I.
TUJUAN Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat sabun padat transparan, bahan apa saja yang dapat digunakan untuk memformulasikan sediaannya.
II.
MANFAAT 1. Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit. 2. Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput. 3. Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH kulit serta membantu regenerasi sel kulit. 4. Mencegah timbulnya jerawat. 5. Dapat membunuh bakteri dan jamur. 6. Aman digunakan oleh semua umur (untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi usia lanjut). 7. Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman utuk kulit.
III.
DASAR TEORI 1. Pengertian Sabun yang berasal dari bahasa India/Hindia adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada saranasarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspense mudah dibawa oleh air bersih. Di Negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan. Sabun transparan adalah jenis sabun yang digunakan untuk wajah dan tubuh yang dapat menghasilkan busa lebih lembut dikulit dan penampakannya lebih berkilau jika dibandingkan dengan jenis sabun yang lain. Sabun transparan disebut juga sabun gliserin, mempunyai penampakan yang lebih menarik karena transparasinya. Sabun transparan adalah salah satu jenis sabun unik yang digunakan untuk wajah dan badan. Sabun kecantikan jenis ini memiliki kelebihan dalam hal penampilannya yang transparan atau tembus cahaya sehingga menarik
mata pelanggan. Bahan dasar pembuatan sabun transparan adalah minyak atau lemak. Minyak lemak digunakan untuk membuat sabun transparan memiliki rantai karbon yang tidak terlalu panjang, secara umum dibawah 18. Bahan minyak untuk membuat sabun transparan yang paling sering dijumpai adalah minyak kelapa. Saat ini minyak kelapa sering diekstrak dari butir kelapa sehingga didapatkan VCO atau Virgin Coconut Oil. 2.
Proses Pembutaan Sabun Pembuatan sabun sudah terkenal sejak 2000 tahun yang lalu sampai saat ini prinsip pembuatannya belum berubah. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80-100°C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
3.
Persyaratan Sabun Transparan Untuk mendapatkan sabun yang jernih, bening dari pada sabun yang buram atau opaque perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut. Sabun yang didinginkan secara cepat kurang opaque (buram) dari pada yang didinginkan secara lambat. Untuk mendapatkan bentuk yang transparan sabun harus didinginkan dengan cepat. Faktor lain yang mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan alcohol, gula, dan glyserin dalam sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula, alkohol, dan glyserin. Oleh karena itu pemilihan material mempertimbangkan dengan warna dan kemurniannya, balsam dan infusi yang digunakan agar sabun menjadi wangi, adanya bahan tersebut dapat menjadikan spotting (bintik hitam). Apabila sabun sengaja diberi pewarna yang tahan alkali. Air distilasi adalah air terbaik untuk sabun transparan. Glyserin dipilih yang murni. Alkohol terbaik adalah yang memiliki prosentasi tinggi. Untuk minyak dan lemak digunakan yang asam lemak bebas rendah dan warna yang baik. Untuk memperoleh transparansi sabun berikut ini adalah metode yang umum digunakan :
a. Transparan karena gula. b. Transparan karena glyserin dan alkohol. c. Dimana 1 dan 2 digabung dengan menggunakan minyak castor. d. Transparansi karena asam lemak dalam sabun dan seberapa kali sabun dimill. Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam formulasi sabun transparan, pH terkait jumlah penggunaan basa yang menentukan jumlah penambhan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi. Sementara untuk jumlah busa sebenarnya tidak berakitan dengan efek pembersih dari sabun itu sendiri, tetapi jumlah busa yang cukup mempermudah proses penyebaran sabun dipermukaan tubuh. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan variasi pada konsentrasi “asam stearate”. Dalam pembuatan sabun asam stearate berfungsiuntuk mengeraskan sabun, penggunaan yang terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa dan penggunaan yang terlalu sedikit menyebabkan sabun tidak keras. 4.
Komponen Sabun Transparan a. Komponen Utama 1) Minyak Pendukung Berbagai macam minyak yang secara relatife sering digunakan untuk membuat sabun, minyak sabun, kelapa, castor dan sawit. Lemak (yang sudah diproses) sering sendiri atau bersama digunakan dengan minyak itu. Minyak yang berlebihan dalam sabun transparan akan menyebabkan sabun seperti berkabut.
Minyak zaitun Sangat lunak, sangat cocok untuk pemakaian dengan kulit yang sensitive. Sabun yang dibuat dari minyak zaitun, air dan sodium dinamakan sabun “Castille” busa banyak dan sangat halus.
Minyak sawit Sering dipakai untuk membuat sabun juga, beberapa pemakaian ada yang alergi dengan minyak
sawit. Bagi pemakaian yang memilki kulit senditif hindarkan penggunaan sabun dari minyak sawit. Membuat sabun menjadi keras disbanding minyak kelapa dari zaitun.
Minyak kelapa Bagi pemakain yang sensitife menyebabkan kulit ruam dan gatal suatu saat muncul rekasi yang sangat hebat. Tetapi sebenarnya yang menyebabkan pemakian alergi adalah reaksi minyak wangi dan minyak kelapanya atau lebih cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis). Sabun dengan minyak kelapa busanya sangat besar-besar.
Minyak castor Mengandung bahan kaya vitamin, pelembab dan merupakan bahan minyak yang mendukung untuk transparansi sabun. Sabun dengan minyak castor menambah sifat plastis.
2) Sodium Hidroksida Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai selesainnya rekasi dengan minyak kemduian menjadi sabun dikenal dengan nama rekasi saponifikasi. Sodium harus terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak ada bahan kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus di-curing dan rebatching sebelum penambah emollien, moisturizer dan minyak essensial. “Fully Curing” berarti sodium hidroksida benar-benar terurai sempurna selama proses saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollient, moisturizer dan minyak essensial. “Rebatching” berarti sabun basa diaprut, dilelehkan kemudian ditambahn bahan lainnya, selanjutnya dimasukkan dalam cetakan. 3) Alkohol Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun
harus benar larut. Alkohol dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk sabun yang lebih jernih. 4) Glyserin Digunakan sebgai humektan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodrasi, glyserin menjadi cairan tak berwarna daan tak berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun, rasanya manis membakar. 5) Gula Bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Teralalu banyak gula, produk sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang terjadi. Beberapa rekasi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
Reaksi maillard, rekasi antara gula, asam amino dan panas.
Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga rekasi diatas akan berubah menjadi sabun agak coklat hal tersebut dapat diatasi dengan penambah bahan squesteran. 6) Stearic acid Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan. Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam
minyak
kemdian
dicampur
sodium
hidroksida
untuk
saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika teralalu sedikit sabun tidak keras. 7) Pewarna Berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Bahan warna yang aman digunakan untuk sabun adalah pewarna makanan, minuman dan kosmetik yang pada umumnya tidak tahan terhadap
alkali. Untuk lebih amannya bahan pewarna yang digunkan adalah bahan pewarna untuk makanan. 8) Pewangi Berfungsi untuk memberikan bau yang sedap pada sabun. Sabun tanpa pewangi dan pewarna digunakan untuk merawat wajah. b. Komponen Tambahan 1) Humektan Digunakan untuk merawat kulit agar tetap terlihat muda yang mana sangat erat hubungannya dengan kelembutan kulit. Bahan yang biasa digunakan adalah :
Glyserin
Propilenglikol
Sorbitol
2) Ultra Violet Absorbent Digunakan untuk menyerap cahaya ultra violet seluruh panjang gelombang dari 290-400 nm untuk mencegah dari kerusakan kulit termasuk erythema kulit, sunburn, suntan dan penuaan dini. Bahan yang biasa digunakan adalah :
Derivatif benzofenon
Derivatif para amino asam benzoat
Derivatif asam salisilat
3) Anti Oksidan Sebab sabun tersusun dari asam lemak, minyak, lilin senyawa itu mengandung ikatan tidak jenuh, dengan menganggap bahwa bahan yang tidak jenuh akan mudah teroksidasi. Reaksi tersebut ditandai dengan keluarnya bau tengikpada sabun atau sabun menjadi iritan ke kulit. Untuk menjaga kualitas dari reaksi oksidasi diperlukan bahan anti oksidan. Bahan yang digunakan adalah :
Tokoferol
BHT (butil hydroxy toluen)
BHA (butil hidroxy anisol)
Ester asam gallat
NDGA (nordihidroxyquaiaretic acid)
4) Agen Sequestering Apabila logam tercampur dalam bahan sabun atau kosmetik langsung atau tidak langsung akan merendahkan kualitasnya. Ion logam dapat merubah bau, warna dan meningkatkan oksidasi bahan mentah yang berasal dari minyak. Selanjutnya dapat menghambat aksi farmasi dan menyebabkan hilangnya penampilan, fungsi dan essensinya. Pada sabun transparan akan menyebabkan hilangnya transparansinya. Senyawa yang dapat membuat pasif ion logam tersebut adalah agen sequsteran. Bahan yang biasa digunakan adalah :
EDTA (sering dipakai).
Asam Phosporat.
Asam Sitrat.
Asam Askorbat.
Asam Suksinat.
Asam Glukonat.
IV.
PRA FORMULASI 1. Asam Stearat (Acidum Stearat) Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukan susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam eter P. Kegunaan : bahan tambahan 2. VCO (Oleum Cocos) Pemerian : cairan jernih ; tidak berwarna atau kuning pucat; bau khas, tidak tengik. Kelarutan : larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 60°; sangat mudah larut dalam kloroform P dan eter P. Kegunaan : zat tambahan. 3. Oleum Ricini (Minyak Jarak) Pemerian : cairan jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umunya memualkan.
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian etanol (95%) P ; mudah larut dalam etanol mutlak P dan dalam asam asetat glasiol P. Kegunaan : laksatiivum, menambah sifat plastis dan mendukung untuk transparansi sabun. 4. NaOH (Natrium Hidroxyda) Pemerian : batang, butiran masa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basa, sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P. Kegunaan : zat tambahan 5. Gliserin Pemerian
: cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat. Higroskopik jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebihbkurang 20°. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P ; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam minyak lemak. Kegunaan : zat tambahan. 6. Propilengikol Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak tanah. Kegunaan : sebagai humectant (kelembaban kulit) 7. Etanol (Aethanolum) Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah mnguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P. Kegunaan : untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau transparan. 8. Sukrosa
Pemerian : hablur tidak berwarna atau masa hablur serbuk berwna putih; tidak berbau; rasa manis. Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol (95%) P. Kegunaan : sebagai humectant dan membantu pembentukan busa sabun. 9. SLS (Sodium Lauril Sulfat) Pemerian : hablur kecil, berwarna putih atau kuning muda, agak berbau khas. Kelarutan : mudah larut dalam air, membentuk larutan palesen. Kegunaan : surfktan. 10. Asam Sitrat (Acidum Citricum) Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik, merapuh dalam udara kering dan panas. Kelarutan : larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P. Kegunaan : merupakan sequestering agent dan sebagai pengangkat lemak. 11. Aqua Destillata Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. Kelarutan : -
V.
FORMULA
No
Bahan
Komposisi (%)
1.
Asam Stearat
7
2.
VCO
12
3.
Oleum Ricini
4
4.
NaOH 30%
10
5.
KOH 30%
2
6.
Gliserin
7
7.
Propilenglikol
7
8.
Etanol
15
9.
Sukrosa
15
VI.
10.
SLS
2
11.
Asam Sitrat
0,25
12.
Perasan Jeruk Lemon
6,5
13.
Aqua Destillata
14.
Pewarna
q.s
15.
Pengaroma Jeruk
q.s
Ad 100
CARA PERHITUNGAN Pembuatan dalam 500 gram Perhitungan : 1. Asam stearat
: 7/100 X 500
= 35 gram
2. VCO
: 12/100 X 500
= 60 gram
3. Oleum Ricini
: 4/100 X 500
= 20 gram
4. NaOH 30%
: 10/100 X 500
= 50 gram
5. KOH 30%
: 2/100 X 500
= 10 gram
6. Gliserin
: 7/100 X 500
= 35 gram
7. Propilenglikol
: 7/100 X 500
= 35 gram
8. Etanol
: 15/100 X 500
= 75 gram
9. Sukrosa
: 15/100 X 500
= 75 gram
10. SLS
: 2/100 X 500
= 10 gram
11. Asam Sitrat
: 0,25/100 X 500
= 1,25 gram
12. Perasan Jeruk Lemon : 6,5/100 X 500 13. Aquadestillata
= 32,5 gram
: Ad 500
Ad 500 - (35+60+20+50+10+35+35+75+75+10+1,25+32,5 gram) 500 - 447,5 gram = 61,25 gram 14. Pewarna
: q.s
15. Pengaroma Jeruk : q.s
VII.
PROSEDUR KERJA
1. Timbang masing-masing bahan 2. Masukkan asam stearat, VCO dan oleum ricini kedalam magnetic stirrer panaskan hingga meleleh semua
3. Masukkan KOH dan NaOH ke dalam magnetic stirrer aduk hingga homogen 4. Tambahkan asm sitrat, aduk hingga homogeny 5. Tambahkan sukrosa (yang telah dilarutkan dengan aquadest panas yang untuk meng ad ka) 6. Tambahkan gliserin, propilenglikol suhu atur 70°C aduk hingga homogen dan transparan 7. Tambahkan etanol 96% aduk hingga homogen 8. Tambahkan SLS (larutkan dengan air panas) aduk hingga homogen dan matikan magnetic stirrer, atur suhu sampai 40°C 9. Tambahkan perasan jeruk lemon, aduk hingga homogen 10. Tambahkan pewarna dan pengaroma secukupnya 11. Masukkan kedalam cetakan
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil a. Data Pengamatan Organoleptik setelah 3 hari No
Kondisi sediaan
Hasil
1
Warna
Kuning
2
Bau
Bau khas seperti aqua fresh
3
Konsistensi
Padat
b. Kekerasan Sabun Dengan menggunakan alat Hardness Tester, sabun dipotonng dengan ukuran 1 x 1 cm sebanyak 3 potong sabun.
Replikasi
Skala Akhir
Skala Awal
Selisih
I
6
4
2
II
7
4
3
III
7
4
3
Rata – rata
2,6
c. Uji Stabilitas Sabun Timbang sabun sebanyak 1 gram, larutkan dengan aquadest 10 ml. lalu masukkan kedalam gelas ukur kemudian kocok. Amati dan catat tinggi busa yang dihasilkan pada menit ke 0, 5, 10, dan 15.
No
Menit
Hasil
1
0
4 cm
2
5
2,5 cm
3
10
2 cm
4
15
1,5 cm
d. Derajat Keasaman (pH) Timbang sabun sebanyak 1 gram, larutkan dengan aquadest 10 ml. kemudian ukur pH dengan indikator universal. Sediaan
pH sabun
Sabun setelah proses pembuatan
13
(dalam kondisi semi padat) Sabun setelah dipadatkan
13
2. Pembahasan Pada praktikum kali ini membuat sabun padat transparan. Sabun transparan yang tealah dibuat dilakukan pengamatan dan pengujian meliputi pengamatan organoleptis, pengujian derajat keasaman (pH), pengujian kekerasan, dan pengujian stabilitas busa. Pengamatan dan pengujian dilakukan 3 hari setelah sabun memadat. Sabun padat yang dihasilkan berwarna kuning yang terdispersi merata. Sabun padat memiliki permukaan yang halus dan rata, tidak ada rongga-rongga yang disebabkan gelembung gas. Sabun yang dihasilkan memiliki bau khas dari perasan lemon dan pewangi yang ditambahkan. Sabun padat yang dihasilkan konsistensinya cukup keras dan sedikit kenyal sehingga mudah untuk diaplikasikan. Sabun akan membersihkan permukaan kulit dari kotoran kotoran yang ada. Pada proses pengujian kekerasan sabun didapatkan hasil sebagai berikut:
Tidak ada permasalahan yang mendasar pada pembuatan sabun padat ini, karena pembuatannya relatif mudah.
IX.
KESIMPULAN Sabun padat yang dihasilkan berwarna kuning yang terdispersi merata. Sabun padat memiliki permukaan yang halus dan rata, tidak ada ronggarongga yang disebabkan gelembung gas. Sabun yang dihasilkan memiliki bau khas dari perasan lemon dan pewangi yang ditambahkan. Sabun padat yang dihasilkan konsistensinya cukup keras dan sedikit kenyal sehingga mudah untuk diaplikasikan..
.