School Kakumei Chapter 1

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View School Kakumei Chapter 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,994
  • Pages: 9
Title : スクール

革命 / School Kakumei / School Revolution

Author : Dila (di LA —SAFE, BoA-Indo, Sujunesia, TVXQ-Indo—) Rating : PG-15 Pairing : Boa ♥ Jaejoong Location : Japan Cast : Boa, TVXQ, TOP, Lina, Kwon Soonhwon, Kwon Soonuk Length : series Genre : romance, school drama, complicated Language : Indonesian, Japanese (a little) A/N : The title was taken from Hey!Say!JUMP’s song

CHAPTER 1 Somebody to Love >Jae PoV<

Aku bosan sekolah. Sama sekali tidak ada hiburan. Monoton. Jadi seperti biasa, aku membolos pelajaran. Penampilanku pun tidak pernah bisa serapi yang diharapkan sekolah. Kemeja kukancingkan mulai kancing ke-3. Celana kupakai sepinggang, dan lengan kemeja dan jas aku gulung. Bukan apa-apa, aku hanya ingin orang tuaku mengerti kalau aku lebih suka bebas.

Pagi ini aku sedang berjalan di koridor seperti biasa sambil mendengarkan musik dari iPod-ku. Pelajaran sudah dimulai. Tentu saja aku langsung keluar kelas, membolos. Dan aku mendengar samar-samar suara derap langkah terburu-buru, tapi aku tidak begitu memperhatikan. Aku mau belok kanan, ketika seseorang menabrakku.

BRUK!!! Kusooo… umpatku dalam hati. Kami terjatuh di lantai, dan yang mengejutkan bibir kami bersentuhan. Berani sekali dia!!!! Cewek yang menabrakku langsung bangkit dan merapikan barang-barangnya. Aku juga bangkit dan memandangnya dengan marah. “GOMENASAI, GOMENASAI!!!” kata cewek itu sambil membungkuk. Cewek itu langsung berlari pergi, tapi aku memegang pergelangan tangannya. “Hoi, chotto! Tunggu! Enak aja langsung pergi,” kataku sambil melepas earphone. “Gomenasaaai…” kata cewek itu pelan. “Namae? Namamu?” tanyaku kasar. Aku tidak suka kalau ada seseorang yang bersikap tidak sopan seperti itu. “Boa desu…” jawab Boa sambil menunduk ketakutan. “Yo, omae… kamu pikir kamu siapa, hah? Menabrakku seenaknya, plus bonus ciuman, pula! Dan hanya pergi dengan kata “gomenasai”?!” tanyaku marah. Sepertinya dia juga ikut marah. Ekspresinya tiba-tiba mengeras, dia mengangkat kepalanya dan membalas. “Bukannya aku tadi sudah bilang maaf?! Memangnya aku sengaja menciummu? YOU WISH!!!” kata Boa. Lalu Boa mengintip salah satu kelas yang rupanya kelasnya. Tapi dia tidak masuk. Dia kembali ke arahku dengan tampang cemas dan takut. “Doushite? Kenapa kembali?” tanyaku setengah sebal setengah geli. “Ssst…” kata Boa sambil meletakkan telunjuk di bibirnya, menyuruhku diam. “Kamu pikir aku akan masuk setelah telat 1 jam begini?! Aku mau bolos!” kata Boa. “Ckckck…” aku hanya geleng-geleng kepala. “Kamu sendiri? Tidak masuk kelas?” tanya Boa. “Omae wa kankeinai! Bukan urusanmu! Ja ne!” kataku sambil melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Boa dan memasang kembali earphoneku. Setelah keluar dari sekolah, aku baru sadar akan sesuatu. Aku berbalik dan mematikan iPod-ku. “Omae?! Kau?! Kenapa kamu mengikutiku?!” tanyaku sebal pada si cewek yang dari tadi membuntut di belakangku. Dia tersenyum nakal. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

“Watashi mo iku! Aku ikut kamu!” kata Boa dengan pedenya. “Naniiii?! Apa?! Kamu tuh ya! Udah cium orang sembarangan! Masih ngekor, lagi!” kataku dengan sebal. “Aku belum pernah bolos, tau! Kalau orang tuaku sampai tau bisa gawat. Makanya aku ikut kamu! Kamu sepertinya udah sering bolos,” ceritanya sambil memandangiku dari bawah ke atas. “Ck… shikatanai… apa boleh buat… Tapi aku nggak mau tau kalo kamu ilang lho!” kataku sambil terus berjalan. Aku menuju ke tempat membolos favoritku. Bukan di keramaian tentunya. Aku pergi ke lapangan di sebelah sungai dan jembatan. Biasanya di sana banyak anak kecil bermain bola, remote control, atau kalau sore ada yang bermain layangan. Bagaimanapun juga aku suka ketenangan. “Eee… sugoi ne, kono basho… tempat ini indah sekali… kamu sering ke sini?” tanya Boa sambil memandang ke seluruh lapangan. “Yaaah, tokidoki na… kadang-kadang…” jawabku sambil duduk di rerumputan. Boa juga berbaring di sebelahku. “Kimochiii…” teriak Boa. Tentu saja nyaman, kalau enggak, ngapain aku ke sini? batinku. “Enak juga sekali-kali tidak di depan buku pelajaran… ne?” tanya Boa. Yappari onna no ko ga… dasar cewek… suka bicara yang tidak penting seperti itu. Tiba-tiba ada bola yang melambung dan jatuh di sampingku. “Onii-chan!!!” panggil salah seorang anak sambil menghampiriku. “Ah, Chinen… hai, kore… ” kataku sambil bangkit dan mengambilkan bola untuknya. Boa juga duduk dan tersenyum pada Chinen. Chinen balas tersenyum. “Jaejung-niichan no kanojo?” tanya Chinen sambil menunjuk Boa. Hah? Bagaimana dia bisa berpikir kalau Boa pacarku?! “Kanojo janai, boke! Dia bukan pacarku, bodoh!” kataku sambil mengacak-acak rambut Chinen. “Sudah sana main lagi!” suruhku. Chinen berlari-lari ke arah teman-temannya. “Anata no namae wa… Jaejung, ka? Namamu Jaejung?” tanya Boa. Ah iya juga, kalau dipikir-pikir, aku belum menyebutkan nama. “Maaa,” jawabku sambil berbaring lagi. “Kawateru na… nama yang aneh…” gumam Boa. “Omae no namae mou kawaten da na! Namamu juga aneh!” kataku cuek. Memang namanya eneh kok! Aku meliriknya. Dia cemberut, lalu berdiri dan menghampiri anak-anak di bawah yang sedang bermain bola. Aku duduk lagi. Aish~ nani atenda ya ano aitsu? Dia mau ngapain lagi sih? Aku hanya melihatnya dari atas. Dia bermain bersama anak-anak itu. Hahaha… tampangnya saja seperti anak-anak. Pantas saja tadi waktu tidak sengaja ciuman dia langsung panik. 30 menit kemudian Boa kembali ke atas, duduk lagi di sebelahku. “Huwaaa, tsukaretaaa… capek sekali… Jaejung-kun, kamu bawa minum? Bento wasureteta… Aku tadi lupa bawa bekal,” tanya Boa. “Ambil aja di tas” Boa membuka tasku dan mengambil botol minumku. Ketika dia mengembalikan botol ke tasku, dia mengambil kamera digitalku. “Eee? Nani kore? Apa ini? Kamera? Wua, kelihatannya mahal. Untuk apa kamu bawa kamera ke sekolah?” tanya Boa. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

“Aku suka fotografi. Tapi orangtuaku tidak menyekolahkanku di sekolah fotografi dan memaksaku meneruskan perusahaan mereka,” ah, seperti bukan aku saja cerita begini. Apalagi pada cewek yang baru kukenal beberapa jam. “Oooh…” Boa tiba-tiba memotretku. “Nani at~” “Wuaaa, hasilnya bangus sekali,” kata Boa seperti anak kecil. Aku urung marah dan hanya tersenyum memandanginya.

Kemarin benar-benar hari yang aneh. Aku memandangi cellphone-ku. Kemarin kami bertukar nomor cellphone. Haha, dasar cewek aneh. “Jaejung-kun, kamu kenapa sih dari tadi bengong ngeliatin cellphone?” tanya Yunho. “Ah, iia’ betsu ni… nggak pa-pa…” jawabku sambil memandang ke jendela. Aku dan teman-temanku sekarang ada di kamar mandi lantai dua. Hari ini ada upacara penyerahan hadiah atau apalah, aku tidak tau. Dan kami berlima malas turun ke lapangan tentu saja… untuk apa berpanas-panas di lapangan hanya demi melihat seseorang diberi hadiah? “Sasuga Boa-chan…” kata Yuchun sambil geleng-geleng kepala, memandang kagum ke seseorang di lapangan. Begitu mendengar nama “Boa”, aku langsung menoleh. “Boa? Kamu tau Boa?” tanyaku kaget. “Shiranai, Jaejung-kun? Kamu nggak kenal dia?” tanya Junsu heran. Aku menggeleng polos. “Mite te… lihat itu…” kata Changmin sambil menunjuk ke arah lapangan. Sosok kecil Boa menerima hadiah dan penghargaan dari entah-siapa. “Nani? Ada apa?” aku masih belum mengerti. “Boa itu murid paling top se-angkatannya. Waktu tes masuk, nilainya paling tinggi. Apalagi dia cantik. Jadi angkatan kita, siswa kelas 2 jadi ramai membicarakannya,” cerita Yuchun. Aku memandang sosok itu lagi. “Heee, shiranai… aku tidak tau…” gumamku. “Tentu saja kamu nggak tau, kamu kan bolos terus,” kata Yunho. “Satu-satunya yang bikin kita berhenti bolos ya cuma Boa-chan…” kata Junsu sambil nyengir. “Iya, kira-kira selusin cowok ditolaknya tiap hari,” lanjut Yuchun. Jaejung benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa, cewek yang sangat dikagumi di sekolahnya kemarin ikut membolos bersamanya. Apalagi kemarin sempat ciuman, walau nggak sengaja sih. Huf, apa jadinya ya kalau satu sekolah tau kami pernah tidak sengaja berciuman? “Uuuh, dapat nomor cellphone-nya saja susah banget…” keluh Changmin. Aku makin salah tingkah. Masa’ sih Boa semahal itu? Lalu bagaimana aku bisa dengan mudah mendapatkan nomor cellphonenya? “Jaejung-kun, doushite?” tanya Yunho. “E? Nani?” tanyaku bingung. “Okashi yo saki kara… kamu aneh dari tadi…” kata Junsu. “Iia’, daijoubu…” jawabku tenang. Uh, bagaimana aku bisa cerita pada mereka tentang kejadian kemarin, coba?

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

Hari-hari berikutnya aku jadi tidak pernah membolos lagi. Aku benar-benar penasaran dengan Boa. apa benar dia idola sekolah? Dan rupanya aku menanyakan pertanyaan yang bodoh. Setiap dia jalan di koridor, banyak cowok yang melihat dari jendela kelas, bahkan keluar kelas. Hm, sampai saat ini aku belum pernah mengirim mail ke dia. Untuk apa? Aku tidak ada perlu dengannya. “Okashi na… aneh deh…” kata Changmin saat pulang sekolah. Kami berlima memegang kertas hasil tes Fisika. “Naze?” tanyaku sambil memandang nilaiku. Changmin juga ikut memandang nilaiku. ‘Kamu kan selama ini sering bolos… tapi kok nilaimu lebih bagus dari aku sih?” tanya Changmin kalem. “Saa… mana kutau,” kataku. Yunho, Junsu, dan Yuchun yang mendengar juga ikut tertarik dan melihat nilaiku. “USO!!!” teriak mereka bersamaan. Semua yang ada di lapangan memandang kami kaget. “Mana mungkin Jaejung dapat 9?!” kata Yunho. “Changmin aja dapat 8,9!” kata Yuchun sambil menoleh ke Changmin. “Sugoooi…” Junsu memandangku dengan kagum. Hm, aku juga nggak tau kenapa nilaiku bisa bagus. Padahal aku juga tidak pernah belajar. Bahkan seperti kata mereka, aku kerap membolos. Yah, mungkin bakat alam. Kami keluar dari pintu gerbang. Jalan di depan sekolah kami memang agak ramai, banyak mobil, sepeda, dan sepeda motor lewat. “Ssst, Boa-chan, Boa-chan!!!” bisik Junsu sambil menyikut-nyikut kami. Benar juga. Dia ada di seberang jalan. Berjalan sendirian. Dia melihatku dan tersenyum. “Dia senyum ke aku!!!” kata Junsu senang. “Ah, nggak! Dia senyum ke aku!!!” kata Yunho. Aku tersenyum geli melihat mereka bertengkar. Aku balas tersenyum ke Boa. Lalu dia menyebrang jalan. Dari sampingnya ada mobil yang melaju sangat cepat. Tanpa berpikir lagi, tanpa mendengarkan teriakan Junsu-tachi, aku langsung berlari dan menarik tangan Boa sampai aku terhantam ke pagar sekolah. Argh, itaaai… sakit banget. “A, arigatou…” kata Boa. Baka, dia tidak melepas tangannya dariku! Padahal Junsu-tachi kini menghampiri kami. “Iia, mondainai… nggak masalah,” kataku sambil melepas tanganku buru-buru. Boa memandang tanganku yang satunya dan mengangkatnya. “Kamu luka!” kata Boa. Mau tak mau aku mendengar nada cemas dalam kata-katanya. “Jaejung-kun, daijoubu? Boa-chan, daijoubu?” tanya Junsu. “Daijoubu,” jawabku. “Daijoubu janai!!! Kamu pasti kena paku! Ayo kembali ke sekolah, akan aku obati lukamu!” kata Boa sambil menarikku. Yunho, Yuchun, dan Changmin memandangku dengan iri. Junsu seperti biasa, terkagum-kagum. Selama perjalanan ke infirmary pun, semua memandang ke arah kami. Aku buru-buru melepas gandengan Boa. dia menoleh padaku. “Nani yo?” tanya Boa. “Aku bisa jalan sendiri, tidak usah digandeng!” kataku. Dia cemberut. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

“Hai, wakatta… douzo…” kata Boa sambil merentangkan satu tangannya ke depan. “Hah?” “Kalau tidak mau aku gandeng, kamu harus berjalan di depan,” kata Boa sambil mendorongku. “Kalau kamu tidak berjalan di depan kamu bisa kabur dan aku yakin akan hal itu karena kamu bukan tipe orang yang mengobati luka dengan bersih, dan karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku, maka sudah kewajibankulah untuk mengobatimu. Wakatta?” Boa berbicara cepat sekali sampai aku hampir tidak bisa menangkapnya. Aku hanya mengedikkan kepalaku sedikit sebagai jawaban. Heran, kenapa sih ada orang yang begini keras kepala? Padahal yang luka kan aku, bukan dia! Kami sampai di depan infirmary. Di pintunya ada tulisan “Yui-sensei sedang keluar sebentar, chotto matte kudasai” Aku baru saja mau berbalik dan memberutahunya kalau tidak ada orang ketika Boa sudah membuka pintu dan mendorongku masuk. “Yui-sensei wa inai, darou! Yui-sensei kan tidak ada!” kataku. “Ii wa, ii wa… Aku yang akan mengobatimu!” kata Boa sambil tersenyum. Justru itu masalahnya!!!!! Boa mengangkat tanganku dan membersihkannya dengan air. Wua, tangan Boa lembut sekali. AAAAH!!! IIA’!!! DAME DA!!! Dia terlarang! Kalau satu sekolah tau aku dekat dengannya, aku bisa dibunuh!!! “Nani, Jaejung-kun? Kowai yo anata no kao… wajahmu menakutkan,” tanya Boa. “Iia’, nandemonai…” jawabku salah tingkah. Aku memandanginya membersihkan lukaku dengan obat, dan aku baru sadar. “Soieba, omae… Kenapa kamu memanggilku “Jaejung-kun”???” tanyaku. “E? Nani ga okashi? Apa anehnya?” tanya Boa sambil memandangku. Tangannya masih memegang tanganku—yang kini mulai berkeringat. “”Jaejung-senpai”, darou? Kalau memanggil kakak kelas yang sopan dong!” kataku sebal. Boa terkejut dan menjatuhkan tanganku. Itaaai!!! Sakit banget! “Jaejung-kun ah, iia’… Jaejung-senpai wa ichinen janai? Kamu bukan kelas satu?” tanya Boa. “Janai yo! Udah, cepet obatin!” kataku sambil menyerahkan tanganku lagi untuk diobati. Boa memegang lagi tanganku dan memberinya obat yang sangat perih. “Anata mo… Kamu juga tidak pernah memanggilku dengan namaku. Kamu cuma bilang ‘omae?!’ toka, ‘oi’ toka…” kata Boa. “Masa ka… atashi no namae wa oboetenai? Jangan-jangan kamu tidak ingat namaku?” “Mana mungkin. Semua temanku membicarakanmu,” kataku sambil memandangi tangannya membalut lukaku. “Kalau begitu panggil namaku sekarang,” suruhnya. “Ck, ngapain sih?!” “Aku kan punya nama! Kau harus memanggil dengan namaku!” kata Boa keras kepala. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. “Sumimaseeen…” kata seorang cowok di balik pintu. Lalu pintu terbuka. Dia mendapati Boa memegang tanganku yang terluka. “Ah, gomen ne, Boa-chan…” kata si cowok. Dia mau menutup pintu tapi aku berdiri dan mencegahnya. “Ii wa, ii wa… ja, mata ne… sampai jumpa,” aku lalu menyambar tasku dan keluar dari infirmary. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

“Chotto matte! Tunggu sebentar,” cegah Boa. Aku berbalik. “Nani?” “Atashi mo iku… aku ikut,” kaa Boa sambil mengambil tasnya juga. “A, ano, Boa-chan… Tablo-sensei wa yonderu yo… kamu dipanggil Tablo-sensei,” kata si cowok. Dia membungkuk padaku, lalu pergi. “Ja!” kataku sekali lagi. Aku berjalan pulang sambil memandangi tanganku yang baru saja diperban Boa. Dasar anak aneh. Jangan-jangan dia punya kepribadian ganda. Di depanku dia terlihat biasa saja, tapi di depan sekolah, dia bersikap seperti “sulit dicapai”. Yah… aku sebenarnya jarang jatuh cinta. Belum ada cewek yang benar-benar mengerti aku. “Omae wa Jaejung, ka?” tanya seseorang memecah lamunanku. Aku menoleh. Lima orang berseragam berbeda denganku. Aku tidak menjawab. Hanya memandang mereka satu-satu. Aku benar-benar punya perasaan tidak enak tentang ini. Dan benar saja salah seorang dari mereka langsung memukulku dengan tinjunya. Aku melempar tasku dan membalas. Aku sudah biasa terlibat perkelahian. “Hoi chotto! Tunggu! Ini tentang apa sih sebenarnya?” tanyaku sambil meluncurkan bogemku ke salah seorang di antara mereka. Tidak ada yang menjawab. Kusooo, di saat tanganku terluka kenapa malah ada yang menyerangku?! Awalnya aku memang masih kuat dan bisa menghindari pukulan mereka. Tapi aku semakin kewalahan menghadapi 5 orang sekaligus. Beberapa menit kemudian aku sudah terkapar di atas kardus-kardus. Seluruh tubuhku terasa sakit. “Yo! Jangan dekati cewekku lagi!”kata salah satu dari mereka. “Kanojo? Cewekmu?” tanyaku pelan. “Boa wa ore no kanojo da!” kata si cowok. Dia lalu menendangku dan meninggalkanku. Beberapa menit kemudian aku masih tidak bisa bergerak. Samar-samar aku melihat beberapa orang menghampiriku. Kusooo… untuk apa mereka kembali lagi. “Yo, Jaejung-kun, daijoubu?” tanya sebuah suara yang kukenal baik. “Yuchun, ka?” tanyaku lemah. Salah seorang dari mereka mengelap darah dan keringatku. “Yunho-kun… douyatte koko ni iru? Bagaimana kamu bisa di sini?” tanyaku. “Ah, kami tadi mau ke karaoke, tapi ternyata penuh. Lalu kami melihatmu dikeroyok 5 orang. Kami mau bantu, tapi takut. Hehehe…” kata suara ceria Junsu. Kemudian segalanya menjadi gelap.

Ketika sadar, aku sudah ada di rumahku. Penglihatanku sudah sepenuhnya jelas. Yunho, Yuchun, Junsu, dan Changmin ada di kamarku dan melihat-lihat isi kamarku. Lukaku sudah dibalut dan diberi obat, tapi rasanya masih sakit semua. “Jaejung-kun, ceritakan kejadian tadi dong,” kata Changmin. “Aah… iia’… itu cuma gara-gara Boa tadi menggandengku. Pacarnya bawa teman dan aku dikeroyok,” kataku cukup santai. “USO!!! Bohong!” teriak mereka. スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

“Hontou da yo… beneran,“ kataku. “Emangnya Boa-chan punya pacar ya?“ tanya Yuchun. “Cuman gara-gara dia menggandeng Jaejung?” tanya Changmin tidak percaya. “Emang sih kita juga cemburu, tapi kok dia bisa sampe gitu ya?” tanya Yunho lebih pada dirinya sendiri. “Boa-chan kawaii dakara… Boa memang kawaii...” kata Junsu nggak nyambung. Hari itu kami habiskan dengan berdiskusi tentang kejadian tadi. Setelah malam, mereka pulang. Aku bilang mungkin aku besok tetap masuk. Yah, mungkin aku juga sudah tidak mau membolos lagi. Kalaupun aku membolos, orang tuaku tidak akan tau dan tidak akan peduli. Mereka baru saja pulang dan mereka sama sekali tidak menanyakan keadaanku. Orang tua macam apa itu?!

Paginya aku masuk sekolah dan ternyata kabar kalau aku dikeroyok pacar Boa sudah menyebar. Semua menanyaiku, tapi aku jawab dengan pandangan sinis. Yang bisa mengerti aku hanyalah keempat sahabatku itu. Saat jam istirahat, seperti biasa kami berbincang-bincang di atap sekolah. Changminlah yang berhasil membuat kunci duplikatnya. Daerah itu sebenarnya terlarang. Tapi entah kenapa hari ini Changmin lupa mengunci kembali pintunya. “Jaejung-senpai…” panggil Boa. Semua menoleh. “Mou, omae… Oh, kamu…” “Dakara, omae janai! Boa desu! Sudah kubilang jangan panggil aku “omae”! Namaku Boa!” kata Boa. “Maa ii. Sa, nanda? Ah sudahlah, ada apa?” tanyaku. “Gomenasai…” kata Boa sambil membungkuk. “Nani?” “Top memukulimu kan kemarin?” tanya Boa sambil mendekati kami berlima. “Top tee… dare? Top itu siapa ya?” tanya junsu polos. “Omae no kareshi ka? Pacarmu?” tanyaku. Boa mengangguk. “Dia selalu begitu kalau ada cowok yang mendekatiku,” kata Boa. “Aku tidak mendekatimu…” ada sedikit nada menuduh dalam suaraku. “Wakatteru… aku tau, makanya aku minta maaf,” kata Boa. Beberapa menit berlalu. Suara yuchun memecah keheningan. “Sa, dou suru? Jadi bagaimana? Kamu mau memaafkannya?” tanya yuchun. “Anooo, aku tidak berharap senpai mau memaafkanku, tapi aku janji tidak akan mendekati senpai lagi. Yakusoku yo!” kata Boa. Bel masuk berdering. “Sa, ikou… ayo masuk,” kataku tanpa memandang Boa. Keempat temanku kelihatannya khawatir. Bukan khawatir tentang aku, tapi tentang Boa. Selama pelajaran aku hanya melamun. Kalau dipikir-pikir aku sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah ini, dan aku sama sekali tidak bersalah. Harusnya benar, Boa yang harus minta maaf padaku. Aku jelas tidak terima dipukuli seperti ini untuk hal yang tidak aku lakukan. Boa itu aneh sekali. Padahal dia yang selama ini mendekatiku—dan dia menciumku, walaupun tidak sengaja. Dia

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

tau kalau aku bakal dipukuli sama pacarnya. Lalu kenapa dia tidak berhenti mendekatiku? Dan sekarang dia malah minta maaf. Ah, aku tidak mengerti jalan pikiran perempuan. “Jaejung-kun, daijoubu?” tanya Yunho yang duduk di sebelahku. “Aaa, daijoubu. Shinpai shinai de. Nggak pa-pa, nggak usah khawatir,” jawabku.

Di rumah pun aku tidak merasa baik. Aku memikirkan Boa. ini memang salahnya, tapi selama ini aku tidak keberatan dia ada di sampingku, dia dekat denganku. Malah bisa dibilang aku menikmatinya. Ore… ore wa suki na no? Kore wa ai da? Apa aku suka dia? Apa ini cinta?

スクール 革命 wrote by di LA @ dila-no-nikki.livejournal.com (SAFE, BOA-INDO, THE GRACE-INDO, TVXQ-INDO, SUJUNESIA, WONDERLAND INDO, etc)

Related Documents