Masyarakat kuno (sebelum 500 SM)
Di zaman dahulu peradaban-peradaban daerah perkotaan yang berasal dari abad ke 40 dan 30 SM menampakkan diri di tiga kawasan: 1. Di Mesir, di delta sungai Nil, di mana pada sekitar tahun 4000 SM didirikan kota-kota seperti Busiris, Sais, Letopolis, Buto, dan Hekopolis. 2. Di Mesopotamia, di lemba sunga Tigris dan Eufrat dengan kota-kota Ur, Eridw, Esynuna, Babilon, dan lain-lain. 3. Di lembah sungai Indus dengan kota-kota Harappa, Amri, Mohenjo-Daro, dan lain-lain. Kota-kota ini telah mencapai suatu tingkat perkembangan yang tinggi, malahan yang terletak di sisi sungai Indus telah memiliki sistem pembuangan air kotor (riolering), rumah-rumah termasuk rumah-rumah susun, pemandian- pemandian dan sebagainya. Kelas kemasyarakatan baru, yakni kaum pedagang merupakan tulang punggung kehidupan kota-kota ini. Bagi golongan tersebut tanah tidak lagi merupakan komponen kekayaan terpenting, tetapi barang-barang bergerak, yang dapat mereka beli dan jual. Oleh karena itu kelas baru ini meninggalkan tatanan feodal dan dengan solidaritas kelompok-kelompok keluarga yang memiliki ciri khas tidak dapat diperjual-belikan atau diasingkannya barang-barangnya. Penggalian di lokasi beberapa peradaban awal yang terkenal telah mengungkapkan bukti adanya aktivitas kesehatan komunitas. Temuan arkeologi dari lembah Indus di India Utara, bertanggal sekitar 2000 SM, masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi dan kesehatan lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela. Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga pergantian udara cukup lancar. Serta memberikan adanya kamar mandi dan sistem drainase di dalam rumah dan saluran pembuangan air yang terletak lebih rendah dari permukaan jalan. Sistem drainase juga ditemukan di antara reruntahan kerajaan Mesir kuno (2700-2000 SM). Sampai sekitar 1500 SM sudah lebih dari 700 obat yang dikenal orang Mesir. Mesir tidak hanya maju di bidang kedokteran tetapi juga memiliki hukum kesehatan, konsep pelayanan kesehatan
sudah mulai dikembangkan dimana penderita/pasien tidak ditarik biaya oleh petugas kesehatan yang dibiayai oleh masyarakat, peraturan ketat diberlakukan bagi pengobatan yang bersifat eksperimen, dan tidak ada hukuman bagi dokter atas kegagalannya selama buku standar diikuti. Walaupun profesi kedokteran masih didominasi kaum kasta pendeta, bau mistik masih mewarnai dunia kedokteran. Orang-orang Myceneans, yang tinggal di Crete pada 1600 SM telah memiliki toilet, sistem penggelontoran, dan saluran pembuangan air. Resep obat tertulis untuk obat-obatan berhasil ditafsirkan dari lempeng tanah liah (prasasti) orang Sumerian yang bertanggal sekitar 2100 SM. Mungkin tulisan yang paling awal yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat adalah Kode Hammurabi (Code of Hammurabi), raja terkenal dari Babilonia, yang hidup 3900 tahun yang lalu. Kode Hammurabi juga memuat undang-undang yang berkaitan dengan praktik dokter dan kesehatan, seperti praktek pembedahan sudah mulai dikembangkan oleh para dokter, dan sudah diatur tentang sistem imbalan jasa dokter, status pasien, besar bayarannya. (dari sinilah Hukum Kesehatan berasal, bukan dari Mesir). Dalam Kode Hammurabi juga diatur ketentuan tentang kelalaian dokter beserta daftar hukumannya, mulai dari hukuman denda sampai hukuman yang mengerikan. Dan terdapat pula ketentuan yang mengharuskan dokter mengganti budak yang mati akibat kelalian dokter ketika menangani budak tersebut. Bible’s Book of Leviticus, yang ditulis sekitar 1500 SM, memberikan petunjuk mengenai kebersihan personal, sanitasi perkemahan, disinfeksi sumur, isolasi penderita lepra, pembuangan sampah, dan higiene maternitas.
b. Budaya klasik (500 SM-500 M) Selama abad ke 13 dan ke 12 SM, orang Yunani mulai bepergian ke Mesir dan terus melakukannya sampai beberapa abad selanjutnya. Ilmu pengetahuan dari orang Babilonia, Mesir, Yahudi, dan suku lainnya di Mediterania Timur tercakup didalam filosofi kesehatan dan kedokteran Yunani. Selama “zaman keemasan” Yunani kuno (di abad ke 5 dan ke 6 SM), para pria berpartisipasi dalam permainan adu kekuatan dan keahlian dan berenang di fasilitas umum. Sangat sedikit bukti bahwa penekanan pada kebugaran dan pada keberhasilan dalam pertandingan atletik
dibebankan secara merata pada semua anggota masyarakat. Partisipasi dalam aktivitas itu tidak didukung dan bahkan dilarang untuk wanita, kaum miskin, atau budak. Orang-orang Yunani juga aktif menjalankan sanitasi komunikasi. Mereka memasok sumur-sumur kota setempat dengan air yang diambil dari pegunungan yang berjarak sejauh 10 mil. Setidaknya dalam satu kota, air yang berasal dari sumber yang jauh disimpan dalam reservoir dengan ketinggian 370 kaki diatas permukaan laut. Orang-orang Romawi mengembangkan teknologi Yunani dan membangun saluran air yang dapat mengalirkan sampai bermil-mil jauhnya. Bukti sekitar 200 saluran air di Romawi masih ada sampai sekarang, di Spanyol ke Syiria dan dari Eropa Utara sampai Afrika utara. Orang Romawi juga merintis aktivitas kesehatan komunitas yang lain, di antaranya pengaturan pembangunan gedung, pembuangan sampah, dan pembersihan jalan dan perbaikkannya. Kekaisaran Romawi memang gudang ide pengobatan Yunani, tetapi dengan sedikit pengecualian, Romawi tidak berbuat banyak terhadap kemajuan pemikiran di bidang Kedokteran. Namun, ada satu kontribusi penting yang mereka berikan untuk bidang kedokteran dan layanan kesehatan-rumah sakit. Walau rumah sakit pertama hanya merupakan penampungan budak yang sakit, sebelum era Romawi, umat kristiani telah membangun rumah sakit umum sebagai organisasi amal. Saat kekaisaran Romawi runtuh pada tahun 476 M, kebanyakan aktivitas kesehatan masyarakat menghilang.