latihan atau menguji dampak dari intervensi latihan pada perilaku olahraga selama 5 tahun terakhir adalah sekitar 650. Dari ini, 150 diterbitkan dalam jurnal keperawatan. Predictability

Teori ini memiliki predictability untuk dapat meingkatkan outcome pasien menjadi lebih baik dengan meningkatkan self-efficacy melalui enactive attintment, role model, persuasi verbal, maupun memperhatikan pengaruh psikologi pada klien.

6

Education

Philosophical

Teori self-efficacy Resnick ini menggunakan filosofi Function Focus

Statement

Care (FFC). Filosofi ini berfokus pada evaluasi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas fisik dan menolong dirinya sendiri guna mengoptimalisasi kegiatan sehari-hari.

Objective

Edukasi self efficacy bertujuan untuk mengajarkan staf perawat, tenaga kesehatan lain dan pasien serta keluarga tentang filosofi Function Focus Care dari teori self efficacy.

Concept

Konsep edukasi dalam self efficacy berupa mentoring dan motivasi yang

16

diwujudkan dalam kegiatan role model atau simulasi, persuasi verbal, kinerja individu dan saling memberikan feedback. 7

Administrasi

Structure of Case

Dalam teori self efficacy ini di peruntukan untuk kasus-kasus Individu yang meragukan kemampuannya dalam area kegiatan tertentu (self efficacy rendah) menarik diri dari tugas sulit yang ada di area. Individu tersebut merasa sulit untuk memotivasi dirinya sendiri, mengendurkan usahanya atau menjadi terlalu cepat menyerah ketika menghadapi rintangan. Individu lambat dalam memulihkan rasa efficacy setelah mengalami kegagalan dan kemunduran. Oleh karena individu yang tampilan kinerjanya kurang memadai dianggap sebagai individu yang memiliki bakat/ kemampuan yang kurang memadai. Individu seperti ini kemudian mudah mengalami stres dan depresi.

Organization Care

of Pengelompokan Penerapan self efficacy sangat baik di terapkan pada pasien-pesien yang kekurangan Motivasi, ketergantungan pada suatu kebiasaan yang kurang baik terhapat kesehatan (merokok) dan penikatan hidup pada pasien dengan penakit kronis (cancer).

Guidelines Patient Care

of Pemberian sebuah motivasi kepada klien yang dapat meningkatkan self efficacy klien. Motivasi diberikan bisa berdasarkan pengalaman langsung dari efek yang di hasilkan, pengalaman orang lain yang bisa menjadi

17

sumber motivasi, pengetahuan lebih mendalam tentang ilmu yang sudah diberikan dan penilaian terhadap proses pembentukan kata yang menghasilkan paradigma baru (derivasi). Contoh

menggunakan

intervensi

berbasis

self-efficacy

untuk

meningkatkan kepatuhan pada perilaku sehat, seperti olahraga dan diet yang sehat, intervensi self-efficacy telah dikembangkan dan diuji untuk dikelola gejala di berbagai bidang. Patient

Pengukuran Skala self efficay pasien awalnya dilakukan secara

Classification

tradisional dengan mencatat kegiatan dari yang terkecil hingga paling

System

sulit dalam domain prilaku tertentu. Setelah itu dikembangkan langkahlangkah penilaian self effacay dengan item-item berdasarkan hasil gabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif yang mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan terhadap perilaku tertentu, sehingga ditemukannya sebuah koesioner untuk menilai self efficacy dengan nilai terndah 0 dan nilai tertinggi 10.

EXTERNAL COMPONENT 8.

Personal Values

Theorist dan Critic

Teori self-efficacy berasal dari teori kognitif sosial, terutama dalam mempertimbangkan konteks

pemahaman yang menganggap bahwa

setiap kejadian atau tindakan, baik yang menyangkut jasmani maupun

18

rohani, merupakan konsekuensi dari kejadian sebelumnya yang terjadi sesuai dengan keinginan dan diluar dari keinginan/kemauan. Selfefficacy didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam mengatur dan melaksanakan tindakan. Inti teori selfefficacy berarti bahwa orang dapat melakukan pengaruh atas apa yang mereka lakukan. Pada dasarnya teori self efficacy dapat memberikan manfaat positif pada prilaku individu, namun dari beberapa penelitian menemukan adanya efek negatif yaitu tujuan pribadi yang akan menyebabkan penurunan terhadap suatu kinerja. Self-efficacy yang tinggi dapat menyebabkan orang memiliki kesalahan rasa percaya diri. 9.

Congruency With

Complementarity

Teori ini bersifat komplementer. Karena mulai dari intervensi sampai

Other Professional

dengan evaluasi teori efficacy sangat berpartisipasi dalam hasil

Values

perawatan dan self efficacy menunjukkan bahwa teori tersebut dapat membantu perawatan

langsung, dari teori

efficacy membahas

intrapersonal, interpersonal, lingkungan dan kebijakan dapat di implementasikan dengan teori lain. 10. Congruency With Social Values

Beliefs dan Values

Yang paling penting berkaitan dengan penggunaan Teori self-efficacy khususnya dalam penelitian keperawatan adalah bahwa peneliti

19

mempertahankan

perilaku

spesifisitas

dengan

mengembangkan

kesesuaian khusus antara perilaku yang sedang dipertimbangkan dan kemanjuran dan harapan hasil. 11. Social

Value to Humanity

Dalam intervnsi dengan menggunakan teori self efficacy lebih kearah perawatan restoratif, yaitu pengembalian atau pemulihan kepada keadaan

semua.

Pasien

daiharapkan

mampu

mengembalikan

kepercayaan diri, motivasi, dan pengetahuan sebelum maupun sesudah terjadinya perubahan yang disebabkan oleh penyakit atau hal-hal yang tidak di inginkan(Mary Jane Smith & Liehr, 2007).

20

C. Hasil Penelitian 1. PICO Penelusuran Literatur Jurnal didapatkan dari hasil penelusuran literatur dengan pertanyaan penelitian “Bagaimana pengaruh pendidikan khusus siswa keperawatan terhadap self-efficacy: ”? Formulasi PICO digunakan sebagai kata kunci dalam mencari literature. Kata kunci yang digunakan adalah : P (Problem/Population)

: Nursing Student

I (Intervention)

: Education

C (Comparation)

:

O (Outcome)

: Self Efficacy

Setelah menentukan kata kunci, langkah selanjutnya adalah : Membuka website Pubmed melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Menuliskan kata kunci “Nursing Student” AND “Self Efficacy” pada kolom pencarian. Hasilnya ditemukan 74 jurnal Pembatasan jurnal dilakukan dengan membatasi Text availability : free full text Publication date : jurnal 10 tahun terakhir Species : human Hasil yang didapatkan adalah 52 jurnal Dilakukan pembatasan jurnal dengan menambahkan kata kunci “Nursing Student” AND “Self Efficacy” AND “ Research Study” pada kolom pencarian jurnal hasilnya ditemukan 2 jurnal. Dari dua

jurnal, dipilih 1 jurnal yang

menggunakan metodologi penelitian quasi experimen yang menganalisis tentang hasil belajar siswa terkait dengan penggunaan Dedicated Education Unit (DEU) sebagai model pendidikan klinis membandingkan dengan hasil

belajar

Tradisional Clinial Education (TCE) dengan judul “Effect of the dedicated education unit on nursing student self-efficacy: A quasi-experimental research study”. Penelitinya adalah Lynn E. George, PhD , Lisa W. Locasto, DNP , Katrina 21

A.

Pyo,

PhD,

Thomas

W.

Cline,

PhD.

Jurnal

diterbitkan

oleh

www.elsevier.com/nepr pada tahun 2015. 2. Pertanyaan Klinis Bagaimana penerapan self efficacy pada pendidikan Keperawatan ? 3. Pembahasan Jurnal Jurnal dengan judul “Effect of the dedicated education unit on nursing student self-efficacy: A quasi-experimental research study”.merupakan jurnal dengan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi-experimental. Penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan hasil belajar siswa dengan

model

Tradisional Clinial Education (TCE) dengan model Dedicated Education Unit (DEU). Model ini kembali memusatkan perhatiannya pada hubungan antara perawat, perawat pendidik, dan siswa. Dalam DEU, staf perawat dan pendidik perawat membentuk kemitraan yang menggabungkan keahlian dari kedua dengan fokus pada menggunakan praktek klinis dan pendidikan berbasis bukti untuk menciptakan lingkungan belajar klinis yang paling efektif bagi siswa. Dalam model DEU, mahasiswa biasanya bermitra dengan staf perawat yang mengambil peran Instruktur Klinis (CI). pendidik akademik, disebut Fakultas Koordinator Clinical (CFC), Hasil penelitian yang didapatkan sejalan dengan teori self-efficacy ini karena memiliki testability yang tinggi karena secara eksplisit definisi operasional teori self-efficacy dijelaskan dengan cukup jelas dimana teori ini berfoskus pada tindakan keperawatan dengan memberikan motivasi psikologis untuk terjadi nya perubahan perilaku pasien.

Sehingga banyak penelitian

berkiblat pada teori ini. Beberapa studi telah mengevaluasi efektivitas DEU dalam memfasilitasi prestasi siswa keperawatan yang berkualitas dan kompeten yang berkaitan dengan Kualitas dan Pendidikan. Model pendidikan klinis DEU dalam rangka untuk pengembangan kualitas dan keamanan kompetensi. juga menemukan 22

hubungan antara peningkatan kualitas dan keamanan kompetensi antar siswa di DEU. Teori ini memiliki predictability untuk dapat meingkatkan outcome pasien menjadi lebih baik dengan meningkatkan self-efficacy melalui enactive attintment, role model, persuasi verbal, maupun memperhatikan pengaruh psikologi pada klien. Peneliti juga mempertahankan spesifisitas perilaku dengan mengembangkan

kecocokan

tertentu

antara

perilaku

yang

sedang

dipertimbangkan dengan efficacy dan outcome expectations. Hasil penelitian ini mempunyai Aplicability yang tingi karena mudah diterapkan. Efek dari penggunaan model DEU pada diri siswa diperiksa dari perspektif Bandura (1977, 1986, dan 1995 ) . Sejalan dengan teori Resnick pada penelitian ini,Teori self-efficacy Resnick diadaptasi dari Bandura yang merupakan penulis teori social learning and personality development pada tahun 1963. Bandura menggabungkan apa yang dia anggap sebagai komponen yang hilang dari teori tersebut, yaitu mengenai self-efficacy tahun 1970-an.

23

BAB III PENUTUP A. Simpulan Self efficacy (Kemampuan Diri) didefinisikan sebagai penilaian individu atas kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan. Dalam menemukan teori secara komprehensif perilaku manusia, protagonis dari dua perspektif teori kognitif sosial dan teori kontrol perseptual terlibat dalam perdebatan tentang peran self-efficacy dalam menentukan perilaku manusia. Individu memiliki self-efficacy yang kuat cenderung lebih terlibat dalam aktivitas secara teratur. Teori self-efficacy dapat digunakan dalam praktek keperawatan yaitu dalam meningkatkan kualitas hidup pada pasien-pasien dengan penyakit kronis, individu dengan tingkat motivasi rendah, dan individu yang meragukan kemampuanya yang dimiliki (tidak percaya diri). B. Saran Dalam penerapan suatu teori, khususnya teori keperawatan tidak terlepas dari proses validasi teori yang bisa dilakukan melalui sebuah kritikan teori dan penelitan terhadap teori tersebut. Oleh karena itu perlunya menguji suatu teori untuk

melihat

kelebihan

dan

kelemahan

terhadap

sebuah

teori

guna

mengoptimalkan kinerja dan meningkatan pelayanan mutu kesahatan.

24

DAFTAR PUSTAKA El-Hmoudova, D. (2015). Self-efficacy for Learning vs ILS Results in a group of English Learning Bachelor Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 199, 563–570. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.07.548 George, L. E., Locasto, L. W., Pyo, K. A., & W. Cline, T. (2017). Effect of the dedicated education unit on nursing student self-efficacy: A quasi-experimental research study. Nurse Education in Practice, 23, 48–53. https://doi.org/10.1016/j.nepr.2017.02.007 Mary Jane Smith & Liehr, P. R. (2007). Middle Range Theory for Nursing. Development (Vol. 134). Retrieved from https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9780128053898000128 Reed, P. G. (2014). Theory of self-transcendence. Middle range theory for nursing. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Sheila, M., Souza, D., Nairy, S., Parahoo, K., Venkatesaperumal, R., Achora, S., … Cayaban, R. (2017). Self-ef fi cacy and self-care behaviours among adults with type 2 diabetes. Applied Nursing Research, 36, 25–32. https://doi.org/10.1016/j.apnr.2017.05.004

25

Related Documents

Self
May 2020 41
Self
June 2020 42
Self
May 2020 32
Self
April 2020 46
Self
October 2019 55
Self Self Concept
November 2019 52

More Documents from ""