Sedimentologi.docx

  • Uploaded by: Celvin Betoky
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sedimentologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,269
  • Pages: 14
SEDIMENTOLOGI 1. Pengertian Sedimentologi Menurut Wadell (1932), sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan. Sam Boggs Jr. dalam bukunya Principles of Sedimentology and Stratigraphy, sedimentologi adalah sains yang mempelajari tentang klasifikasi, asal dan interpretasi sedimen dan batuan sedimen. Gary Nichols (2009), sedimentologi adalah studi yang membahas proses pembentukan, transportasi dan pengendapan material yang terakumulasi sebagai sedimen pada lingkungan darat dan laut yang pada akhirnya membentuk batuan sedimen. Secara umum sedimentologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sedimen alami, baik yang telah terlitifikasi maupun belum terlitifikasi dan proses pembentukannya. Dalam sedimentologi terdapat beberapa unsur yang menjadi dasar pembahasan serta menjadi objek utama dalam studinya, yaitu sedimen, proses pembentukan sedimen, mekanisme transportasinya, lingkungan dan proses pengendapannya serta bentuk yang dihasilkan oleh sedimen tersebut. 2. Sedimen Sedimen adalah bahan alami yang dipecah oleh proses pelapukan dan erosi, dan kemudian diangkut oleh aksi angin, air, atau es, dan atau oleh gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu sendiri (wikipedia.org). Pada umumnya media transportasi atau pengangkutan sedimen adalah air (proses fluvial), angin (proses Aeolian) dan gletser. Pasir pantai dan sungai adalah contoh transportasi fluvial, meskipun sedimen juga sering diendapkan secara perlahan dalam air danau maupun laut. Gundukan pasir gurun adalah contoh transportasi Aeolian. Sedangkan endapan moraine dan till adalah contoh transportasi glasial atau gletser. Klasifikasi sedimen pada umumnya dilakukan berdasarkan ukuran dan komposisinya. Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan ukuran diameter butirnya yang kemudian ditetapkan dalam ukuran skala tertentu. Klasifikasi ukura butir yang paling umum dan dijadikan standar adalah klasifikasi ukuran butir sedimen oleh Wentworth. Sedangkan dari komposisinya, sedimen diklasifikasikan berdasarkan batuan asalnya, komposisi mineral dan komposisi kimianya.

Sumber Sedimen 3. Pembentukan Sedimen Sedimen sebagai material padat alami yang bersifat lepas terbentuk dari pecahan partikel batuan yang telah ada sebelumnya. Proses pelepasan partikel batuan menjadi sedimen umumnya disebut pelapukan. Dalam bukunya Sedimentology and Stratigraphy(2009), Gary Nichols membedakan proses pelapukan menjadi 2 jenis, yaitu pelapukan fisika dan pelapukan kimiawi.

Pelapukan Fisik dan Kimiawi Selain dari pelapukan batuan secara langsung, proses sedimen juga dapat terbentuk oleh faktor biologis yang terjadi pada permukaan batuan, proses ini akan menghasilkan tanah, dimana dalam pengertiannya secara geologis tanah adalah material sedimen lepas yang tidak atau belum mengalami proses transportasi.

Profil perkembangan pembentukan tanah Proses selanjutnya dari pembentukan sedimen adalah erosi. Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristikhujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi (wikipedia.org). Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Dalam prosesnya, jenis erosi yang membentuk sedimen bermacam-macam dan dapat terjadi baik di darat maupun dibawah permukaan air, tergantung mekanisme dan jenis media yang mengerosi batuan tersebut.

Jenis-jenis erosi batuan 4. Sedimentasi Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Proses sedimentasi ini mencakup pelapukan, erosi, transportasi sedimen hingga pengendapannya. A. Pelapukan dan Erosi Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan lainnya. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis. Pelapukan merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah. Berdasrkan faktor utama pengontrolnya, pelapukan secara umum dibagi menjadi : • Pelapukan biologi merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. contoh: tumbuhnya lumut, akar pepohonan, dan hewan yang tinggal didalamnya. • Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim dan terjadi karena proses disagregasi atau penguraian partikel-partikel batuan. contoh : perubahan cuaca, tetean hujan dan sebagainya. • Pelapukan kimia merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya batuan dengan zat - zat kimia yang menyebabkan terjadinya proses dekomposisi atau perubahan komposisi kimia batuan. contoh: reaksi batuan dengan fluida hidrotermal. Pada proses pelapukan, pertikel batuan akan terlepas dari ikatannya hingga kemudian akan dapat terpisah dan mengalami erosi. Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, gerakan pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bioerosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. B. Transportasi Sedimen Kebanyakan proses transportasi sedimen alami terjadi di dalam media fluida yang merupakan suatu sistem

yang berisi campuran antara padat dan cair atau padat dan gas. Material – material padat akan terurai menjadi partikel – partikel, dan media fluida akan mentransport partikel –partikel tersebut. Jika material padat lebih kecil, cairan tersebut dapat merekat dan menjadi lebih padat dari fluida murni. Partikel yang lebih kasar mungkin tidak bercampur dalam fluida tapi mungkin akan bertindak sebagai penghalang arus. Akhirnya, partikel berukuran sedang berinteraksi secara alami dengan arus dan tetap di gerakan oleh arus. Secara umum terdapat 2 jenis aliran di dalam fluida yaitu : 1. Aliran laminar yaitu dimana air mengalir begitu saja tanpa ada penghalang dimana ”shear stress” antara molekul H2O membentuk vektor – vektor kecepatan. (lihat gambar 2.1) 2. Aliran turbulen, yaitu dimana vektor – vektor kecepatan terhalang oleh material menyebabkan aliran bergerak secara acak kesegala arah.

Aliran laminar dan aliran turbulen Arus di alam pada dasarnya terdiri atas dua tipe (Allen, Lang, dan Kassen , 2002), yaitu:  Arus traksi, dimana fluida sebagai subyek dari perbedaan tekanan karena perbedaan gradien hidraulik. Contoh paling umum adalah pada sungai, dimana aliran timbul karena dasar permukaan yang miring. Pasang surut dan gelombang dapat menimbulkan aliran arus dimana permukaan air sebagai subyek dari kemiringan. Sehingga yang memicu arus traksi adalah kemiringan lereng dari permukaan air, dan kecepatan arus yang setara dengan kemiringan .

 Arus gravitasi/densitas, sedimen yang teronggok pada suatu lereng dapat secara tiba – tiba meluncur akibat sentakan pada lereng yang tidak stabil, kemudian dengan kecepatan tinggi bercampur air menjadi sutau aliran padat density current. Yang penting disini partikel – partikel sedimen bergerak tanpa benturan atau seretan air, tetapi inertia. ( Energi potensial atau gravity dirubah menjadi energi kinetis), (Sanders, 1965), dan pengendapan terjadi setelah energi kinetis habis, misalnya ditempat datar, lekuk- lekukan. Arus densitas ini terutama terjadi di laut, dan merupakan mekanisme penting dalam mentransfer sedimen daerah – daerah bathyal dan abysal. Namun arus ini juga bisa terjadi pada daerah – daerah yang memiliki kemiringan lereng yang tajam seperti pada dinding danau yang terbentuk oleh sesar.

Model arus traksi dan arus densitas yang umum di alam (Allen, 1978). Transport sedimen bisa terdiri atas satu atau dua mekanisme (Allen, Lang, dan Kassen , 2002), yaitu : 5. Transport oleh bedload, butir hampir selalu berada di dasar dan butir bergerak dengan cara mengelinding, merayap dan melompat dengan cara saling bertubrukan antar butir yang dipicu oleh aliran fluida (Allen, Lang, dan Kassen , 2002).  Rayapan permukaan, umumnya hadir pada butir dengan ukuran kasar. Perilaku butir merayap didasar dan saling berbenturan dengan butiran lainnya. Ini sangat erat hubungannya saltasi, butir bergerak dipicu oleh energi fluida sehingga bergerak di sepanjang dasar dari channel dengan cara melompat dan berbenturan satu sama lain dengan energi dari arus untuk menstransportkan dan posisi conto terutama pada bagian porsi yang lebih dalam dari channel (Visher, 1969). Pada kondisi ini, umumnya akan terbentuk struktur sedimen silang siur (cross bedding), dune hingga mega dune. 6. Transport oleh suspended load, butir bergerak dan mengambang dengan arah yang acak akibat dari arus turbulen yang kuat. Kecepatan aliran sangat penting agar sedimen tetap tertransport secara suspensi, dimana ukuran butir sebanding dengan kecepatan aliran. Partikel sedimen yang tertransport oleh suspensi tergantung dari kuat-lemahnya turbulen, sehingga perpotongan antara populasi suspensi dengan populasi bedload (saltasi dan rayapan permukaan) akan mencerminkan energi pada suatu lingkungan dan kondisi lingkungan saat pengendapan. Kecepatan aliran yang tinggi dapat mentransport butiran yang lebih kasar. Sedimen kohesif (< 0.1 – 0.2 mm) umumnya tertransport secara suspensi (Allen, Lang, dan Kassen , 2002; Lane, 1938). Pada kondisi ini umumnya sedimen yang terendapkan akan membentuk struktur graded bedding pada fase awal saat mengendapkan sedimen dengan butiran yang lebih kasar dan akhirnya akan membentuk parallel lamination saat mengendapkan sedimen yang halus seperti lempung.

Perilaku sedimen pasir di bawah permukaan air

Mekanisme transport dari sedimen (After Sundborg, 1967; in Reineck & Singh, 1980) Transportasi sedimen pada akhirnya akan mempengaruhi karakter sedimen berdasarkan lama waktu transportasinya, jenis fluida yang menjadi medianya, jenis aliran, jenis arus dan mekanisme transportasi sedimen itu sendiri. Hal ini akan tercermin dalam ukuran butir, bentuk butir, keseragaman butir dan struktur sedimen yang terbentuk selama proses transportasi sedimen berlangsung.

Hubungan arah arus dengan keseragaman arah butir sedimen (imbrikasi) a. Ukuran Butir Ukuran partikel atau yang juga dikenal dengan ukuran butir mengacu kepada diameter butiran individu sedimen ataupun pada batuan sedimen yang telah terlitifikasi. Ukuran objek padat tiga dimensi seperti butiran sedimen dapat diketahui dengan melakukan pengukuran volume atau dengan melakukan beberapa pengukuran

geometri linier. Pada pengukurannya, umumnya dilakukan dengan mengukur volume atau juga bisa didapatkan melalui persamaan (3√V) dengan pengukuran geometri linier.

Tabel Klasifikasi Ukuran Butir (Udden-Wentworth) b. Bentuk Butir Bentuk butir yang biasa juga dikenal dengan pada sedimen umumnya dijelaskan berdasarkan 2 faktor yaitu kebundaran (roundness) dan kebulatan (sphericity). Roundness adalah sifat bentuk partikel yang berhubungan dengan ketajaman atau kelengkungan tepi dan pojok-pojoknya (Friedman, 1978, h. 61). Roundness secara geometri tidak tergantung dari sphericity. Definisi secara teoritis, Roundness (Rd = ρ) menyatakan hubungan antara radius tepi dan pojok butiran (r1), jumlah pojok yang diukur dan radius lingkaran maksimum yang digambarkan (R). Roundness = Rata-rata radius tepi dan pojok Radius lingk. Maks. Yang digambarkan Sphericity adalah ukuran yang menggambarkan kecenderungan suatu bentuk butir kearah bentuk membola (Tucker, 1991, h. 15). Secara teoritis Friedman (1978, h. 60) mendefenisikan sphericity adalah perbandingan luas permukaan partikel (Ap) dan luas permukaan lengkung yang volumenya sama (As). Dalam praktek, luas permukaan partikel tidak teratur, oleh karena itu tidak mungkin untuk diukur. Untuk mudahnya dilakukan pengukuran volume dalam air. Pengukuran sphericity harus mempertimbangkan tingkah laku hidrolika yang mengontrol partikel. Partikel cenderung terorientasi menurut bidang sumbu panjang dan menengah yang dikenal dengan proyeksi maksimum sphericity, yang diformulasikan : Dimana : S = Diameter pendek L = Diameter Panjang I = Diameter menengah

Klasifikasi Kebundaran (roundness) dan Kebulatan (sphericity) (Di adaptasi dari (Rittenhouse, 1943 Vide Beard and Weyl, 1973, h. 359) c. Pemilahan Butir Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bilasemakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen klastik. Beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu : a. Sortasi baik bila besar butir merata atau sama besar b. Sortasi sedang bila ukuran butirnya relatif seragam c. Sortasi buruk bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen

Klasifikasi Keseragaman Ukuran Butir Sedimen (Google.co.id). d. Struktur Sedimen Struktur sedimen adalah struktur yang terbentuk selama pengendapan sedimen. Pembentukan struktur sedimen sendiri akan sangat dipengaruhi oleh mekanisme pengendapan sedimen melalui jenis arus transportasinya, media dan juga oleh lingkungan pengendapan sedimen. Ombak laut yang berulang-ulang akan membentuk struktur sedimen gelembur gelombang (ripple marks) dipantai, sedangkan pengendapan suspensi lempung di dataran banjir atau danau yang dalam akan membentuk lapisan-lapisan tipis berbentuk paralel (parallel lamination) dari endapan lempung yang jatuh oleh gaya gravitasi.

Pembentukan Struktur Ripple dan Dune Selain itu, aktivitas organisme juga berpengaruh pada pembentukan struktur sedimen. Pergerakan organisme yang hidup disekitar lingkungan pengendapan sedimen akan membentuk struktur-struktur seperti jejak, alur dan bekas-bekas kehidupan lainnya. Seperti jalur yang dibentuk siput-siput dipantai maupun danau akan dapat merusak struktur gelembur gelombang yang dibentuk oleh ombak. Pada kondisi arus traksi yang mengalir terus menerus seperti pada sungai, pergerakn sedimen yang dibawa oleh air akan terus berlangsung, khususnya sedimen yang ada pada kolom air dan bergerak pada dasar aliran sungai (bed load sediment). Hal tersebut akan membentuk struktur sedimen silang siur (cross bedding) karena pergerakan sedimen yang terus bergerak mengikuti arah aliran arus.

Bentuk perlapisan sedimen Dalam sebuah aliran arus turbulenatau arus densitas dimana fluida pembawa bercampur dengan sedimen dan mengalir mengikuti kemiringan lereng hingga mencapai posisi stabil seperti pada longsoran bawah laut, longsoran bawah danau ataupun alluvial fan sedimen akan di endapkan pada suatu kondisi dimana arus tidak lagi bergerak. Proses pengendapan yang mengikuti gaya gravitasi menyebabkan sedimen yang berukuran kasar akan mengendap lebih dulu karena faktor gaya berat yang dimilikinya dan sedimen berukuran paling halus akan mengendap terakhir sebagai suspensi. Proses ini akan membentuk endapan sedimen dengan struktur graded bedding yang menghalus keatas (fining upward). Struktur sedimen seperti silang siur (cross bedding), gelembur gelombang (ripple marks) dan gradasi perlapisan (graded bedding) digunakan dalam studi stratigrafi untuk menentukan posisi sebenarnya dari lapisan geologi yang kompleks dan untuk mempelajari lingkungan pengendapannya.

Beberapa variasi struktur sedimen

C. Pengendapan Material yang terbawa oleh erosi setelah menempuh jarak tertentu akan diendapkan. Endapan itu lamakelamaan akan mengalami proses pengendapan. Hasil sedimentasi menghasilkan batuan sedimen setelah mengalami proses diagenesa. 1. Pengendapan secara mekanik Batuan sedimen hasil dari pembentukan secara mekanik dapat dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa oleh air, angin, atau ombak dan diendapkan di tempat lain yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan yang kompak. Pengendapan dapat terjadi di manamana, baik di daratan (tepi rawa, danau), pantai, dan di bawah permukaan laut. 2. Pengendapan secara kimiawi Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal hanya kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam, misalnya garam, gips, dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan atau tumbuhan) karena terbentuk pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi sehingga tidak ada kehidupan. 3. Pengendapan secara biologis (organik) Batuan sedimen yang terbentuk oleh adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan. 5. Lingkungan Pengendapan Dalam geologi, lingkungan pengendapan sedimen dijelaskan sebagai kombinasi proses fisika, kimia dan biologi yang terkait dengan pengendapan sedimen tertentu dan akan terekam dalam batuan setelah litifikasi. Lingkungan pengendapan akan berkaitan secara spesifik dengan jenis batuan tertentu atau dapat dikaitkan dengan jenis batuan sesuai analog yang ada. Selanjutnya akan kembali pada saat sedimen tersebut diendapkan, walaupun tidak semua analog modern masih dapat ditemukan pada saat sekarang ini. Pada dasarnya lingkungan pengendapan dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan keterdapatannya yaitu, darat, transisi dan laut. Selain itu kita juga mengenal lingkungan glacial dan evaporite sebagai lingkungan pengendapan sedimen. Selanjutnya kita dapat membagi lingkungan pengendapan tersebut berdasarkan lingkungan yang ada pada masa sekarang dimana sedimen dapat terendapkan. A. Darat  Alluvial fan adalah lingkungan pengendapan sedimen yang terbentuk akibat proses longsoran yang disebabkan oleh beban air dan atau aktifitas patahan yang menyebabkan sedimen lepas longsor mengikuti arah lereng dan membentuk kipas.  Sungai dapat menjadi lingkungan pengendapan karena didalamnya terjadi proses sedimentasi mulai dari erosi hingga pengendapan sedimen bada bagian-bagian sungai tersebut. Proses pengendapan dapat terjadi pada jenis sungai meandering maupun braided.  Danau dapat menjadi lingkungan pengendapan karena bentuk danau yang merupakan cekungan yang terisi air menciptakan kondisi sebagai tempat akumulasi sedimen. B. Transisi  Pantai adalah lingkungan pengendapan sedimen dimana laut dan darat bertemu sehingga terjadi pencampuran sedimen dari darat dan laut.  Pasang surut, adalah lingkungan pengendapan yang terbentuk dari batas pasang naik air laut hingga batas surutnya air laut.  Laguna adalah lingkungan pengendapan didaerah transisi dimana air laut masuk hingga kedaratan dan terjebak pada suatu bentuk cekungan dibelakang pantai atau dibatasi oleh barrier yang terbentuk oleh terumbu karang. C. Laut Pada lingkungan laut, lingkungan pengendapan sedimen diklasifikasikan berdasarkan kondisi kontur kedalaman dari laut tersebut (bathimetry). Secara umum dapat dibagi menjadi beberapa lingkungan yaitu zona muka pantai (shoreface) yaitu bagian yang dimulai dari garis yang selalu digenangi air laut hingga kedalaman 20 meter, zona transisi lepas pantai (offshore transition zone) yaitu bagian diantara muka pantai dengan lepas pantai yang umumnya merupakan bagian slope antara pantai dengan laut lepas, umumnya berada pada

kedalaman 20 hingga 50 meter dan zona lepas pantai (offshore) yang merupakan bagian yang tidak lagi dipengaruhi oleh aktifitas sedimentasi pada pantai dengan kedalaman lebih dari 50 meter.

Lingkungan Pengendapan Sedimen Klastik 6. Sedimentologi Lapangan Kegiatan studi sedimentologi dilapangan dapat dilakukan dengan pengamatan langsung. Proses yang berlangsung mulai dari pembentukan sedimen, erosi, transportasi hingga pengendapan dapat kita amati secara langsung karena prosesnya terjadi secara terus menerus di alam. Hal ini juga menjadikan sedimentologi sebagai bagian dari kajian geologi yang benar-benar mengikuti prinsip “The Present is The Key to The Past” karena prosesnya berlangsung saat ini juga terjadi pada masa lalu. Proses pelapukan dan erosi dapat kita temukan pada batuan-batuan yang tersingkap dipermukaan dan mengalami kontak dengan media transportasi seperti air dan udara. Transportasi sedimen dapat diamati pada aliran-aliran sungai, pantai, danau atau juga pada daerah dengan iklim kering yang sedimennya dikontrol oleh media angin. Pengendapan sedimen yang terjadi pada berbagai lingkungan baik darat, transisi maupun laut dapat kita amati dengan mudah. Pada tahap selanjutnya dalam kegiatan studi sedimentologi dilapangan, umumnya dilakukan pengamatan pada sedimen maupun batuan sedimen yang telah terendapkan dan atau telah mengalami diagenesa menjadi batuan sedimen. Berdasarkan pengamatan tersebut kita akan dapat menemukan berbagai hasil dari proses sedimentasi yang tercermin dari endapan sedimen atau batuan sedimen itu sendiri. Pengamatan singkapan batuan sedimen atau inti sedimen (core) adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh ahli atau mahasiswa geologi. Pengamatan singkapan akan menjelaskan mengenai kondisi geologi baik itu jenis litologi, kondisi struktur geologi serta aspek-aspek geologi lainnya yang menjadi kajian dari ilmu geologi itu sendiri. Pengamatan inti batuan atau inti sedimen dilakukan terhadap suatu kondisi yang tidak memungkinkan untuk mengamati batuan atau sedimen secara langsung di singkapan, oleh karena itu maka di ambil sampel batuan dengan melakukan pemboran inti batuan atau pengambilan inti sedimen untuk material sedimen yang bersifat lepas. Pengamatan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada pengamatan singkapan, hanya saja ukuran dan kondisi geologinya tidak selengkap yang bisa ditemukan pada singkapan batuan. Dalam kajian sedimentologi sendiri, pengamatan singkapan maupun inti sedimen dilakukan untuk menginterpretasi kondisi sedimen dan proses sedimentasi yang telah terjadi, jenis batuan asal sedimen (provenance) maupun mekanisme pengendapan dan diagenesanya. Secara umum dalam sebuah pengamatan singkapan maupun inti sedimen untuk kajian sedimentologi akan dibuat sebuah kolom vertikal atau log yang menjelaskan tentang fitur-fitur serta karakter sedimen yang dapat ditemukan pada singkapan tersebut. Penggambaran kolom vertikal atau yang juga biasa disebut kolom profil sedimen menjelaskan tentang kondisi perlapisan sedimen, ukuran butir, bentuk butir, sortasi, kemas, sturktur sedimen, komposisi mineral penyusun, keterangan warna serta fitur-fitur lain yang dapat di amati pada singkapan maupun inti sedimen tersebut. Penggambaran kolom profil sedimen pada singkapan umumnya bertahap berdasarkan ukuran atau skala singkapan itu sendiri, mulai dari keseluruhan singkapan atau singkapan secara umum hingga detail perlapisan sedimen yang dapat diamati karakternya.

Pembuatan Kolom Profil Sedimen pada Singkapan Penggambaran kolom profil sedimen pada pengamatan singkapan menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan karakter yang di amati mulai dari jenis litologi, sturktur sedimen, jenis kandungan organik dan sebagainya.

Simbol-simbol yang Umumnya Digunakan dalam Penggambaran Kolom Profil

Contoh Kolom Profil Sedimen Referensi Boggs, Sam Jr., 2006, “Principles of Sedimentology and Stratigraphy : Fourth Edition”, USA : Pearson Prentice Hall. Brenchley, P.J., 1985, “Sedimentology Recent Development and Applied Aspect”, United Kingdom : Univercity of Bristol. Midleton, V. Gerard, 2003, “Encyclopedia of Sediment and Sedimentary Rocks : Sedimentology, History”, Canada : Springer Nichols, Gary, 2009, “Sedimentology and Stratigraphy : Second Edition”, United Kingdom : Wiley-Blackwell Publishing. Reading, G. Harold, 1996, “Sedimentary Environtment : Processes, Facies and Stratigraphy”, United Kingdom : Blackwell Publishing Limited Seclley, C. Richard, 2000, “Applied Sedimentology”, United Kingdom : Royal School of Mines Tucker, M.E., 1996, “Sedimentary Rocks in the Field”, Chichester : John Wiley & Sons, (p. 135) Wikipedia.org, “Erosi”, http://en.wikipedia.org/wiki/Erosi Wikipedia.org, “Sediment”, http://en.wikipedia.org/wiki/Sediment Wikipedia.org, “Sedimentology”, http://en.wikipedia.org/wiki/Sedimentology

More Documents from "Celvin Betoky"