TUMOR OTAK
Program Studi S1 Keperawatan Khusus STIK STELLA MARIS MAKASSAR 2017
BAB I
PENDAHULUAN A. Latarbelakang Tumor primer otak terjadi sekitar 8 per 100.000 populasi umum. Puncak insidens terjadi pada dekade pertama dan dekade kelima atau keenam. Pada anak-anak, tumor otak merupakan kelompok tumor kedua yang sering ditemukan (setelah leukemia), dan keenam pada orang dewasa. Secara klinis terpaparkan sebagai tanda yang terlokalisasi akibat rusaknya jaringan atau akibat efek nonspesifik dari naiknya tekanan intrakranial. Klasifikasi berdasarkan asal sel dan derajad deferensiasi. Pada anak-anak, 70% terletak pada fosa posterior; sebagian besar merupakan tumor intrinsik, pada orang dewasa, 70% terletak supratentorial; tumor intrinsik dan ekstrinsik keduanya sering terjadi. Tumor metastasik lebih sering terjadi dengan bertambahnya umur, sebagian besar berupa karsinoma, yang mungkin membentuk deposit padat pada SSP atau tersebar melalui CSS, survival tergantung pada umur penderita dan letak, ukuran serta histologi n eoplasma. Tumor otak primer menunjukan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase keotak dari tempat-tempat lain.Pada makalah ini akan dibahas tentang tumor otak. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar
dapat
memperoleh
pengalaman
danmenanganipenyakit tumor otakpada pasien. 2. Tujuan Khusus
dalam
menerapkan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu : 1. Sebagai tugas mata kuliah Persyarafan 2. Sebagi sumber informasi
3. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khususnya bagi mahasiswa S1 Keperawatan mengenai Tumor Otak.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR MEDIK 1. Pengertian a. Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena adanya desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. b. Tumor otak adalah suatu lesi ekspasif yan bersifat jinak (benigna) maupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sum-sum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.
2. Anatomi fisiologi otak
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sum-sum tulang belakang. Otak adalah organ penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan, keterampilan motorik, visi, respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang mengatur tubuh kita. Otak
dapat
dibagi
kedalam
otak
besar
(cerebrum),
batang
otak(brainstem), dan otak kecil (cerebellum). a. Otak Besar (cerebrum) Cerebrum (supratentorial atau otak depan) terdiri dari belahan otak kanan dan kiri. Fungsi dari cerebrum ini meliputi : inisiasi gerakan, koordinasi gerakan, temperatur, sentuhan, penglihatan, pendengaran, penilaian, penalaran, pemecahan masalah, emosi, dan pembelajaran. b. Batang Otak (brainstem) Batang otak (garis tengah atau bagian tengah otak) termasuk otak tengah, pons, dan medulla. Fungsi daerah ini meliputi : pergerakan mata dan mulut, penyampaian pesan sensorik (panas, nyeri, keras dll), rasa lapar, respirasi,
kesadaran, fungsi jantung, suhu tubuh, gerakan otak tak sadar, bersin, batuk, muntah, dan menelan.
c. Otak Kecil (cerebellum) Otak kecil (infratentorial atau otak belakang) terletak dibagian belakang kepala. Fungsinya untuk mengkoordinasi gerakan otot sukarela untuk mempertahankan postur tubuh, keseimbangan, dan equilibrium. Secara lebih spesifik, beberapa bagian lain dari otak adalah : a. Pons Sebuah bagian yang terletak sangat dalam di otak, terletak di brainstem. Pons berisi banyak daerah kontrol untuk gerakan mata dan wajah. b. Medulla Bagian terendah dari batang otak, medulla adalah bagian yang penting dari seluruh otak dan merupakan pusat kontrol jantung dan paru-paru yang sangat penting. c. Saraf Tulang Belakang Merupakan sekumpulan besar serabut saraf yang terletak di bagian belakang yang memanjang dari dasar otak ke punggung bawah, saraf tulang belakang ini membawa pesan ke dan dari otak dan seluruh tubuh. d. Lobus Frontal Bagian terbesar dari otak yang terletak di bagian depan kepala, lobus frontal terlibat dalam karakteristik kepribadian dan gerakan. e. Lobus Parietal Bagian
tengah
otak,
lobus parietalis membantu
seseorang untuk
mengidentifikasi objek dan memahami hubungan spasial (dimana tubuh seseorang dibandingkan dengan benda-benda di sekitar orang tersebut). Lobus parietalis juga terlibat dalam interpretasi rasa sakit dan sentuhan pada tubuh. f. Lobus Oksipital
Merupakan bagian belakang otak yang terlibat dengan penglihatan g. Lobus Temporal Sisi otak, lobus temporal ini terlibat dalam memori, ucapan, dan indra penciuman.
3. Etiologi 1. FaktorPredisposisi 1) Herediter Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma dan astrocytoma dapat dijumpai pada anggota-anggota keluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit SturgeWeber (penyakit autosomal dominan,yang ditandai dengan hamartoma otak) yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktorfaktor hereditas yang kuat pada neoplasma. 2) Sisa-sisa sel embrional Bangunan-bangunan
embrional
berkembang
menjadi
bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi kraniofaringioma, terutama intrakranial dan kordoma. 2. FaktorPresipitasi 1) Radiasi Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan/degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi. 2) Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
3) Substansi-substansi karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methycholanthrone (penyebab tumor ganas) terdapat pada makanan, utamanya pada daging panggang yang dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, penyakit jantung dan juga tekanan darah tinggi. Nitroso-ethylurea juga merupakan substansi karsinogen. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 4) Trauma Trauma
yang
(neoplasma
berulang
selaput
otak).
menyebabkan Pengaruh
terjadinya
trauma
pada
meningioma patogenesis
neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
Klasifikasi Tumor Otakdapatdibagimenjadiduabagian 1) Berdasarkan Jenis Tumor a) Jinak (1) Acoustik Neuroma Merupakan tumor yang jinak dan pertumbuhannya lambat, yang timbul terutama dari bagian vestibular dari saraf kranial VIII. (2) Meningioma Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Tumor ini lebih sering ditemukan pada usia 40-50 tahun. (3) Pituitary Adenoma
Tumor yang jinak dan pertumbuhannya lambat, yang muncul dari sel-sel di kelenjar hipofisis. (4) Astrocytoma (grade I) Tumor yang pertumbuhannya lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda,
dapat
disembuhkan
secara
tuntas
dan
memuaskan. Namun demikian, apabila tumor tersebut menyerang pada tempat yang sulit untuk dijangkau maka masih dapat mengancam hidup. b) Ganas (1) Astrocytoma (grade II, III, IV) (a)Grade II (astrositoma difusa) Pertumbuhannya lambat namun dapat menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda. (b)Grade III (astrositoma anaplastik) Sering disebut sebagai astrositoma maligna, tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan disekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor ini berusia 40an. (c) Grade IV (glioblastoma multiforme) Tumor jenis ini tumbuh dan menyebar secara agresif, selselnya sangat berbeda dibanding sel yang normal. Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. (2) Obligodendroglioma Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi
bermakna
akibat
peningkatan
tekanan intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif. (3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi, tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reaksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk prognosisnya. 2) Berdasarkan Lokasi a) Tumor Supratentorial Hemisfer otak terbagi lagi : (1) Glioma (a) Glioblastoma Multiforme Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus kolosum. (b) Astrocytoma Astrositoma ialah neoplasma yang berasal dari sel-sel astrosit dan merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak maupun pada orang-orang yang berumur antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak karena kualitas dan lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang calvarium (c) Oligodendroglioma Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrocytoma tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi, biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda. (2) Meningioma Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar (broad base). Meningioma
merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura. Merupakan Tumor benigna, yang timbul pada orang dewasa menempati urutan kedua terbanyak. Dijumpai 50 % pada konveksitas dan 10 % pada basis kranii, selebihnya di foramen magnum, fossa posterior dan system ventrikules. Tumor ini terutama ditemukan pada usia 40 – 50 tahun. b) Tumor infratentorialterdiriatastigabagian (1) Schwanoma Akustikus Tumor yang berasal dari sel schwan saraf perifer. Terutama pada usia 30 – 50 tahun. Paling sering tumor ini timbul pada n.vestibulo koklearis .Gejala awal adalah gangguan nervus oktavus (tuli, tinnitus, vertigo). Disfungsi N.V, N.VII dan ataksia sebagai gejala lanjut. (2) Tumor Metastatis Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5%-10% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapa juga bermetastasis ke otak. (3) Hemangioblastoma Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.
4. Patofisiologi Tumor otak terjadi karena adanya poliferasi atau pertumbuhan sel yang abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel tersebut mempunyai deoxiribonukleat acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal
tidak
dapat
mengontrol
pembelahan
sel
sehingga
terjadi
pertumbuhan sel yang berlebihan. Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak ruangan yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku dan perubahan sirkulasi CSS, karena penekanan pada otak sehingga menyebabkan penekanan maskularisasi arteri dan vena timbul hipoksia, ischemia, hipoksemia, nekrosis, dan pecahnya pembuluh vena serta arteri di otak maka timbullah peningkatan tekanan intrakranial otak yang dapat menyebabkan : a. Pergeseran kandungan intrakranial menstimulasi hipotalamus untuk merangsang nosiseptor, timbulla respon rasa nyeri. b. Pergeseran
sistem
batang
otak
menstimulasi
medulla
oblongata
menyebabkan mual dan muntah. c. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papiledema. d. Herniasi unkus sehingga girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior menekan mesenchapalon, sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dari pasien. Pasien mengalami hemiparesis jika terjadi destruksi saraf motorik perifer, sel-sel kornu anterior sehingga teradi paralisis LMN (lower motor neuron) dan UMN (upper motor neuron), otot flaccid/lemah dan reflek tendon menurun yang menyebabkan perubahan persepsi sensori. Selain itu kerusakan nervous VII menyebabkan kerusakan pada hemisphere kiri kemudian akan timbul kelemahan otot wajah lalu pasien akan mengalami aphasia (hilangnya kemampuan ekspresi bicara) sehingga mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Persepsi
sensori
pengecapan
akan
mengalami
kerusakan
/
kemunduran sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam menelan. Dilatasi sel indolimf pada koklea mengakibatkan atrofi nervous VIII sehingga pasien mengalami vertigo dan perubahan persepsi sensori. Lesi traktus spinotalamikus lateralis kemudian berlanjut ke medulla spinalis, sistem kolumna dorsalis, medulla oblongata lalu menuju lemniskus medialis, thalamus, korteks parietalis sehingga menyebabkan stereognosis yang
menimbulkan perubahan proses berpikir dan grafestesia yang dapat menimbulkan resiko cedera
5. Manifestasi Klinik a. Gejala secara umum Perubahan mental yang ringan (psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa : mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif. 1) Nyeri Kepala Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut ditemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai adanya tumor otak. 2) Muntah Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor otak di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tidak disertai dengan mual. 3) Kejang Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila : a) Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun b) Mengalami post iktal paralisis
c) Mengalami status epilepsi d) Resisten terhadap obat-obat epilepsi e) Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien dengan astrocytoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
4) Gejala tekanan tinggi intrakranial Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan ditemukan papiledema. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese nervous VI akibat teregangnya Nervous VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala
fokal
maupun
lateralisasi
adalah
meduloblatoma,
spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebellum dan craniopharingioma. b. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi : 1) Lobus frontal a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemipharese kontra lateral, kejang fokal. c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinensia d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster hennedy e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala apasia 2) Lobus parietal a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori korikal hernianopsi homonym. b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s 3) Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hernianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahalui dengan aura atau halusinasi. b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala apasia dan hemiparese. c) Pada tumor yang terletak disekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonm. 4) Lobus oksipital a) Menimbulkan bangkitan kejang yang didahului dengan gangguan penglihatan. b) Gangguan
penglihatan
yang
permulaan
bersifat
quadranopia
berkembang menjadi hernianopsi, objeckagnosia 5) Tumor di ventrikel ke III Tumorinibiasanya
bertangkai
sehingga
pada
pergerakan
kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan
intrakranial
mendadak,
pasien
tiba-tiba
nyeri
kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran. 6) Tumor di cerebello pontin angie a) Tersering berasal dari nervous VIII yaitu acusticus neurinoma. b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran. c) Gejala ini timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel 7) Tumor hipotalamus a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari fenomena monroe. b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala : gangguan perkembangan seksual pada anak-anak, amenorrhe, dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan. 8) Tumor di cerebellum a) Umumnya di dapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi disertai dengan papil edema.
b) Nyeri kepala khas di daerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme dari otot-otot servikal 9) Tumor fossa posterior Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai nystacmus biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
6. Test Diagnostik a. CT Scan dan MRI Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak, atau salah satu tanda spesfik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya. b. Foto polos dada Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul (tonjolan padat) tunggal ataupun multiple pada otak. c. Pemeriksaan cairan serebrospinal Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga masker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses serebri). d. Biopsi stereotaksik Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis. e. Angiografi serebral Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral. f. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
7. PenatalaksanaanMedik a. Pembedahan Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali, pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi (diangkat). Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni : diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik. Berbagai cara dan teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman. b. Radiotherapi Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan terapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit disekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervous atau otot pectoralis, radang tenggorokan. c. Kemoterapi Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi, tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrocytoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan
berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif. Pemberian obat-obat anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan rambut, mudah terserang penyakit. d. Manipulasi hormonal Biasanya dengan obat golongan tamoxifen (anti estrogen diberikan secara oral) untuk tumor yang sudah bermetastase.
e. Terapi steroid Steroid secara drastis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Bisa juga diberikan anti kejang.
8. Komplikasi a. Edema serebral Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek massa yang mendesak (spaceoccupying). Edema serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sititoksik). b. Hidrosefalus Peningkatan intrakranial yang disebabkan oleh ekspansi massa dalam rongga kranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa. c. Herniasi otak Peningkatan intrakranial yang terdiri dari heniasi sentra, unkus, dan singuli. d. Epilepsi e. Metastase ke tempat lain
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
DS: adanya riwayat tumor otak dalam keluarga DO: b. Pola nutrisi dan metabolic DS: nafsu makan berkurang, mual, muntah, kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia DO: kesulitan menelan
c. Pola eliminasi DS: perubahan pola berkemih, seperti inkontenensia urin, anuria, distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan) DO: bising usus negatif (ileus paralitik) d. Pola aktifitas dan latihan DS: merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi, merasa mudah lelah. DO: gangguan tonus otot e. Pola tidur dan istirahat DS: merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat, sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda. DO: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot f.
Pola persepsi sensori dan kognitif DS : pusing, sakit kepala, kelemahan, penglihatan menurun, perasaan tidak berdaya dan putus asa. DO : gangguan tingkah laku, kehilngan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsangan visual, emosi yang labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri
2. Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d perubahan respon motorik b. Nyeri kronis b/d cedera neurologis c. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah d. Ansietas b/d kematian
3. Intervensi Keperawatan a. Ketidakefektifanperfusijaringanserebral b/d perubahanresponmotorik NOC: Perfusijaringanserebral, keadekuatanalirandarahmelewatisusunanpembuluhdarahserebraluntukme mpertahankanfungsiotakstatusneurologis,kemampuanpadasystemsarafperif erdansystemsarafpusatuntukmenerima, memproses, danberesponterhadap stimulus internal daneksternal. NIC: 1) Kajitingkatkesadarandanorientasipasien R/ untukmengetahuiapakahtingkatkesadaranpasiensudahmembaik 2) Pantau TTV pasien R/ untukmengetahuiperubahan TTV padapasien 3) Pantau tekananintrakranial (TIK) R/ untukmengukurdanmenginterpretasi data pasienuntukmengaturTik 4) Kajiresponmotorikterhadapperintahsederhana R/ Mengukurkesadaransecarakeseluruhan danakanmempengaruhiintervensi 5) Pantau intake, output, danukurberatbadansesuaiindikasi R/
Sebagai
indicator
dari
total
cairantubuh
yang
terintegrasidenganperfusiJaringan. 6) Pantauperfusiserebral R/ meningkatkankeadekuatanperfusidanmeminimalkankomplikasiuntukpas ien
yang
mengalamiatauberisikomengalamiketidakadekuatanperfusiserebral. b. Nyerikronis b/d cedera neurologis kronis NOC:
setelahmendapatkanperawatan
3x24
jam
nyeri
yang
dirasakanpasienberkurangataunyeriringan. NIC: 1) Kaji tingkat nyeri klien dengan PQRST R/ Dapat mengetahui tingkat kesehatan klien. 2) Berikan posisi yang nyaman R/ Pengaturan posisi semifowler dapat membantu merelaksasikan otot otot abdomen. 3) Anjurkan klien teknik distraksi saat nyeri timbul. R/ Distraksi dapat menurunkan stimulus interna. 4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik. R/
Meringankan
atau
mengurangi
nyeri
sampai
pada
tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh klien c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah NOC: setelah 3x24 jam asupan nutrisi klien menjadi cukup adekuat. NIC: 1) Kaji keluhan mual, muntah, dan anoreksia klien. R/ dapat mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu intervensi yang diperlukan oleh klien.
2) Kaji pola makan klien ( frekuensi, porsi makan yang dihabiskan). R/ adanya perubahan pola makan seperti nafsu makan menurun dapat memperburuk status nutrisi klien karena intake yang kurang. 3) Timbang berat badan setiap hari. R/ mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi. 4) Anjurkan makan sedikit tapi sering. R/ makanan dalam porsi sedikit tapi sering dapat membantu mengurangi distensi lambung. 5) Anjurkan untuk memberi makanan yang dalam keadaan hangat dan bervariasi.
R/ makanan yang hangat dan bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. 6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian komposisi makan dan diet. R/ memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet. d. Ansietas b/d kematian NOC: menghilangkanperasaantakut, dankhawatir NIC: 1) Kajipenurunanansietas R/ meminimalkanperasaankhawatir, danperasaantakut 2) Pertahankanhubungan yang seringdenganpasien R/ menjaminbahwapasientidaksendiriatauditerlantarkan, menunjukan rasa menghargai, menerima, danmembantumeningkatkan rasa percaya 3) Berikandukungan spiritual R/ membantupasienuntukmerasaseimbangdanterhubungdengan yang mahakuasa 4) Berikaninformasimengenaipenyakitdan prognosis pasien R/ dapatmengurangiansietasdanketidakmampuanpasienuntukmembuatke putusanberdasarkanrealita 5) Berikanlingkunganterbukadimanapasienakanmerasaamanuntukmendis kusikanperasaanmenahandiriuntukberbicara R/ membantupasienuntukmerasaditerimapadakondisisekarang
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam
jaringan,
KlasifikasiTumor
otak
dapat
diklasifikasikan
kedalam
kelompok besar : (1) tumor yang muncul pada pembungkus otak, seperti meningioma dura; (2) tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf kranial, paling cocok dicontohkan dengan neuroma akustik; (3) tumor yang berasal dalam jaringan otak, seperti pada jenis glioma dan (4) lesi metastatik yang berasal dari bagian tubuh lainnya. B. Saran 1. Perawatdanmahasiswa Peranan perawat padapasien tumor otak sebenarnya sangat kompleks dan mahasiswa S1 keperawatan harus bisa mengembangkan pengetahuan akan hal tersebut, untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya jika dilapangan kita menemukan pasien tersebut dan menjadikan Askep kita lebih baik pada pasien. 2. Pasien/Keluarga Pasienhendakmenghindari stress yang berlebihan, hindarikonsumsirokok, dandalamkeluargaharusmenerapkanpolahidupsehatdenganmengkonsumsima kanan yang seimbang, sertaolaragateratur,
DAFTAR PUSTAKA HernantaIyan. (2013). Ilmukedokteranlengkaptentangneurosains.Jogjakarta : DMedika
Hudak and Gallo.(1996).Keperawatan Kritis.Volume II. Jakarta: EGC.
Reeves C, J, (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Suddart, Brunner. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC