Samsul Rahayaan.docx

  • Uploaded by: Samsul rahayaan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Samsul Rahayaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,459
  • Pages: 19
I.

DESKRIPSI PERUSAHAAN/INSTITUSI

1.1. Karakteristik Organisasi Loka Konservasi Biota Laut (LKBL) LIPI Tual ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1010/M/2002 Tanggal 12 Juni 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Loka Konservasi Biota Laut Tual, Maluku Tenggara di bawah Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta. Sebelum menjadi UPT, LKBL Tual merupakan Stasiun Penelitian Laut Tual di bawah Balai Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut (BPPSDL) LIPI Ambon. Saat ini LKBL Tual berlokasi di Jl. Merdeka Wadek Kelurahan Ohoijang Kecamatan Kei Kecil, tepatnya di Pusat Kawasan Perkantoran Kabupaten Maluku Tenggara.

1.2. Tugas Pokok Loka Konservasi Biota Laut Tual, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mempunyai tugas pokok yaitu melakukan konservasi wilayah perairan Kepulauan Kei dan sekitarnya, pelayanan jasa informasi coral reef dan biota demersal laut dangkal serta budidaya perairan.

1.3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Loka Konservasi Biota Laut Tual, mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan konservasi wilayah perairan Kepulauan Kai dan sekitarnya 2) Pelaksanaan pengumpulan, penyimpanan dan perawatan koleksi biota laut. 3) Pelaksanaan pengumpulan, penyusunan katalog, penyajian data dalam bentuk data base. 4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan biota laut langka (endangered species). 5) Pelaksanaan pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian konservasi biota laut. 6) Pelaksanaan pelayanan jasa informasi kelautan, khususnya tentang coral reef dan biota damersal laut dangkal. 7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

1

1.4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja LKBL Tual Berdasarkan Keputusan Kepala LIPI Nomor 1010/M/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, struktur Loka Konservasi Biota Laut Tual dipimpin oleh seorang Kepala (Eselon-IVa) yang secara langsung membawahi Kelompok Jabatan Fungsional (Gambar 1). Pengelompokan jabatan terdiri dari jabatan struktural 1 orang kepala UPT serta jabatan fungsional tertentu dan umum. Sampai saat ini peta jabatan yang ada untuk fungsional umum terdiri dari teknisi utilitas, perencana anggaran, penguji dan penandatanganan SPM, bendahara pengeluaran, teknisi laboratorium dan penata usaha kepegawaian. Sedangkan untuk fungsional tertentu sampai saat ini baru terdiri dari 2 kelompok yaitu jabatan fungsional peneliti dan teknisi litkayasa. Kepala UPT

Kelompok Jabatan Fungsional

Gambar 1. Struktur organisasi UPT LKBL Tual sesuai SK Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1010/M/2002 1.5.

Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan tugas dan fungsinya saat ini LKBL Tual didukung

oleh 15 pegawai utama dengan status Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 6 pegawai pendukung dengan status kontrak. Berdasarkan tingkat pendidikannya jumlah terbesar pada tingkat pendidikan didominasi oleh S1 sejumlah 46.7%, selain itu S2 sejumlah 6.7%, D3 sejumlah 40% dan SMA sejumlah 26.7%. Saat ini 3 peneliti yang berstatus pendidikan S1 sedang melanjutkan studi, yaitu 2 pegawai izin belajar S2 dan 1 tugas belajar (Gambar 2).

2

S2, 6.7% SD, 0.0% S3, 0.0% SMP, 0.0%SMA, 26.7% S1, 46.7%

D3, 20.0%

Gambar 2. Distribusi pegawai LKBL Tual berdasarkan pendidikan

Sedangkan dalam pengklasifikasian pegawai berdasarkan jenis jabatannya menunjukan bahwa komponen pegawai paling besar diisi oleh jabatan fungsional peneliti sebanyak 53.3% (5 pegawai peneliti ahli pertama, 3 pegawai peneliti ahli muda), sisanya kemudian diisi oleh tenaga teknisi sebesar 26.7% yang terdiri dari 2 pegawai teknisi litkayasa mahir dan 2 pegawai teknisi laboratorium. Kemudian lainnya adalah tenaga pendukung, yaitu tenaga administrasi sebesar 20% dengan komposisi 1 pegawai bendahara pengeluaran, 1 pegawai sebagai penguji dan penandatangan SPM (Verifikator Keuangan) dan 1 pegawai sebagai pengelola kepegawaian (Gambar 3).

Peneliti, 53.3%

Teknisi, 26.7% Administr asi, 20.0%

Gambar 3. Distribusi pegawai LKBL Tual berdasarkan jenis jabatan

3

II.

KEGIATAN MAGANG

2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2018 di kawasan pesisir Kecamatan Dullah Utara. Pelaksanaan pengambilan sampah laut di wilayah perairan Kepulauan Kei dilakukan di Desa Labetawi.

2.2. Dasar Teori Sampah Laut (Marine Debris) Sampah merupakan segala bentuk limbah yang ditimbulkan dari kegiatan manusia maupun binatang yang biasanya berbentuk padat dan secara umum sudah dibuang, tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan lagi. Ciri-ciri dari sampah yaitu: (1) bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah tidak diambil bagian utamanya; (2) bahan yang sudah tidak ada harganya dan (3) bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan. Sampah laut (marine debris) merupakan bahan padat yang diproduksi atau diproses secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan laut (NOAA, 2013). Marine debris pada umumnya dihasilkan dari kegiatan antropogenik. Hal ini merupakan ancaman langsung terhadap habitat laut, kesehatan manusia, dan keselamatan navigasi, sehingga mengakibatkan kerugian aspek sosial-ekonomi. Berdasarkan sifatanya, jenis sampah laut dibedakan menjadi 2 yaitu sampah organik dan anorganik. Jenis sampah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan kembali oleh mikroorganisme. Sampah organik terdiri dari

bahan-

bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Pengertian dari sampah organik adalah sampah yang tidak mudah untuk diuraikan kembali oleh mikroorganisme. Salah satu contoh dari sampah ini adalah sampah plastik, logam, kaca, dan kain. Adanya sampah anorganik di lingkungan dapat menyebabkan terganggunya kehidupan biota laut. Sampah plastik merupakan salah satu jenis plastik yang mencemari laut (NOAA, 2013). CBDSTAP (2012) menambahkan bahwa tipe sampah laut yang

4

paling dominan adalah plastik. Sekitar 10% dari seluruh plastic menjadi sampah di lautan dunia melalui pembuangan yang disengaja dan penanganan yang tidak tepat (Wright et al., 2013). Sampah plastik yang bervariasi diklasifikasikan menurut ukuran, asal, bentuk, dan komposisi. Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan marine debris, diantaranya mega plastic debris (>100 mm), makro plastic debris (> 20 – 100 mm), meso plastic debris (>5–20 mm) dan mikro plastic debris (0,35 mm). Sampah plastik menunjukkan berbagai bentuk. Bentuk yang paling umum adalah potongan (fragmen), film, pelet, garis, serat, filamen dan butiran (Andrady, 2011).

2.3. Sumber Sampah Laut A. Sumber Daratan Sampah laut dari sumber berbasis lahan ditiup ke laut atau dibuang ke laut (Sheavly, 2005). Sumber-sumber tersebut diantaranya : 

Pembuangan debit air Aliran pembuangan menampung air yang dihasilkan selama peristiwa hujan deras. Saluran pembuangan langsung mengalirkan air limbah ke sungai atau laut terdekat. Sampah dari jalan masuk ke saluran pembuangan kemudian dibuang langsung kelaut atau ke aliran sungai sehingga membawa sampah tersebut ke laut (Pawar et al., 2016).



Penggabungan saluran meluap Gabungan saluran membawa limbah serta air hujan. Selama hujan lebat, kapasitas penanganan sistem pengolahan air limbah dapat terlampui dan air limbah ditambah air hujan langsung dibuang ke sungai atau laut terdekat. Limbah ini dapat mencakup sampah seperti kondom, tampon aplikator, dan sampah jalan (Sheavly, 2005).



Mengotori Para pengunjung pantai dapat dengan sembarangan meninggalkan sampah di pantai dan ini akan menjadi puing-puing laut. Dengan demikian puing-puing tersebut termasuk kemasan makanan dan wadah minuman, puntung rokok dan mainan plastik (Sheavly, 2005).

5



Kegiatan industri Produk industri dapat menjadi sampah laut jika dibuang secara tidak benar di darat atau jika hilang selama pengangkutan atau pemuatan pembongkaran di fasilitas pelabuhan (US EPA, 2002). Pelet resin plastik kecil sekitar 2-6 mm adalah bahan baku untuk pembuatan produk plastik (Derraik, 2002). Pelet ini telah dilepaskan ke lingkungan laut dari tumpahan tak sengaja selama produksi dan pengolahan, pengangkutan dan penanganan. Pelet plastik telah menjadi ubiquitous di perairan laut, sedimen, pantai dan dicerna oleh satwa laut (Redford et al., 1997).



Pembuangan limbah cair

B. Sumber Laut Semua jenis boat, kapal, dan anjungan industri lepas pantai merupakan sumber potensial dari sisa laut. Puing-puing mungkin berasal dari yang tidak disengaja, pembuangan sembarangan atau pembuangan illegal (Sheavly, 2005). Sumber sampah laut yang berasal dari laut meliputi : 

Penangkapan ikan komersial Para nelayan komersial menghasilkan sampah laut ketika mereka gagal mengambil alat tangkap atau ketika mereka membuang alat tangkap atau sampah lainnya ke laut. Puing-puing yang dihasilkan dari penangkapan antara lain jaring, tali pengikat, kotak umpan, tas, gillnet atau trawl yang mengapung ditambah limbah galley dan sampah rumah tangga (Sheavly, 2007; Morishigee al., 2007; Pichelet al., 2007).



Rekreasi Boat Boat-boat yang dapat menyetor sampah ke laut seperti tas, kemasan makanan dan alat tangkap (Sheavly, 2005).



Eksplorasi minyak dan gas lepas pantai Kegiatan di atas platform minyak dan gas dapat menghasilkan barang-barang yang sengaja atau tidak sengaja dilepaskan ke laut termasuk topi, sarung tangan, drum penyimpanan, bahan survei dan limbah pribadi. Eksplorasi bawah laut dan ekstraksi sumberdaya juga berkontribusi terhadap puingpuing laut (US EPA, 1992; Sheavly, 2005).

6

C. Dampak Marine Debris Lebih dari 260 spesies termasuk penyu, ikan, burung laut, mamalia, dan invertebrata telah dilaporkan menelan sampah laut. Banyak spesies laut tewas seperti burung laut, kura-kura, ikan paus, lumba-lumba, duyung, ikan, kepiting, buaya, dan banyak spesies lainnya. Berikut dampak dari sampah laut (marine debris) pada ekologi, ekonomi, dan kesehatan manusia: 

Dampak ekologi Dampak tidak langsung akan terjadi pada ekologi laut, habitat biota laut akan terkikis sampai habis. Sampah laut dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang yang akan menutupi karang sehingga cahaya sebagai suplai utama pertumbuhan karang akan berkurang.



Dampak ekonomi Sampah laut memiliki dampak yang sangat besar di bidang ekonomi khususnya parawisata. Hal ini ditimbulkan kepada manusia sehingga dapat mengurangi keuntungan ekonomi akibat sampah yang terdapat di garis pantai dan memberikan pemandangan yang kurang baik. Selain itu, sampah laut yang menempel di badan organisme seperti ikan, akan mempengaruhi nilai jual ikan komersil sehingga akan merugikan nelayan.



Dampak manusia Sampah laut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, dari kontak langsung dengan benda benda tajam seperti kaca pecah, logam berkarat, dan benda tajam lainnya yang ada di pantai ataupun di dasar perairan.

2.4. Pengambilan Sampel (Marine Debris) Metode pengambilan sampel marine debris dilakukan pada tanggal 22 Oktober dan 27 November 2018 di pantai Desa Labetawi Pengambilan sampel marine debris dilakukan pada tiga transek garis. Analisis sampel dilakukan secara exsitu. Pengambilan sampel marine debris sedimen plastik dan karet, logam, kaca, kayu, pakaian dan lain-lain menggunakan metode purposive sampling.

7

2.5. Peralatan Sampling Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi sampah laut adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam identifikasi sampah laut. No.

Nama Alat

Ketelitian

Fungsi

1.

GPS

-

Untuk mengetahui titik lokasi sampling

2.

Kamera

-

Untuk mengambil dokumentasi

3.

Roll meter

1 cm

Untuk mengukur jarak antar transek

4.

Timbangan

1 gram

Untuk menimbang sampel sampah

5.

Tali

-

Untuk membuat transek

6.

Patok besi

-

Untuk patok mengikat tali

7.

Papan oles

-

Sebagai alas untuk mencatat hasil

8.

Pensil

-

Untuk menulis data

9.

Karung

-

Untuk wadah sampel sampah

10

Kertas log sheet

-

Menulis data

2.6. Metode Penelitian dilakukan satu bulan sekali pada bulan Oktober dan November 2018. Kajian sampling sampah di pantai dilakukan dengan transek garis. Posisi sampling setiap waktu harus ditempat yang sama dan dalam kondisi surut. Tujuannya untuk mempermudah pengambilan sampel sampah. Adapun titik koordinat sampling yaitu S : 05,3383’’ dan E : 132,78051’’. Posisi transek garis diletakan pada area di antara lokasi pasang tinggi dengan air surut. Transek garis dapat dibentangkan 25 m sebanyak 3 kali atau langsung 75 m. Observasi dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang transek garis. Pengamatan sampah dilakukan sepanjang transek tersebut, dengan sampah yang diambil masing-masing 1 m di kanan dan di kiri transek tersebut. Seluruh sampah yang ditemukan pada areal sampling tersebut, diklasifikasikan, dihitung jumlah dan ditimbang beratnya (berat basah). Diusahakan bersih dari pasir/lumpur, kadar air dari sampah minimum dengan mengeluarkan airnya dan diletakan pada permukaan bersih selama minimal 5 menit. Klasifikasi sampah

8

dibagi menjadi 6 kategori (berdasar adaptasi klasifikasi NOAA, 2013) antara lain (1) plastic dan karet; (2) logam; (3) kaca; (4) kayu, bukan kayu alami seperti ranting pohon yang jatuh alamiah, dll; (5) pakaian dan sejenisnya; (6) sampah lainnya.

2.7. Kondisi Visual Lokasi Penelitian Penelitian sampah laut dilakukan di pantai Labetawi, Kecamatan Dullah Utara Kota Tual. Pantai Labetawi memiliki garis pantai sekitar ± 80 m dan memilik garis pantai yang ditumbuhi vegetasi seperti pescaprae. Penduduk di sekitar pantai Labetawi pada umumnya memiliki kegiatan rutinitas sebagai nelayan. Sampling dilakukan di pantai Labetawi karena letak posisi pantai tersebut sering dilalui transportasi laut misalnya speed boat dan kapal feri. Oleh karena diperkirakan sampah laut yang ada di Pantai Labetawi tersebut bukan sampah buangan masyarakat sekitarnya tetapi sampah yang dibawa oleh arus dari luar daerah.

2.8. Distribusi dan Jenis Sampah Laut Distribusi dan jenis sampah laut yang ditemukan di Pantai Labetawi ada 21 jenis sampah laut (Tabel 2). Sampah laut yang telah dikoleksi kemudian dihitung berdasarkan kategori-kategorinya selama dua bulan kemudian ditimbang berat basahnya (Tabel 3).

Tabel 2. Jenis-jenis sampah laut yang ditemukan di pantai Labetawi. Bulan No

Kategori Oktober November

PLASTIK DAN KARET 1 Bola, ban, balon, potongannya

-

-

2 Botol plastic

+

+

3 Gelas plastic

-

+

4 Tutup plastic

-

+

5 Korek api plastik

-

-

9

6 Bungkus plastik kresek (plastik bening)

-

+

7 Bungkus plastik tebal

-

-

8 Bungkus snack

+

+

9 Karet gelang, potongan karet

-

-

10 Lakban

-

-

11 Bungku sobat

-

-

12 Sedotan

-

+

13 Kotak makan, sendok gelas plastik, dll

-

+

14 Sepatu, sandal bekas, sarung tangan, potongannya

+

+

15 Styrofoam

-

-

16 Tali tambang, tali pancing, alat pancing

-

+

17 Fiber, potongannya

+

-

18 Tali rafia

-

+

19 Pipa, selang

-

+

20 Patahan plastik lain

+

+

21 Bungkus kosmetik, alat mandi, dll

-

+

22 Mainan plastik, potongannya

+

-

23 Perlak dan potongannya

+

+

24 Kaleng

+

+

25 Besi paku

-

-

26 Material besilainnya

+

-

27 Botol kaca

+

+

28 Beling, pecahan kaca

+

+

29 Lampu

-

-

30 Material kaca lainnya

-

LOGAM

KACA

KAYU DAN TURUNANNYA

10

31 Kardus

-

-

32 Bungkus rokok

-

-

33 Kayu

+

+

34 Korek api kayu

-

-

35 Puntung rokok

-

-

36 Kertas, koran, potongan kertas

-

-

37 Kain, pakaian

-

-

38 Diapers dan pembalut

-

-

39 Material pakaian/kain

-

-

40 Sisa makanan

-

-

41 Bangkai binatang

-

-

42 Alat kontrasepsi

-

-

43 Lainnya (ikat pinggang)

-

-

44 Baterai

-

-

45 Lainnya

-

-

PAKAIAN DAN TURUNANNYA

LAINNYA

BAHAN BERACUN BERBAHAYA

Tabel 3. Rata-rata jumlah dan berat sampah laut per meter persegi No

Kategori

Oktober

November

Jumlah

Berat

Jumlah

Berat

1

Plastik dan karet

0,03

0,13

0,05

0,25

2

Logam

0,02

0,20

0,003

0,02

3

Kaca

0,28

2,86

0,18

1,56

4

Kayu dan turunan

0,04

0,38

0,04

0,96

5

Pakaian danturunan

0,00

0,00

0,00

0,00

6

Lainnya

0,00

0,00

0,00

0,00

7

Bahan beracun dan berbahaya

0,00

0,03

0,00

0,00

11

Jumlah sampah pada bulan November mengalami peningkatan pada jenis sampah plastik. Rata rata jumlah sampah plastik pada bulan Oktober sebesar 0,03 buah per meter persegi dengan berat 0,13 gram per meter persegi dan bulan November 0,05 buah per meter persegi dengan berat 0,25 gram per meter persegi (Tabel 3). Peningkatan yang terjadi sebesar ± 40%. Perbedaan jumlah sampah di pantai karena faktor musim, arus dan angin. Menurut Lee et al. (2013), jumlah sampah di pantai dipengaruhi musim sebelum dan sesudah hujan. Abu-Hilal dan Al Najjar (2004) menambahkan bahwa musim angin, lokasi ekosistem dan kegunaan ekosistem mempengaruhi jumlah dan distribusi makro plastik. Selain plastik, jenis kertas, karet dan logam juga ditemukan di pantai Labetawi. Peningkatan sampah plastik bisa menjadi masalah besar, bukan hanya di desa Labetawai, tetapi di seluruh Indonesia bahkan di seluruh dunia. Peningkatan penggunaan plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga populasi penduduk. Menurut Kemenperin (2013), sekitar 1,9 juta ton plastik diproduksi selama tahun 2013 di Indonesia dengan rata-rata produksi 1,65 juta ton/tahun. Thompson et al. (2009) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastic yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari. Sampah plastik dapat memiliki dampak ekologi dan ekonomi yang luas di lingkungan laut. Dampak negatif langsung dari perkembangan jumlah plastik yang sangat banyak pada organisme laut, seperti terjerat oleh plastik dan membuat penyumbatan pada saluran pencernaan (Gregory, 2009). Menurut CBD (2012) dan Galgani et al. (2013), sekitar 370 spesies hewan laut telah ditemukan telah menelan sampah laut di seluruh dunia.

12

ASSESMENT MANDIRI

Pada saat proses magang akan berlangsung, penulis diberikan kesempatan untuk perbaikan nilai yang bermasalah. Kemudian penulis juga diberikan pembekalan agar dapat memahami dan mengerti tentang proses magang yang baik dan benar. Dalam pembekalan tersebut diajarkan tentang etika dalam berbicara, berpakaian dan konsisten dalam waktu berkerja. Penulis juga diajarkan untuk bisa mahir dalam mengelola data dalam bentuk dokumen, seperti indentifikasi sampah luat (marine debris) di pantai Desa Labetawi, menghitung data dalam Excel, dan menyusun hasil presentasi di Power Poin. Seteleh itu penulis ditetapkan magang di kota tual dengan perjalan pergi menggunakan motor darat. Pelaksanaan magang dilakukan pada tanggal 22 Oktober sampai dengan 15 Desember 2018 yang bertempat di Lokasi penelitian konservasi biota laut tual ( Lipi ), Jln.Merdek Watdek – Tual Maluku Tenggara.

13

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut : 1.

Massa sampah laut yang ditemukan di Pantai Labetawi mengalami peningkatan pada bulan November yaitu sebesar ± 40 %. Jenis sampah laut yang paling mendominasi adalah sampah plastik. Ukuran macro-debris merupakan sampah laut yang paling banyak ditemukan di lokasi sampling

2.

Sampah laut sangat penting untuk diketahui karena akan berdampak langsung terhadap lingkungan dan biota yang ada didalamnya misalnya sampah plastik dapat membunuh terumbu karang sebagai biodiversitas tinggi bagi lautan dan hewan laut seperti lumba-lumba, penyu, ikan menganggap sampah tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat menelannya.

3.

Setelah melakukan penelitian di Pantai Labetawi, perlu lagi dilakukan penelitian lanjutan mengenai dampak sampah (marine debris) terhadap pertumbuhan dan fisiologi organisme.

4.

Banyaknya sampah plastik yang ditemukan dapat menjadi rekomendasi untuk pemerintah setempat dalam upaya pengelolaan sampah secara baik.

14

REFERENSI

Abu-Hilal, A., & Al-Najjar, T, 2004. Litter Pollution on the Jordanian Shores of the Gulf of Aqaba (Red Sea). Mar. Environ. Res. 58:39-63. Andrady, A.L. 2011.Microplastic in Th e Marine Environment. Mar, Poll. Bull 62: 1596-1605. [CBD] Convention on Biological Diversity. 2012. Impacts of Marine Debris on Biodiversity: Current Status and Potential Solutions. Secretariat of The Convention on Biological Diversity and The Scientific and Tehcnical Advisory Panel GEF. Technical Series No 67, Montreal 61 hlm. Derraik, J. G. B. (2002). The pollution of the marine environment by plastic debris: a review. Mar. Pollut. Bull., 44: 842-85 Galgani, F., G. Hanke, S. Werner and L. De Vrees. 2013. Marine Litter Within The European Marine Strategy Framework Directive ICES Journal of Marine Science 70(6): 1055-1064. Gregory, M.R. 2009.Environmental Implications of Plastic Debris in Marine Settings-Entanglement, Ingestion, Smothering, Hangers On, Hitch-Hiking and Alien Invasions.Philos. Trans. Roy. Soc. B: Biol. Sci364(1526): 2013 2025 Jambeck, J.R., R. Geyer, C. Wilcox, T.R. Siegler, M. Perryman, A. Andrady, R. Narayan, K.L. Law. 2015/ Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean. Journal Marine Pollution 347: 768-770 Lee, J., S. Hong, Y.K. Song, S.H. Hong, Y.C. Jang, M. Jang, N.W. Heo, G.M. Han, M.J. Lee, D. Kang & Shim. W.J., 2013. Relationships Among the Abundances of Plastic Debris in Different Size Classes on Beaches in South Korea. Marine pollution bulletin. 77:349-354. Morishige, C., Donohue, M. J., Flint, E., Swenson C., and Woolaway, C. 2007.Factors affecting marine debris deposition at French Frigate Shoals, North

western

Hawaiian

Islands

Marine

National

Monument,

19902006.Mar. Pollut. Bull., 54: 1162-1169.

15

National Oceanic and Atmospheric Administration. 2013. Programmatic Environmental Assesment (PEA)for the NOAA Marine Debris Program (MDP). Maryland (US): NOAA. 168 p. National Oceanic and Atmospheric Administration. 2016.Marine Debris Impacts on Coastal and Benthic Habitats. NOAA Marine Debris Habitat Reports. Opfer, S., C. Arthur and S. Lippiat.2012. Marine Debris Shoreline Survey Field Guide.NOAA Pawar, P.R., S.S. Shirgaonkar and R.B. Patil. 2016. Plastic Marine Debris: Sources, Distribution and Impacts On Coastal and Ocean Biodiversity. Pencil Publications of Biological Sciences 3(1): 40-54. Pichel, W. G., Churnside, J. H., Veenstra, T. S., Foley, D. G., Friedman, K. S., Brainard, R. E., Nicoll, J. B., Zheng Q. and Clement-Colon, P. (2007). Marine debris collects within the North Pacific Subtropical Convergence Zone. Mar. Pollut. Bull., 54: 1207-1211. Redford, D. P., Trulli, H. K. and Trulli, W. R. 1997.Sources of plastic pellets in the aquatic environment. In: Marine Debris. Sources, Impacts, Solutions.J. M. Coe and D. B. Rogers (eds.). Springer-Verlag New York, Inc., pp. 335344. Sheavly, S. B. 2005. Sixth Meeting of the UN Openended Informal Consultative Processes on Oceans & the Law of the Sea.Marine debris – an overview of a critical issue for our oceans. US EPA.2002. Assessing and monitoring floatable debris. Oceans and Coastal Protection Division, Office of Wetlands, Oceans, and Watersheds, Office of Water, US Environmental Protection Agency, Washington DC 20460, August 2002. Wright, S.L., R.C. Thompson and T.S. Galloway. 2013. The Physical Impact of MicroplasticsOn Marine Organisms: A Review. Env. Poll 178: 483-492.

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peralatan yang digunakan sampling marine debris

a. Patok Besi

b. Karung sebagai wadah sampah

c. Tali Transek

d. Meteran Roll

17

Lampiran 2. Dokumentasi pengambilan sampel marine debris

a. Pemasangan Patok

c. Pengambilan Sampel Marine Debris

b. Pembuatan Transek

d. Pemisahan Sampel Marine Debris

18

Lampiran 3. Sampel marine debris

a. Sampah Plastik

b. Sampah Logam

c. Sampah Kayu

d. Sampah Karet

19

Related Documents

Samsul Rahayaan.docx
November 2019 12
Data Komputer Riba, Samsul
October 2019 25
Cv Samsul Hudin-1.pdf
December 2019 2

More Documents from "Ruddy ben Sayyid Hamzah"

Samsul Rahayaan.docx
November 2019 12
Alhamdulillah
October 2019 30
Pgm.pdf
July 2020 10
Teori.docx
December 2019 20