Selasa

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Selasa as PDF for free.

More details

  • Words: 2,473
  • Pages: 8
Selasa, 14 NOVEMBER 2006 Potensi Kalimantan Barat Pontianak, Kompas - Selama ini potensi pariwisata di Kalimantan Barat tidak digarap secara maksimal. Padahal, pariwisata dapat mendatangkan banyak devisa dengan matinya industri perkayuan serta belum siapnya sektor perkebunan di provinsi tersebut. Publikasi yang kurang dan pemasaran yang buruk menyebabkan keindahan alam dan budaya Kalimantan Barat (Kalbar) tidak dikenal. Bahkan terkesan, potensi wisata dibiarkan porak poranda. Dalam setahun terakhir pariwisata Kalbar bahkan meredup. "Kami pikir, pemerintah provinsi maupun kabupaten tidak serius mengembangkan sektor pariwisata ini. Kalbar, yang alam dan budayanya lebih indah, kalah jauh dari Serawak," kata Sugeng Hendratno dari Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) Kalbar di Pontianak, Senin (13/11). Dia menilai, pemerintah daerah kurang antusias mempromosikan keunggulan obyek-obyek wisata. Hal ini akan semakin tercermin dari minimnya pembangunan infrastruktur jalan, komunikasi, dan akomodasi. Kalau Kamis lalu ada peluncuran buku saku pariwisata berjudul Wajah Sebuah Zamrud, Kalimantan Barat Travelogue, lanjutnya, hal tersebut pun terselenggara atas prakarsa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mulia Singkawang. Sebagian besar foto juga merupakan sumbangan anggota klub foto, yakni Pontianak Fotografi. Berkaitan dengan itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar Rihar Natsir Silalahi mengakui bahwa Kalbar baru merupakan daerah tujuan wisata ke-19. Untuk mengembangkan pariwisata, katanya, pemerintah provinsi berencana mencanangkan Tahun Kunjungan Wisata Kalbar 2010. Kelompok kecil Menurut Sugeng, hanya sekitar 1.000 dari 20.000-an wisatawan mancanegara yang berasal dari luar Asia Tenggara. Kelompok kecil itu pun kebanyakan merupakan peneliti sehingga kedatangan mereka adalah untuk bekerja. "Pencanangan tahun wisata saja tidak cukup. Harus ada terobosan," kata Sugeng. Berdasarkan pengamatan Kompas, wisata pesisir, yang lokasinya berada di antara Kota Pontianak hingga Singkawang, hampir seluruhnya meredup. Pantai Gosong, misalnya, hampir tanpa pengunjung karena jalan ke daerah itu hancur dan pantai terabrasi. Papan petunjuk jalan menuju pantai tersebut pun nyaris tidak terbaca karena catnya luntur. Pantai Jungkat dan Pantai Kura-Kura juga tidak terlalu banyak dikunjungi orang. Di Kalbar ada beberapa obyek wisata, seperti Tugu Khatulistiwa di Pontianak, Taman Nasional Betung Kerihun, dan Danau Sentarum di Kapuas Hulu, serta Taman Nasional Gunung Palung, dan Taman Laut Kepulauan Karimata di Ketapang.

Khusus Taman Nasional, hanya peneliti dan wisatawan berkantong tebal yang dapat mengunjunginya. Sebab, dengan akses jalan yang hancur dibutuhkan dana besar untuk ke sana. (RYO)

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0611/14/daerah/3096136.htm Enam Tahun Lagi Bebas Narkoba Jumat, 26 Juni 2009 | 10:33 WIB KUALA KAPUAS, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng), menginginkan Kabupaten Kapuas bebas dari peredaran narkotika dan obat-obatan (narkoba) pada 2015. "Untuk mewujudkan hal itu, semua pihak diimbau agar seksama berperan aktif memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba," kata Bupati Kapuas Muhammad Mawardi kepada Antara di Kuala Kapuas, Jumat (26/6). Generasi muda di Kabupaten Kapuas, katanya, agar jangan mendekati narkoba karena ini adalah pangkal utama menjerumuskan generasi muda yang pada akhirnya masa depan menjadi suram. "Karena ketika sudah menggunakan narkoba, hal itu akan mengubur masa depan dan menghancurkan harapan hidupnya, termasuk harapan keluarga, bangsa dan negara," kata Mawardi. Dia berharap semua unsur komponen masyarakat di Kabupaten Kapuas bisa mengawasi para generasi muda. "Salurkanlah kegiatan mereka ke arah yang positif dan produktif," katanya. Dalam pidatonya pada Peringatan Hari Anti Narkoba Intenasional (HANI) Kabupaten Kapuas, dia mengatakan, masyarakat merupakan elemen bangsa yang amat berharga dan sebagai penentu masa depan bangsa agar terbebas dari penyalahgunaan narkoba. Dalam menghadapi kemajemukan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Kapuas, katanya, diperlukan strategi komunikasi pencegahan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. "Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Kapuas sebagai pengelola dan penyelenggara program berkerja sama dengan aparat terkait untuk penanggulangan dan pencegahan bahkan penindakan yang tegas bagi penyalahgunaan dan pengedar narkoba," kata Muhammad Mawardi. Dia mengatakan, pada dasarnya yang menjadi kata kunci dalam keberhasilan tugas penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba adalah koordinasi. Menurutnya, koordinasi merupakan suatu proses mengintegrasikan tujuan dan kegiatan dari satuan yang terpisah untuk mencapai tujuan secara efektif. Sasaran kampanye narkoba tahun ini adalah orangtua, anggota keluarga, kerabat, kawan,

tetangga, guru, pekerja sosial, dan politisi yang ada di Kabupaten Kapuas. Semua elemen masyarakat tersebut, katanya, harus mengawasi dan berbuat sesuatu demi kepentingan bangsa dijauhkan dari narkoba sebab dapat merusak kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Pada acara tersebut, Bupati Kapuas berkesempatan menyerahkan hadiah berupa piala, piagam, dan uang tunai kepada para pemenang lomba lari 10 km dan 100 meter yang dilaksanakan dalam rangka peringatan HANI.

Kota Pontianak Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Lompat ke: pandu arah, gelintar

Bandar Pontianak

Sungai Kapuas,sungai terpanjang di Indonesia

Kota Pontianak merupakan sebuah kota yang terdapat di Kalimantan Barat, Indonesia.Kota ini juga dikenali sebagai Kota Khatulistiwa kerana terletak di atas garisan Khatulistiwa iaitu di atas kedudukan 0º0' N, 109º20' E dengan suhu mencecah 22.9°C sehingga 31.05°C dan mendapat 3,000 mm - 4,000 mm hujan setiap tahun. Kota ini berkeluasan 107.82 km2 dengan penduduknya berjumlah 526,600 orang pada tahun 2000. Di antara etnik yang terdapat di sini ialah Melayu, Cina, Dayak, dan etnik minoriti yang lain.Islam merangkumi 65% daripada agamanya diikuti Buddha(23,2%), Kristian(6,8%), Hindu (0,4 %), dan agama lain(4,6%). Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Indonesia yang digunakan secara meluas manakala bahasa tempatan juga digunakan seperti Bahasa Melayu, Teochew, Hakka, dan Dayak.

[sunting] Asal nama Dikisahkan bahawa ketika Syarif Abdurrahman Al-Qadri pertama kali mendirikan Kota Pontianak, ia dan rombongannya sering diganggu oleh hantu pontianak ketika menyusuri Sungai Kapuas yang merupakan pintu gerbang Kota Pontianak dari arah laut cina selatan. Maka untuk mengusir hantu pontianak tersebut, ditembakkannya dengan menggunakan meriam. Sekaligus di mana peluru meriam itu jatuh, maka di situlah akan didirikan kesultanan. Maka peluru meriam itu jatuh melepasi simpang tiga Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang kini lebih dikenal sebagai kawasan Beting-Kampung Dalam Bugis-Pontianak Timur. Itulah asal nama Kota Pontianak. Nama Pontianak sendiri diambil dari nama hantu pontianak yang sering mengganggu Syarif Abdurrahman Al-Qadri. Syarif Abdurrahman Al-Qadri sendiri akhirnya menjadi Sultan Kesultanan Pontianak yang pertama (sekitar abad 17). Kini Keraton Qadriah dan Masjid Jami' Sultan Syarif Abdurrahman masih berdiri dengan kokoh di kawasan Beting dan Kampung Dalam Bugis-Pontianak Timur, sebagai lambang kejayaan Kesultanan Melayu Pontianak-Kalimantan Barat-Indonesia.

Diambil daripada "http://ms.wikipedia.org/wiki/Kota_Pontianak"

Sampah Pontianak Capai 350 Ton per Hari

Sabtu, 09 Desember 2006 - 17:33 wib

Laporan Wartawan Kompas Christoporus Wahyu Haryo P

PONTIANAK, KOMPAS--Produksi sampah Kota Pontianak mencapai 350 ton per hari. Dengan 31 armada truk pengangkut sampah yang dimiliki Pemerintah Kota Pontianak, hanya sekitar 70 persen sampah yang bisa diangkut ke Tempat pembuangan akhir (TPA) tiap harinya. Sekitar 30 persen sisanya masih banyak yang berserakan di tempat pembuangan sementara (TPS). Demikian disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Kebersihan, Dinas Kebersihan Kota Pontianak Muhammad Ali YS, Sabtu (9/10), di Pontianak. "Bisa dibayangkan jika ada armada truk yang rusak, maka jumlah sampah yang tidak terangkut menjadi lebih banyak. Belum lagi ditambah dengan musim buah seperti sekarang yang membuat sampah setiap harinya bertambah sekitar 50-60 ton," katanya. Untuk mengatasi persoalan ini, pihaknya sudah meminta penambahan armada truk sampah dalam APBD. Tahun 2006, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memberikan bantuan tiga armada truk sampah. Sedangkan dari pengajuan penambahan 10 truk dalam APBD_Kota Pontianak 2006, hanya disetujui pengadaan dua truk. Problem lain yang dihadapi Pemkot Pontianak, menurut Ali, satu-satunya TPA yang berada di Batu Layang, diperkirakan sudah penuh pada tahun 2010 mendatang, jika sampah-sampah itu hanya ditimbun seperti saat ini. Dari 19,5 hektar luas wilayah TPA Batu Layang, hingga saat ini yang sudah terpakai untuk menimbun sampah mencapai 13 hektar. "Ke depan kami berupaya memperluas TPA, hanya saja masih belum diketahui apakah ada penolakan dari warga setempat atau tidak," katanya. Data Dinas Kebersihan Kota Pontianak menunjukkan, pendapatan dari retribusi sampah pada tahun 2004 mencapai Rp 779,5 juta, atau sekitar 127 persen dari target tang ditetapkan. Tahun 2005 pendapatannya naik menjadi Rp 1,6 miliar, atau sekitar 115 persen dari target yang ditetapkan. Tahun 2006 ini target pendapatan dinaikkan menjadi Rp 2,1 miliar, namun belum diketahui berapa realisasinya hingga saat ini.

Sabtu, 10 November 2007

Banjir Kepung Kota-kota Kita Banjir telah menjadi satu titik yang hendak dituju oleh kota-kota kita di daerah, dengan Jakarta sebagai "pemimpinnya". Saat ini hampir semua kota di Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi dihantui banjir. Penyebabnya memang beragam, tetapi semuanya menunjukkan pada ketidaksigapan kita menata lingkungan. amis (8/11), Sungai Mempawah meluap di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hulu, Pontianak, Kalimantan Barat. Sedikitnya 80 keluarga diungsikan. Bulan sebelumnya, lebih dari 1.000 rumah warga di Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, terendam air setinggi 1,5-2 meter. Kerusakan hutan di kawasan hulu sungai-sungai di Kalimantan Barat menjadi penyebab banjir yang melanda kawasan ini. Di Jawa Tengah, hujan deras yang mengguyur pada Rabu lalu telah menyebabkan bencana banjir dan longsor di sejumlah desa di Kecamatan Ayah, Kebumen. Lebih dari 100 rumah dilaporkan rusak. Banjarmasin, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, selalu menjadi langganan banjir. Peristiwa terakhir, banjir melanda kawasan ini pada akhir Juli lalu. Harap dicatat, peristiwa itu adalah yang ketiga kalinya dalam dua bulan terakhir. Banjir akibat hujan yang turun dalam tiga hari merendam 300-an rumah di Desa Jilapatan dan Asam-asam. Tidak ada korban jiwa, tetapi ratusan warga terpaksa mengungsi. Kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalsel menilai, enam dari 12 daerah aliran sungai pada empat kabupaten di provinsi itu dalam keadaan sangat kritis. Kondisi itu diakibatkan hilangnya sebagian besar hutan yang berfungsi sebagai penyangga dan kawasan penyimpan air bagi sungai. Kini, keenam sungai tersebut mengalami pendangkalan yang cukup serius. Keenam daerah aliran sungai (DAS) itu kerap kekeringan pada musim kemarau dan tak bisa menampung luapan air saat musim hujan. Di Medan, banjir bisa dipastikan terjadi tiap tahun. Rabu (19/9) dini hari, banjir akibat luapan Sungai Deli sedikitnya telah merendam ratusan rumah di enam kelurahan. Ketinggian air mencapai dua meter. Humas Pemerintah Kota Medan, Arlan Nasution, mengatakan, banjir di Medan susah diatasi karena sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. "Kami hanya bisa antisipasi kemungkinan jatuhnya korban," katanya. Di sisi lain, pemerintah dinilai membiarkan kerusakan DAS Deli, khususnya di Kota Medan. Akibatnya, banjir semakin besar dan sering terjadi di beberapa daerah yang memang menjadi langganan banjir. Wilayah "endemis" Fakta di atas hanya sebagian kecil dari bencana banjir yang sempat muncul di media massa. Masing-masing desa dan kota punya catatan panjang, terutama terkait derita yang harus dipikul warganya di balik genangan air yang merendam wilayah hunian mereka. Kota Semarang adalah salah satunya. Beruntung Kota Semarang memiliki orang seperti Jongkie Tio. Pemilik Restoran Semarang

itu dikenal memiliki koleksi foto-foto lama Kota Semarang. Salah satunya yang dimuat dalam bukunya Kota Semarang dalam Kenangan (tanpa tahun terbitan). Dalam foto hitam putih tahun 1920 itu tampak jelas Stasiun Tawang di kawasan Semarang Utara itu kebanjiran. Riak-riak genangan air di halaman stasiun yang berdiri tahun 1914 itu membuat halaman stasiun seperti lautan. Sekarang, 87 tahun kemudian, stasiun itu masih tergenang saat musim hujan. Saat awal hujan deras yang berlangsung antara satu hingga dua jam, Kamis (1/11) malam, halaman luar dan teras dalam stasiun kembali tergenang air. Pengelola stasiun sampai membuat "jembatan" darurat dari kayu untuk membantu penumpang naik ke kereta api. Hingga Kamis siang, sejumlah wilayah "endemis" banjir masih tergenang walaupun matahari bersinar terik. Sebutlah seperti daerah di Jalan Ronggowarsito yang menuju Pelabuhan Tanjung Emas, atau di sekitar rel Jalan Raya Kaligawe. Padahal, kedua lokasi itu merupakan daerah vital. Akses menuju Pelabuhan Tanjung Emas untuk arus penumpang dan perdagangan barang ekspor impor praktis terhenti. Jalan Raya Kaligawe adalah akses utama jalur pantai utara Jawa Tengah. Salah satu kawasan industri di Kota Semarang, Lingkungan Industri Kecil (LIK) Bugangan, juga kebanjiran. Beberapa perusahaan terpaksa harus bekerja di atas genangan air. Bengkel BJ di Blok X, LIK Bugangan, air yang sudah semata kaki dirasa mengganggu usaha mereka. Sejak Jumat, belum ada satu pun pelanggan yang datang mereparasikan mobilnya. Dalam kondisi normal, paling tidak setiap hari ada 6-12 mobil yang diperbaiki. "Jalan masuk saja sudah tergenang air, mana ada pelanggan yang mau masuk ke sini," kata Andi Susanto, pemilik Bengkel BJ. Seusai hujan deras yang mengguyur Kota Semarang pada Kamis malam lalu, jalan-jalan dan permukiman di 12 kelurahan pada enam kecamatan—dari 16 kecamatan di Kota Semarang—tercatat terendam air. Bahkan, Kecamatan Semarang Tengah yang terkenal dengan kawasan "Simpang Lima"-nya juga digenangi air setinggi 30-70 sentimeter. Puluhan pengendara sepeda motor terpaksa menuntun tunggangan mereka dan pengendara mobil terpaksa membayar orang untuk mendorong mobilnya. Kepala Subdinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang Fauzi berpendapat, banjir di Kota Semarang beberapa hari terakhir ini bukan karena luapan sungai. Banjir itu disebabkan mampatnya saluran-saluran di perkotaan karena sampah dan endapan lumpur. "Kali Semarang sebagai pusat buangan air dari saluran-saluran tengah kota tidak meluap, bahkan tidak berada di titik tertinggi tanggul. Hal itu membuktikan saluran-saluran tersumbat sampah," kata dia. Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Semarang, produksi sampah di Kota Semarang saat ini 4.651 meter kubik. Hal itu diperparah dengan jumlah sampah yang tidak terangkut. Tahun 2005, Dinas Kebersihan Kota Semarang tidak mampu mengangkut sekitar 1.500 meter kubik sampah per hari. Apabila satu truk kontainer berisi 10 meter kubik, berarti sampah yang tidak terangkut ada 150 truk per hari. Pada 2007, sampah yang tidak terangkut melonjak dua kali lipat menjadi 3.000 meter kubik. Hal itu menunjukkan sampah yang tidak terangkut ada 300 truk per hari. Beberapa sampah

yang tidak terangkut itu diperkirakan tersebar di tempat buangan liar dan saluran-saluran di permukiman. Banjir struktural Pada umumnya, banjir itu disebabkan masalah struktural. Struktur Kota Semarang yang terdiri atas 60 persen kawasan perbukitan dan 40 persen daerah dataran rendah membuat kota ini memang hidup dengan banjir, terutama di Semarang bawah. Secara struktural, kota ini juga dilalui 32 sungai yang setiap saat dapat meluap. Dua banjir kanal yang dibuat pada abad ke-19 oleh pemerintahan Hindia Belanda, yakni Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat, semakin tidak mampu menampung air karena sedimen yang dibiarkan menumpuk. Ada dua masalah lagi yang melengkapinya, yakni penurunan tanah di Kota Semarang yang mencapai 1-20 sentimeter setiap tahun dan naiknya permukaan air laut 3-11 milimeter per tahun. Oleh karena itu, tak heran di Semarang dikenal istilah rob, yang mungkin kurang dikenal di luar Kota Semarang, yakni limpasan air laut ke daratan. Ringkasnya, kata Robert J Kodoatie—ahli hidrologi dari Universitas Diponegoro—banjir di Kota Semarang tidak sekadar disebabkan sampah dan endapan lumpur. Banjir itu disebabkan juga perubahan tata guna lahan dari hutan menjadi permukiman, penurunan tanah, pengambilan air tanah, dan pengurukan daerah tambak. Untuk menangani banjir di Kota Semarang, lanjut Robert, Pemerintah Kota Semarang dapat menerapkan dua cara, yaitu adaptasi dan mitigasi. Adaptasi sangat cocok diterapkan di kawasan Semarang bagian utara yang membentang dari Banjir Kanal Barat hingga Banjir Kanal Timur. "Adaptasi berarti mau menerima kenyataan bahwa kawasan itu selalu banjir. Masyarakat di kawasan itu tidak dapat lepas dari banjir, tetapi harus hidup bersama banjir," katanya. Salah satu sistem adaptasi yang dapat diterapkan adalah konsep water front city. Konsep tersebut menghendaki masyarakat membuat rumah panggung dengan kondisi air di sekeliling mereka bersih. Untuk menerapkan konsep ini, Pemkot Semarang perlu menyosialisasikan dan menjadi pemain utama penerapan konsep itu. Pemerintah dapat mencoba konsep itu di salah satu kawasan di Semarang bagian utara sebagai media percontohan. Adapun mitigasi atau penanggulangan bencana, lanjut Robert, dapat diterapkan baik di Semarang bagian utara (Semarang bawah) maupun Semarang bagian selatan (Semarang atas). Di Semarang bagian bawah, pemerintah dapat memperbaiki sistem drainase kota dan pengerukan sungai-sungai. Di Semarang bagian atas, pemerintah dapat membuat daerah tangkapan air, seperti embung, sumur resapan, dan waduk.

Related Documents

Selasa
May 2020 14
Selasa
May 2020 14
2.4.2019 Selasa
October 2019 26
Projec Selasa
October 2019 13
Sptk Selasa Seminar.docx
April 2020 15