2.en.id.doc

  • Uploaded by: Sri Deni Wati
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 2.en.id.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,819
  • Pages: 12
International Journal of Sains dan Teknologi Volume 2 Nomor 8, Agustus 2013

Peningkatan Daya Matematika dalam Pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Gabungan Atiyah Suharti Balai Diklat Keagamaan Bandung, Jln. SoekarnobHatta tidak ada. 716 Bandung

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kekuatan matematika untuk siswa melalui penerapan model gabungan di Madrasah Tsanawiyah, dilengkapi dengan deskripsi kondisi, dampak dan hasil dari pelaksanaan model pembelajaran gabungan, langsung dan tidak langsung. Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan model dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus di M.Ts. kelas Pui kabupaten IX Kuningan. hasil dijelaskan; terkandung meningkatkan kekuatan nilai matematika dan peningkatan kualifikasi kategorisasi pada siswa. Kondisi peserta didik dengan pembelajaran model yang dikombinasikan ditemukan bahwa siswa model pembelajaran langsung dapat mengikuti tapi pasif, tetapi tidak secara langsung pada model belajar siswa membutuhkan bimbingan yang optimal untuk mandiri dan aktif. model pembelajaran bertahap dikombinasikan dapat diimplementasikan dengan lancar, guru dan siswa merespon dengan baik, namun masih sulit mahasiswa kemerdekaan, dan efek peningkatan matematika rata-rata siswa. Kata kunci: kekuatan matematika, pembelajaran model digabungkan, langsung dan tidak langsung

1. PENGANTAR Artikel ini sebagai bagian dari proses output penelitian tindakan pada pengajaran dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang terintegrasi. Penelitian termasuk peran guru, peserta didik, kurikulum dan pengajaran-pembelajaran strategi. salah satu yang terjadi dalam mengajar dan belajar dari proses adalah Munculnya interaksi antara peserta didik dan guru. Di sekolah matematika

pengetah tujuan memiliki uan Matematika kekuasaan. Sumber termasuk matematika kemampuan penalaran, koneksi, pemecahan masalah dan komunikasi (NTCM, 2000). IInteraction siswa dan guru dalam pembelajaran peserta didik matematika dilakukan sebagai media untuk pembelajaran mengeksplorasi, menginvestigasi dugaan, menggeneralisasi dan menggunakan berbagai cara untuk membuktikan. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mengembangkan keterampilan penalaran. Selain penalaran kemampuan, kemampuan yang harus dikembangkan adalah kemampuan peserta didik menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, memberikan alasan untuk eksplorasi

competance lain adalah kemampuan untuk belajar memecahkan masalah sehari-hari melalui bantuan matematika konsep, menerapkan berbagai strategi dan merenungkan proses pemecahan masalah. Ini masalah matematika kemampuan pemecahan. Studi yang dilakukan Sumarmo (1999) tentang peserta didik dalam kota, menemukan keterampilan rendah dari siswa dalam memecahkan masalah matematika. Kesulitan yang dialami oleh sebagian besar siswa adalah menemukan strategi yang tepat dan melaksanakan perhitungan-memeriksa ulang hasil perhitungan. Wahyudin (1999) berpendapat bahwa matematika adalah subjek yang sulit untuk memahami distribusi tingkat penguasaan matematika peserta didik cenderung rendah. Menurut Wahyudin (1999) kelemahan siswa

disebabkan oleh: (1) kurangnya bahan prasyarat yang baik, (2) tidak memiliki kemampuan untuk memahami dan mengidentifikasi dasar konsep matematika (aksioma, definisi, aturan, teorema) yang terkait dengan topik diskusi, (3) kurangnya kemampuan dan ketepatan dalam mendengarkan kembali jawaban diperoleh (apakah jawabannya mungkin atau tidak), (4) kurangnya

dilakukan, serta menjelaskan dan membuat matematika pertanyaan. Kemampuan itu adalah calledmathematical kemampuan berkomunikasi. Kemampuan di atas, harus didukung juga oleh kemampuan untuk berhubungan topik yang dipelajari, menghubungkan Konsep dengan mata pelajaran lain dan untuk berhubungan dengan aplikasi dari konsep kehidupan. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk menghubungkan peserta didik matematika yang telah berkembang dengan baik dalam belajar.

logis kemampuan penalaran dalam memecahkan masalah atau masalah matematika. Melaporkan hasil TIMSS (Mullis, 2003) yang menunjukkan kemampuan siswa di Indonesia dalam memecahkan penalaran dan pemecahan masalah aspek material melalui nomor; aljabar; geometri, serta data representasi, analisis, dan peluang rendah kemampuan. ini berdasarkan nilai perolehan kelas 8 SMP mahasiswa dari Indonesia, yang hampir seluruhnya di bawah rata-rata internasional. Misalnya, ketika siswa diminta untuk menemukan jumlah segitiga di gambar n-th IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

576

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013 pola, pelajar Indonesia hanya 7% yang menjawab benar. Sementara kemampuan rata-rata internasional 14%. Jadi ada perbedaan dalam kemampuan 7%. Itu kemampuan peserta didik untuk menerapkan kemampuan penalaran, koneksi, komunikasi dan pemecahan masalah, salah satu yang diuji melalui penelitian yang dilakukan oleh TIMSS (2003). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh TIMSS (2003) menunjukkan bahwa peserta didik-peserta didik di Hong Kong, Korea dan Jepang mencapai kinerja yang tinggi, karena lebih penekanan pada pembelajaran penalaran matematika dan penyelesaian masalah. Kinerja tinggi dicapai dengan ini negara-negara Asia, termasuk pencapaian tertinggi di perbandingan di negara lain. Kekuatan matematika peserta didik sangat terkait dengan guru dalam pembelajaran proses yang dilaksanakan dalam pembelajaran kegiatan. Hasil analisis dokumen rencana dan dokumen silabus yang dibuat oleh 30 guru di Kuningan Kabupaten masih sangat sedikit guru diidentifikasi pembelajaran Proses (analisis kegiatan inti dalam perencanaan / RPP) dapat meningkatkan peserta didik matematika. Data ini menunjukkan bahwa ada anggapan jika tingkat kekuatan matematika dari learnersin Kabupaten Kuningan masih perlu ditingkatkan. Sebuah terobosan baru untuk pengembangan matematika peserta didik dimulai dengan mengubah pandangan guru dalam hal belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarmo (2004) yang menyatakan bahwa untuk mendukung yang sedang berlangsung suasana belajar yang kondusif dan dalam upaya untuk memberdayakan peserta didik membutuhkan perubahan pandangan belajar, perubahan tersebut adalah: pandangan kelas hanya sebagai kumpulan individu untuk kelas menjadi pembelajaran masyarakat, dari guru sebagai instruktur ke arah guru sebagai motivator, fasilitator dan pengelola pembelajaran. Seiring dengan di atas, Ruseffendi (1998) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif peserta didik, yaitu, internal dan eksternal. Dua hal termasuk kecerdasan peserta didik, peserta didik berbakat, belajar,

Hal senada diungkapkan oleh Sumarmo (2004) bahwa matematika diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran keterampilan guru, antara lain: 1) memilih tugas-tugas matematika yang menghasilkan bunga dan intelektual peserta didik, 2) meningkatkan pemahaman dan penerapan peserta didik matematika secara menghubungkan mendalam, dengan konsep akan dipelajari dan bantuan peserta didik menemukan hubungan antara konsep-konsep, 3) mengatur "wacana" adalah deskripsi atau diskusi secara mendalam lisan atau tertulis, untuk mengungkapkan atau mengekspresikan pendapat, pikiran atau persetujuan atau ketidaksetujuan dan alasan untuk sesuatu yang terjadi selama pembelajaran matematika berlangsung, untuk menemukan dan mengembangkan ide-ide matematika, yang meliputi penerapan teknologi dan alat-alat lain untuk memperoleh matematika penemuan dan bantuan peserta didik menggunakannya. Selain itu, bisa memandu tugas individu, kerja kelompok atau kelas tugas. Melihat kondisi di atas, maka perlu suatu upaya untuk meningkatkan pembelajar adalah kekuatan matematika. Peningkatan matematika dapat dilakukan baik oleh memilih metode yang tepat dalam pembelajaran. Pilihan dari metode pembelajaran di efek pada hasil belajar siswa. Karena dengan menetapkan metode yang tepat akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi yang obyektif pada peserta didik matematika M.Ts Kuningan Pui kabupaten kelas IX yang mendapatkan model gabungan pembelajaran melalui direct-indirect. Tujuan penelitian rinci adalah: 1). Menjelaskan lingkungan belajar siswa dengan menggunakan model tidak langsung Joint Langsung untuk Meningkatkan Matematika Peserta didik Tsanawiyah, 2) .Explaining dampak model pelaksanaan Joint Langsung Tidak Langsung Meningkatkan Matematika Peserta didik Tsanawiyah, 3). Menjelaskan halus pelaksanaan penelitian menggunakan model gabungan langsung tidak langsung, 4). Menjelaskan kekuatan matematika hasil siswa dalam hal kategori pencapaian peserta didik dengan pembelajaran gabungan langsung Tidak langsung.

pelajar preferensi, model presentasi, materi, pribadi dan sikap guru, lingkungan belajar, kompetensi guru, serta kondisi yang lebih luas masyarakat. Dengan demikian, guru sebagai salah satu eksternal faktor, harus merencanakan, melakukan dan memberikan jenis tugas untuk belajar matematika, yang merupakan tugas yang dapat membuat peserta didik secara aktif berpartisipasi, mendorong intelektual perkembangan peserta didik, untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan matematika, dapat merangsang peserta didik, menyiapkan hubungan dan prosedur kerja menggunakan ide matematis, memajukan matematika komunikasi, menggunakan matematika sebagai aktivitas manusia, dan untuk termotivasi siswa memahami Essensi matematika. Selain itu Lorsbach dan Tobin (2004) menyatakan bahwa pengetahuan yang ada dalam diri seseorang tidak dapat dihapus hanya dari otak seseorang menjadi kepala orang lain. Peserta didik sendiri yang harus menafsirkan apa yang menjadi diajarkan untuk pertumbuhan pengetahuan untuk pengalaman mereka.

Model Kombinasi Belajar (Direct dan

tidak langsung )

yang terdiri dari fase gabungan antara langsung instruksi dan pembelajaran tidak langsung. Fase pembelajaran Gabungan Yaitu; 1). Menyampaikan tujuan dan persiapan untuk peserta didik; 2). Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan; 3). Memberikan bimbingan jika diperlukan; 4). memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik; 5). Memberikan latihan dan aplikasi konsep.

2. METODE PENELITIAN penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan siklus, sementara dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus dilakukan dalam kelas M.Ts Pui IX terdiri dari 34 siswa di Kabupaten Kuningan. Setiap sepeda terdiri dari perencan aan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

577

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013

Penelitian ini dilakukan dua siklus, siklus pertama dan siklus kedua dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut. Pertama, tahap perencanaan, terdiri dari kegiatan berikut: persiapan rencana pelajaran (planing) konsep baris dalam siklus pertama dari suku ke-n pada siklus II, skenario pembelajaran dan yang berikutnya dari persiapan perangkat. Kedua, tahap pelaksanaan (acting), yang terdiri dari kegiatan; pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal, proses pembelajaran dengan menerapkan Model gabungan langsung tidak langsung Tsanawiyah pada pembelajaran matematika, guru menjelaskan strategi dalam Model gabungan langsung tidak langsung dengan menggunakan karya siswa lembar, dan kemudian melakukan pengamatan lebih lanjut tentang proses pembelajaran, tes tertulis perilaku, tes tertulis dan penilaian hasil. Ketiga, fase pengamatan (observasi), yang mengamati pelajaran dan menilai hasil tes sehingga hasilnya diketahui. Hasil dari siklus pertama digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus II. Empat tahap refleksi (mencerminkan), yang menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I dan II. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi dan tes. Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai situasi di kelas dan pembelajaran yang terjadi dalam model gabungan diperoleh dengan menggunakan instrumen pengamatan pada lembar kerja. Lembar kerja untuk mengukur peserta didik dan soal tes matematika untuk melihat peningkatan hasil belajar (nilai-nilai) peserta didik. analisis data diterapkan adalah dengan menggunakan deskripsi statistik sederhana.

3. HASIL Hasil penelitian dapat dijelaskan sehubungan dengan suasana belajar, dampak yang dirasakan, halus

pelaksanaan dan peningkatan peserta didik matematika dengan menggunakan model gabungan. Suasana peserta didik dengan menggunakan Model Gabungan untuk Meningkatkan Matematika Peserta didik Tsanawiyah, diidentifikasi bahwa suasana belajar hening ketika belajar dengan metode langsung. Semua siswa memperhatikan tetapi siswa tidak akrab dengan metode tidak langsung, sehingga bimbingan yang diberikan harus optimal (perhatian ekstra). Peserta didik lebih memperhatikan metode langsung dan dapat dilihat bahwa stimulasi yang disediakan dalam bimbingan peserta didik guru sangat disukai. Dampak dari tindakan Model Gabungan untuk Meningkatkan Prestasi Peserta didik Tsanawiyah dapat menunjukkan dari nilai-nilai pre test dan post-test. nilai tes prestasi siswa yang diterima nilai pretest rata-rata 56,82 dan nilai posttest rata-rata 72,00. Kelancaran pelaksanaan penelitian menggunakan model gabungan langsung tidak langsung pada tahapan metode pembelajaran gabungan langsung tidak langsung secara bertahap dan lancar, peserta didik merespon dengan baik, dan menemukan kemerdekaan masalah seperti peserta didik dalam tahap belajar dari metode tidak langsung. Deskripsi hasil dari siswa dalam kategori prestasi hal kekuasaan matematika dengan belajar gabungan langsung Tidak langsung. Daya matematika pada aspek penalaran matematika dan aspek pemecahan masalah terlihat dalam nilai-nilai tugas peserta didik dari pertanyaan yang diberikan. Mencetak tenaga matematika dalam penelitian tindakan kelas ini hanya dapat mengidentifikasi dua aspek, yang penalaran dan pemecahan masalah. Scoring dilakukan bahan ajar dan lembar kerja siswa disediakan dan dinilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria untuk nilai penalaran sebagai berikut;

Respon siswa untuk Masalah untuk mengidentifikasi aspek-aspek matematika penalaran Tidak ada jawaban / jawaban tidak sesuai pertanyaan / Tidak ada yang benar Hanya beberapa aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar Hampir semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan benar Semua aspek dari pertanyaan dijawab dengan lengkap / jelas dan benar

Skor 0 1 2 3

Gambar 1; Aspek mencetak Penalaran Matematika

Kriteria untuk masalah skor memecahkan, sebagai berikut;

Tanggapan siswa dari Pertanyaan untuk identifikasi matematika aspek pemecahan masalah Memahami masalah Memahami masalah dengan benar Memahami hanya bagian dari masalah / interpretasi masalah yang salah tidak mengerti masalah / interpretasi yang salah / tidak ada jawaban Memilih strategi penyelesaian Rencana benar dan lengkap mengarah kepenyelesaian benar Rencana didasarkan pada beberapa masalah diinterpretasikan dengan benar Tidak ada rencana / rencana yang dibuat salah

Skor 2 1 0 2 1 0

IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013

578

Menerapkan strategi Menerapkan prosedur dengan benar dan jawaban yang benar Menerapkan prosedur yang benar tetapi ada beberapa perhitungan yang salah Tidak ada jawaban atau jawaban yang salah berdasarkan rencana yang tidak tepat Memeriksa kebenaran dari hasil Memeriksa hasil dengan kebenaran penuh Hasil pengecekan tidak benar dan tidak lengkap di sini adalah tidak ada pemeriksaan hasil dan setiap pemeriksaan yang salah

2 1 0 2 1 0

Gambar 2: Skor aspek Problem Solving Matematika

Hasil skor kekuatan peserta didik matematika M.Ts Pui diperoleh seperti pada Gambar 3:

Peningkatan siswa matematika di aspek penalaran tidak terlalu tinggi, meningkatkan skor hanya sedikit, dari skor 16 pada siklus 1 menjadi skor 24 di siklus kedua. skor meningkat pada aspek penalaran adalah masih di kategori sangat rendah, meskipun ada peningkatan dalam skor. Adapun aspek pemecahan masalah cukup peningkatan yang signifikan, dari skor 50 dalam siklus 1 menjadi skor 87 dalam siklus 2. Peningkatan nilai pada pemecahan masalah aspek, ada juga peningkatan kagorinya, yaitu kemampuan siklus 1 siswa di aspek pemecahan masalah adalah dalam kategori buruk, tapi di siklus 2 menjadi kategori cukup.

4. DISKUSI

Pemilihan metode dalam mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, mata pelajaran dan kondisi peserta didik. Ketiga hal yang tak terpisahkan, saling terkait untuk satu sama lain. Hubungan antara tujuan pembelajaran, mata pelajaran dan kondisi peserta didik berada di aspek-aspek pembelajaran yang harus direncanakan untuk dilaksanakan

informasi dan peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi ide-ide mereka dan melihat koneksi. Belajar dengan model tidak langsung memiliki cukup perbedaan besar dibandingkan dengan model langsung. Perbedaan dalam hal kompetensi peserta didik, guru, dan iklim kelas terbentu k. Dalam model gabungan, kompetensi peserta dalam didik belajar menjadi tujuan utama, guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan motivator dalam pembelajaran, penjelasan langsung dari guru hanya diberikan jika diperlukan. iklim kelas yang menyebabkan model gabungan lebih hidup, karena peserta didik sebagai pusat pembelajaran, peserta didik aktif bukan selain sebagai tunggu pasif untuk pesanan dari guru. Demikian kemampuan berpikir tingkat siswa menjadi tujuan untuk tinggi menjadi dibentuk untuk mendukung proses pembelajaran untuk membentuk kompetensi siswa. Dalam mengajar dengan gabungan model menunjukka tertent jenis kegiatan yang n bahwa u dikembangkan melalui pengajaran langsung lebih cocok untuk meningkatkan tingkat rendah kemampuan berpikir, sambil belajar lainnya kegiatan yang dikembangkan melalui model yang lebih

sebagai -baiknya, sehingga pembelajaran akan meningkatkan siswa prestasi. Model gabungan ini merupakan terobosan baru yang dimulai dengan transformasi pandangan guru dari pembelajaran matematika di M.Ts Pui Kuningan. gabungan Model dikombinasikan model langsung dan tidak langsung. Model gabungan, dalam proses, belajar lebih learnerberpusat, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tidak memberikan langsung

tidak langsung berhasil dalam keterampilan pelajar dalam meningkatkan rangka lebih tinggi berpikir (Suryadi, 2005). Berdasarkan analisis data yang diperoleh oleh beberapa Temuan, termasuk peningkatan daya matematika , Tanggapan peserta didik dan guru untuk pembelajaran gabungan Model cukup baik. Kemampuan peserta didik matematika awal dapat dikenal melalui observasi. pelaksanaan worksheet Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa di IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

579

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013 awal siklus 1 masih sangat minim, namun di siklus kedua dengan pendampingan intensif dan efektif komunikasi dari para guru yang diperoleh meningkat kekuatan matematika pada siklus 2. Meningkatkan daya kemampuan matematika untuk siklus 2 di peserta didik matematika sebagai akibat dari tindakan kelas ini guru mengatakan hal yang sama, bahwa metode mengajar yang baik adalah metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Model yang digunakan guru di dalam kelas adalah dikombinasikan Model, guru membimbing siswa untuk dapat menyelesaikan tugas Anda melalui penggunaan metode pembelajaran. Kemampuan guru dalam memilih dan menentukan Metode yang digunakan dipengaruhi belajar dengan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman dalam mengajar cukup lama. Di Selain itu, latar belakang pendidikan sarjana pendidikan matematika juga mendukung kemampuan tersebut. Besarnya peningkatan daya kemampuan peserta didik matematika menunjukkan bahwa pengajaran yang diberikan oleh guru dengan model gabungan cukup efektif. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa model gabungan cukup berhasil di belajar matematika dalam penelitian ini. Meskipun peningkatan ini kemampuan penalaran matematika tidak terlalu bagus. Ini adalah karena siswa tidak akrab dengan masalah penalaran matematika, di mana penalaran matematika pertanyaan membutuhkan kemampuan tingkat tinggi. Peningkatan terjadi pada kemampuan penalaran matematika peserta didik yang belajar dengan pengamatan model yang dikombinasikan adalah didukung dalam belajar. Secara umum, siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran model digabungkan. Peserta didik mendapatkan keuntungan dari belajar matematika dengan cara baru yang Model gabungan. Peserta didik merasa terlibat secara aktif belajar dan berpartisipasi secara aktif berpikir. Peserta didik yang positif sikap terhadap matematika pembelajaran. Peserta didik merasa bahwa bahan matematika adalah bahan yang menarik, terutama bila ada pembinaan dalam pemecahan masalah.

Tanggapan guru dengan model gabungan pembelajaran matematika positif, ia senang melihat cara-cara baru melakukan pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan tugas belajar dalam model gabungan dari pembelajaran lebih ringan dari biasa untuk guru. Guru lebih berperan sebagai fasilitator, bukan dari pembelajaran konvensional membutuhkan guru yang lebih aktif, terutama dalam berbicara. Belajar lebih berkonsentrasi pada aktivitas peserta didik daripada kegiatan guru, seperti yang diharapkan dari kurikulum. Hasil data kelas penelitian tindakan menunjukkan bahwa model pembelajaran menggunakan model combinedcan meningkatkan kekuatan matematika siswa M.Ts. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan scoring dan kategori dari dua aspek, yaitu penalaran dari aspek matematika dan aspek pemecahan masalah. Hasil belum maksimal dan kemungkinan besar masih akan meningkat lagi karena kondisi siswa yang akrab dengan model pembelajaran langsung dimana kondisi pasif, karena digunakan biasanya dalam mengajar, guru sebagai pusat. Model pembelajaran tidak langsung mengharuskan kedua siswa mencari tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan dalam kategori penilaian dan pemecahan masalah cukup untuk siswa M.Ts. Kabupaten Pui Kuningan, tetapi Aspek penalaran sedikit peningkatan skornya. Ini adalah dimengerti mengingat karakteristik siswa di M.Ts. Kabupaten Pui Kuningan, masih belum digunakan secara aktif dalam belajar. Oleh karena itu, perlunya penelitian lebih lanjut untuk memeriksa semua aspek dari matematika di-madrasah Madrasah lainnya.

5. KESIMPULAN penelitian tindakan kelas adalah untuk menentukan peningkatan daya matematika siswa dengan model pembelajaran gabungan. Namun, temuan penelitian dapat dijelaskan sebagai lingkungan belajar, Dampak dari pelaksanaan pembelajaran, pembelajaran kelancaran model gabungan langsung - tidak langsung.

Peserta didik merasa bahwa materi ini sangat berguna dalam sehari-hari hidup, meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan cara bersikapnya di wajah permasalahan yang ada. Penemuan-penemuan ini melengkapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Faradhila N, et al (UNS, 2012) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Missouri Mathematics Project menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada materi dari luas permukaan dan volume prisma dan piramida, hasil penelitian ini tidak membandingkan dua model pembelajaran, namun menggabungkan dua model pembelajaran. Penelitian Effendi, LA (UPI, 2012) juga kesimpulan bahwa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika, representasi dan pembelajaran siswa yang diterima Metode penemuan dipandu lebih baik dari konvensional belajar. Studi ini menunjukkan bahwa model tidak langsung belajar (dipandu penemuan) dapat meningkatkan salah satu aspek dari siswa kekuasaan matematika adalah kemampuan untuk memecahkan masalah.

Suasana peserta didik dengan menggunakan Model Gabungan langsung tidak langsung untuk meningkatkan matematika Daya siswa Tsanawiyah dapat diidentifikasi bahwa suasana keheningan ketika belajar dengan metode langsung. Semua murid memperhatikan tetapi siswa tidak akrab dengan metode tidak langsung, sehingga bimbingan yang diberikan harus optimal (perhatian ekstra). Peserta didik lebih memperhatikan metode langsung dan dapat dilihat bahwa rangsangan disediakan dalam bimbingan peserta didik guru sangat disukai. Dampak mengajar Gabungan Model Langsung bisa langsung meningkatkan nilai rata-rata siswa. Kelancaran pelaksanaan penelitian menggunakan Model gabungan langsung tidak langsung dilaksanakan secara bertahap dan lancar, peserta didik merespon dengan baik, dan banyak masalah kemerdekaan sebagai peserta didik dalam tahap belajar dari metode tidak langsung. IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

580

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013

Peningkatan penalaran matematika siswa dalam aspek peningkatan tersebut hanya sedikit dan masih berada pada kategori kurang berkualitas. Adapun aspek pemecahan masalah dari peningkatan yang signifikan, dan ada peningkatan kagori nya kategori kurang pada siklus pertama, tetapi siklus 2 menjadi cukup kategori.

SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK), ada beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas, antara lain: 1.

2.

3.

4.

5.

Belajar matematika dengan model gabungan diberikan kepada siswa yang mampu dan tinggi, sebaiknya sebelum penelitian dilakukan, guru mengidentifikasi kemampuan siswa, sehingga siswa yang rendah kemampuan dapat diperlakukan khusus, sehingga kekurangan model pembelajaran ini dapat diatasi dengan pembinaan intensif individu, sehingga peningkatan matematika untuk setiap siswa. Penelitian ini terbatas pada konsep baris dan suku ken. Diharapkan pada peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran yang dikombinasikan dengan bahan pelajaran lainnya. Sampel diambil hanya di sekunder Pui sekolah kelas IX SMP di Kabupaten Kuningan. Diharapkan para peneliti lain agar bisa menggunakan sampel yang lebih besar, dengan tujuan meminimalkan kesalahan dan mendapatkan generalisasi yang lebih akurat. Model pembelajaran dikombinasikan sukses dapat disebabkan oleh bahan ajar dan lembar kerja siswa yang merangsang perbaikan matematika kekuasaan. Karena itu para guru yang akan menggunakan model ini harus mampu menganalisis dan menyiapkan bahan ajar dan lembar kerja pertama bertujuan untuk meningkatkan daya matematika peserta didik peneliti selanjutnya juga dapat memeriksa bagaimana menemukan kriteria untuk bahan ajar dan lembar kerja yang dapat meningkatkan daya matematika peserta didik

[4] Efendi, LA, Pembelajaran Matematika Mencari Google Artikel Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan * Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No 2 Oktober 2012. PPS, UPI, Bandung. [5] Faradhila N., di. Al. Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) PADA Materi Pokok Luas Permukaan Serta Volume Prisma Dan Limas Ditinjau Dari Kemampuan Spasial Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2011/2012., Jurnal Pendidikan Matematika Solusi Vol.1 No.1 Maret 2013, Surakarta. [6] Hudoyo, H. (1988) Mengajar Belajar Matematika Jakarta: Depdikbud Dikti PPLPTK. [7] NCTM. (2000). Prinsip dan standar untuk matematika sekolah. Reston, VA .: NCTM [8] Polya, G (1969) The Tujuan Pendidikan Matematika. [Online]. tersedia:File: /// E / Matematika School.htm [2004/01/23] [9] Peterson, PJ (1988). Pengajaran untuk Berpikir Tingkat Tinggi di Matematika: Tantangan untuk Dekade Berikutnya. Dalam DA Grouws, TJ Cooney, & D. Jones (Eds), Efektif Pengajaran Matematika. Virginia: NCTM. [10] Rahman, AA (2005) “Pemecahan * Masalah Matematika: Pembelajaran Dan Asesmennya”. Makalah disajikan hearts Seminar Nasional: Peningkatan KUALITAS Matematika di Sekolah, 9-11 April 2005. Jakarta: Himpunan Matematika Indonesia

[11] Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematik Peserta didik SMA Dikaitkan Mencari Google Artikel Kemampuan Penalaran Logik Peserta didik Dan Beberapa Unsur Proses Belajar-Mengajar. Disertasi, Bandung: FPS IKIP.

[12] Sumarmo,

REFERENSI [1] Arikunto, S. (1987). Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. [2] Afriki

(2005) “berfikirKritis hearts

Evaluasi

Matematika”.

makalah disajikan hearts Seminar Nasional: Peningkatan Matematika di Sekolah, 9-11 KUALITAS April 2005. Jakarta: Himpunan Matematika Indonesia. [3] Gravemeijer, KPE (1994). Mengemba Realistis ngkan Matematika pendidikan. Utrecht: Freudenthal Lembaga.

U. (2004). “Pembelajaran Matematika

Untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. makalah PADA Matematika MGMP SMP Negeri 1, Tasikmalaya. [13] Suryadi, D. (2005). PENGGUNA Model AN Pembelajaran

Sert Model a Gabungan Langsung Dan TIDAK Langsung hearts Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Peserta didik SLTP. Disertasi PADA PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

[14] Wahyudin.

TIDAK Langsung

(1999). Kemampuan Guru Matematika.

Calon Guru Matematika Dan Peserta didik hearts IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

581

International Journal of Sains dan Teknologi (IJST) - Volume 2 No. 8, Agustus 2013 Mata Pelajaran Matematika. Disertasi PPS. IKIP. Bandung: Tidak Diterbitkan.

[15] Yaniawati, P. (2001) Pembelajaran

DENGAN Model Open-Ended hearts Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta didik. tesis, Bandung: PPS. UPI.

IJST © 2012 - IJST Publikasi UK. Seluruh hak cipta.

582

More Documents from "Sri Deni Wati"

Fdr Rudi Uts - Copy.docx
December 2019 17
Anemia Pada Remaj1.docx
December 2019 22
2.en.id.doc
December 2019 5
Ruda Paksa.docx
December 2019 11