MODUL ROLLPLAY PADA PASIEN GANGGUAN BICARA
Disusun oleh : Fadilla Ainurrofiqoh (171210013) Rika Nurul Latifah (171210032) Yunita Lorensa (171210040) Yusratul Falahiyah (171210041)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017 MODUL ROLLPLAY PADA PASIEN GANGGUAN BICARA DITUJUKAN SEBAGAI PENUGASAN BAHASA INDONESIA
Dosen Pembimbing : Affif
Disusun oleh : Fadilla Ainurrofiqoh (171210013) Rika Nurul Latifah (171210032) Yunita Lorensa (171210040) Yusratul Falahiyah (171210041)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017 iii KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan modul rollplay ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang bertema “etika perawat terhadap pasien yang memiliki gangguan bicara”. Modul ini berisikan tentang etika perawat yang menghadapi pasien gangguan bicara Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Afif selaku dosen pembimbing kami yang telah memberi pengarahan dalam pembuatan modul ini . Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Jombang, 28 Maret 2018
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA (DELAYED SPEECH) DI POLI TUBUH KEMBANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA
Perkembangan ucapan serta bahasa yang didapat diperlihatkan oleh seorang anak. Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang lazim untuk mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral atau gangguan neurologik ringan, yang kelak dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar. Bahasa dapat di rumuskan sebagai pengetahuan tentang sistim lambang yang dipergunakan dalam komunikaasi yang dilakukan secaara lisan (Nelson, 1994). Ucapan atau bicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah kalu yang dapat didengar (Nellson, 1994). Bahasa dapat dipandang secara dasar diatas mana kemudian di bangun kemampuan bicara tersebuut, yang mana keduanya akan berkembang dalam progresi yang beraturan. Bahasa berhubungan errat dengan kemampuan kognitif. Kemempuan bahasa dapat diperlihatkan dengan berbagai cara : Dengan cara bagaimana anak terrsebut memberikan respon atas petunjuk-petunjuk lisan yang diberikan kepadanya, dengan gerrakan-gerakan yang diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan kebuutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan serta pengetahuan tentang lingkungan yang berrada di sekelilingnya serta memulai permainan kreatif dan imajinatif yang di perlihatkan oleh anak itu (Nelson, 1994). Kemampuan berbahasa merupakan indfikator seluruh perkembangan anak, emosi dan linkungannya. Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua atas diperkirakan gangguan cicara dan bahasa pada anak sekitar 4-5% (diluar gangguan pendengaran serta celah pelatum). Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera dicari, sehingga pengobatan serta pengobatannya dapat dilakukan seawal mungkin.
Bagan Kemampuan Bicara.
Otak bagian hemister kiri untuk berbahasa
POHON MASALAH
Riwayat : Prenatal, Perinatal Post Natal
Emosi : -
Ibu tertekan.
Ganggaun serius pada ortu / anak
Masalah pendengaran :
Cedera / ganggaun pada oak hemisper kiri
-
kongenital.
-
Didapat.
Resiko ketergantungan
Produktifitas
Intelegensia
Dx Kep : -
Cemas.
-
Kerang pengetahuan.
Koping keluarga tak efektif
Keluarga
Perkembanga
Dx Kep : Gangguan komunikasi verbal. -
Gangguan bermain.
-
Isolasi sosial.
-
Interaksi sosial.
Hubungan sosial
Ganggaun Bicara
Ganggauan bahasa : -
ekspresif
-
reseptik
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK “D” DENGAN GANGGUAN BICARA.
Pengkajian : tgl 25-7-2001 I.
Jam : 09.00 WIB.
IDENTITAS. Nama
Register
: An. D
Kunjungan
Jenis kelamin
: Laki-laki.
Tanggal lahir
: 17-7-1998.
Umur
: 3 Tahun.
Anak ke
: Tiga.
Identitas orang tua : Nama
: Ny. Suryani.
Tn. Rahmad.
Umur
: 31 Tahun.
35 Tahun.
Pendidikan
: SLTA.
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga.
SLTA. Wiraswasta.
Agama
: Islam.
Suku
: Jawa / Indonesia.
Alamat
: Ds. Sugio / Kec. Sugio, Lamongan
Dx medis Sumber informasi
Isalam.
: Developmental delay. : Orang tua.
II. ALASAN DATANG KE RS.
: 10065001 :I
Anak umur 3 tahun belum bisa bicara.
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG. Anak terlambat perkembangannya, bicaara tidak sempurna dan tidak lengakap. Hanya bisa mengatakan “moh, mam, mi” bila ingin sesuatu lebih senang menunjuk benda dari pada menyebutkan nama benda tersebut. Sampai saat ini anak belum bisa berjalan, hanya limalangkah cepat lalu jatuh.
IV. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU. Pada usia satu bulan pernah kejang deman dan dibawa ke S. sempat dirawat selama 2 minggu, dan selama 1 minggu dalam keadaan tidak sadar (namun tidak menggunakan sonde atau oksigen menurut orang tua). Setelah berusia dua tahun, anak dibawa ke dokter spesialis anak di daerah di beri obatobatan untuk merangsang pertumbuhannya,. Sejak usia 6 bulan sampai saat sekarang kien belum bisa bicara, lebih senang diam dan hanya bersuara saat menangis atau ketawa saat kesenangan. Anak dapat mengerti dan menolehak bila namanya di panggil. Riwayat Imunisasi. Lengkap, pada usia 1 tahun (DPT, BCG, Polio, Hepatitis).
V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA. Nenek dari ibu penderita Diabetes Mellitus dan hipertensi adik dari ayah memilki riwayat gangguan perkembangan pada masa kecilnya namun menurut orang tua sudah sembuh setelah setelah berusia dewasa.
VI. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN. Kehamilan : Pada usia kehamilan 8 bulan. Ibu pernah minum obat Mixagrip 1x kemudian di stop setelah tahu obat tersebut tidak baik untuk kehamilan. Riwayat PEB saat kehamilan tidak ada Persalinan : Klien lahir di RS dengan bantuan bidan, lahir spontan letak kepala, langsung menangis keras, Cyanosis (-), BB lahir 30 gr, panjang (? : lupa).
Post natal :
Pertumbuhan klien menurut orang tua sama dengan anak normal sampai pada usia 4 bulan saat klien kembali demam kejang (“namun tidak sempat ngamar di RS”- menurut orang tua).
VII. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI. ·
Nutrisi :
Pada saat bayi sampai usia 2 tahun minim Asi + Pasi, pada saat usia 4 bulan mulai diberi makanan tambahan makanan SUN sampai usia 8 bulan diganti TIM yang dicampur wortel, bayam, ati ayam. Umur 1 tahun makann bubur kasar sampai sekarang. Kebiasaan 3x / hari. BB saat in 10 Kg, TB : 47 cm. ·
Eliminasi :
Bab : 1-2x/ hari, tidak ada masalah. Bak : 5-6x / hari, tidak ada masalah. ·
Istirahat dan tidur.
Kebiasaan bangun pagi jam 11.00 – 12.30, malam 21.00 – 15.30 WIB. Rata-rata jam tidur per hari 10 – 12 jam. ·
Aktivitas :
Hanya bisa melangkah 5 langkah cepat lalu jatuh. Tangan kiri bengkok keluar (tonus otak ka / ki : 5/4) sehingga jarang dipakai untuk mengambil atau memegang. Bila ingin memegang sesuatu lebih senang berbahasa isyarat dengan menunjuk benda dan diminta mengambilkan. Namun menurut orang tua anak tampak mengerti bila disuruh melakukan sesuatu.
VIII. PERKEMBANGAN. Tersenyum : usia 1 bulan Menggerakkan kepala : usia 1 bulan Mengambil mainan : usia 5 bulan Tengkurap : tidak bisa Merangkak: tidak bisa Duduk : usia 6 bulan (dengan bantuan) Berdiri : usia 9 bulan (dengan bantuan) Berjalan : Mulai usia 3 tahun ( dengan bantuan ) Perkembangan bicara : mengoceh mulai usia 4 bulan Perkembangan gigi : usia 6 bulan
IX.KEADAAN LINGKUNGAN. Klien tinggal bersama orang tuanya dan seorang pembantu. Bila orang tua bekekerja atau sibuk klien diasuh oleh pembantu, atau neneknya bila ada. Menurut pengakuan orang tua merka tinggal di perumahan yang jarang anak kecilnya, pembantu juga tidak aktif melatih anak berbicara. Namun orang tua selalu berusaha secara aktif melatih anak.
X. PEMERIKSAAN FISIK. 1.
Ukuran Pertumbuhan.
TB
: 47 cm.
BB
: 10 Kg.
Lingkar kepala
: 50 cm.
Lingkar dada
: 53 cm.
Lingkar lengan 2. TTV :
: 17 cm (kiri). S
: 37 oC.
N
: 96 x / m, kuat, teratur.
RR
: 24 x / m.
3. Turgor kulit elastis, perfusi jarungan < 3 detik, intak, keadaan bersih. 4. Kepala. -
Bak simetris, rambut lurus dan bersih, agak tipis, tanda-tanda perlukaan tidak ditemukan
-
Mata
-
Hidung :
Polip (-), deviasi (-), simetris ki-ka.
-
Mulut
Stomatis (-), gigi lengkap, caries(-), mukosa lembab.
-
Telinga :
:
:
konjungtiva ≠ anemis, kornea bening, pupil isolor, sclera normal
bentuk ki-ka simetris, peradangan (-), tinnitus (-).
- Leher : pergerakan ≠ ada gangguan, pembesaran (-), pembesaran V.jugularis (), pembesaran kelenjar (-).
5. Dada : -
Bentuk simetris, nyeri tekan (-), perkusi sonor, suara abnormal (-), suara nafas vesikuler.
6. Cardiovaskuler -
Suara S1 S2 tunggal, murmur(-), irama reguler, pembesaran jantung (-).
7. Abdomen : - Bentuk datar, kenyal, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-), ginjal ≠ teraba, bising usus 10x / m, meteonismus (-).
8. Eksternal : -
Tonus otot 5/5/4/4
- Tangan kiri bengkok ke luar (lengan bawah ekstensi 90o ), tiddak dapat di pakai untuk mengambil sesuatu. Pergerakan tangan kiri bebas.
9. Urogenital : Ukuran, bentuk, fungsi : normal.
10. Anus : tidak terdapat kelainan.
XI.TES TUMBUH KEMBANG BERDASAR DDST MENURUT UMUR. Hubungan Sosial : menatap muka, bermain dengan anak lain. belum dapat mengenakan baju, menggunakan sendok ( dengan tangan kanan), belum dapat membuka baju, dapat minum dengan gelas
Motorik halus : corat-coret di kertas, memindahkan mainan kubus di cangkir
Bahasa : Mengatakan “moh, mam, mi”, berteriak, menangis
Motorik kasar : berjalan 5 langkah lalu jatuh, tidak dapat berdiri sendiri, dapat berdiri, dapat duduk tanpa pegangan
· -
Rencana pemeriksaan : CT- Scan.
bangkit untuk
-
EEG.
-
EMG.
·
Terapi : Roborantia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B.
Pengertian ......................................................................................................2
1. Tanggung jawab .........................................................................................2 2. Tanggung gugat............................................................................................6 C. Tujuan ...............................................................................................7 1. Tujuan umum.................................................................................7 2. Tujuan khusus...............................................................................7 D. Metode Role Play ( simulasi/bermain peran)........................................7 E. Model-model Role Play........................................................................11 F. Kriteria................................................................................................11 BAB II ISI....................................................................................................12 A. Isi cerita/Sinopsis ...............................................................................12 B.
Dialog.................................................................................................14
BAB III PELAKSANAAN......................................................................... 19 A. Topik ......................................................................................................... 19 B.
Tujuan Role Play........................................................................................ 19
C.
Pengorganisasian........................................................................................ 22
1.
Nama-nama pemeran ................................................................ 22
2.
Media dan alat ......................................................................... 22
3.
Setting tempat .......................................................................... 23
D. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................... 24 a.
Waktu pelaksanaan ...................................................................24
b.
Pembagian pelaksanaan kegiatan ............................................... 24
E.
Mekanisme Kegiatan ................................................................................. 24
1.
Pembukaan.................................................................................24
2.
Perkenalan...................................................................................24
3.
Inti/isi cerita dari role play.............................................................25
4.
Penutup....................................................................................... 25
F.
Referensi .............................................................................................. ..... 26
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya lah tugas ini dapat diselesaikan. Tugas kelompok yang berjudul “Adik Ku Yang Malang”. Dalam penyusunan tugas kelompok ini penulis banyak mengalami berbagai hambatan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : 1.
Ibu Miya Susilawati, S. Kep. Ners, selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Profesional,
2.
Rekan-rekan mahasiswa Akademi Keperawatan Pemda Ketapang yang telah membantu penulis.
Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk kita semua sehingga kita dapat mengetahui dan menerapkan tanggung jawab perawat sebagai perawat profesional. Namun penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan tambahan dan bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Ketapang, 26 November 2012
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan keterampilan dan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya dalam praktik keperawatan, dimana inti dari dari tanggung jawab tersebut adalah berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya
Tanggung gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perawatan dalam memberikan perawatan kesehatan. Oleh sebab itu perawat harus mampu mengetahui mengenai tanggung jawab dan tanggung gugatnya sebagai perawat. B.
Pengertian
1.
Tanggung Jawab
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.
Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya: a.Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset) Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti baluta atau mengganti spreinya” b.Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya ; “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”. c.Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum, membungkuk, bersalaman dsb. d.Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya “Coba ibu jelaskan bagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus” e.Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory) ,misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding pasien yang tadi” f.Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah. Jenis tanggung jawab perawat Tanggung jawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai berikut : a.Responsibility to God (tanggung jawab utama terhadap Tuhannya) Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Tuhan. b.Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat Tanggung Jawab Perawat terhadap Kliend alam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, atau komunitas, perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari falsafah tersebut adalah hak dan martabat manusia. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat, diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat, yaitu sebagai berikut : -Perawat, dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
-Perawat, dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adapt istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat. -Perawat, dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu, keluarga, dan masyarakat, senantiasa diladasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan. -Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga, dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat. c.Tanggung Jawab Perawat terhadap Tugas. -Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. -Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang diprcayakan kepadanya, kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai denagan ketentuan hokum yang berlaku. -Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusian. - Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial. - Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien atau klien dalam melaksaakan tugas keerawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemempuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan kaperawatan. d. Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan) Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain adalah sebagai berikut : - Perawat memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. - Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya kepada sesame perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan. e.Tanggung Jawab Perawat terhadap Profesi - Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
- Perawat menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur. - Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan. - Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya. f. Tanggung Jawab Perawat terhadap Negara - Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan. - Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat. 2. Tanggung gugat (accountability) Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut : a. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh perawat memberikan injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit. Dalam contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya. b. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat? Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan pulang. Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya. c. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya? Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah menyusun standar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu. Mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dsb.
C. Tujuan 1. Tujuan umum Kami mengharapkan dari proposal kami ini dapat memberikan informasi baru bagi pembaca atau pun masyarakat pada umumnya. Agar masyarakat dan pembaca mengetahui bahwa tanggung jawab Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat. 2. Tujuan khusus Agar mahasiswa / mahasiswi dapat mengembangkan kreatifitas mereka, dan ini merupakan pembelajaran baru dan pengetahuan baru tentang tanggung jawab dan tanggung gugat dalam tindakan profesional. D. Metode Role Play Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan mahasiswa/i dengan memerankannya sebagai tokoh. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Menurut Gangel (1986) role playing adalah suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok. Menurut Blatner (2002), role playing adalah sebuah metode untuk mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut situasi social yang kompleks. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga semua mahasiswa/i bisa mengetahui situasi yang diperankan. Semuanya berfokus pada pengalaman kelompok. Dosen harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga tokoh dan penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang disampaikan. Langkah-langkah metode role playing: Bila role playing baru ditetapkan dalam pengajaran, maka hendaknya dosen pembimbing menerangkannya terlebih dahulu teknik pelaksanaanya, dan menentukan diantara mahasiswa/i yang tepat untuk memerankan lakon tertentu, secara sederhana dimainkan di depan kelas. Menerapkan situasi dan masalah yang akan dimainkan dan perlu juga diceritakan jalannya peristiwa dan latar belakang cerita yang akan dipentaskan tersebut. Pengaturan adegan dan kesiapan mental dapat dilakukan sedemikian rupa setelah role playing itu dalam puncak klimas, maka dosen pembimbing dapat menghentikan jalannya drama. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat diselesaikan secara umum, sehingga penonton ada kesempatan untuk berpendapat dan menilai role playing yang dimainkan.Role playing dapat pula dihentikan bila menemui jalan buntu. Dosen pembimbing dan
mahasiswa/i dapat memberikan komentar, kesimpulan atau berupa catatan jalannya role playing untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. Kebaikan metode role playing antara lain : Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan mahasiswa/i. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan. Sangat menarik bagi mahasiswa/i, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri mahasiswa/i serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri Kelemahan metode role playing antara lain : ·Role playing/ bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang banyak. ·Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak dosen pembimbing maupun mahasiswa/i nya, dan ini tidak semua dosen pembimbing memilikinya. ·Kebanyakan mahasiswa/i yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu. Apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. Saran-saran yang perlu pendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini: Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan. Melatar belakang cerita role playing dan bermain peranan tersebut. Hal ini agar materi pelajaran dapat dipahami secara mendalam oleh mahasiswa/i (anak didik). Dosen pembimbing menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus mahasiswa/i lakukan/mainkan. Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton. Dosen pembimbing dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama. Contoh pelaksanaan metode Role Playing dalam materi Barter Dalam ilmu ekonomi , uang didefenisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apa saja yang dapat diterima setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Sebelum uang diciptakan, masyarakat pada zaman dahulu melakukan perdagangan dengan cara barter. Barter merupakan pertukaran barang dengan barang. Untuk lebih memahami materi barter, maka diterapkan metode role playing dalam pembelajaran. Caranya adalah sebagai berikut:
Bagilah kelas menjadi 4 kelompok. Dua kelompok pertama adalah penduduk desa petani, dan dua kelompok lainnya adalah kelompok desa peternak. Kita akan melakukan pertukaran barang antara kelompok desa petani dan desa peternak. Untuk itu dosen pembimbing akan membagikan kertas yang berisikan benda yang ingin dibeli dan benda yang ingin dijual dalam dua kertas yang berbeda. Misalnya: mahasiswa/i dari desa petani memiliki beras dan ingin membeli ikan. Maka dosen pembimbing akan membagikan kertas yang bertuliskan Beras dan ikan pada dua lembar kertas yang berbeda. Buatlah keempat kelompok tersebut berdiri berhadapan, dosen pembimbing akan memberi aba-aba dan memberi batas waktu bagi mahasiswa/i untuk menemukan teman dari kelompok lain yang sesuai dengan daftar yang ia miliki. Ingat bahwa mahasiswa/i harus menemukan mahasiswa/i lain yang memiliki daftar yang sesuai dengan dirinya. Artinya mahasiswa/i yang memiliki beras ingin memiliki ikan, harus menemukan yang ingin menjual ikan dan ingin membeli beras. Jika salah satu daftar tidak cocok, maka ia harus mencari teman yang lain. Kelompok yang telah mendapatkan pasangannya, segera melapor kepada dosen pembimbing. Kesimpulan dan evaluasi. Dalam hal kesimpulan dan evaluasi ini dosen pembimbing dalam di bantu oleh pertanyaan berikut: -Apakah keuntungan melakukan barter? -Apa kesulitan yang dirasakan saat melakukan barter? -Ceritakan dengan singkat proses melakukan barter! E. Model-Model Role Play Model terapi aktivitas kelompok a. Focal conflic model Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu b. Model komunikasi Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas c. Model interpeersonal Tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan). Digambarkan melalaui hubungan interpersonal dalam kelompok
d. Model psikodrama Dengan model ini dapat memotifasi anggota kelompok untuk berakting sesui dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu sesuai peran yang diperagakan.
Kelompok 8
FASE PRA-INTERAKSI Seorang pasien bernama Atul di rawat di Rumah Sakit X. Pasien mendapat diagnosa oleh Dokter terkena tipoid. Selama pasien rawat inap hanya di temani oleh Ibunya yang bernama Sri. Seorang perawat bernama Risna akan melakukan pemeriksaan TTV terhadap pasien. Namun karena pasien tersebut menderita gangguan tunawicara membuat perawat memeriksa sambil melakukan komunikasi terapeutik.
FASE ORIENTASI Fase orientasi ialah fase dimulainya perkenalan antara perawatdengan pasien dan keluarga yang sedang menjaga pasien . Prolog : (Perawat Risna mulai memasuki ruangan untuk memeriksa atul yang memiliki gangguan tunawicara) Perawat : Selamat pagi! (Tersenyum) Orang tua : Selamat pagi juga, Suster (Tersenyum) Perawat : Perkenalkan, saya Suster Risna, saya akan melakukan pemeriksaan pada anak Ibu Orang tua
: Iya Suster, silahkan
Perawat
: Bagaimana keadaan anak ibu hari ini?
Orang tua
: Sepertinya udah agak mendingan, Suster. Tidurnya udah nyenyak, gak seperti kemarin.
Perawat : Wah, udah ada perkembangan ya, Bu (Tersenyum) Orang tua
: (Tersenyum) Iya Suster
“Suster langsung mendekati pasien” Perawat
: Selamat pagi (Sambil menyentuh pasien)
Pasien : (Mengangguk dan meringis) Pagi (Bicara tidak jelas) Perawat
: Dek Desi, nama saya suster Pia
Pasien : Risna? (Meniru namun tidak jelas) Perawat
: (Tersenyum dan mengangguk) Risna.
FASE KERJA Fase ini dimana perawat melakukan tugasnya sebagai seorang perawat yang professional , Dengan melakukan interaksi dengan pasien gangguan tunawicara tersebut
Perawat
: Gimana Dek Atul, masih panas? (Bicara pelan-pelan)
Pasien : Udah enggak (Jawab tidak jelas) Perawat : Dek Atul, udah sarapan? Pasien : (Tampak bingung) Perawat
: Udah sarapan? (Mengulang dan memberi bahasa isyarat)
Pasien : Sarapan? (Bicara tidak jelas dan dengan bahasa isyarat) Perawat
: (Mengangguk) Iya. Udah?
Pasien : (Menggeleng) Belom (Bicara tidak jelas) Perawat
: Hlo, kok belom. Terus mau sarapan kapan?
Pasien : Eung.. eung… (Tampak berpikir) Nanti (Kata pasien tidak jelas) Perawat
: O nanti. Beneran hlo, abis ini langsung sarapan ya?
Pasien : (Mengangguk dan tersenyum) Perawat
: Sekarang, Suster periksa dulu ya? (Bicara pelan-pelan)
Pasien : Periksa? (Tanya dengan kata tidak jelas) Perawat
: (Mengagguk dan tersenyum)
Pasien : Suntik, Sus? (Tanya tidak jelas dengan bahasa isyarat dan tampak takut-takut) Perawat
: (Mencoba memahami)
Orang Tua : (Menerjemahkan) Gak disuntik kan, Sus? Perawat
: (Tersenyum) O… enggak (Dengan bahasa isyarat) Cuma di tensi. Gak sakit kok
Pasien : Janji? (Bicara tidak jelas dan dengan bahasa isyarat) Perawat
: (Tersenyum) Janji (Berkata mantap)
Pasien : Baiklah (Bicara tidak jelas dan tampak siap di periksa meski masih takut-takut) Perawat
: (Tersenyum dan mulai memeriksa pasien)
FASE TERMINASI Fase ini dimana pasien msudah selesai atas haknya mendapat perawatan dari perawat Rumash sakit . Perawat
: Udah selesai (Berkata pelan-pelan)
Pasien : Udah? (Tidak jelas) Perawat
: (Mengangguk) Kalo gitu Suster tinggal dulu ya?
Pasien : Kok mau pergi? (Tidak jelas dengan wajah sedih) Perawat : Iya, kan udah selesi (Bicara pelan-pelan dan tersenyum) Jangan sedih (Menyentuh pundak pasien, menunjukan senyum lebar) Nanti Suster kesini lagi Pasien : Bener ya Suster? (Senang, suara tidak jelas) Perawat
: Iya (Tersenyum sambil mengaguk)
“Kemudian perawat menghampiri orang tua pasien” Perawat (Tersenyum)
: Bu , saya permisi dulu ya, kalau ada apa-apa, panggil saya atau perawat yang lain ya, Bu
Orang tua
: Iya Suster, Terima kasih (Tersenyum)
Perawat
: Sama-sama. Mari, Bu
BAB III PELAKSANAAN
A. TOPIK Bermain peran/role play dengan melakukan kegiatan, dan mengambil judul “Kesabaran kami”, di ruangan kelas IIB .
B.
TUJUAN ROLE PLAY
Dalam proses belajar mengajar, Role playing merupakan salah satu metode belajar komunikatif yang berorientasi pada pembelajar. Dari pendapat beberapa ahli dapat dilihat beberapa manfaat dan tujuan penggunaan metode ini, antara lain: 1.
Memberikan motivasi kepada mahasiwa
a.
aspek kreatif lebih terlihat bermain dari pada bekerja
b. tekanan/keharusan untuk memecahkan masalah atau konflik yang dialami karakter mereka lebih memberikan motivasi daripada tekanan ketika mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian. Tekanan semacam ini justru akan mereka temui dalam kehidupan nyata. 2.
Menambah/memperkaya sistem pembelajaran tradisional
a.
Pengajar tidak hanya mencekoki mahasiswa dengan teori-teori
b. Bermain peran menunjukkan dunia sebagai tempat yang kompleks dengan masalah-masalah yang kompleks pula. Masalah-masalah ini tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban sederhana yang diingat oleh mahasiswa. c. Mahasiswa belajar bahwa keterampilan yang dipelajari secara terpisah, seperti keterampilan berkomunikasi, sering digunakan secara bersama-sama dalam menyelesaikan berbagai tugas/kegiatan dalam dunia nyata. d. Pembelajaran dengan bermain peran lebih mengutamakan nilai rasa, kreatifitas dan juga pengetahuan.
e. latihan untuk mengutamakan pentingnya orang dan sudut pandang mereka merupakan bekal yang sangat penting bagi mahasiswa di dunia kerja mereka nantinya. 1. a)
Keterampilan untuk kehidupan nyata. mahasiswa harus memahami kebutuhan dan perspektif orang-orang yang ada di sekelilingnya
b) bermain peran dapat meningkatkan kemampuan seperti self-awareness, problem-solving, komunikasi, inisiatif dan kerjasama. c) dalam penelitian atau problem-solving, mahasiswa lebih bisa menerima atau mengingat ilmu yang mereka kembangkan sendiri, daripada ilmu yang mereka terima dalam perkuliahan.
Menurut Jeremy Harmer yang dikutip Budden, penggunaan Role playing dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan alasan berikut: 1.
Menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi bagi pembelajar.
2.
Semakin banyak kesempatan pembelajar untuk mengungkapkan diri.
3.
Memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berbicara.
Dalam bermain peran, mahasiswa diberi peran dan situasi. Karena bermain peran menyerupai/meniru kehidupan yang sesungguhnya, maka bahasa yang digunakan akan berkembang, karena mereka harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan karakter yang diperankan. Hubungan peran antar mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi sosiolinguistik mereka. Bermain peran merupakan satu metode yang sangat baik dalam pembelajaran bahasa asing kedua. Hal ini diungkapkan oleh Tompkins (1998). Metode ini memberikan semangat untuk berfikir dan berkreativitas serta memberikan kesempatan pembelajar untuk mengembangkan dan melatih keterampilan berbahasa dan kemampuan bertingkah laku dalam situasi yang lebih nyata. Bonnet (2000) dalam laporan hasil penelitiannya menulis, bahwa dengan bermain peran dan berdebat siswa meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk berbicara dan berdebat. Seperti pendapat Rebaud dan
Sauvé yang dikutip Bonnet, permainan-permainan semacam ini dapat membantu dalam mengungkapkan pendapat, improvisasi, mendengar dan memahami sudut pandang orang lain. Selain itu, permainan ini juga membantu siswa untuk mengembangkan sikap toleransi dan dalam membuat keputusan. Hal ini akan menuntun siswa untuk berfikir mandiri.
Kekurangan Role playing. Menurut Blatner, Role playing merupakan teknologi mengintensifkan dan mengakselerasikan pembelajaran. Selain memiliki banyak manfaat, metode ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang diungkap oleh Blatner antara lain: 1. Bermain peran merupakan satu metode belajar yang memungkinkan adanya improvisasi dari para pelakunya. Kemampuan untuk melakukan improvisasi ini menuntut rasa keamanan, sehingga pengajar harus memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempelajari peran yang diberikan lebih dulu (warming-up process). Warming-up ini sebenarnya sudah merupakan bagian dari bermain peran itu sendiri, sehingga waktu akan terkurangi. 2. Adanya anggapan bahwa kemampuan interpersonal lebih mudah dari kemampuan teknis, sehingga mereka cenderung berfikir mampu melakukan Role playing meski mereka belum pernah memperoleh materi/tema yang akan diperankan.
Kaplan, seperti dikutip Tompkins (1998) mengatakan bahwa bermain peran semata-mata hanya terfokus pada tema-tema yang ditentukan yang menggunakan kosakata untuk bidang-bidang tertentu, dan tidak menangkap spontanitas dalam percakapan sehari-hari. Selain itu mahasiswa juga mendapatkan tugas yang mungkin mereka tidak terbiasa.
C. PENGORGANISASIA 1.
Nama-nama pemeran
-
Fadilla Ainurrofiqoh
: Moderator
-
Rika Nurul Latifah
: Risna (Perawat)
-
Yunita Lorensa
: Sri (Ibu)
-
Yusratul Falahiyah
: Atul (Pasien)
2.
Media dan Alat
Perlengkapan pemain : meja, kursi, stetoskop,
E. MEKANISME KEGIATAN 1.
Pembukaan:
assalam’mualaikum wr.wb selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Terimakasih kepada Bapak selaku dosen pembimbing Keperawatan Profesional yang sudah memberikan kesempatan kepada kelompok kami untuk melaksanakan role play pada hari ini, serta teman-teman yang kami sayangi. 2.
Perkenalan:
Hai teman-teman sebelum kami memulai role play ini, kami akan memperkenalkan teman-teman saya yang cantik dan tampan.
3.
Inti/isi cerita dari role play
a.
Kesimpulan
Kesimpulan dari role play diatas adalah peran perawat pada kasus pasien gangguan bicara sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami gangguan bicara, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien .
b. Saran Berhati-hatilah dalam melakukan tindakan keperawatan, karena sekecil apapun tindakan yang kita lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan membawa dampak yang besar.
4.
Penutup
Demikian lah drama ini yang dapat kami tampilkan. Kami mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun kesamaan dalam cerita ini, karena cerita ini hanyalah fiktif belaka.
F.
REFERENSI
Nila, Hj. Ismani (2001). Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Potter, Patricia A. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Proses adn Practice 1st Edition. Jakarta: EGC. http://addy1571.files.wordpress.com/2008/12/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-perawat-dalamsudut-pandan.pdf