Riwayat Kepramukaan

  • Uploaded by: Surya Budiara
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Riwayat Kepramukaan as PDF for free.

More details

  • Words: 3,975
  • Pages: 4
RIWAYAT KEPRAMUKAAN Oleh : Asep Kurniawan Disampaikan dalam kegiatan Kursus Pembina Mahir Tingkat Dasar Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Bandung tahun 2009

Riwayat Lord Baden Powell, Pendiri Kepramukaan Berkembangnya Revolusi Industri di Eropa sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merubah cara-cara hidup masyarakat Eropa. Revolusi Industri sangat berpengaruh pada tatanan kehidupan sosial dan ekonomi dengan terciptanya kesenjangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar. Ketegangan sosial muncul dimana-mana dan mengakibatkan lumpuhnya kehidupan sosial dan ekonomi. Konflik sosial yang terjadi berkepanjangan tersebut juga terjadi di Inggris yang mengakibatkan rusaknya pola kehidupan remaja Inggris saat itu. Melihat perkembangan tersebut, Baden Powell, seorang perwira Inggris, memikirkan cara-cara untuk memperbaiki karakter pemuda Inggris. Dengan berbekal pengalaman militernya selama di India dan Afrika, Baden Powell menerapkan scouting – yang semula digunakan untuk melatih tentara muda – bagi para pemuda Inggris yang disesuaikan dengan kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi kaum muda Inggris pada waktu itu. Adapun The Basic Principle of Scouting yang diterapkan oleh Baden Powell adalah ; 1. Duty to God 2. Duty to others 3. Duty to self 4. Promise and law Baden Powell lahir di London, Inggris, pada tanggal 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Nama Baden Powell diambil dari nama ayahnya, Domine HG Baden Powell, seorang profesor Geometri di Universitas Oxford. Ayahnya meninggal pada saat Stephenson masih berusia tiga tahun. Ibunya adalah putri dari seorang Admiral Kerajaan Inggris bernama WT Smyth. Jadi Baden Powell merupakan keturunan seorang ilmuwan dari satu pihak dan keturunan petualang berpengalaman di pihak lain. Tahun 1870, Baden Powell memasuki Charterhouse School di London dengan beasiswa. Ia bukan seorang pelajar yang luar biasa, tetapi ia adalah seorang yang giat. Ketangkasannya dalam olah raga terutama sebagai penjaga gawang kesebelasan sekolah dan bakatnya dalam seni seperti drama dan musik menjadikannya pusat perhatian. Baden Powell juga pandai menggambar, bakat ini kemudian memudahkannya menghiasi karangan-karangannya sendiri. Baden Powell menamatkan pendidikannya di Charterhouse School pada usia sembilan belas tahun. Beberapa waktu setelah sekolahnya selesai, Baden Powell berangkat ke India sebagai Pembantu Letnan dalam resimen yang terkenal pada Perang Krim Charge of the Light Brigade. Selain prestasinya dalam ketentaraan menjadi Kapten pada usia 26 tahun - ia dikenal sebagai pemburu babi hutan di India dan memperoleh piala "pigsticking". Olah raga ini sangat dihargai di India karena babi hutan dianggap satu-satunya binatang yang berani minum air bersama dengan harimau. Pada tahun 1887, Baden Powell berangkat ke Afrika, untuk ikut serta berperang melawan Suku Zulu, kemudian Suku Ashanti dan Suku Matabele. Karena keberanian dan kepandaiannya penduduk Afrika menamakannya dengan "impeesa" - serigala yang tidak pernah tidur. Karena kecakapannya itu, tahun 1899 pangkatnya telah dinaikkan menjadi Kolonel. Pada waktu itu hubungan pemerintah Inggris dengan Transval (Afrika Selatan) telah memuncak pada titik perpecahan. Baden Powell membentuk dua batalyon pemburu berkuda dan berangkat ke Mafeking. "Siapa menduduki Mafeking, berkuasa di Afrika Selatan", demikian dikatakan penduduk asli Afrika. Perang pecah pada tanggal 13 Oktober 1899. Selama 217 hari Baden Powell berhasil menduduki dan mempertahankan Mafeking dalam pengepungan Bangsa Boer yang jumlahnya jauh lebih besar. Baden Powell dapat mempertahankan kota tersebut sampai akhirnya bantuan datang pada tanggal 18 Mei 1900. Baden Powell yang kemudian berpangkat Mayor Jendral adalah pahlawan bagi bangsanya. Tahun 1901 Baden Powell kembali ke Inggris. Ia kemudian menulis buku yang diperuntukkannya bagi prajurit muda, Aids to Scouting. Buku tersebut sangat digemari bukan saja oleh para prajurit melainkan juga oleh masyarakat Inggris khususnya para remaja. Dalam satu bulan saja sedikitnya terjual 60.000 buku, karena masyarakat tua dan muda menggemari buku ini. Surat-suratpun berdatangan terutama dari anak-anak yang menginginkan sesuatu yang lebih kongkrit dari cerita dalam buku. Baden Powell menyadari suatu panggilan untuk membantu anak-anak negaranya. akoer

Atas desakan tersebut berkumpulah 21 orang pemuda dari berbagai lapisan masyarakat yang tergabung dalam Boys Brigade di bawah pimpinan William Smyth mengikuti perkemahan pada tanggal 25 Juli 1907 di Brownsea Island selama delapan hari. Dalam perkemahan itu dipraktekkan cara-cara memasak, berenang, menyelidik, merintis, permainan, mengembara serta api unggun dan lain-lain. Perkemahan tersebut terselenggara dengan baik dan kemudian dijadikan sebagai perkemahan kepanduan pertama. Sesudah perkemahan tersebut, dua minggu sekali diterbitkan buletin "A Handbook for Instruction in Good Citizenship Through Woodcraft". Isi buletin ini diambil dari buku Aids to Scouting dan pengalaman saat berkemah di Brownsea Island. Setelah enam kali terbit buletin ini kemudian dibukukan menjadi buku "Scouting for Boys". Beberapa saat setelah buku ini diterbitkan dan dijual di tokotoko buku maupun tempat-tempat penjualan surat kabar, maka terbentuklah regu-regu dan pasukan pandu dari berbagai lapisan masyarakat. Dengan terbitnya buku ini dapat dikatakan lahirnya cikal bakal kepanduan. Buku tersebut kemudian menyebar ke seluruh Inggris, Eropa dan kemudian ke benua-benua lainnya. Setahun kemudian Baden Powell menyelenggarakan perkemahan kepanduan kedua di tempat yang sama dengan jumlah pandu sebanyak 1.500 anak. Dua tahun kemudian menjadi 109.000 anak dan diikuti oleh negara-negara di Eropa yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Akhirnya Baden Powell memutuskan untuk mengundurkan diri dari ketentaraan pada tahun 1910 dengan pangkat terakhir Letnan Jendral dan mengabdikan dirinya untuk menumbuhkembangkan kepanduan. Pada tahun 1912, Baden Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk meninjau perkembangan kepanduan di berbagai negara. Pada tahun inilah permulaan kepanduan dinyatakan sebagai persaudaraan sedunia. Tahun 1920 di London berkumpul pandu dari seluruh dunia untuk mengadakan Jambore Dunia Pertama. Pada malam terakhir yaitu pada tanggal 6 Agustus 1920, Baden Powell diangkat sebagai Chief Scout of the world, Bapak Pandu Sedunia. Pada tahun 1929, Baden Powell juga dianugerahi rajanya - George V - dengan julukan bangsawan Lord Baden Powell of Gilwell. Di usianya yang kedelapanpuluh tahun ia kembali ke Afrika yang dicintainya. Walaupun Baden Powell tidak menyetujui penjajahan yang dilakukan negaranya, ia telah menunjukan kesetian terhadap negara dan rajanya. Baden Powell meninggal di Kenya di suatu tempat yang tenteram pada tanggal 8 Januari 1941, sebulan sebelum ulang tahunnya yang kedelapanpuluh empat.

Berkembangnya Kepramukaan di Indonesia Tiga setengah abad lamanya bangsa kita terpuruk dalam belenggu penjajahan Belanda. Di awal abad ke-20 tampillah pemuda-pemuda pribumi yang baru pulang menimba ilmu di tanah seberang. Pada tahun 1908 sekelompok pemuda menyandang citacita luhur mendirikan Budi Utomo yang menjadi tonggak sejarah pergerakan nasional. Kelahiran Budi Utomo menggugah kesadaran berbangsa pemuda-pemuda Indonesia. Momentum inilah yang kemudian dikenang sebagai era kebangkitan bangsa. Dalam pada itu, gagasan Baden Powell tentang pendidikan kepanduan dikembangkan di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia yang pada saat itu masih dalam penjajahan Belanda. Di Indonesia, Belanda mendirikan organisasi kepanduan dengan nama Nederland Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada tanggal 14 September 1914. Pemuda-pemuda Indonesia mulai mengenal kegiatan kepanduan dan masuk di dalamnya untuk menggali bekal bagi perjuangan pergerakan nasional. Oleh para pemimpin pergerakan nasional, gagasan Baden Powell diambil dan kemudian dibentuklah organisasi-organisasi kepanduan yang sesuai dengan tujuan pergerakan nasional. Perhimpunan kepanduan di Indonesia tumbuh menjamur di seluruh pelosok tanah air. Diawali pada tahun 1915, Taruna Kembang lahir di daerah Kasunanan Surakarta di bawah pimpinan Pangeran

1

Suryoroto. Setahun kemudian, Sri Paduka Mangkubenoro Ke-7 mendirikan Javaanse Padvinders Organizatie (JPO). Di Yogyakarta pada tahun 1918 KH. Ahmad Dahlan memprakarsai berdirinya Padvinders Muhammadiyah (PM) yang pada tahun 1920 menjadi Pandu Hisbul Wathon, juga Syarekat Islam di bawah pimpinan Azarkasi mendirikan Kepanduan Wiratamtama yang pada tahun 1926 menjadi Syarekat Islam Afdeling Padvindery (SIAP). Sedangkan Mr. Kasman Sumodimedjo pimpinan Jong Islamieten Bond mendirikan Nationale Islamitische Padvindery (NATIPIY). Ikut pula berdiri memperkuat barisan kepanduan kepanduan A1-Irsyad di Surabaya, Pandu Pemuda Sumatera dan Jong Borneo Padvindery. Pada tahun 1921 Budi Utomo sebagai pencetus pergerakan nasional mendirikan organisasi kepanduan bernama Nationale Padvindery di bawah pimpinan Daslam Adiwakito yang pada tahun 1922 dalam Kongres Jong Java Ke-5 di Surakarta menjadi Jong Java Padvindery (JJP) dan menjadi bagian dari pergerakan Budi Utomo. Berdiri pula Kepanduan Putri di bawah bimbingan Ibu Suci Sumarni pada tanggal 5 Februari 1927. Tahun 1928 di Jakarta, JJP berganti nama menjadi Pandu Kebangsaan dibawah pimpinan Dr. Pirngadi dan Dr. Muwardi. Di Bandung, tokoh-tokoh seperti Sugiani, Syafrudin, Sumarjo dan Tabrani mendirikan pula Nationale Padvinders Organizatie (NPO) dengan landasan satu cita-cita mulia mempersatukan kepanduan Indonesia. NPO makin melebar sayapnya, maka berdirilah Jong Indonesische Padvinders Organizatie atau JIPO dengan pemimpinnya Abdul Mukti, Siti Hayati dan Ema Puradireja. Pada tahun 1928, Ir. Soekarno dan Mr. Sunaryo sepakat melebur organisasi NPO dan JIPO menjadi Indoneshe Nationale Padvinders Organizatie (INPO). Melihat adanya perkembangan tersebut, Belanda kemudian melarang adanya organisasi kepanduan di luar NIPV menggunakan istilah Padvinder dan Padvindery. Untuk itu KH. Agus Salim dalam Kongres JAP di Banjarnegara pada tahun 1928 mengusulkan penggunaan istilah Pandu dan Kepanduan menggantikan istilah Padvinder dan Padvindery. Perubahan istilah sangat berarti bagi perjuangan pergerakan nasional karena istilah Padvinder lebih berorientasikan pada kepentingan pemerintah Hindia Belanda, sedangkan istilah Pandu berorientasikan pada kepentingan perjuangan pergerakan nasional. Pada tanggal 23 Mei 1928 di Jakarta lahir badan federasi bernama Persaudaraan Antara Pandu-Pandu Indonesia disingkat PAPI yang akhirnya tersebar diseluruh penjuru tanah air. Semangat persaudaraan itu dijiwai semangat Kongres Pemuda Indonesia pertama tanggal 31 April sampai dengan 2 Mei 1926 di Jakarta yang merupakan bekal berharga demi terwujudnya dasar-dasar kokoh persatuan Indonesia. ditengah-tengah bangsa dunia. Tanggal 28 Oktober 1928 para pemimpin pandu yang juga tokohtokoh pemuda Indonesia mengikatkan tali persaudaraan dalam ikrar Sumpah Pemuda. Dalam kesempatan itu, hadirin dipikat oleh gesekan biola lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan WR. Supratman yang makin menggetarkan keyakinan akan persatuan Indonesia. "Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku .... ", sekali lagi Kepanduan Indonesia turut menjiwai lahirnya Sumpah Pemuda. Momentum sejarah Sumpah Pemuda semakin mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan. Pada tanggal 13 September 1930 organisasi kepanduan yang terdiri dari Indonesische Padvinders Organizatie (INPO), Pandu Kebangsaan (PK), dan Pandu Pemuda Sumatera (PPS) akhirnya bergabung menjadi satu organisasi dengan nama Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Pada tahun 1931, KBI berkembang menjadi Persatuan Antar Pandu-pandu Indonesia (PAPI), kemudian menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938. Pada masa pendudukan Jepang, organisasi kepanduan dilarang. Kegiatan pemuda dan pelajar disalurkan dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang seperti Seinendan dan Keibodan. Banyak tokohtokoh pandu pada waktu itu aktif dalam organisasi seperti Seinendan, Keibodan dan Pembela Tanah Air (PETA). Dari sinilah muncul Pandu Sudirman yang kelak kemudian banyak berperan dalam sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai Panglima Besar Jendral Sudirman. Upaya-upaya yang dilakukan pada masa pergerakan nasional serta pada masa pendudukan Jepang akhirnya membuahkan hasil. Setelah sekian lama negeri ini dijajah bangsa lain, akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moch. Hatta. Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, organisasi kepanduan mulai dibenahi. Pada bulan September 1945 organisasi-organisasi kepanduan Indonesia yang ada pada waktu itu berkumpul untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia. Pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo lahirlah Pandu Rakyat Indonesia (PRI) sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia. Segenap akoer

organisasi kepanduan melebur diri dengan mengganti setangan leher yang beraneka warna menjadi warna hitam. Seiring dengan perkembangan politik dan pemerintahan di tanah air yang sempat mengalami negara serikat dan kemudian berakhir dengan Dekrit Presiden untuk kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, organisasi kepanduan terpecah-pecah. Terdapat lebih dari 100 organisasi kepanduan, sebagian di antaranya berafiliasi dengan partai-partai politik yang ada pada saat itu. Secara umum organisasi kepanduan tergabung dalam tiga federasi yaitu Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO), Persatuan Organisasi Pandu Putri Indonesia (POPPINDO) dan Persatuan Kepanduan Putri Indonesia (PKPI). Pada tahun 1952 IPINDO resmi menjadi anggota World Organization of Scout Movement (WOSM). Tahun 1959 Presiden RI (Ir. Soekarno) menghadiri perkemahan besar tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Persatuan Kepanduan Putri (PKPI) bertempat di Desa Semanggi Ciputat Kabupaten Tanggerang. Presiden RI mengucapkan pidatonya tentang : 1. Situasi bangsa Indonesia yang sedang berusaha keras untuk menyelenggarakan pembangunan di segala bidang. 2. Beliau kemudian mengatakan kekecewaan hatinya, setelah melihat apa yang didapat pada kehidupan gerakan kepanduan waktu itu. 3. Gerakan kepanduan keadaanya sangat lemah, karena terpecah belah dan hidupnya bersaing satu sama lain. 4. Itu jelas tidak dapat di harapkan untuk menjadi tulang punggung pembangunan. 5. Kegiatan pandu yang menonjol hanya sebatas baris-berbaris, menyanyi, bikin yel, tali temali, semboyan semaphore saja. 6. Oleh karena itu kepanduan perlu diretool. 7. Beliau menyatakan telah mengadakan konsultasi dengan Pandu Agung Bapak Sri Sultan Hamengkubuono IX, beliau bermaksud akan menyatukan kembali organisasi kepanduan menjadi satu dengan nama “Pramuka”. 8. Pramuka yang dimaksud itu akan merupakan organisasi pendidikan anak-anak dan pemuda Indonesia yang tunggal dan nasional, yang besar dan kuat, yang mampu mengemban amanat penderitaan rakyat dan yang sanggup menjadi pelopor pembangunan sesuai dengan namanya Pramuka yang artinya ”berada dimuka” atau “prajurit teladan”. Setelah mendengar laporan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Brigjen TNI dr. Aziz Saleh bahwa 60 organisasi kepanduan di Indonesia pada prinsipnya setuju dipersatukan. Maka pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara, Ir. Soekarno sebagai Presiden/mandataris MPRS menyampaikan pidato kepada para tokoh dan pemimpin pandu yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia. Pokok-pokok penting dalam pidato presiden itu adalah sebagai berikut : 1. Pengalaman yang tidak berkenan di hati tentang kehidupan kepanduan yang ada di Indonesia selama 15 tahun setelah negara Indonesia merdeka 2. Perkembangan keanggotaan jumlah tidak melebihi 500 ribu orang, padahal anak-anak dan pemuda yang bisa menjadi pandu sedikitnya ada 20 juta orang 3. Kepanduan yang ada harus diperbaharui dan disesuaikan dengan pertumbuhan dan harapan bangsa dan masyarakat dalam rangka mengemban amanat penderitaan rakyat. Untuk dapat menyesuaikan diri itu, maka metoda dan aktivitas pendidikan harus disesuaikan dan diintegrasikan dengan kepentingan bangsa dan masyarakat Indonesia. 4. Cita-cita dan konsepsi persatuan dijadikan perintah Presiden agar seluruh organisasi kepanduan disatukan dan diberi nama Pramuka. 5. Untuk menyelenggarakan perintah tersebut dibentuk satu panitia yang terdiri dari 4 orang yaitu : Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri PP&K Dr. Prijono, Menteri Pertanian dr. Aziz Saleh, dan Menteri Transkop dan Pembangunan Masyarakat Desa Achmadi. Atas bantuan Perdana Menteri Ir. H. Djuanda, maka pada tanggal 20 Mei 1961 keluarlah Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka. Keputusan tersebut ditandatangani oleh Ir. H. Djuanda sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia karena pada saat itu Presiden Soekarno sedang berkunjung ke Jepang. Dengan hati tulus Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menganugrahkan Panji-Panji Gerakan Pramuka Indonesia kepada Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX selaku Ketua Kwartir Nasional di halaman Istana Merdeka pada tanggal 14 Agustus 1961. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi non-government, semua organisasi kepanduan kecuali yang diselenggarakan oleh pihak komunis melebur diri dalam Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka ditetapkan sebagai satu-

2

satunya badan di wilayah Republik Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, oganisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan Gerakan Pramuka dilarang adanya. Keputusan tersebut merupakan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Didalamnya menetapkan Pancasila sebagai dasar Gerakan Pramuka dengan pelaksanaan pendidikan kepramukaan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan serta Sistim Among. Prinsip Dasar dan Metode Pendidikan Kepramukaan sebagaimana dinyatakan oleh Baden Powell tetap dipegang, akan tetapi cara peIaksanaannya perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Sejarah dan Romantika Latihan Kepramukaan Apa yang disebut dengan kepanduan pada awal berdirinya oleh Lord Baden Powell hanyalah ditujukan bagi anak-anak usia 11 s.d. 16 tahun, yang kini disebut Pramuka Penggalang (di Indonesia usia 11 s.d. 15 tahun). SEDIA (Be Prepared) adalah semboyan bagi Pramuka Penggalang. Mereka dilatih berkemah, memasak, peta kompas, semboyan dan isyarat, tali temali, P3K dan lain sebagainya. Untuk apa semua itu ? Agar mereka mampu mengurus dirinya sendiri, dapat bertindak dalam keadaan darurat dan lain sebagainya. Be prepared for the worst ! Be prepared to make a good, dan apabila kelak ia berangkat dewasa maka be prepared to the best. Ciri khas kegiatan Penggalang terletak pada dinamika regunya. Segala bentuk aktivitas dilaksanakan dalam kegiatan regu. Nuansa heroisme dan patriotisme yang menjadikan kegiatan penggalang sangat menarik bagi kelompok usianya. Pembentukan jiwa kepemimpinan, manajemen satuan dan pemecahan masalah dalam kelompok sangat kentara dalam setiap latihan kepramukaan. Dinamika seperti inilah yang kemudian dalam kalangan akademis dikenal sebagai Gugus Kendali Mutu, Total Quality Management dan Networking Managemet. Pramuka Siaga diperkenalkan pada tahun 1916 setelah sebelumnya dicoba selama dua tahun. Pada awalnya Siaga diperuntukan bagi kegiatan anak-anak berusia 8 s.d. 11 tahun (di Indonesia 7 s.d. 10 tahun). Pada tahun kelahirannya itu, Baden Powell menerbitkan buku berjudul The Wolfcub Handbook yang isinya dikombinasikan dengan buku karangan Rudyard Kipling berjudul The Jungle Book. The Jungle Book sebuah buku ternama yang menceriterakan kisah kehidupan seorang anak bernama Mowgli yang hidup bersama sekawanan serigala di tengah hutan belantara. Kisah kehidupan Mowgli inilah yang kemudian digunakan oleh Baden Powell sebagai latar belakang atau romantika latihan Pramuka Siaga. Para Siaga diibaratkan sebagai seorang anak yang tumbuh dewasa di tengah hutan belantara, sibuk dengan berbagai permainan dan pengalaman yang menarik serta petualangan yang menegangkan di alam bebas. Surat tertanggal 22 Maret 1961 dari Direktur Biro Kepanduan Internasional, Kol. J. S. Wilson telah mengesahkan perubahan latar belakang (romantika latihan) bagi Siaga di Indonesia. Perubahan romantika latihan di Indonesia dianggap perlu mengingat latar belakang sosial budaya yang berbeda. Latihan Siaga di Indonesia menggunakan romantika “Keluarga bahagia yang hidup di desa”. Karena itu, Pembina Siaga disebut dengan Yanda dan Bunda, Ketua Barung Utama disebut dengan Sulung, ini akan mengingatkan para Pramuka Siaga akan dinamika kehidupan sehari-harinya di rumah. GIAT (Do Your Best) adalah semboyan bagi Pramuka Siaga, semboyan ini menjadi dasar dari segala bentuk kegiatan Siaga. Sejak mulai berkumpul saat Pembina meneriakan aba-aba : “Siagaaa !” Anak-anak dilatih membentuk formasi barisan barung dengan gerakan tanpa berbicara, secepatnya mengatur diri tanpa disuruhsuruh. Masing-masing harus mengetahui posisi tempatnya dan tempat teman-temannya. Si Pemimpin Barung akan berdiri di tempatnya masing-masing dengan penuh keyakinan, sadar akan keberadaan dirinya di tengah kelompoknya. Sikap keyakinan akan kebenaran posisi dan kedudukannya itu akan terbawa seumur hidup. Menjadi manusia yang tahu tempat dan fungsinya di masyarakat tanpa usil terhadap urusan orang lain. Pramuka Siaga belajar dan berlatih dengan giat dalam segala hal, tetapi sebaliknya ia dapat berdiam diri dan menyimak apabila Pembina sedang menguraikan sesuatu. Perindukan yang berhasil dapat dilihat dari mutu kegiatannya dan bagaimana mereka menurut kata perintah Pembinanya. Hal ini ditanamkan dalam diri anak, bukan hanya untuk dilakukan dalam Perindukan Siaga, tetapi juga di sekolah agar belajar dengan keras dan pada saat ia membantu orang tua di rumah. Pada tahun 1917, Baden Powell menuliskan idenya sebagai berikut, “Kita telah lama mempertimbangkan soal mendirikan golongan Pandu yang lebih dari usia 15 tahun atau Senior Scout. Soal itu hendak kita tangguhkan sampai selesainya Perang Dunia I. Akan tetapi keadaan-keadaan baru kini telah mendorong soal itu ke akoer

muka lagi dan soalnya ialah, tidakkah sekarang harus menyediakan sesuatu semacam itu untuk masa yang akan datang. Sebahagian latihan Pandu yang agak tua itu agaknya perlu berisi ketentuan menempuh syarat-syarat ujian tanda-tanda kecakapan yang lebih tinggi ukurannya dari pada ukuran untuk anak Pandu biasa, dengan maksud untuk memberi pimpinan kepada mereka, supaya mereka belajar khusus dalam macam-macam industri atau perdagangan dan sebagainya untuk kemajuan mereka dalam hidup”. Kemudian Baden Powell menyatakan rencananya itu pada bulan Juli 1917. Percobaan dilakukan dengan Pandu Tua (Senior Scout), Pandu Bakti (Service Scout) dan Pandu Perdagangan (Scout of Commerce) dan sebagainya. Percobaan tersebut gagal karena berbagai hal yang akhirnya ide tersebut ditarik kembali karena Baden Powell berpendapat bahwa tidak baik memaksakan sesuatu kepada Pembina-pembina pada waktu itu dengan mengabaikan keinginan dan pengalaman mereka. Namun sedikit demi sedikit ide ini mulai berkembang, citacitanya terkandung dalam perkataan “Bakti” dan kiasan dasar “Tata Ksatria”. Ide ini beralih dari anak-anak di atas usia 15 tahun menjadi 17 tahun ke atas. Sebuah pamphlet berjudul Rules for Rover Scouts diterbitkan pada bulan September 1918. Pamflet ini merupakan awal berdirinya Pramuka Penegak secara resmi. Langkah selanjutnya adalah dengan menerbitkan Notes of the Training Rover Scouts pada bulan April 1920. Akhirnya pada bulan Nopember 1922 diterbitkan buku Rovering to Success. Perkembangan selanjutnya terjadi banyak perdebatan tentang apa makna BAKTI bagi Pramuka Penegak. Pada bulan April 1930 diadakan petunjuk lebih lanjut tentang kepenegakan yang isinya merupakan asumsi-asumsi dasar pengertian Pramuka Penegak sebagai berikut : Pertama, Penegak adalah pandu dan jiwa dari suasana hidup di alam bebas yang memiliki coraknya tersendiri. Kedua, bakti merupakan pekerjaan sehari-hari dalam kehidupan seorang Penegak, dengan sebaik-baiknya ia melaksanakan baktinya kepada masyarakat. Ketiga, kepenegakan merupakan persiapan bagi kelanjutan hidupnya. Keempat, menekankan pada kemampuan adaptasi, inovasi dan improvisasi, karena sifat-sifat ini sangat berharga dan diperlukan bagi pemuda-pemuda sekarang. Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui latihan-latihan kepenegakan. Kelima, pedoman dan rencana latihan penegak sebaiknya dibuat universal. Luaskan pandanganmu, karena dibuat dengan pandanganmu yang luas, maka pedoman dan rencana itu tidak hanya akan dapat dilakukan di suatu tempat saja, tetapi juga di lain-lain negara. Keenam, kepenegakan tidak bermaksud membina kaum muda yang selalu merasa puas atau seorang pendiam yang selalu termenung, akan tetapi bermaksud membantu pemuda-pemuda guna menyalurkan gairah mudanya yang penuh dengan kegembiraan menuju kebahagian dalam hidup, kebahagiaan yang diperoleh dalam baktinya kepada orang lain. Sejarah perkembangan kepenegakan itu akhirnya sampailah kepada suatu kesimpulan bahwa kepenegakan adalah tempat belajar dan berlatih untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan yang belum diperoleh semasa menjadi Pramuka Siaga dan Penggalang. Namun demikian, metoda yang digunakan tetap merupakan metoda kepanduan dalam suasana persaudaaran hidup di alam bebas dan kegiatan berbakti. Selain kepenegakan itu sendiri yang diperuntukan bagi usia 17 tahun ke atas (di Indonesia 16 s.d. 20 tahun) juga dibentuk kepandegaan untuk usia di atas 23 tahun (di Indonesia 21 s.d. 25 tahun). BAKTI (Service to Other) adalah semboyan Pramuka Penegak. Berbakti adalah bekerja dengan ikhlas tanpa mengharap upah atau balas apapun. Menurut Baden Powell arti “Bakti” itu sendiri terdiri dari tiga hal. Pertama, bakti untuk dirinya sendiri yaitu berusaha mencari penghasilan sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain, mengembangkan kesehatan dengan berkegiatan di alam bebas, melakukan pekerjaan sebagai sumbangan terhadap negaranya. Kedua, bakti terhadap gerakan kepanduan yaitu menyokong kepanduan sesuai keahliannya dan dapat diharapkan menjadi pembina-pembina yang cakap. Ketiga, bakti terhadap masyarakat yaitu mewajibkan mereka mempelajari soal-soal pemerintahan dan kemasyarakatan karena pada akhirnya ia akan hidup di tengahtengah masyarakat. Mari kita merenungkan kembali sebagian dari pesan Baden Powell penggagas dan pendiri kepanduan/kepramukaan dunia sebelum meninggal pada tahun 1941 di Kenya, sebagai berikut : Dear Scouts, I believe God put us in this jolly world to be happy an enjoy life. Happiness doesn’t come from being rich, nor merely from being

3

successful in your career, nor by self-indulgence. One step towards happiness is to make yourself healthy and strong while you are a boy, so that you can be useful and so enjoy life when you are a man. Nature study will show you how full of beautiful and wonderful thing God has made the world for you to enjoy. Be contended with what you have got and make the best of it. Look at the bright side of things instead of the gloomy one. But the real way to get happiness is by giving out happiness to other people. Try and leave this world a little better than you found it and when it comes to your turn to die, you can die happy in feeling that any rate you have not wasted your time but than you have done your best. “Be Prepared” in this way, to live happy and to die happy – stick to your Scout Promise always – even after you have ceased to be a boy – and God help you do it. Your Friend Baden Powell of Gilwell Tujuan pendidikan kepramukaan tidak lain adalah membentuk karakter bangsa baik sebagai seorang individu maupun sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat. Dengan demikian program-program kegiatan kegiatan kepramukaan harus bertumpu pada tuntutan dan kebutuhan generasi muda sekarang beserta harapan orang tua dan keluarganya. Saat ini masyarakat Indonesia terpuruk dalam tiga hal yakni kebodohan, kemiskinan dan tidak mencintai lingkungan hidup. Kedalam tiga masalah itulah Gerakan Pramuka diharapkan dapat menjawab tantangan masyarakat. Seorang yang mengikuti pendidikan kepramukaan seyogyanya memiliki nilai tambah. Dia lebih pintar dan cerdik dari teman-temannya, dia lebih mampu mengelola hidupnya secara sosial ekonomi, serta dia lebih peduli dengan alam dan lingkungannya. Di tengah krisis multi dimensional yang melanda Indonesia sekarang ini, Pramuka hendaknya bisa tampil ke depan sebagaimana sejarah mengatakan bahwa Pramuka selalu menjadi pelopor sejarah perjalanan bangsa. Mari kita niatkan bersama bahwa kegiatan kepramukaan yang kita laksanakan ini adalah untuk membangun peradaban sebuah bangsa, bangsa yang besar, bangsa yang indah, bangsa yang disegani dunia, bangsa yang dicintai Yang Maha Pencipta. Bangunlah jiwanya … bangunlah badannya … untuk Indonesia Raya. Kami … Pandu Ibu Pertiwi. KEEP ON SCOUTING !!!

akoer

4

Related Documents

Riwayat Kepramukaan
October 2019 28
Riwayat Hidup.rtf
June 2020 17
Riwayat Psikiatri
December 2019 29
Riwayat Hidup.docx
July 2020 5
Riwayat Ginekologi
June 2020 15

More Documents from "David Ithu Agkhu"