Sejw Bu.docx

  • Uploaded by: Rivia Nisa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejw Bu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,803
  • Pages: 10
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Sejarah Wajib. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Sejarah Wajib kami Ibu Ayu Nolantika yang telah membimbing kami dalam pembuatan tugas ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 8 Mei 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI...............................................................................Error! Bookmark not defined. BAB I ........................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1 1.1

Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3

Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II....................................................................................................................................... 3 ISI.......................................................................................................................................... 3 1.3

Latar Belakang ...................................................................................................... 3

1.4

Proses .................................................................................................................... 3

1.5

Tujuan ................................................................................................................... 6

1.6

Penyebab Keruntuhan ........................................................................................... 7

BAB III ..................................................................................................................................... 8 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 8

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pemuda dan organisasi kepemudaan merupakan fenomena baru pada abad XX. Pada abad-abad sebelumnya, dengan mengesampingkan pemuda di sekitar pangeran mahkota Jawa dan anak-anak ulama, peranan kelompok ini hamper tidak tercatat dalam sejarah. Dapat dikatakan sejarah Indonesia pada masa itu merupakan sejarahnya orang dewasa, terutama sejarahnya orang tua. Munculnya gerakan–gerakan pemuda pada abad XX di Indonesia tidaklah sendirian karena di Negara-negara Asia lainnya juga sama-sama mengalami struktur perubahan yang sama. Perubahan itu terjadi karena masuknya ide-ide baru, system pendidikan, industrialisasi dalam batas-batas tertentu, urbanisasi, disintegrasi tatanan masyarakat lama, teknologi baru dan lain sebagainya. Perubahan yang telah memporak-porandakan tatanan lama itu ternyata belum diikuti dengan terwujudnya masyarakat baru. Pemuda Indonesia dengan gerakan kepemudaan merupakan martir untuk memperjuangkan hak dan cita-cita bangsa. Di tangan kaum mudalah harapan bangsa dapat terwujud. Mereka mulai mencari identitas dirinya demi menatap masa depannya yang selama ini dikungkung oleh dekapan generasi tua dan tekanan penjajahan Belanda. Oleh karena itu pemuda-pemuda Indonesia merasa perlunya persatuan pemuda-pemuda Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang melatar belakangi lahirnya organisasi pemuda? 2. Bagaimanakah sepak terjang atau perjalanan dari organisasi-organisasi pemuda tersebut? 3. Bagaimana proses berdirinya Organisasi Budi Utomo?

1

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami latar belakang lahirnya organisasi pemuda. 2. Untuk memahami dan mendiskripsikan perjalanan dari organisasiorganisasi pemuda tersebut. 3. Untuk menjelaskan proses berdirinya Organisasi Budi Utomo

2

BAB II ISI

1.3 Latar Belakang Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pelajar yang didirikan oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten) yaitu Goenawan, Dr.Cipto Mangoenkeosoemo dan Soeraji serta R.T Ario Tirtokusumo, yang didirikan di Jakarta pada 20 Mei 1908. Organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, kebudayaan serta tidak bersifat politik. Berdirinya Budi Utomo tak bisa lepas dari peran Dr. Wahidin Sudirohusodo. Walaupun bukan pendiri Budi Utomo, namun beliaulah yang telah menginspirasi Dr.Sutomo dan kawan-kawan untuk mendirikan organisasi pergerakan nasional ini. Dr.Wahidin Sudirohusodo sendiri adalah seorang alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar di Pulau Jawa untuk mengkampanyekan gagasannya mengenai bantuan dana bagi pelajar-pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah. Gagasan ini akhirnya beliau kemukakan kepada pelajar-pelajar STOVIA di Jakarta, dan ternyata mereka menyambut baik gagasan mengenai organisasi tersebut dan dari sinilah awal perkembangan menuju keharmonisan bagi orang Jawa dan Madura.

1.4 Proses 1. Pangeran Noto Dirjo Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama

3

dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air api udara" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.

2. Raden Adipati Tirtokoesomo Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Kota Yogyakarta. Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, BU telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota, yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo (mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo yang pertama. Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak anggota baru BU yang bergabung dari kalangan bangsawan dan pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk menyingkir.

2. Notodirjo Saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP). Namun demikian, Budi Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia.

3. Tjokroamonoto Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas 4

oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman. Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas..

4. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, membuat rakyat menjadi sangat marah. Hal itu mendorong Soewardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme yang sebelumnya lebih mengutamakan kebudayan daripada pendidikan. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.

5

Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa, Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota. Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting

1.5 Tujuan Budi utomo sebagai organisasi pelajar yang baru muncul ini, secara samarsamar merumuskan tujuannya untuk kemajuan Hindia, dimana yang jangkauan gerak semulanya hanya terbatas pada Pulau Jawa dan Madura yang kemudian diperluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, jenis kelamin dan agama. Namun dalam perkembangannya terdapat

perdebatan

mengenai

tujuan

Budi

Utomo,

dimana

Dr.Cipto

Mangunkusumo yang bercorak politik dan radikal, Dr.Radjiman Wedyodiningrat yang cenderung kurang memperhatikan keduniawian serta Tirtokusumo (Bupati Karanganyar) yang lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial dari pada memperhatikan reaksi dari penduduk pribumi. Setelah perdebatan yang panjang, maka diputuskan bahwa jangkauan gerak Budi Utomo hanya terbatas pada penduduk Jawa dan Madura dan tidak akan melibatkan diri dalam kegiatan politik. Bidang kegiatan yang dipilihnya pendidikan dan budaya. Pengetahuan bahasa Belanda mendapat prioritas utama, karena tanpa bahasa itu seseorang tidak dapat mengharapakan kedudukan yang layak dalam jenjang kepegawaian kolonial. Dengan demikian Budi Utomo cenderung untuk memejukan pendidikan bagi golongan priyayi dari pada bagi penduduk pribumi pada umumnya. Slogan Budi Utomo berubah dari perjuangan untuk mempertahnkan penghidupan menjadi kemajuan secara serasi. Hal ini 6

menunjukkan pengaruh golongan tua yang moderat dan golongan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya.

1.6 Penyebab Keruntuhan Cipto Mangunkusumo juga mengatakan kalau sebelum memecahkan masalah budaya maka permasalahan politik harus diselesaikan terlebih dahulu. Tujuan politik semakin terlihat di golongan muda dan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Sarekat Islam. Dalam perkembangannya, golongan tua masih meneruskan tujuan Budi Utomo yang disesuaikan dengan situasi politik saat itu, walaupun masih ada golongan muda yang radikal. Sewaktu Dewan Rakyat atau Volksraad dibentuk, banyak wakil Budi Utomo yang ikut serta di dalamnya. Dengan begitu, pemerintah tidak akan curiga pada sifat Budi Utomo yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda baru mengakui Budi Utomo sebagai sebuah organisasi yang resmi pada tahun 1909 bulan Dsember Dukungan dari pemerintah ini membuat Budi Utomo sering dicurigai sebagai organisasi boneka kolonial Belanda oleh masyarakat Bumiputera. Budi Utomo mulai hilang kendali di tahun 1935 dan bergabung menjadi organisasi lain yaitu Partai Indonesia Raya atau Parindra. Walaupun begitu, kehadiran Budi Utomo sudah menginspirasi para putra Indonesia untuk mendirikan organisasi lain seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah dan yang lainnya. Hal ini juga yang membuat kemerdekaan semakin di depan matasember. Dukungan pemerintah kolonial ini adalah bagian dari pelaksanaan Politik Etis.

7

BAB III KESIMPULAN

Budi Utomo merupakan organisasi pemuda pertama yang paling berpengaruh pada pendidikan dan budaya di Indonesia. Dimana pada masa kepemimpinan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan lalu beliau pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Selain itu pada masa pemerintahan Ki Hajar Dewantara, beliau mengatakan seharusnya orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa " nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik dan pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat mendirikan perguruan Taman Siswa yang merupakan perwujudan dari cita-citanya selama ini. Melalui perguruan ini ia berusaha menanamkan rasa kebangsaan di hati anak didik. Ia yakin bahwa antara pendidikan dan gerakan politik terdapat hubungan yang erat seperti dikatakannya, ”Taman Siswa dan segala usaha sosial lainnya merupakan ladang atau sawah, dimana orang memupuk apa yang perlu bagi keperluan hidupnya. Gerakan politik merupakan pagar yang melindungi ladang dari gangguan binatang-binatang buas yang akan memakan dan menginjak-injak tunas-tunas tanaman.”. Namun sayang dukungan dari pemerintah ini membuat Budi Utomo sering dicurigai sebagai organisasi boneka kolonial Belanda oleh masyarakat Bumiputera. Budi Utomo mulai hilang kendali di tahun 1935 dan bergabung menjadi organisasi lain yaitu Partai Indonesia Raya atau Parindra, selain itu adanya perbedaan orientasi antara golongan tua dan golongan muda dalam tubuh organisasi serta cakupan yang dianggap kurang nasional.Budi Utomo lebih didominasi oleh golongan tua (golongan Priyayi).dan tekanan dari Pemerintah Belanda mengakibatkan Budi Utomo mengalami kemunduran.

8

Related Documents

Sejw Bu.docx
October 2019 15

More Documents from "Rivia Nisa"