ANEMIA PADA REMAJA ANEMIA PADA REMAJA A. Pengertian Anemia Penyakit Anemia sering terjadi pada manusia, anemia tidak pandang tua muda anak ataupun kelompok umur tertentu gejala anemia kadang tidak terdeteksi secara dini, bagaimana anemia tersebut?mari kita ulas sejenak tentang penyakit anemia ini. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 3 mm darah atau berkurangnya jumlah sel yang dipadatkan (packed redcell volume) dalam 100 ml darah. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal (Depkes 2008). Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr % dan eritrosit 4,5-5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan, hemoglobin normal 12-16 gr % dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/mm3. Menurut Santrock (1993) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19 tahun. DeBrun (dalam Rice, 1990) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Kadar Hb normal pada remaja putri adalah 12 gr % sedangkan pada remaja putrasekitar14 gr %.Anemia pada remaja adalah apabila remaja mempunyai kadar Hb kurang dari 12 % pada remaja putri dan kurang dari 14 gr % pada remaja putra. Remaja memiliki risiko tinggi mengalami anemia karena defisiensi zat besi. Ini disebabkan memasuki fase remaja, tubuh tumbuh semakin pesat yang disertai berbagai perubahan hormonal menjelang fase kedewasaan. Itu sebab, tubuh membutuhkan sejumlah besar nutrisi, termasuk zat besi, yang terutama digunakan oleh darah untuk mengangkut oksigen. Zat besi yang tidak mencukupi akan memicu anemia. Remaja perempuan umumnya memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia. Remaja perempuan lebih rentan karena mulai mengalami menstruasi bulanan sehingga asupan makanan yang rendah zat besi dapat memicu anemia. Anemia juga berpotensi terjadi pada remaja vegetarian.Salah satu sumber utama zat besi adalah daging merah. Berpantang memakan daging pada vegetarian akan mengurangi jumlah zat besi yang masuk ke tubuh. Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita
anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak hamil/produktif adalah33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World Health Organization (WHO,1997) untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku. Saat ini anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace elementvital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas, dll (Bakta, 2006). Remaja beresiko tinggi menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi. Remaja putri beresiko lebih tinggi daripada remaja putra oleh karena remaja setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah rata-rata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28 hari dan diatur oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu remaja khususnya mahasiswa memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas perkuliahan maupun organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur. Selain itu seringnya kebiasaan mahasiswa dalam mengonsumsi minuman yang dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang (Hanafiah, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Abidin pada mahasiswi FKUSU-ACMS Angkatan 2007 dan FK UKM-ACMS Angkatan 2009 tahun 2010 menyatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada saat menstruasi yaitu hari ke-2 siklus adalah 11.36g/dl dan pada saat tidak menstruasi yaitu hari ke-16 siklus adalah 11.91g/dl. Ini menunjukkan bahwa menstruasi mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang.
B. Tanda dan Gejala Anemia pada Remaja Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah : 1. Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L). 2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. 3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. C. Penyebab Anemia pada Remaja Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor pendorong anemia pada remaja putri adalah : 1. Adanya penyakit infeksi Penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Selain itu,Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu produksi sel darah merah. 2. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri. Menstruasi pada remaja putri biasanya mengakibatkan anemia, karena setiap bulan remaja putri mengeluarkan darah haid. Remaja putri lebih sering terkena anemia dibanding remaja putra, hal ini terjadi karena : a. Kebutuhan zat besi pada remaja putri adalah 3 kali lebih besar dari pada laki-laki karena mengalami haid setiap bulannya. Remaja putri setiap bulan mengalami menstruasi yang secara otomatis mengeluarkan darah.Itulah sebabnya remaja putri memerlukan zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula namun kebanyakan dari remaja putri tidak menyadarinya bahkan ketika tahu pun masih mengganggap anemia masalah sepele. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada laki-laki. b. Remaja putri umumnya kurang mengkonsumsi makanan yangmengandung zat besi seperti daging, ikan, hati, tempe, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan serta buah. c. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehinnga membatasi asupan makanan. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi. d. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya melalui feses. 3. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan. Perdarahan ini bisa saja akibat mimisan, luka karena jatuh atau kecelakaan. 4. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk. Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Apabila remaja mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil kemungkinannya mengalami kekurangan zat besi, namun banyak remaja dari kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Remaja dari kalangan mampu juga dapat terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang. Kebiasaan merokok, kebiasaan sarapan pagi dan kecukupan energi yang memenuhi 70% dari Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan mempunyai hubungan yang bemakna
dengan kejadian aktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukati menunjukkan prevalensi anemi lebih rendah pada anak yang biasa sarapan pagi, dan ternyata mempunyai konsentrasi belajar yang lebih tinggi. Kekurangan energi mempengaruhimetabolisme tubuh termasuk utilisasi zat gizi yang dikonsumsi, oleh karena itu variabel kecukupan energi juga berhubungan secara bermakna. 5. Penyakit cacingan pada remaja Meskipun penyakit cacingan tidak mematikan, namun cacingan bisaMenurunkan kualitas hidup penderitanya, bahkan mengakibatkan kurang darah (anemia) dan dapat mengakibatkan kebodohan. Sekitar 40 hingga 60 persen penduduk Indonesia menderita cacingan dan data WHO menyebutkan lebih dari satu miliar penduduk dunia juga menderita cacingan. Penderita cacingan dikalangan anak sekolah juga cukup tinggi. Biasanya seorang siswa yang terinfeksi cacing akan mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) hingga 12 gr persen, dan akan berdampak terhadap kemampuan darah membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak. Akibatnya, penderita cacingan terserang penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya, jika anak-anak itu sudah terinfeksi cacing biasanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik, mental, dan seksual. Cara penularan cacing antara lain melalui makanan, kaki yang langsung berhubungan dengan tanah yang mengandung vektor cacing, karena tidak mengenakan alas kaki. Selain itu kebiasaan buang air besar (BAB) di sembarang tempat juga bisa menularkan cacing. Prosesnya tinja yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan dan bisa masuk melalui mulut. Maka makanan juga harus ditutupi agar tidak terkena debu dan telur cacing. D. Akibat dari Anemia pada Remaja Menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri adalah : 1. Menurunnya kesehatan reproduksi. 2. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan. 3. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar Konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja. 4. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 5. Menurunkan tingkat kebugaran. E.
Cara Mencegah Terjadinya Anemia pada Remaja Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia adalah : 1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe). Sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing, domba), buncis, sayuran hijau, telur, kacang-kacangan, sea food. Sumber folat adalah buah segar, sayuran hijau, kembang kol, hati, ginjal, produk olahan susu. Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12 adalah daging dan produk olahan susu, daging,hati, ginjal, tiram, keju, dan telur. b. Makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (tomat, jeruk, nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. 2. Jika dibutuhkan minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama haid. Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Bila minum tablet tambah darah dengan menggunakan air putih atau air jeruk, tidak boleh dengan teh, kopi, atau susu karena akan mengganggu penyerapan besi di saluran pencernaan. Vitamin C diperlukan untuk membantu penyerapan besi di dalam saluran pencernaan, kecuali penderita gangguan pencernaan. Sebab vitamin C dapat memperparah penderita gangguan pencernaan. Hindari kafein, misalnya kopi atau teh dalam jumlah banyak, karena kafein dapat mengganggu penyerapan besi di saluranpencernaan. Hindari alkohol dan obat-obatan tertentu yang dapat mengakibatkan defisiensi asam folat. 3. Cara pencegahan agar tidak menderita cacingan yaitu: a. mencuci tangan menggunakan air bersih. b. Saat mengambil air menggunakan wadah yang bersih dan menyimpannya di tempat yang besih dan tertutup. c. Sebelum diminum air dimasak dahulu sampai mendidih. d. Biasakan mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB dan sebelum makan. sayuran mentah harus dicuci bersih sebelum dikonsumsi. e. Tutup makanan yang tersaji di rumah dan jajanan di sekolah. f. Selalu memakai alas kaki terutama saat keluar rumah. g. jangan BAB di sembarang tempat. h. memotong kuku dan membersihkannya seminggu sekali. i. minum obat cacing dua kali setahun. F. 1. 2.
3. a.
Penanganan dan Pengobatan Anemia Penanganan dan pengobatan anemia antara lain: Segera periksa ke dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mengetahui penyebab anemia sehingga pengobatan dapat diberikan dengan tepat. Penuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh. Besi per oral
b. I.
merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman, preparat yang tersedia, yaitu: Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murahdan efektif). Dosis: 3 x 200 mg. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama. Besi parenteral Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasinya, yaitu : Intoleransi oral berat Kepatuhan berobat kurang Kolitis ulserativa Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir). SUMBER KEPUSTAKAAN
Handayani, Wiwik, dkk.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Hematologi.Jakarta: salemba medika. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Utama Wulan Arum. 2011. Anemia pada Remaja Putri. Dikutip darihttp://digilib.unimus.ac.id diakses tanggal 18 april 2013. Nursalam.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : PT. Salemba Medika. Yatim, Faisal.2009.Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. Jakarta:Pustaka Obor. Monik jp. 2012. Anemia pada Remaja Putri. Dikutip darihttp://monikajp.blogspot.com/2012/12/anemia-pada-remaja-putri.htmldiakses tanggal 20 maret 2013. Mamansoelaiman. Cacingan Bukan Penyakit Sepele. Dikutip darihttp://www.sidoharjo.com/idkesehatan/cacingan-bukan-penyakit-sepele.htmldiakses tanggal 15 april 2013. Permaesih. 2005. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 33 no.4. Dikutip dariejournal.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 18 april 2013. Bumbata. 2013. Tips anemia tanda gejala kekurangan zat besi pada remaja. Dikutip dari http://bumbata.co diakses tanggal 18 april 2013.