AULIYA SAUMA (1102014050) SASARAN BELAJAR 1. MM KEDOKTERAN KELUARGA 1.1 DEFINISI Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care, yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) : 1. Promosi kesehatan 2. KIA 3. KB 4. Gizi 5. Kesehatan lingkungan 6. Pengendalian penyakit menular 7. Pengobatan dasar Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).
1.2 LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN Pada tahun 1923 Dr. Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah terkotak-kotak sehingga membutuhkan adanya dokter
generalis. Kemudian pada tahun 1960 pemuka-pemuka generalis mulai mendengungkan pentingnya generalis sebagai suatu spesialis hingga akhirnya pada tahun 1966 dipublikasikannya konsep bahwa generalis merupakan suatu spesialisasi baru ditingkat primer. Pada tahun 1978, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya “Health for All in 2000”, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam
pengembangan
perencanaan
pemerintah.
Program
tersebut
menitikberatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.
Sejarah Perkembangan Dokter Keluarga di Indonesia Pada bulan Juni tahun 1981 terbit Majalah Dokter Keluarga pertama. Redaksi MDK yang diketuai oleh dr. Biran Affandi sering mengadakan diskusi-diskusi mengenai konsep dokter keluarga hingga lahirlah sebuah kelompok diskusi yang dinamakan Kelompok Studi Dokter Keluarga (KSDK). KSDK kemudian menjadi badan kelengkapan IDI pada tahun 1982. Pada tahun 1986 diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia menjadi anggota organisasi dokter keluarga sedunia (WONCA) yang telah didirikan pada tahun 1972. Pada tanggal 20 Oktober 1990 Nama KSDK berubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI) dan Dr. Azrul Azwar, MPH terpilih menjadi Ketua Umum KDKI. Pada bulan Juni 1996 diadakan pelatihan dokter keluarga pertama di UI dan Unair dan pada bulan November 1999 pelatihan manajemen praktek dokter keluarga (paket A dan paket B) pertama dilakukan di 5 kota: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Dalam Kongres Nasional di Makassar 2006 didirikan Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga (KIKK) dan telah dilaporkan ke IDI dan MKKI (Persatuan Dokter Keluarga Indonesia, 2009).
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni: a. Pendayagunaan dokter pasca PTT b. Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat c. Menghadapi era globalisasi Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 916/Menkes/Per/VIII/1997
tentang Pelayanan
Dokter
Umum
yang
diarahkan menjadi pelayanan dokter keluarga. Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.
Dokter Keluarga di Indonesia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah. Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of
National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni: • Pendayagunaan dokter pasca PTT • Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat • Menghadapi era globalisasi Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upayaupaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan. Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu : Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga, Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga, Paket C: ketrampilan klinik praktis, Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.
1.3 PRINSIP PELAYANAN Prinsip pelayanan dokter keluarga adalah sebagai berikut :
1. Dokter kontak pertama (first contact) DK adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui pasien/klien dalam masalah kesehatannya 2. Layanan bersifat pribadi (personal care) DK
memberikan
layanan
yang
bersifat
pribadi
dengan
mempertimbangkan pasiensebagai bagian dari keluarga 3. Pelayanan paripurna (comprehensive) DK memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan,
dan rehabilitasi
dengan aspek fisik, psikologis, dans ocial budaya. 4. Pelayanan bersinambungan (continuous care) Pelayanan DK berpusat pada orangnya (pasient-centered) bukan pada penyakitnya(diseases-centered) 5. Mengutamakan pencegahan (prevention first) Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh DK dilaksanakan sedini mungkin 6. Koordinasi Dalam upaya mengatasi masalah pasien DK perlu berkonsultasi dengan disiplin ilmulainnya 7. Kolaborasi Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya, DK bekerjasamadan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang berkompeten 8. Family oriented Dalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya 9. Community oriented Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya (Persatuan Dokter Keluarga Indonesia, 2009)
1.4 STANDAR PELAYANAN Secara ringkas, yang dimaksud dengan dokter keluarga ialah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan lini pertama Artinya memberikan pelayanan pada strata primer, yaitu ditengah-tengah pemukiman masyarakat sehingga mudah dicapai. Setiap keluarga sebaiknya mempunyai dokter keluarga yang dapat mereka hubungi bila memerlukan pertolongan kesehatan. 2. Pelayanan
kesehatan/medis
yang
bersifat
umum
Artinya
memberikan pelayanan untuk masalah kesehatan atau penyakit yang tergolong umum dan bukan spesialistik. Pelayanan dokter yang bersifat umum juga dikenal dengan istilah berobat jalan walaupun kadang- kadang dapat pula diberikan di rumah untuk kasus tertentu misalnya pasien yang sulit berjalan. 3. Bersifat holistik dan komprehensif Holistik artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang sosial-budaya pasien yang mungkin berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat dari pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, radang saluran napas, radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit tersebut tidak ditangani secara holistik dan hanya terfokus pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak akan benar- benar berhasil disembuhkan. Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada pelayanan pengobatan atau kuratif saja, tetapi meliputi aspek lainnya mulai dari promotifpreventif hingga rehabilitatif. Misalnya, konseling, edukasi kesehatan, imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS dan rehabilitasi medik. 4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan Artinya, pelayanan kesehatan dilakukan terus menerus kepada pasien maupun keluarganya guna memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, hubungan dokter-pasien yang lebih kontinu atau sebagai
dokter
langganan. Hubungan yang berke- sinambungan itu menguntungkan karena menjadi lebih saling kenal dan lebih akrab sehingga memudahkan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien/keluarga tersebut. 5. Pendekatan Keluarga Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit sasaran pelayanan kesehatan daripada perorangan. Pasien umumnya merupakan anggota sebuah keluarga yaitu sebagai suami, isteri atau anak.
Pendekatan keluarga. mempunyai berbagai keuntungan terutama untuk dukungan yang diperlukan guna mengatasi masalah kesehatan. Misalnya seorang anak akan banyak memerlukan pengertian dan dukungan orang tuanya. Suami yang menderita hipertensi perlu dukungan isteri dan anaknya. Isteri yang sedang hamil, perlu dukungan suaminya dan banyak lagi contoh lain.
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
hanya
pelayanan
rawat
menyelenggarakan praktek dokter
jalan
saja.
Dokter
yang
keluarga tersebut tidak melakukan
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah atau pelayanan
rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.
Jika kebetulan
pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit. 2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit. 3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya
diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah
berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan sendiri pasiennya di rumah sakit.
kepada dokter keluarga untuk merawat
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan dokter keluarga meliputi: 1. Standar pelayanan paripurna Sifat paripurna pada kedokteran keluarga yaitu termasuk pemiliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperlihatkan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya Pencegahan penyakit dan proteksi khusus Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang tepat terhadap pasien dan keluarganya Kuratif medik Melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, atau perujukan
Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa
maupun sosial
Kemampuan sosial keluarga Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memeprhatikan
kondisi sosial pasien dan keluarganya
2. Standar pelayanan medis (standard of medical care) Pelayanan sebuah dokter keluarga harus sesuai dengan lege artis
Anamnesis Dengan pendekatan patient centered approach dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik, penunjang serta diagnosis dan diagnosis banding Melakukan secara diagnosis holistik
Konseling Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk pasien
Konsultasi Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman.
3. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care) Pelayanan yang diberikan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.
Rekam medik berkesinambung Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan
untuk
memaastikan
bahwa
penatalaksanaan
yang
diterapkan telah sesuai
Pelayanan efektif efisien Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya
Pendampingan Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga menawarkan kemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien
Pelayanan proaktif Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan
4. Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaiut peduli nahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya
Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki system untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya
Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelyanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.
5. Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupkan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran baik dari formal maupun informal.
Koordinator penatalaksanaan pasien kerja sama dengan dokter – pasien - keluarga, maupun bersama antara dokter – pasien – dokter spesialis / rumah sakit.
Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis
Mitra lintas sektoral medik Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perliaku
pasien
dan
kelaurganya
sebagai
masyarakat
yang
menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya. 1.5 KOMPETENSI Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006 berjudul “STANDAR KOMPETENSI DOKTER” yang menjabarkan dalam 7 area kompetensi :
1. Area Komunikasi efektif mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, teman sejawat, masyarakat dan profesi lain. 2. Area Keterampilan Klinis melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya. 3. Area landasan Ilmiah Ilmu kedokteran Mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum. 4. Area Pengolahan Masalah Kesehatan Mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara
komprehensif,
holistik,
bersinambung,
koordinatif,
dan
kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer. 5. Area Pengelolaan Informasi Mengakses,
mengelola,
menilai
secara
kritis
kesahihan
dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer. 6. Area Mawas diri dan Pengembangan Diri Melakukan
praktik
kedokteran
dengan
penuh
kesadaran
atas
kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung. 7. Area
Etika,
Moral,
Medikolegal,
dan
Profesionalisme
serta
Keselamatan Pasien Berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien (IDI, 2007).
Dokter keluarga memiliki 7 kompetensi dasar yang harus dimiliki, yaitu :
1. Memiliki kualitas komunikasi dan ketrampilan. 2. Memliki ketrampilan dan kompetensi dasar. 3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar lmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku danepidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga. 4. Keterampilan mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupunmasyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinir dan bekerja samadalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer 5. Berpikiran kritis dan memliki kemampuan management yang baik 6. Mau belajar sepanjang hayat 7. Memiliki etika, prilaku yang baik dan berprilaku professional. Memiliki ilmu dan ketrampilan klinis layanan primer cabang ilmu utama yaitu bedah, penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan anak, THT, mata, kulit dankelamin, psikiatri, syaraf, kedokteran komunitas, Memiliki ketrampilan klinis layanan primer lanjut : 1. Ketrampilan melakukan health screening 2. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut 3. Membaca hasil EKG 4. Membaca hasil USG 5. ACLS, ATLS, dan APLS 1.6 PERAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Sistem pelayanan kesehatan yang mememberikan pelayanan esensial (health care/primary care) Pelayanan Kesehatan Dasar (Primary Health Care) adalah pelayanan kesehatan esensial yang diselenggarakan berdasarkan tatacara dan teknologi praktis, sesuai dengan kaedah ilmu pengetahuan serta diterima oleh masyarakat, dapat dicapai oleh perorangan dan keluarga dalam masyarakat melalui peran aktif secara penuh dengan biaya yang dapat dipikul oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tahap perkembangan serta yang didukung oleh semangat kemandirian dan menentukan diri sendiri (WHO, 1978)
1.7 PERBEDAAN DOKTER UMUM DAN DOKTER KELUARGA
Dokter Praktek Umum
Dokter Keluarga
Cakupan Pelayanan
Terbatas
Lebih Luas
Sifat Pelayanan
Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan
Cara Pelayanan
Kasus per kasus dengan
Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
berkesinambungan sepanjang hayat
Jenis Pelayanan
Lebih kuratif hanya
Lebih kearah
untuk penyakit tertentu
pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi
Peran keluarga
Kurang dipertimbangkan Lebih diperhatikan dan dilibatkan
Promotif
dan Tidak jadi perhatian
Jadi perhatian utama
pencegahan Hubungan
dokter- Dokter – pasien
pasien Awal pelayanan
Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan
Secara individual
Secara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan