School Kakumei Chapter 4

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View School Kakumei Chapter 4 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,355
  • Pages: 7
Title : スクール

革命 / School Kakumei / School Revolution

Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—) Rating : PG-15 Pairing : Boa ♥ Jaejoong Location : Japan Cast : Boa, TVXQ, TOP, Lina, Kwon Soonhwon, Kwon Soonuk Length : series Genre : romance, school drama, complicated Language : Indonesian, Japanese (a little) A/N : The title was taken from Hey!Say!JUMP’s song

CHAPTER 4 Can't Let Go >Boa’s PoV<

“Sugoi yo, Boa! Mite te!” kata Soonuk-niichan sambil menyerahkan koran pagi padaku. Aku yang sedang membersihkan meja makan langsung menghampirinya. “Nani?” aku mengambil koran dari tangannya. Begitu melihat aku langsung tau itu tentang apa. Foto orang-orang penting terpampang di depan, dan tentu saja ada keluarga Kim. Jaejung-senpai juga ada di situ. Dia terlihat berbeda dengan jas resmi. “Araaa! Mata Jaejung-kun no kazoku! Lagi-lagi keluarganya Jaejung-kun. Mereka benar-benar orang yang elit, ne?” kata okaasan sambil melihat koran itu juga. “Ma’, mungkin sebentar lagi dia bakal mutusin kamu, Boa. Orang se-ELIT itu mana mungkin mau bertahan lama dengan keluarga kita,” timpal Soonhwon-niichan sengit. Aku sudah biasa dengan dia. Dia selalu seperti itu. Berbeda dengan Soonuk-niichan yang selalu ramah padaku. Tapi aku sayang sama semua keluargaku. "Boa, kau dijemput," kata otoosan sambil menunjuk ke arah pintu dengan ibu jarinya. "Panjang umur dia," gumam Soonhwon-niichan. Aku langsung melepas celemek, menyambar tas, lalu buru-buru memakai sepatu dan menemui Jaejung-senpai di depan rumah. "Ohayou," sapaku. "Ah, ohayou... sa, ikou," ajak senpai sambil menggandeng tanganku. "Senpai?" "Hm?" "Kenapa senpai masih berjalan kaki ke sekolah?" tanyaku. Senpai tertawa. "Kenapa berpikir begitu?" senpai balik tanya. "Hm, biasanya kalau sudah jadi orang terkenal kan punya mobil sendiri, atau diantar jemput, gitu..." kataku. "Hahaha, tidak selamanya seperti itu kan? Lagipula kalau aku pakai mobil, aku tidak bisa bicara denganmu seperti ini. Lalu jarak rumah kita ke sekolah kan tidak jauh," kata senpai. Aku hanya mengangguk-angguk. Aku memandang wajah senpai dan entah mengapa jadi merasa lega punya pacar seperti dia. Dia terlihat berbeda sekali dengan senpai yang aku temui pertama kali di koridor dulu. Aku merangkul lengan senpai lebih erat. "Hari ini kamu manja sekali. Ada apa?" tanya senpai. "Iie, nandemonai desu," jawabku. Kami sudah sampai di halaman sekolah. Seperti biasa, setelah kami memasuki halaman, banyak suara berbisik-bisik membicarakan kami. Aku sendiri tidak tau apakah mereka membicarakan yang baik atau yang buruk. "Jaejung-senpai!!!" panggil beberapa cewek kelas 1 sambil menghampiri kami, ah, tepatnya menghampiri senpai. "Hai?" tanya senpai. Cewek-cewek itu mengeluarkan foto senpai—yang sepertinya diambil dari majalah politik—dan menyerahkan pena. "Tolong tanda tangani ini," kata salah seorang cewek sambil memandangku sebal. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

"Ano saa... ore wa haiyuu to moderu janai. Aku bukan aktor, juga bukan model, tau," kata senpai. "Ja ne!" Lalu senpai menggandengku pergi dari situ. Dan yang membuatku heran, cewek-cewek itu bukannya marah pada senpai, malah berseru, "KAKKOIIII........." "Mendokusai, ano kanojo wa, menyebalkan sekali cewek-cewek itu," kata senpai. "E? Nanda?" "Dakara, haiyuu janakute. Aku bukan aktor," gumam senpai. "Hahaha, senpai... kakkoii dakara. Itu karena senpai keren," kataku jujur. "Huh, mereka tidak begitu waktu aku masih suka melanggar peraturan. Mereka mendekatiku hanya karena aku anak otoosama," kata senpai. "Sudah ya, sampai nanti istirahat. Di tempat biasa" "Hm" jawabku sambil tersenyum. Aku masuk kelasku dan langsung disambut teman-temanku. "Aaa, Boa-chan... bagaimana hubunganmu dengan Jaejung-senpai?" "Kalian sudah ngapain aja?" "Jae-senpai kalo di luar gimana sih?" Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mereka. "Sore wa HI-MIT-SU... itu rahasia," jawabku singkat. "Sasuga Boa-chan... bisa pacaran dengan direktur utama perusahaan Aoba," kata salah satu temanku.

Ah, ternyata benar kata senpai. Mereka mengenal senpai hanya sebagai anak dari direktur utama perusahaan besar. Padahal senpai juga pintar. Bahkan lebih pintar dari aku. Tapi yang dikenal karena kepintarannya hanya aku, bukan senpai. Huh, kenapa dunia ini begitu tidak adil ya?

Seperti biasa, pulang sekolah aku ke langsung ke kelas senpai. Karena senpai tidak ada di depan kelasku, jadi pasti senpai belum keluar dari kelas. Benar saja, waktu aku ke kelasnya, memang sih tidak ada sensei, tapi mereka semua berkelompok seperti berdiskusi. Aku mengintip di depan pintu. "Hora! Lihat! Boa-chan!" seru salah seorang cowok. Aku hanya tersenyum canggung. Mataku mencari-cari sosok senpai. "Cari Jaejung ya? Daripada sama dia mending sama aku aja," goda salah seorang cowok. "Hoi, hoi, nanti kamu dipukuli Jaejung kalau macam-macam sama Boa!" seru temannya yang lain. "Sou da yo! Benar!" kata seseorang di belakangku. Aku menoleh. "Senpai. Dari mana?" tanyaku. "Toilet," jawabnya singkat. "Hoi, hoi, aku saja tidak pernah memanggilnya 'BOA-CHAN'..." kata Jaejung-senpai ke teman-temannya sambil berjalan ke bangkunya. "Hahaha, iya juga. Boa-chan. Kenapa kau tidak memanggilnya 'darling'? Biar tambah mesra..." kata teman senpai. "Hummm, senpai bilang aku harus memanggilnya 'senpai'.... tapi dia sendiri hanya memanggilku dengan 'omae' atau 'oi'!" kataku sambil berpikir. Teman-teman senpai tertawa. "Dia memang begitu dari dulu. Dia hanya memanggil nama seseorang kalau ada perlunya," kata Yunho-senpai. "Ii wa, ii wa... jangan ganggu pacarku lagi, ok! Ja ne!" kata senpai sambil menggandengku pergi. Kami berjalan pulang, tapi di tengah perjalanan, senpai memperlambat langkahnya. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

"Boa, kamu ada tugas?" tanya senpai. "Ada, nanda?" jawabku. "Ke sana yuk. Dari dulu aku pengen ke sana," kata senpai sambil menunjuk sebuah toko es krim.

Lima menit kemudian, kami sudah duduk bersebelahan menunggu pesanan es krim. Di meja kami sudah ada buku tulis dan pelajaran. Oh jadi ini kenapa senpai menanyakan ada tugas atau tidak. Awalnya aku bingung. Kalau aku ada tugas, kenapa dia malah mengajakku ke toko es krim. "Ne, senpai... apa tidak merepotkan?" tanyaku khawatir. "E? Santai saja, uangku masih ada kok," kata senpai sambil menulis di bukunya. "Bukan itu... kalau es krimnya jatuh ke buku bagaimana?" Senpai berhenti menulis dan menoleh padaku. "Iya juga ya, aku sama sekali tidak memikirkan itu," gumam senpai. Setalah kami merapikan bukubuku, es krim datang. Tiba-tiba di luar hujan deras. "Senpai, ame da yo... hujan..." kataku sambil menunjuk ke jendela. "Aaah, iya juga. Kenapa tiba-tiba sekali sih? Padahal sudah satu bulan ini tidak hujan. Aneh ya, padahal ini sudah memasuki musim panas," kata senpai sambil mencari-cari sesuatu di tasnya. "Yabai!!! Kasa wasureteta! Gawat, aku lupa bawa payung..." kata senpai. Dia menoleh padaku. Aku tau dia mau bilang apa. "Gomen ne, senpai... aku juga lupa bawa payung..." kataku. "Maa ii wa. Kita berteduh di sini sampai..." Suara senpai teredam oleh suara petir. "GYAAAAA... kowaaai..."aku otomatis berteriak sambil menutup telinga dengan kedua tanganku. Senpai tertawa. "Warau janakute yo, senpai!!! Jangan tertawa," seruku. "Daijoubu, daijoubu... kita sekarang kan ada di dalam," kata senpai tenang. Mou, senpai wakaranai. Senpai tidak tau sih. Aku takut sekali sama petir. Aku tidak berkata apa-apa dan hanya memandang senpai mengerjakan tugasnya. Belum lima menit, ada kilat diikuti petir. "HUWAAA... YAPPA KOWAI ANO KAMINARI!!! Sudah kubilang petir itu menakutkan," kataku sambil menutup mata dan telinga lagi. Tiba-tiba tanganku ditarik pelan oleh tangan senpai dan digenggamnya erat. "Daijoubu yo... kowakunai... tidak usah takut," kata senpai pelan. Aku menatap mata senpai—yang juga menatapku—dan aku mendekati senpai kemudian menciumnya. Tanpa peduli status, tanpa peduli mata yang memandang, tanpa peduli apa yang akan terjadi ke depan.

Keesokan paginya aku dikejutkan dengan berita di semua media massa. Saat itu aku baru bangun tidur ketika terdengar suara niichan dari bawah. Aku langsung turun. "Ohayou, niich—" "BOA, KONO SHASHIN WA OMAE, DAROU?!" tanya Sonnhwon-niichan sambil menunjuk-nunjuk foto di sebuah koran.

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

"Naniii? Aku akhir-akhir ini tidak ikut olimpiade, kok..." kataku sambil mengambil koran yang ditunjuk nii-chan. Begitu melihat rasanya aku seperti benar-benar tersambar petir. Ini kan fotoku dengan Jaejungsenpai. Ini pasti di toko es krim kemarin. Bahkan ketika kami berciuman pun dipotret. Siapa yang berani-beraninya memotret kami?! Ini kan pribadi. Aku bergegas ganti baju dan keluar rumah. Ini harus diluruskan!!! "Chotto matte, Boa!" cegah niichan saat aku memakai sepatu. "Nani yo, nii-chan? Ini gawat, aku harus bicara pada orangtua senpai. Pasti senpai akan dapat masalah," kataku terburu-buru. "Pakai ini," kata niichan sambil menyerahkan kacamata dan topi. "Dan ikat rambutmu!" lanjutnya sambil menguncir rambutku berantakan. "Aaah, aku bisa melakukannya sendiri," kataku sambil menarik karet yang diikatkan ke rambutku. "Kau harus menyamar, karena pasti di rumah bocah itu ada banyak wartawan," kata niichan. "Hai, arigato, niichan. Bye," aku langsung berlari ke rumah senpai. Ini hari pertama liburan musim panas, pasti senpai ada di rumahnya. Benar kata nii-chan. Banyak wartawan yang menyerbu rumah Jaejung-senpai. Aku buru-buru mengeluarkan notes, menyamar jadi wartawan juga, lalu ikut berdesakan dengan wartawan lain. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda munculnya senpai ataupun keluarganya. Sebisa mungkin aku mendekati kamera pengawas agar senpai bisa melihatku dan membukakan gerbangnya. Tapi kalau dipikir-pikir itu mustahil, dengan banyaknya wartawan yang ada di depan rumahnya.

Seketika aku berpikir untuk pulang dan menelpon dari rumah. Baru saja aku berbalik, terdengar suara bersemangat para wartawan. Gerbang sudah dibuka. Mereka menerobos masuk dan aku pun terseret. Buru-buru aku keluar dari kerumunan wartawan dan bersembunyi di salah satu semak. Ah, itu senpai!!! Dia berteriak pada para wartawan. "Terima kasih atas artikel kalian yang sangat menyusahkan itu, dan saya mohon untuk menghormati masalah pribadi saya! Sekarang saya mohon Anda semua keluar dari rumah ini," "Jaejung-sama, jadi benar Anda pacaran dengan cewek pintar itu?!" "Sejak kapan Anda menjalin hubungan dengan Boa-san?" "Apa yang menarik dari Boa-san sehingga Anda mau jadi pacarnya?"

Jaejung-senpai tidak menanggapi pertanyaan itu. Beberapa saat kemudian polisi menyerbu dari gerbang dan mengusir para wartawan. Untung saja aku bisa menyelinap. Setelah beberapa menit, akhirnya senpai mendekati gerbang dan mengucapkan terima kasih pada para polisi. Setelah pintu gerbang ditutup, aku keluar dari semak-semak, masih memakai topi dan kacamata. "Hei, kenapa masih ada di sini? Mau kupanggilkan polisi?!" bentak senpai. Aku melepas kacamata dan topiku. "Ini aku, senpai..." "B, Boa... douyatte koko ni iru? Bagaimana kamu bisa masuk?" tanya senpai sambil menarikku. "G, gomen," kataku pelan. "Kalau kamu ketauan bagaimana?!" kata senpai marah. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

"A, aku hanya ingin bertemu otoosama dan menjelaskan semuanya," kataku. "D, demo... kalau kau bertemu otoosama..." "JAEJUNG!!!" panggil ayah senpai dari depan pintu. "H, hai..." jawab senpai sambil mengajakku masuk.

Kami berjalan masuk dengan takut-takut. Sepanjang jalan aku hanya menunduk. Rasanya lama sekali seakan aku berjalan sepanjang 5 kilometer. Akhirnya kami sampai di ruang tamu. Setelah kami duduk dan disuguhi minuman, otoosama langsung menoleh padaku dan berbicara. "Boa-san, kamu pasti mengerti bagaimana status dan keadaan Jaejung sekarang," kata otoosama. Aku diam saja. "Dengan adanya berita seperti ini, tentu saja menimbulkan kerugian di pihak kami maupun pihak Boa-san. Nama keluarga kami sekarang sudah dikenal orang se-Jepang. Kamu pasti mengerti betapa sulitnya kalau..." "WAKARIMASHITA! BAIKLAH, SAYA AKAN PUTUS DENGAN SENPAI," kataku keras. Sebenarnya aku tidak bermaksud sekeras itu. Jaejung-senpai langsung menoleh padaku dengan terkejut. "D, demo..." aku memotong Jaejung-senpai. "Senpai, tolong pikirkan nama baik keluarga senpai kalau masalah ini terus berlanjut. Masalah ini akan berlalu dan kalau kita putus, tidak akan ada lagi berita yang menyusul," kataku berat. "Benar kan, ojisama?" tanyaku pada ayah senpai. Beliau hanya mengangguk setuju. "Otoosama! Semua bisa kita selesaikan tanpa aku harus putus dengan Boa," kata senpai. Aku mengerti, senpai. Aku juga tidak mau putus dengan senpai. Aku masih sayang sama senpai. "Jaejung, kamu kan mengerti kedudukanmu sekarang. Kamu tidak usah pikirkan pacaran dulu, nanti kalau sudah waktunya, otoosama akan mencarikanmu gadis yang sederajat denganmu," kata otoosama benar-benar menusukku. Jadi aku dan senpai beda kedudukan? Maksudnya aku dan senpai tidak pantas? "KETERLALUAN!!! BERANI-BERANINYA OTOOSAMA MENGHINA BOA DI DEPANKU DAN DIDEPANNYA!" teriak senpai yang sekarang berdiri. "Ah, bukan begitu, Jaejung..." ayah senpai terlihat salah tingkah. Aku tidak tahan dan menangis. "MO II!!! BAIKLAH KALAU BEGITU, AKU MAU KELUAR DARI SINI!!! AKU MUAK DI KELUARGA INI!!!" senpai menarikku dan berlari keluar dari rumah.

Sekarang kami ada di rumah, dan aku masih saja menangis. Kami sudah menceritakan pembicaraan kami tadi ke orangtuaku dan senpai ditawari menginap di rumahku—walaupun Soonhwon-niichan sedikit sebal. Tengah malam ini kami duduk berdua di ruang keluarga. Menatap meja di depan kami dan diam tak berkata apa-apa. "Senpai" "Boa" Kami memanggil bersamaan. "Kamu dulu..." kata senpai. Aku memandang senpai yang wajahnya terlihat sangat lelah. Lalu menunduk lagi. "Gomen ne," ucapku.

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

"Bukan salahmu. Otoosama yang terlalu memaksakan kehendak," kata senpai sambil menggeleng. "Ano saa... arigato... sudah diijinkan menginap di sini." "Iie," aku menggeleng. "Mereka tau aku di sini," kata senpai. Aku mengangkat kepalaku. "Tapi otoosama selalu memberiku kesempatan untuk menenangkan diri." "Senpai gomen, gara-gara aku keluarga senpai jadi susah," kataku. "Dakara, ini bukan salahmu," kata senpai. "Tapi kalau tidak pacaran denganku, senpai tidak akan susah seperti ini kan?" "Kalau aku tidak pacaran denganmu, lengkaplah kesengsaraanku," kata senpai. "Dengar, aku sangat senang kau jadi pacarku. Untuk alasan apapun, aku tidak akan memutuskanmu. Apalagi hanya karena berita itu. Harusnya mereka tidak mencampuri urusan pribadi orang lain," kata senpai panjang lebar. Setelah diam beberapa menit, senpai berdiri duluan. Aku juga ikut berdiri. "Oyasumi," kata senpai yang kemudian mencium dahiku. "O, oyasumi... senpai," balasku pelan.

Aku berbaring di tempat tidurku, tapi mataku tak kunjung ingin terpejam. Aku merasa sangat bersalah pada keluarga senpai. Aku tau senpai sekarang keluarga senpai sudah menjadi keluarga terpandang dan dihormati. Yang aku bingung aku sama sekali tidak berpikir hal ini akan terjadi.

Mengapa semua orang menyebutku pintar kalau nyatanya aku sebodoh ini dalam menghadapi hidup. Aku masih 16 tahun, tapi mengapa masalah selalu mendatangiku seakan-akan aku sudah cukup dewasa untuk menghadapinya? Aku sudah tidak sanggup lagi. Aku ingin fokus pada pendidikanku. Aku memang sangat sayang pada Jaejung-senpai. Tapi kalau aku terus pacaran dengannya, itu akan mengganggu dan menyusahkan keluarganya.

Apa aku putuskan saja senpai? Ah, tidak mungkin. Aku tau aku egois, tapi aku benar-benar tidak ingin berpisah dengan senpai. Mungkin senpai juga merasakan hal yang sama. Senpai pasti sangat tersiksa sekarang. Dengan dipaksanya dia jadi seperti yang diharapkan otoosama, senpai jadi tidak lagi bebas. Dia bilang setelah pacaran denganku, dia mulai bersemangat lagi. Namun sekarang... sekarang satu-satunya kebahagiaannya pun hampir dirampas darinya. Ne, senpai akankah kita putus?

Tanpa bisa kubendung, air mata menetes di pipiku.

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

Related Documents