Ruda Paksa.docx

  • Uploaded by: Sri Deni Wati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ruda Paksa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,560
  • Pages: 8
RUDA PAKSA BAB I PENDAHULUAN

Pada saat ini indonesia ada sikap sikap seakan-akan pasrah dalam menghadapi masalah korbann gawat darurat. Kalau ada orang yang meninggal atau cacat kita cenderung menganggapnya sebagai nasib atau sudah merupakan kehendak Tuhan. Sebenarnya angka kejadian, kematian dan kecacatan dapat dicegah dan diturunkan bila kita mempunyai sistem penanggulanagan penderita gawat darurat secara terpadu (inclusive system). Menurut survei Keehatan rumah Tangga (SKRT) 1986 dan 1992 kematian karena kecelakaan lalulintas merupakan penyebab kematian nomor 4. dari tahun 1991 sampai tahun 1995, tiap tahun ada antara 798 sampai 873 orang (muda) mendapat kecelakaan lalulintas dan masih hidup waktu polisi tiba tetapi meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit atau meninggal di rumah sakit karena tidak mendapat penanggulangan yang optimum. Melihat keadaan ini mungkin yang salah adalah sistemnya. Maka sudah waktunya diseluruh indonesia dilaksanakan SPGDT.

BAB II ISI

A.

PENGERTIAN Trauma atau rudapaksa adalah suatu keadaan kegawat daruratan yang harus memerlukan penagananan secara optimum, yang bilamana tidak ditolong dengan segera akan berakibat kematian atau kecacatan.

B.

ETIOLOGI Penyebab dari trauma atau rudapaksa adalah kecelakaan lalulintas.

C.

PENILAIAN DAN PENGELOLAAN AWAL PENDERITA TRAUMA

1.

Tahap persiapan atau pengelolaan penderita Persiapan penderiata berlangsung dalam 2 keadaan berbeda, yang pertama adalah tahap pra rumah sakit (prehospital), dimana seluruh kejadian idealnya berlansung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit. Fase kedua adalah fase rumah sakit (in-hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima penderita sehingga dapat dilakukanresusitasi dalam waktu cepat.  Tahap pre rumah sakit

2.

Koordinasi yang baik antara dokter dirumah sakit dengan petugas lapangan akan menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit sudah diberitahukan sebelum penderita diangkat dari tempat kejadian. Yang harus diperhatikan disini adalah mejaga airway, breathing, kontrol perdarahan dan syok, inmobilisasi penderita dan pengiriman kerumah sakit terekat yang cocok, sebaiknya kesuatu pusat trauma. Harus diusahakan untuk mengurangi waktu tanggap (repon time). Jangan sampai terjadi bahwa semakin tinggi tingkat paramedik, semakin lama penderiata berada di TKP. Harus menyertai penderita keterangan yang akan dibiutuhkan di rumah sakit yaitu : waktu kejadian, riwayat penderita dan mekanisme kejadian dapat menerangkan jenis perlukaan dan beratnya perlukaan. Triase Triase adalah cara pemilihan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumberdaya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC Airway dengan cervikal spine control, brithing, dan circulaion dengan kontrol perdarahan ) Triase berlaku untuk pemiihan penderita baik dilapangan maupun di rumah sakit. Merupakan tanggung jawab tenaga prarumah sakit dan pemimpin tim lapangan bahwa penderita akan dikirim ke rumah sakit yang sesuai. Merupakan kesalahan besar untuk mengirim penderita ke rumah sakit non trauma bila ada pusattrauma tersedia. Suatu sistem skoring akan membantu dalam pengambilann keputusan pengiriman ini.

Dua jenis triase dapat terjadi : a. jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas,. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah dawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu b. jumlah penderita dan beratnya perlukaan melapaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yag terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paingsedikit. 3. Survei primer



Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlukaan, atabilitas tanda-tanda vital dan mekanisme ruda paksa. Pada penderita luka parah , prioritas terapi diberikan berurutan berdasarkan penilaian: Airway (jalan napas) dengan kontrol servikal



Breathing dan ventilasi



Circulation dengan kontrol perdarahan



Disability : satus neurologis



Exposure/enviromental control : buka baju penderita , tetapi cegah hipotermia. Yang penting pada fase pra rumah sakit adalah ABC dilakukan resusitasi dimana perlu kemudian fiksasi penderita lalu transportasi. Walaupun jumlah darah, cairan, obat, ukuran anak, kehilangan panas, dan pola perlukaan dapat berbeda, namun penilaian dan prioritas pada anak pada dasarnya sama dengan pada dewasa. Resusitasai

4. a.

Airway

Airway ahrus dijaga dengan baik pada penderita tidak sadar. Jaw thrust atau chin lift dapat dipakai pada beberapa kasus. Pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nao-pharingeal airway. Bila penderita tidak sadar dantidak ada refleks bertahak (gag refleks) dapat dipakai oro-pharigeal airway (Guedel). Kontrol jalan nafas pada penderita yang airway terganggu karena faktor mekanik, atau ada gangguan ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakheal, baik oral maup[un nasal. Prosedur ini harus dilakukan dengan kontrol terhadap servikal. Surgical airway dapat dilakukan bila intubasi endotrakheal tidak mungkin karena kontra indikasi atau karena masalah teknis. b. Breathing/ventilasi/oksigenasi Adanya tension pneumothoraks mengganggu ventilasi, dan bila dicurigai, harus segera dilakukan dekompresi (tusuk dengan jarum besar, disusul WSD). Setiap penderita trauma diberikan oksigen. Bila tampa intubasi, sebaiknya oksigen diberikan dengan face mask. c. Circulation dengan kontrol perdarahan Bila ada gangguan cirkulasi harus dipasang sedikitnya 2 jalur (IV line(. Kateter IV yag dipakai harus berukuran besar, Pada awalnya sebaiknnya menggunakan vena pada lengan. Jenis IV line lain, vena seksi, atau vena sentralis tergantung dari kemampuan petugas yang melayani. Syok pada penderita pada umumnya disebabkan hipovalemia. Pada saat datang penderita diinfus dengan cepat dengan 1,5-2 liter cairan kristaloid, sebaiknya Ringer Laktat. Bila tidak ada respon dengan pemberian bolus kristaloid tadi, diberikan darah segolongan. Bila tidak

ada darah segolongan dap[at diberikan darah type O rhesus negatif atau tipe O rhisus positif titer rendah. Pemberian vasopresor, steroid atau Bic. Nat tidak diperkenangkan. Hipotermia dapat terjadi pada penderita yang diberikan Ringer Lactac yang tidak dihangatkan atau darah yan masih dingin terutama bila penderita juga adalam keadaan dingin terutama bila penderita juga dalam keadaan kedinginan karena tidak diselimuti. Untuk menghangatkan cairan dapat dipakai alat pemanas cairan. d. Monitoring

1.

Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada laju nadi, nafas, tekanan darah, tekanan nadi, suhu tubuh dan kesadaran penderita. Laju nafas dipakai untuk menilai airway dan breathing. Eet dapat berubah posisi pada saat penderita berubah posisi.

2.

Pulse oximetri sangat berguna. Pulse oximetri mengukur secara koligrafi kadar saturated o2, bkan pao2.

3.

Pola penilaian tekanan darah harus disadari bahwa tekanan darah ini merupakan indikator yang kurang baik guna menilai perfusi jaringan.

4.

Monitoring ekg dianjurkan pada semua penderita trauma.

5.

Tindakan resusitasi dilakukan pada saat masalhnya dienali, bukan setelah survei primer selesai. Pada saat keputusan diambil untuk merujuk, perlu komunikasi antara petugas pengirim dan petugas penerima rujukan. Survei sekunder Survei sekunder dilakukan hanya setelah survei primer telah selesai, resusiotasi dilakukan dan pebderita stabil. Survei sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk pemeriksaan tanda vital. Pada penderita tidak sadar atau gawat,kemungkinan untuk luput dalam mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar bagi dokter yang bertugas di rumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang ditemukan pada survei sekunder. Sekali lagi ditekankan bahwa survei sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil. BAB III KESIMPULAN



Trauma atau rudapaksa adalah suatu keadaan kegawat daruratan yang harus memerlukan penagananan secara optimum, yang bilamana tidak ditolong dengan segera akan berakibat kematian atau kecacatan.



Penyebab dari trauma atau rudapaksa adalah kecelakaan lalulintas.



Penilaian dan pengelolaan awal penderita taruma terdiri atas : a.

Tahap pengelolaan penderita

b. Triase c.

Survei primer

d. Resusitasi e.

Survey sekunder

f.

Pemantauan dan re-evaluasi berlanjut

g. Penaganan menetap

DAFTAR PUSTAKA

BASIC TRAUMA – CARDIAC LIFE SUPPORT. Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. Brunner & Suddarth, 2001. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. EGC. Kedokteran. Jakarta R. Sjamsuhidayat, dkk. 1999. ILMU BEDAH. EGC. Kedokteran. Jakarta

PENANGANAN a. Sisi positif

Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi kesemuanya berakhir pada satu hasil akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung. Penanganan yang tepat untuk menghindari kejadian tersebut adalah memperhatikan bantuan hidup dasar yang antara lain : 

Airway (jalan nafas)



Breathing (pernafasan)



Circlation (jantung dan pembuluh darah)

Jika semua kebutuhan dasar tersebut dapat diatasi dengan segera maka penderita dapat dihindarkan dari kecacatan dan bahkan kematian. b. Sisi negatif

Penanganan trauma yang terlambat terutama pada hal-hal yang dapat mengancam jiwa akan menimbulkan masalah bagi klien terutama trauma yang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas. Tindakan yang tidak profesional dari perawat mungkin saja akan mengakibatkan kecacatan dan bahkan kematian bagi klien.

2

TRAUMA ( RUDA PAKSA ) Posted: 20 Januari 2011 in kesehatan, keselamatan kerja

0

DEFINISI 

Trauma merupakan reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa kejadian/pengalaman spontanitas secara mendadak (tiba-tiba) yang membuat terkejut, kaget, menakutkan, shock, tidak sadar dan sebagainya yang telah mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia.

PENYEBAB TRAUMA Secara umum kondisi trauma yang dialami individu (anak) disebabkan oleh berbagai situasi dan kondisi diantaranya:   

Peristiwa/kejadian alamiah (bencana alam). Pengalaman dikehidupan sosial ini (psiko-sosial) seperti pada asuh yang salah, ketidakadilan, penyiksaan (secara psiki-fisik), teror, kekerasan, perang, dsb. Pengalaman langsung/tidak langsung seperti melihat sendiri (langsung) dan pengalaman orang lain (tidak langsung), dan sebagainya.

JENIS TRAUMA Berdasarkan penyebabnya trauma terdiri dari: ü Trauma Psikologis ü Trauma Neurosis ü Trauma Psychosis ü Trauma Disease

Jenis trauma berdasarkan sifatnya terdiri dari:   

1. Trauma Ringan 2. Trauma Sedang/Menengah 3.Trauma Berat

Secara umum gejala PTSD dibagi menjadi 3 macam,yaitu :   

Reexperiencing Hyperarousal Avoidance

CARA MENGATASI TRAUMA Ada beberapa cara untuk deteksi diri dan upaya penanganan. Cara dalam rangka diagnosa awal menentukan upaya terapi selanjutnya. 1.

Planning

Pemikiran dasar dalam rangka menjalankan tugas secara menyeluruh. 2.

Action

Setelah planning yang tepat langkah selanjutnya yaitu aksinya/perbuatan dalam aksi segala hal/masalah yang hendak dianalisis akan menjadi terorganisasi sehingga memperjelas metode, pendekatan, upaya problem solving.

3.

Controling

Konsep ini menjadi penting karena apabila terjadi kekeliruan metode pendekatan/konsep yang telah direncanakan di aplikasikan dilapangan maka dapat dikontrol. 4.

Evaluation

Kegunaannya untuk melihat sejauh mana proses perkembangan kesembuhan traumatik yang diderita oleh individu dalam upaya pemberian bantuan apakah dilanjutkan/dihentikan (bila dianggap sudah normal) . Penanganan awal terhadap penderita traumatik yang dilakukan oleh konselor, guru, dsb : 1.

Direct Techinge Aplication

2.

FGD Techinge Aplication

Related Documents

Ruda
June 2020 2
Ruda
October 2019 6
Ruda Paksa.docx
December 2019 11

More Documents from "Sri Deni Wati"

Fdr Rudi Uts - Copy.docx
December 2019 17
Anemia Pada Remaj1.docx
December 2019 22
2.en.id.doc
December 2019 5
Ruda Paksa.docx
December 2019 11