SATUAN ACARA EDUKASI (SAE) MANAJAMEN PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN HIV (Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan HIV)
OLEH : KELOMPOK 15
WAHYU DWI ARIWIBOWO
NIM. 175079209111059
LITWINAYANTI PERWITA
NIM. 175070209111033
IMELDA PAMUNGKAS EMI RAHAYU
NIM. 175070209111043
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
TRIGGER Sdr. Bowo berusia 24 tahun, pasien telah teridentifikasi positif HIV setelah melakukan konseling dan skrining HIV yang merupakan salah satu persyaratan wajib bagi calon penganten (CATEN). Pada saat konseling di dapatkan data bahwa Sdr. B memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba jenis morfin yang cara pemakaiannya disuntikan, 2 (dua) tahun yang lalu, Sdr. B telah mengikuti rehabilitasi dan dinyatakan sembuh. Kondisi umum saat ini baik, tidak ada keluhan.
SATUAN ACARA EDUKASI (SAE) MANAJAMEN PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN HIV/AIDS
Topik
: HIV
Sub Topik
: Menejemen Pengobatan HIV
Sasaran
: Pasien Sdr. B
Hari, Tanggal
: 05 Oktober 2018
Tempat
: Poli VCT di Rumah Sakit A
Edukator
: Perawat Poli VCT
Waktu
: Pukul 09.00 - 09.30 WIB
A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan edukasi kesehatan, diharapkan pasien mengerti dan memahami tentang Menejemen Pengobatan HIV 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti edukasi selama 1 x 30 menit, diharapkan pasien mampu memahami, bersedia dan siap untuk mengikuti program pengobatan ARV, meliputi: - Tujuan Pengobatan - kepatuhan minum obat - potensi/kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak diharapkan atau terjadinya sindrom pulih imun (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome/ IRIS) setelah memulai terapi ARV - komplikasi yang berhubungan dengan terapi ARV jangka panjang. B. Metode 1. Diskusi 2. Tanya jawab C. Media Video D. Plan of Action (POA) Prolog : Pada hari ini merupakan pertemuan yang ke 2, setelah minggu lalu telah dilakukan pertemuan antara Perawat dan Pasien membahas tentang bagaimana Sdr. B mengenali dan mampu menerima kondisinya saat ini. Sesuai kontrak yang di
sepakati minggu lalu hari ini akan membahas mengenai menejemen pengobatan HIV. Sdr. B datang bersama dengan orangtuanya, yaitu Ny. Y. TINDAKAN Step 1: Establishing Trust
AKTIVITAS Perawat memperkenalkan diri
IMPLEMENTASI Perawat menyebutkan nama dan profil dirinya Ns : Selamat pagi mas Bowo, senang sekali saya bisa bertemu kembali. P : Selamat pagi Ns: bagaimana kabar mas hari ini? P: cukup baik
Perawat menjelaskan perannya
Menjelaskan pada klien bahwa disini perawat siap membantu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh klien atau menjelaskan apa saja yang belum dipahami Ns: disini saya akan membantu mas B untuk mengatasi masalah kesehatan yang mba alami dan kita akan berdiskusi bersama mencapai solusi nya. Apakah mas B bersedia? P: baik bu, saya bersedia
Informed consent dan kontrak
Melakukan kesepakatan atau kontrak waktu dengan klien dalam edukasi Ns: Baik mas sebelum kita memulai diskusi ini kita menyepakati waktunya dulu, mas B maunya berapa lama diskusi kita kali ini, apakah 15 atau 30 menit? P: bagaimana kalau 30 menit? Ns: Baik, jadi kita akan berdiskusi selama 30 menit ya mas, dan ini ada informed consent yang perlu ditandatangani terlebih dahulu P: baik bu....
Menciptakan interaksi yang “trust-honest”
Mengajak klien menyampaikan segala permasalahan Ns: agar diskusi kita berjalan dengan baik, saya sangat mengharapkan mas B menceritakan apa saja masalah yang dialami sehubungan dengan penyakit yang mas B alami secara jujur dan terbuka
Step 2: Assess Patient Needs
Menyusun list masalah yang akan dijadikan topik edukasi
Menanyakan segala kesulitan yang dihadapi oleh klien Ns: baik minggu lalu kita sudah buat list masalah apa saja yang mas B rasakan, untuk mengingatkan kembali saya sebutkan ya 1. Tentang apa itu HIV, bagaimana cara menerima kondisinya saat ini 2. Bagaimana cara menyampaikan masalahnya ke pasangannya 3. Menejemen pengobatannya 4. Bagaimana nanti dengan pernikahannya dan jika ingin memiliki anak Apakah masih ada masalah lain yang mas B rasakan saat ini, bisa kita tambahkan ke dalam list? P: untuk saat ini masalah yang saya rasakan itu saja bu. Ehmmm, begini bu tapi sekarang saya sudah merasa lebih baik, sesuai dengan saran yang ibu berikan, saya sudah cerita kepada pasanganan saya mengenai kondisi saya saat ini dan dia mau menerimanya. NS: Beruntung sekali mas Bowo ini memiliki pasangan yang sangat baik. Jadi mas B harus lebih survive dengan kondisi mas B saat ini. P: saya berusaha berdamai dengan kondisi saya saat ini bu, dan usia saya juga masih muda dan produktif, jadi masih banyak hal yang bisa saya lakukan
Step 3: Setting Priorities And Time Frame
Mengarahkan klien untuk menentukan topik yang dinilai perlu untuk segera diatasi
Perawat membantu klien mengidentifikasi masalah yang dinilai paling berat/sulit Ns: Baik, sesuai dengan kontrak pertemuan kita kemarin, yang menjadi prioritas masalah kita pada hari ini akan berdiskusi mengenai menejemen pengobatan HIV, bagaimana mas B? P: Baik bu saya bersedia, karena saya ingin survive
Step 4: Delivering The Education Contents
Menyusun deadline pencapaian
dengan kondisi saya
Memberikan edukasi kepada klien mengenai topik yang telah disepakati
Perawat menjelaskan tentang : Ns: Baiklah mas....pada kesempatan kali ini kita akan berdiskusi tentang menejemen pengobatan ARV ya. P: iya bu saya senang sekali, Perawat disini mau membantu
Ns: apa yang sudah mas B ketahui tentang pengobatan ARV? P: setelah saya browsing, hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit saya NS: Jadi hari ini yang akan kita bahas mengenai: 1. Tujuan dari pengobatan 2. Syarat pasien HIV mendapatkan ARV 3. kepatuhan minum obat, 4. cara dan ketepatan minum obat dan interaksi dengan obat lain 5. potensi/kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak diharapkan atau terjadinya sindrom pulih imun (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome/IRIS) setelah memulai terapi ARV, terutama pada ODHA dengan stadium klinis lanjut atau jumlah jumlah CD4 <100 sel/mm3 6.
komplikasi yang berhubungan dengan terapi ARV jangka panjang.
Perawat memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan feedback
Memastikan apakah klien mengerti dengan materi yang disampaikan Ns: Setelah mendengarkan penjelasan saya tadi mungkin mas B bisa mengulang kembali apa yang telah kita diskusikan tadi
P: hhhhmmmm,,,,.yang saya tangkap tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi opportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak, meningkatkan
harapan
hidup.
Pengobatan
harus
dilakukan seumur hidup, meminum obat patuh sesuai yang sudah ditetapkan dan segera melaporkannya jika ada efek samping Ns: Bagus sekali mas, berarti mas B saya rasa sudah memahami apa yang saya jelaskan tadi. Dan apakah
diskusi kita sudah membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang mas B hadapi saat ini? P: Oh...iya sangat membantu bu..... Step 5: EvaluationRe EvaluationFollow Up Strategies
Perawat mengevaluasi implementasi materi edukasi oleh klien
Perawat mengevaluasi implementasi materi edukasi oleh klien Ns: Baiklah mas B untuk mengetahui hasil diskusi kita hari ini maka kita sepakati kapan kita bertemu kembali P: Bagaimana kalau satu minggu lagi Bu? Ns: Ok, berarti minggu depan kita akan bertemu kembali topik yang kita bicarakan mengenai bagaimana nanti cara mencegah agar tidak menularkan kepada pasangan yang akan menjadi calon istri mas B dan merencanakan bagaimana nanti jika ingin memiliki anak. P : Baik Bu
Perawat melakukan rencana tindak lanjut atau modifikasi pembelajaran
Ns: oiya mas, ini ada leaflet, isinya tentang menejemen pengobatan HIV yang saya jelaskan dan kita diskusikan hari ini untuk dibaca dirumah, silahkan untuk dipahami informasi yang ada dalam leaflet
Terminasi sesi edukasi
Mengucapkan salam dan terima kasih kepada klien Ns: Terimakasi mas B, untuk diskusi kita pada hari ini, semoga diskusi kita hari ini dapat bermanfaat. P: Terimakasih Bu...
REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan No 87 Tahun 2014 Pedoman Pengobatan Antiretroviral.
Lampiran Menejemen Pengobatan ARV Pada Pasien HIV Kontent Edukasi: -
Tujuan dari pengobatan
-
Syarat pasien HIV mendapatkan ARV
-
kepatuhan minum obat,
-
potensi/kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak diharapkan atau terjadinya sindrom pulih imun (Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome/IRIS) setelah memulai terapi ARV, terutama pada ODHA dengan stadium klinis lanjut atau jumlah jumlah CD4 <100 sel/mm3,
-
komplikasi yang berhubungan dengan terapi ARV jangka panjang.
-
cara dan ketepatan minum obat dan interaksi dengan obat lain
-
monitoring/pemantauan keadaan klinis dan monitoring dan pemeriksaan laboratorium secara berkala termasuk pemeriksaan CD4.
1.
2.
Tujuan Pengobatan Antiretroviral (ARV) -
untuk mengurangi risiko penularan HIV,
-
menghambat perburukan infeksi oportunistik
-
meningkatkan kualitas hidup penderita HIV
-
menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak
-
meningkatkan harapan hidup
-
menurunkan insiden infeksi terkait HIV dalam populasi
Syarat Pasien HIV Mendapatkan ART -
Pasien sudah mendapatkan konseling
-
memiliki orang terdekat sebagai pengingat atau Pemantau Meminum Obat (PMO)
3.
patuh meminum obat seumur hidup
Kepatuhan Minum Obat Kepatuhan pengobatan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku ODHA dalam menjalani pengobatan, sesuai dengan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Untuk terapi ARV, kepatuhan yang tinggi sangat diperlukan untuk -
menurunkan replikasi virus dan memperbaiki kondisi
-
klinis dan imunologis; menurunkan risiko timbulnya resistansi ARV; dan
-
menurunkan risiko transmisi HIV.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan: Faktor Individu
Faktor Obat
- Lupa minum obat,
- efek samping,
- bepergian jauh,
- banyaknya obat yang diminum
- perubahan rutinitas,
- restriksi diet.
- depresi atau penyakit lain, - bosan minum obat, - penggunaan alkohol dan zat adiktif
Untuk menjaga kepatuhan secara berkala perlu dilakukan penilaian kepatuhan dan jika diperlukan dapat dilakukan konseling ulang. 4.
Tes Laboratorium yang diperlukan sebelum pengobatan ARV Pemeriksaan Yang Utama -
Pemeriksaan CD4 : Setelah diagnosis, follow up sebelum ART, saat inisiasi ARV
-
Skrining TB
Rekomendasi Pemeriksaan lainAnti-HCVc
5.
-
Antigen kriptokokus jika jumlah CD4 ≤ 100 sel/mm3d
-
Skrining infeksi menular seksual
-
Pemeriksaan penyakit non komunikabel kronik dan komorbide
Rekomendasi Inisiasi ART pada Dewasa -
Inisiasi ART pada orang terinfeksi HIV stadium klinis 3 dan 4, atau jika jumlah CD4 ≤ 350 sel/mm3
-
Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4, Koinfeksi TB, Koinfeksi Hepatitis B, Ibu hamil dan menyusui terinfeksi HIV, Orang terinfeksi HIV yang pasangannya HIV negative (pasangan serodiskordan), untuk mengurangi risiko penularan LSL, PS, Waria, atau Penasun, Populasi umum pada daerah dengan epidemi HIV meluas
6.
Jadwal Pemantauan Setelah Pemberian ARV Jadwal Pemantauan Setelah Pemberian ARV Penilaian klinis dan tes laboratorium berperan penting untuk melihat kondisi ODHA sebelum inisiasi ART dan berguna untuk memonitor respons pengobatan dan kemungkinan toksisitas obat ARV. Pemantauan klinis dalam pengawasan dokter dilakukan rutin minimal sebulan sekali dalam 6 bulan pertama setelah inisiasi ART. Pemantauan oleh dokter selanjutnya dapat dilakukan
minimal 3 bulan sekali atau lebih sering, sesuai dengan kondisi dan kepatuhan pengobatan.
7.
Efek Samping Yang Muncul Pada Pengobatan Lini Pertama Waktu Dalam
Efek Samping - Gejala gastrointestinal adalah mual, muntah dan diare.
beberapa
Efek samping ini bersifat self-limiting dan hanya
minggu
membutuhkan terapi simtomatik
pertama
- Ruam dan toksisitas hati umumnya terjadi akibat obat NNRTI, namun dapat juga oleh obat NRTI seperti ABC dan PI
Dari 4 minggu
- Supresi sumsum tulang yang diinduksi obat, seperti
dan
anemia dan neutropenia dapat terjadi pada penggunaan
sesudahnya
AZT - Penyebab anemia lainnya harus dievaluasi dan diobati - Anemia ringan asimtomatik dapat terjadi
6-18 bulan
- Disfungsi mitokondria, terutama terjadi oleh obat NRTI, termasuk asidosis laktat, toksisitas hati, pankreatitis, neuropati perifer, lipoatrofi dan miopati Lipodistrofi sering dikaitkan dengan penggunaan d4T dan dapat menyebabkan kerusakan bentuk tubuh permanen - Asidosis laktat jarang terjadi dan dapat terjadi kapan saja, terutama dikaitkan dengan penggunaan d4T. Asidosis laktat yang berat dapat mengancam jiwa - Kelainan metabolik umumnya terjadi oleh PI, termasuk hiperlipidemia, akumulasi lemak, resistansi insulin, diabetes dan osteopenia
Setelah 1 tahun
Disfungsi tubular renal dikaitkan dengan TDF