LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA “LIPBALM”
Disusun oleh: Iria Yuli Nur Karimah Jihan Adilah Khoirunnisa Kurniah Lidya Indriyani Lucky Fazriyani
1016088 1016089 1016090 1016091 1016092
Tingkat IIIB Program Studi Diploma III
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2018
I.
TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat lipbalm, bahan apasaja yang dapat digunakan untuk memformulasikan sediaan lupbalm.
II.
MANFAAT a. Dapat mengetahui mutu fisik sediaan lipstik dari madu yang baik sesuai dengan kriteria. b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang lipbalm yang dapat digunakan untuk melembabkan kulit bibir.
III.
DASAR TEORI 1. Pengertian Kosmetik Kosmetik adalah sediaan/ paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan, untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. (SK. MENKES No. 140/ 1991). Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. 2. Pengertian Lipstik Lipstik adalah bagian dari kosmetik yang digunakan untuk rias bibir agar terlihat lebih menarik dan juga disertai bahan yang dapat melindungi bibir dari lingkungan yang merusak misalnya sinar ultraviolet. (Wasitaatmadja, 1997). 3. Persyaratan Lipstik Persyaratan dalam pembuatan lipstik adalah: 1. Melapisi bibir secara mencukupi. 2. Dapat bertahan di bibir selama mungkin. 3. Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket. 4. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir. 5. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
6. Memberikan warna yang merata pada bibir. 7. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya. 8. Tidak meneteskan minyak, permukaan halus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik. 4. Bentuk-bentuk Lipstik Bantuk- bentuk lipstik dapat berupa: 1. Krim 2. Cair 3. Crayon 5. Macam-macam Lipstik a. Liquid Berbentuk cair, mengkilap, dan pekat. Lipstik dalam bentuk cair sudah dilengkapi dengan spoon atau kuas sehingga mudah dioles. Biasanya, lipstik cair juga berfungsi sebagai pengkilap/pengilap dan pelembab. b. Palette Dalam satu wadah palette terdapat beberapa warna. Bentuknya bisa krim padat atau balm yang berfungsi melembabkan bibir. Gunakan lipstik palette dengan kuas. c. Pen lip polish Lipstik jenis ini berbentuk cair dalam kemasan seperti pena dengan ujung yang dilengkapi kuas. Lipstik dapat memberikan efek mengkilap di bibir dengan cara aplikasi yang sama dengan lipstik biasa. Berbentuk gel padat dan dikemas dalam bentuk tube, jenis ini aplikasinya sama dengan lipstik pen polish atau liquid.
d. Gloss Bentuk cair dan mengkilap. Bisa mengandung glitter untuk memberikan efek berkilau keperakan atau bening untuk kesan
natural. Lip gloss mengkilat bisa memberi efek bibir lebih menonjol, jadi tidak disarankan untuk bibir tebal. e. Stick Jenis ini biasanya tidak mengilap dan sedikit lembab. Agar tahan lama, oleskan seperti biasa lalu hapus dengan tisu. Setelah itu, oleskan kembali. f. Mate Dikenal memiliki ribuan warna indah, lipstik matte ini menyerupai warna alami bibir. Dinamakan matte karena memang bahan penyusunnya tidak mengandung banyak moisturizer, dan minyak, sehingga tidak mengkilat dan memberikan kesan doff alami. Warnanya cenderung warna yang terang dan berani. g. Krim Lipstik jenis ini memiliki kandungan wax lebih banyak dari jenis lipstik lainnya, melindungi bibir dari sinar matahari, udara dan debu, namun sama seperti matte, menyebabkan bibir kering. Karena ada kandungan wax, lipstik jenis ini memberikan sedikit kesan basah. Lipstik krim ini juga cocok digunakan oleh mereka yang memiliki bibir tipis dan tampil penuh secara sempurna. h. Fros/ pearly Lipstik ini pas digunakan pada malam hari, karena akan memberikan kesan menyala dan mewah. Efek glitternya membuat bibir tampak berkilau. Pas jika digunakan pada pesta atau sekedar hang out dengan sahabat di malam hari. i. Long lasting Senada dengan lipstik lainnya, lipstik jenis ini sebenarnya merupakan hasil dari pengembangan lipstik matte, hanya saja ia dapat bertahan beberapa jam lebih lama. Sayangnya, lipstik jenis ini juga mengancam kekeringan pada bibir. Dan tentunya pelembab sangat dibutuhkan untuk menjaga bibir dari kekeringan dan pecahpecah.
6. Bahan Utama Lipstik Bahan bahan utama lipstik adalah: 1. Lilin Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, beeswax, candellila wax, spermaceti, ceresine.Semuanya berperan pada kekerasan lipstik. 2. Minyak Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya melarutkan zat-zat warna eosin. Misalnya, minyak
castor,
tetrahydrofurfuryl
alcohol,
fatty
acid
alkylolmides, dihydric alcohol beserta monoethers dan monofatty acid esternya, isopropyl myrsitate, isopropyl palmitate, butyl stearate, paraffin oil. 3. Lemak Misalnya, krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnnya hydrogenatet castor oil), cetyl alcohol, oleyl alcohol, lanolin 4. Acetoglycerides Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik sehingga meskipun temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik konstan. 5. Zat-zat pewarna (coloring agents) Zat pewarna yang digunakan secara universal dalam lipstik adalah zat warna eosin yang memenuhi 2 persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pad kulit dan kelarutannya pada minyak.Pelarut terbaik untuk eosin adalah castor oil.Tetapi furfuryl alcohol beserta ester-esternya, terutama stearad dan ricinolead, memiliki daya melarutkan eosin yang lebih besar. Fatty acid alkylomides, jika dipakai sebagai pelarut eosin, akan memberikan warna intensif pada bibir.
6. Surfaktan Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk memudahkan pembasahan dan dispersi partikelpartikel pigmen warna yang padat. 7. Antioksidan 8. Bahan pengawet 9. Bahan pewangi (fragance) Atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring), harus menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan. IV.
PRA FORMULASI 1. Coconut oil Pemerian : Cairan jernih: tidak berwarna atau kuning pucat: bau khas,tidak tengik Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol(95%) P pada suhu 60 o; sangat mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P. 2. Cocoa butter Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan; bau khas aromatik; rasa khas lemah; agak rapuh. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyaktanah P. 3. Castor oil (Minyak Jarak / Oleum Ricini) Pemerian : Cairan kental, jernih, kuning pucat atau hamper tidak berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan. Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah larut dalam etanol mutlak P dan asam asetat glasial. 4. Carnauba wax Pemerian : Berwarna cokelat muda sampai kuning pucat, dapat berbentuk bubuk, berupa serpihan atau tidak teratur; memiliki bau yang khas ringan, hampir hambar, dan tidak berasa; tidak mudah berubah menjadi tengik
Kelarutan : Hampir tidak larut dalam air; sedikit larut dalam etanol mendidih (95%); serta dapat dilarutkan dalam kloroform hangat dan toluena. Titik lebur :80-88℃ (Rowe et al, 2009). V.
FORMULASI No
Nama Bahan
Jumkah (%) b/v
1 2 3 4
Coconut Oil Cocoa butter Castor oil Carnauba wax
45 20 25 10
Catatan: Pembuatan dalam 150 gram VI.
CARA PERHITUNGAN 1. Coconut oil = 45/100 x 150 gram = 67,5 gram. 2. Cocoa butter = 20/100 x 150 gram = 30 gram. 3. Castor oil = 25/100 x 150 gram = 37,5 gram. 4. Carnauba wax = 10/100 x 150 gram = 15 gram.
VII.
PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Menimbang masing-masing bahan. 3. Memasukkan cocoa butter dan carnauba wax ke dalam slow cooker hingga meleleh. 4. Memasukkan coconut oil ke dalam slow cooker sambal di aduk sampai homogen. 5. Memasukkan castor oil ke dalam slow cooker sambal di aduk sampai homogen. 6. Memasukkan sediaan ke dalam wadah yang telah disediakan. VIII. PEMBAHASAN
Lipbalm termasuk kosmetika dekoratif. Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya Tarik agar lebih disukai orang lain. Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta tidak mengubah secara permanent kekurangan (cacat) yang ada. Carnauba merupakan wax yang berfungs untuk membentuk lapisan berkilat dan pembuat bentuk pada lipbalm. Yang
juga berfungsi
melindungi kulit dari kekeringan dan membuat warna lebih lama menempel pada kulit Castor oil (oleum ricini) dan coconut oil merupakan minyak tumbuhan. Minyak tumbuhan ditambahkan sebagai pelumas, untuk mengurangi efek pengeringan dan untuk menurunkan titik lebur. Oleum ricini merupakan minyak yang diambil dari biji jarak, pada suhu ruang berbentuk cair dan stabil pada suhu rendah atau sangat tinggi pelumas atau bisa melembabkan bila menempel pada bibir. Sedangkan coconut oil atau minyak kelapa minyak yang diperoleh dari pemerasan buah kelapa. Disamping itu, minyak tumbuhan merupakan pelarut yang baik dalam melarutkan zat warna dan pengawet yang larut dalam minyak. Cocoa butter merupakan basis lemak yang berfungsi untuk membentuk lapian film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstick, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah terhadap lipstick. Selain tu, cocoa butter juga berfungsi sebagai pengikat antara basis fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lipbalm yang dihasilkan berwarna putih pucat yang terdispersi merata dalam basis. Lipbalm tidak meneteskan minyak serta memiliki permukaan yang halus dan rata, tidak ada rongga-rongga yang disebabkan gelembung gas. Lipbalm yang dihasilkan memiliki bau khas dari cocoa butter. Lipbalm yang dihasilkan konsistensinya cukup lembut sehingga mudah untuk diaplikasikan pada bibir. Lipbalm akan melembabkan bibir
tanpa memberikan perbahan warna pada bibir sehingga bibir menjadi terlihat lembap alami. Tidak ada permasalahan yang mendasar pada pembuatan lipbalm ini, karena pembuatannya relatif mudah. IX.
KESIMPULAN Lipbalm yang dihasilkan berwarna putih pucat yang terdispersi merata dalam basis. Lipbalm tidak meneteskan minyak serta memiliki permukaan yang halus dan rata, tidak ada rongga-rongga yang disebabkan gelembung gas. Lipbalm yang dihasilkan memiliki bau khas dari cocoa butter. Lipbalm yang dihasilkan konsistensinya cukup lembut sehingga mudah untuk diaplikasikan pada bibir. Lipbalm akan melembabkan bibir tanpa memberikan perbahan warna pada bibir sehingga bibir menjadi terlihat lembap alami.
LAMPIRAN
Proses peleburan ( alat Slow Cooker )
Proses pengadukan
Pengujian PH indikator
Wadah Lip balm
Hasil PH indikator ( 5 )
Proses sebelum pemadatan
Hasil dari pewarnaan
Hasil Lip balm
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. https://www.pdfcoke.com/doc/284396013/Laporan-Resmi-Lip-Balm.
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA “ALCOHOL HANDSANITIZER GEL”
Disusun oleh: Iria Yuli Nur Karimah Jihan Adilah Khoirunnisa Kurniah Lidya Indriyani Lucky Fazriyani
1016088 1016089 1016090 1016091 1016092
Tingkat IIIB Program Studi Diploma III
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2018
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membuat handsanitizer gel, bahan apa saja yang dapat digunakan untuk memformulasikan sediaannya. II.
MANFAAT 1. Dapat memahami langkah-langkahbdalam pembuatan sediaan gel 2. Untuk mengetahui kriteria gel yang baik. 3. Sederhana dan singkat. Menggunakan handsanitizer lebih cepat. dan lebih mudah untuk membersihkan tangan dari pada mencuci tangan. 4. Dalam perjalanan handsanitizer sangat membantu.
III.
DASAR TEORI 1. Definisi Gel Gel atau jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terdispersi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan sebagai obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan kedalam lubang tubuh (DepKes, 1995) 2. Kekurangan dan kelebihan Kekurangan dan kelebihan sediaan gel menurut Lachman L, et al. (1994), adalah sebagi berikut : a. Keuntungan sediaan gel 1) Memberikan efek dingin pada kulit saat digunakan. 2) Penampilan sediaan yang jernih dan elegan. 3) Pada pemakaian dikulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernafasan pori tidak terganggu. 4) Mudah dicuci dengan air. 5) Pelepasan obatnya baik. 6) Kemampuan penyebarannya pada kulit baik. b. Kekurangan sediaan gel 1) Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut dalam air sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebakan iritasi dan harga lebih mahal. 2) Penggunaan emolen golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi. 3) Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena paparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat aktif. 3. Klasifikasi Gel Berdasarkan sistem fase yang membentuk gel digolongkan menjadi 2 macam : a. Gel sistem fase tunggal Gel sistem fase tunggal terdiri dari makromolekul yang terdispersi merata keseluruh cairan sedemikian rupa sehingga tidak menurunkan batas antara makromolekul yang terdispersi dengan cairannya (DepKes, 1978). b. Gel sistem dua fase Gel sistem dua fase yaitu jika massa gel terdiri dari gumpalan zarah kecil, massanya bersifat tiksotropik, artinya massa akan mengental jika dibiarkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Gel demikian disebut magma (DepKes, 1978). 4. Dasar Gel Berdasarkan komposisinya basis gel dapat dibedakan menjadi : a. Basis gel hidrofobik Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan kedalam fase pendispersi, bilamana ada, hanya ada sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofilik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus (Ansel dalam Wardani, 2009). b. Basis gel hidrofilik
Dasar gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Pada umumnya karena daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik balikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang besar (Ansel dalam Wardani, 2009). 5. Sifat dan karakteristik Gel menurut Wardiyah (2015) a. Swelling Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar primer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen jel berkurang. b. Syneresis Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegarangel akan mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Syneresis dapat terjadi pada hidrogel maupun organgel. c. Efek suhu Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya air yang dingin membentuk larutan
yang
kental.
Pada
peningkatan
suhu
larutan
tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang di sebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut. d. Efek elektrolit Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (Melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak larut. e. Elastisitas dan rigiditas Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel, bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel. f. Rheologi Larutan pembentuk gel (gelling gel) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukan jalan aliran non-Newton yang di karakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran. 6. Senyawa pembentuk gel Sejumlah polimer digunakan dalam pembentuk struktur berbentuk jaringan yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah : gom alam, turunan selulosa, dan karbomer.
a. Gom alam Gom yang digunakan sebagai pembentuk gel dapat mencapai sasaran yang diinginkan dengan cara dispersi sederhana dalam air atau melalui cara interaksi kimia. Beberapa gom alam yang digunakan sebagai pembentuk gel antara lain : alginat, karagen, tragakan, pektin, gom xantan, dan gelatin (Agoes & Darijanto, 1993). b. Carbomer Carbomer membentuk gel pada konsentrasi 0,5%. Dalam media air, yang diperdagangkan dalam bentuk asam, pertama-tama didispersikan terlebih dahulu. Sesudah udara terperangkap keluar
sempurna,
gel
akan
terbentuk
dengan
cara
netralisasindengan basa yang sesuai. Pemasukan muatan negatif sepanjang rantai polimer menyebabkan kumparan lepas dan berekspansi (Agoes & Darijanto, 1993). c. Turunan Selulosa Turunan selulosa mudah terurai karena reaksi enzimmatik dan karena itu harus terlindung dari kontak dengan enzim. Turunan selulosa yang dapat digunakan untuk membentuk gel adalah metilselulosa, Na CMC, hindroksietilselulosa, dan hidroksipropil selulosa (larut dalam cairan polar organik) (Agoes & Darijanto, 1993). IV.
PRA FORMULASI Pada praktikum pembuatan handsanitizer gel dapat digunakan bahan bahan sebagai berikut : 1. Aethanolum (FI III, hal 65) Etanol adalah campuran etilalkohol dan air, mengandung tidak kurang dari 94,7% v/v atau 92,0% dan tidak lebih
dari 95,2% v/v atau 92,7% C2H6O . Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak: bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform pdan dalam eter p .
Khasiat : Zat tambahan
2. Glycerolum (FI III, hal 271) Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih. Tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 . Kelarutan : Dapat campur dngan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan dalam minyak lemak. Khasiat : Za 3. Propylenglycolum (FI III, hal 534) Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; rasa agak manis; higroskopik. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan
dengan minyak lemak. Khasiat : Zat tambahan : Pelarut . 4. Triaethanolaminum (FI III, hal 612) Trietanolamina adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap
zat
anhidrat
saebagai
trietanolamina,
N
(C2H4OH)3. Pemerian : Cairan kental; Tidak berwarna hingga kuning
pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik. Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P; larut dalam kloroform P . Khasiat : Zat tambahan.
V.
FORMULA HANDSANITIZER GEL No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Bahan Carbopol Propilenglicolum Etanol 96% Glicerin TEA Pewarna Pengaroma Aquadest
Jumlah (%) 0,2 0,25 40 0,15 1,5 Qs Qs Ad 100
Keterangan Geliing agend Humectant Sanitizer Humectant Neutralizer
INTRUKSI : buat dalam 500 gram, etanol dan aquadest dalam satuan ml. VI.
CARA PERHITUNGAN 1. Carbopol = 0,2/100 X 500 = 1 gram 2. Propilenglikol = 0,25/100 X 500 = 1,25 gram 3. Etanol 96% = 40/100 X 500 = 200 ml 4. Gliserin = 0,15/100 X 500 = 0,75 gram 5. TEA = 1,5/100 X 500 = 7,5 gram 6. Pewarna = qs 7. Pengaroma = qs 8. Aquadest untuk Carbopol = 100 ml 9. Aquadest = 500 – (1 + 1,25 + 200ml + 0,75 + 7,5 + 100) 500 – 310,5 = 189, 5 ml ~ 190 ml
VII.
PROSEDUR KERJA a. Dispersikan carbopol pada 100 ml aquadest panas. Biarkan selama 30 menit. Setelah itu kocok lambat dengan homogenizer kecepatan 50 rpm selama 30 menit . b. c. d. e. f.
Tambahkan semua propilenglikolum. Tambahkan semua gliserin. Tambahkan semua trietanolamin dengan kecepatan 100 rpm Tambahkan etanol sedikit demi sedikit. Tambhakan pewarna dan pengaroma qs
g. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit h. Masukan kedalam kemasan. VIII. PEMBAHASAN Dari praktikum kali ini formula kosmetika pada pembuatan Alcohol Handsanitizer Gel yang dibuatkan sebanyak 500 gram. Langkah pertama pembuatan yaitu membuat gelling agent, yaitu dengan melarutkan carbopol pada 100 ml aquadest panas dan dikembangkan
selama 30 menit. Setelah itu diaduk lambat
menggunakan homogenizer dengan kecepatan 50 rpm. Selanjutnya penambahan propilenglikolum, gliserin, dan trietanolamin lalu menambah kecepatan menjadi 100 rpm. Setelah homogeny tambahkan etanol sedikit demi sedikit sambil diaduk, agar gel yang terbentuk tetap stabil. Selanjutnya penambahan pewarna dan pengaroma secukupnya, kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit. Hasil yang didapat yaitu sediaan yang sempurna membentuk gel dengan pH 8. Dan kemudian kita menguji daya sebar dengan beban 78,5 gram , didapat nilai Horizontal 8,83 cm, vertikal 9,71 cm, diagonal 1 = 9,96 cm , dan diagonal 2 = 10,39 cm . jadi angka daya sebar dari praktikum sediaan handsanitizer kelompok kami adalah 9,7225 cm . IX.
KESIMPULAN Hasil sediaan Alcohol Handsanitizer Gel yang dapat memenuhi persyaratan, karena sediaan terurai sempurna dan membentuk massa gel. Dengan pH 8 dan daya sebar 9,7225 cm .
LAMPIRAN
Bahan- bahan Alcohol Handsanitizer Gel
Proses pembuatan Handsanitizer Gel
Alat-alat pengujian daya sebar & organoleptis
Hasil Handsanitizer Gel
Hasil PH ( 8 )
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Baeti, Nur. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Gel Sanitizer Ekstrak Etanol Teh Hijau Dengan Gelling Agent Carbopol 940 konsentrasi 0,75 % dan 1 %. Karya Tulis Ilmiah Akademi Farmasi Muhammadiyah Cirebon.
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA “LOTION”
Disusun oleh: Iria Yuli Nur Karimah Jihan Adilah Khoirunnisa Kurniah Lidya Indriyani Lucky Fazriyani
1016088 1016089 1016090 1016091 1016092
Tingkat IIIB Program Studi Diploma III
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2018
I.
TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan Lotion, dan bahan apa saja yang digunakan untuk memformulasikannya sediaannya
II.
MANFAAT 1. Menjaga Kelembaban Kulit. Fungsi utama dari pelembab, khususnya hand & body lotion adalah menjaga kelembaban kulit. 2.
Mencegah Kulit Bersisik dan Kusam
3.
Melembutkan Kulit dan Membuatnya Bersinar.
4. Memberi Perlindungan Kulit.
5. Aromanya Membuat Tenang III.
DASAR TEORI Definisi Lotion Lotion menurut FI III adalah sediaan cair berupa suspensi atau disperse digunakan obat luar. Dalam bentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak air (o/w atau m/a) dengan surfaktan yang cocok. Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau obat karena sifat bahan-bahannya. Hand and body lotion (losion tangan dan badan) merupakansebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995). Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yangdigunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yangtersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanyaditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepatkering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri darisedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapatmengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yangsehat.Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yangdistabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
IV.
PRA FORMULASI 1. Acidum Stearicun Pemerian : Zat padat keras mengilat menunjukkan susunan Kelarutan
Khasiat Konsentrasi 2. Cetil Alkohol Pemerian
hablur, putih, atau kuning pucat mirip lemak lilin. : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian Etanol 95%, dalam 2 bagian Kloroform, dan dalam 3 bagian Eter : Emulsifying agent, solubilizing agent : 1-20% : Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau
Kelarutan
khas lemah, rasa lemah : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter,
Khasiat Konsentrasi
kelarutan bertambah dengan naiknya suhu : Emulsifying Agent : 2-5%
3. Paraffin Liquidum Pemerian : Cairan kental transparan tidak berflouresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak Kelarutan Khasiat Konsentrasi 4. Glycerolum Pemerian Kelarutan
mempunyai rasa : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform dan dalam eter : Emolient : 1-20% : Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, higroskopik. : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol 95%, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam minyak lemak. : Emolient, humektan. : Hingga 30%
Khasiat Konsentrasi 5. Triethanolaminum Pemerian : Cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, Kelarutan Khasiat Konsentrasi 6. Minyak Sereh
bau lebih mirip amoniak dan higroskopik. : Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform : Alkalizing agent, emulsifying agent : 0,5-4%
Pemerian Khasiat 7. Aquadest Pemerian
V.
Khasiat FORMULASI No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
VI.
: Cairan warna kuning pucat sampai kuning tua, bau khas enak : Penghalau serangga : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa : Pelarut
Nama Bahan Acidum Stearicum Cetyl Alkohol Paraffin Liquidum Glycerolum Triethanolaminum aquadest Minyak sereh pengaroma pewarna
Jumlah % 2,5% 0,5% 7% 5% 1% Ad 100 0,5% qs qs
CARA PERHITUNGAN
Acidum Stearicum Cetyl Alkohol Paraffinum Liquidum Glycerolum Trietanolaminum Minyak Sereh Aquadest
= 2,5/100 x 250 = 6,25 = 0,5/100 x 250 = 1,25 = 7/100 x 250 = 17,5 = 5/100 x 250 = 12,5 = 1/100 x 250 = 2,5 = 0,5/100 x 250 = 1,25
= 250 - (6,25+1,25+17,5+12,5+2,5+1,25) = 250 - 40,25 = 209,75~210 ml VII. PROSEDUR KERJA 1. Fase air dipanaskan pada suhu 70oC-80oC di waterbath dengan sekali pengadukan hingga larut sempurna(Aquadest panas) 2. Fase minyak dipanaskan pada suhu 70oC-80oC di waterbath dengan sekali pengadukan hingga larut sempurna. Panaskan selama 40 menit 3. Masukan fase minyak dan fase air kedalam wadah plastic, aduk dengan mixer kecepatan 1 hingga terbentuk lotion 4. Tambahkan Minyak Sereh, aduk sampai larut
5. Tambahkan pewarna dan pengaroma secukupnya, kocok sampai larut 6. Masukan kedalam kemasan botol VIII. PEMBAHASAN Pada praktikum ini, kelompok kami membuat sediaann lotion Sediaan Hand Body Lotion sendiri
memiliki karakteristik yaitu
penggunaan yang praktis dan merata pada kulit sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis yang tidak lengket pada kulit dan kemudahan menyebar pada seluruh tubuh. Hasil yang diinginkan pada sediaan Hand Body Lotion ini yaitu aman, memiliki efektivitas sebagai mostiraizing dan dapat memberi nutrisi pada kulit, memiliki daya sebar yang luas sehingga viskositas diharapkan rendah dan mudah mengalir serta memiliki aroma yang wangi dan stabil selama penyimpanan. Parameter evaluasi yang seharusnya dilakukan adalah organoleptis, pH, viskositas, tipe emulsi, homogenitas, daya sebar, tercucikan air, daya lekat, ukuran partikel, uji iritasi, uji aseptabilitas dan uji efektivitas. Namun daya lekat, tipe emulsi, ukuran partikel, tercucikan air dan uji aseptabilitas tidak dilakukan karena keterbatasan waktu, sedangkan viskositas tidak dilakukan karena keterbatasan jumlah sediaan. Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan, terdapat beberapa uji yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Untuk uji organoleptis, bentuk dari sediaan sudah memenuuhi spesifikasi. Namun, warna dari sediaan yang kami buat terlihat lebih pucat dan kurang menarik Untuk uji pH, sediaan memiliki pH 7 kami juga menghitung suhu pada fase air 75 OC dan suhu pada fase minyak 78 OC Pada saat melakukan uji sebar hasil yang kami dapatkan yaitu keatas : 8,21 cm kebawah ; 8,64cm, IX.
ke kanan : 8,85cm, dan ke kiri : 8,77 cm. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Lotion yang baik yaitu mempunyai nilai stabilitas emulsi tinggi, nilai viskositas tinggi, dan pH 8 b. lotion termasuk sediaan emulsi
c. Pada saat melakukan uji sebar hasil yang kami dapatkan yaitu keatas : 8,21 cm kebawah ; 8,64cm, ke kanan : 8,85cm, dan ke kiri : 8,77 cm
LAMPIRAN
Bahan-bahan pembuatan Lotion
Alat pembuatan Lotion
Proses pembuatan Lotion
Proses pengadukan Lotion
Hasil Uji PH Indikator ( 8 )
Uji Daya Sebar
Uji Organoleptis
Hasil Lotion
DAFTAR PUSTAKA
Farmakope Indonesia Edisi V
http://www.academia.edu/9872991/TUGAS sedian kosmetik krim dan lotion emolien. https://shofipunya.wordpress.com/2011/12/08/sediaan-hand-and-bodylotion-dengan-bahan-aktif-ekstrak-teh-hijau-dan-apel-yang-berfungsisebagai-antioksidan/
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI KOSMETIKA “SABUN TRANSPARAN”
Disusun oleh: Iria Yuli Nur Karimah Jihan Adilah Khoirunnisa Kurniah Lidya Indriyani Lucky Fazriyani
1016088 1016089 1016090 1016091 1016092
Tingkat IIIB Program Studi Diploma III
SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON 2018
LAMPIRAN
Bahan- bahan Pembuatan sabun Transparan
Cetakan Sabun
Hasil pengujian PH indikator ( 13 )
Hasil dari proses pencetakan sabun transparan
Proses pencetakan sabun
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim. 1985. Formulasi kosmetika Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. https://www.pdfcoke.com/document/361805953/Laporan-Resmi-SabunTransparan https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-sabun.html