Riset Dalam Bimbingan Dan Konseling Di Singapura--edit

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Riset Dalam Bimbingan Dan Konseling Di Singapura--edit as PDF for free.

More details

  • Words: 7,610
  • Pages: 19
PENELITIAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING LUI HAH WAH ELENA • CHENG YUANSHAN • LIM KAM MING

Bab ini memfokuskan pada penelitian dalam bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan Singapura. Bab ini mempresentasikan konsep-konsep penting, proses-proses dan metode-metode penelitian, statistik dasar, sejarah singkat penelitian lokal dalam bimbingan dan konseling, dan contoh-contoh penelitian lokal tentang berbagai aspek bimbingan dan konseling. Tujuan utama bab ini adalah untuk memberikan informasi dan bimbingan mengenai konsep-konsep dasar dan prosedur-prosedur penelitian bagi para guru-konselor yang tertarik untuk melakukan penelitian berbasis-sekolah dalam bimbingan dan konseling. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian pada dasarnya merupakan aktivitas pemecahan masalah yang berkaitan dengan suatu isu atau perhatian, menguji hipotesis atau menjelaskan fenomena. Penelitian adalah upaya sistematis untuk meberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan. Penelitian mungkin memberikan jawaban-jawaban yang umum dan abstrak, seperti yang sering diberikan oleh penelitian dasar, atau mungkin memberikan jawaban-jawaban yang spesifik dan sangat konkret, seperti yang sering diberikan oleh bukti konklusif atau penelitian terapan (Tuckman, 1999; 4). Di lingkungan pendidikan, penelitian terapan digunakan untuk memeriksa kembali praktik-praktik dalam mengajar, menyelidiki proses belajar, mengevaluasi kurikulum dan program-program di sekolah, dan memberikan rekomendasi untuk perubahan-perubahan dalam kebijakan dan sistem di tingkat lokal dan nasional. Di masa sepuluh tahun yang lalu, action research (penelitian tindakan) telah menjadi populer (sangat disukai) di antara para guru-peneliti, para ahli kurikulum, para pemimpin pendidikan dan para guru-pendidik baik untuk tujuan akademik maupun tujuan profesional. Istilah “action research” itu diciptakan oleh Kurt Lewin pada awal 1940-an. Setelah memperoleh serangkaian pengalaman praktis, dia mengembangkan sebuah teori mengenai action research seperti sebuah spiral tahapan-tahapan yang mencakup perencanaan, pencarian fakta dan pelaksanaan. Selanjutnya, proses ini secara gradual berkembang menjadi lingkaran action research yang mencakup merencanakan, melakukan, mengamati dan merefleksikan. Action research didefinisikan sebagai suatu proses yang “mempercayai perkembangan kemampuan untuk berpikir reflektif, berdiskusi, memutuskan dan kemampuan bertindak dari orang-orang biasa yang berpartisipasi dalam penelitian kolektif tentang ‘masalah-masalah pribadi’ yang mereka miliki bersama” (Adleman, 1993: 8). Action research di dalam pendidikan sering digunakan oleh para guru dan stakeholder (pengambil kebijakan) lainnya untuk mengumpulkan informasi mengenai belajar-mengajar di sekolah untuk tindakan reflektif dan untuk peningkatan pedagogi. Penelitian dalam bimbingan dan konseling di sekolah adalah proses ilmiah untuk menemukan atau menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa orang melakukan, berpikir dan merasakan di dalam kelas, di dalam tutorial bimbingan dan konseling pastoral (pastoral care), di dalam aktivitas bimbingan kelompok, di dalam pertemuan konseling dan di dalam situasi-situasi lainnya. Action research di dalam bimbingan dan konseling itu bersifat proaktif dan rensponsif. Action research dapat digunakan untuk mengembangkan dan menguji program-program atau produk-produk baru untuk bimbingan dan konseling (pastoral care). Action research dapat juga digunakan untuk memerika/meninjau kembali

1

dan mengevaluasi tindakan-tindakan yang sedang dilakukan dalam bimbingan, konseling, disiplin siswa dan manajemen kasus. METODE-METODE PENELITIAN Metode penelitian pada umumnya dikelompokkan menjadi penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan survei atau alat lain untuk mengumpulkan data dan ukuran-ukuran numerikal untuk menyelidiki hubungan antara atau di antara variabel-variabel, atau perbedaan di dalam kelompok-kelompok. Penelitian kualitatif menggunakan observasi dan pendekatan naratif atau deskriptif untuk mengumpulkan informasi agar dapat memahami fenomena (apa yang sedang terjadi) dan menemukan maknanya. Membandingkan kedua pendekatan itu, Linn (1986) berpendapat bahwa metode kuantitatif pada umumnya berhubungan dengan pengukuran sistematis, metode eksperimental dan metode quasi-eksperimental, analisis statistik dan model matematis. Sedangkan, metode kualitatif berhubungan dengan observasi naturalistik, studi kasus, etnografi dan laporan naratif. Namun haruslah diketahui bahwa batas-batas antara kedua metode tersebut kadang-kadang menjadi kabur/tidak jelas. Dalam praktiknya, kedua pendekatan itu saling melengkapi, bukan ”bertentangan”, dan temuan-temuan penelitian yang didasarkan pada kedua metode tersebut biasanya memberikan kontribusi yang lebih valid dan lebih bermakna bagi praktik-praktik konseling dan pedagogik. Hal ini menjelaskan mengapa banyak peneliti menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif untuk menjamin kualitas dan akurasi penelitian. Metode penelitian yang paling sering digunakan oleh para peneliti lokal dalam pendidikan, bimbingan dan konseling adalah penelitian deskriptif dan korelasional. Yang kurang sering digunakan adalah studi kasus dan rancangan kuasi-eksperimental. Oleh karena keterbatasan waktu, penelitian longitudinal jarang digunakan dalam penelitian akademik. Bab ini menjelaskan beberapa dari metode penelitian yang lebih sering digunakan Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif menggunakan pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan data baik dengan metode kuantitatif maupun metode kualitatif. Deskripsi kuantitatif biasanya didasarkan pada analisis statistik dari data yang dikumpulkan menurut berbagai jenis variabel. Variabel adalah karakteristik yang bisa mempunyai berbagai nilai, misalnya nilai nominal, nilai ordinal, nilai interval atau nilai rasio. Deskripsi kualitatif meliputi catatan wawancara, bagian naratif, catatan kasus, catatan diskusi kelompok, etnografi tentang perilaku tertentu, nilai, kepercayaan, kejadian, atau fenomena dalam suatu keadaan. Penelitian Korelasional Penelitian korelasional menyelidiki hubungan antara variabel-variabel. Penelitian itu mencakup perhitungan koefisien korelasi – ukuran tingkat bervariasinya variabel dengan cara sama terhadap ukuran tersebut. Korelasi positif adalah korelasi dimana sebuah skor yang lebih tinggi pada 1 (satu) variabel berhubungan dengan sebuah skor yang lebih tinggi pada suatu variabel yang lain. Dalam korelasi negatif, 1 (satu) variabel bertambah sedangkan satu variabel yang lainnya berkurang. Sebagai contoh, penelitian-penelitian telah menunjukkan korelasi positif antara prestasi akademik siswa dan keyakinan terhadap kemampuan akademiknya. Para peneliti telah menemukan juga korelasi negatif antara prestasi akademik siswa dan ketidakhadiran siswa. Multi korelasi menggabungkan 2

dua variabel bebas atau lebih untuk memperbaiki hubungan dengan sebuah variabel terikat. Penelitian Eksperimental Penelitian eksperimental memanipulasi satu variabel atau lebih agar dapat mengamati dan mencatat pengaruh intervensi atau perlakuan. Variabel yang dipilih oleh peneliti untuk dimanipulasi dalam sebuah eksperimen disebut variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel dalam sebuah eksperimen yang berubah sebagai akibat dari perlakuan. Agar dapat menunjukkan pengaruh perlakuan, maka hasil pengujian terhadap sebuah kelompok kontrol digunakan untuk dibandingkan dengan hasil pengujian terhadap kelompok eksperimental. Sebagai contoh, seorang guru melibatkan sekelompok siswa dalam sebuah tes percobaan terhadap sebuah CD-ROM baru untuk olahraga fisik. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah olahraga fisik (perlakuan) dan variabel terikatnya adalah skor kebugaran fisik siswa. Para siswa yang dipilih secara acak untuk menggunakan CD-ROM ini membentuk kelompok eksperimental. Para siswa dengan jumlah yang sama, yang juga dipilih secara acak, ditetapkan sebagai kelompok kontrol yang tidak melakukan olahraga fisik. Hipotesis guru adalah bahwa skor kebugaran fisik para siswa di dalam kelompok eksperimental akan meningkat setelah menggunakan CD-ROM, sedangkan skor kebugaran fisik para siswa dalam kelompok kontrol tidak akan meningkat. Biasanya, penelitian kuasi-eksperimental hanya digunakan di dalam penelitian terapan oleh karena keterbatasan-keterbatasan untuk mengontrol variabel-variabel di dalam situasi kehidupan real, misalnya situasi kelas. Ketika menguji pengaruh dari alat bantu mengajar atau intervensi/penanganan konseling, ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan. Beberapa contoh dari faktor-faktor ini adalah kemampuan siswa, pengajaran guru, dinamika kelas dan lingkungan sekolah, semua faktor tersebut tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Bila ada perubahan yang diobservasi, kemungkinan besar peneliti tidak dapat mengklaim bahwa perlakuan itu merupakan satu-satunya penyebab perubahan, karena beberapa dari faktor-faktor lain ini bisa juga memberikan kontribusi pada perubahan tersebut. PROSES PENELITIAN Proses penelitian biasanya dimulai dengan pemilihan topik penelitian. Kemudian diikuti dengan menyatakan masalah penelitian, tujuan dan signifikansi penelitian, serta menulis pertanyaan dan hipotesis penelitian. Setelah tujuan ditetapkan, tahap berikutnya meliputi mengkaji literatur yang relevan, membuat konsep model atau rancangan penelitian, menentukan skopa penelitian (populasi dan masalah), memilih metode pengumpulan dan analisis data, merancang atau memilih instrumen untuk pengumpulan data, bekerja sesuai jadual penelitian, batas waktu dan anggaran, dan jika perlu membentuk panitia atau tim penelitian. Tahap ketiga mencakup melaksanakan rencana kegiatan, mengajukan permohonan pembiayaan jika perlu, mendapatkan ijin untuk pengumpulan data, mempredeksikan masalah-masalah etis dan melakukan survei, wawancara, diskusi kelompok fokus, studi kasus, dan seterusnya. Tahap keempat memeriksa analisis dan interpretasi data, diskusi mengenai limitasi-limitasi dan masalah-masalah etis, diikuti dengan melaporkan temuan-temuan penelitian dan membuat rekomendasi. Dalam penelitian akademik atau tesis, tahap akhirnya adalah menulis tesis atau disertasi untuk diberikan kepada supervisor atau penasehatnya. Peneliti untuk sebuah proyek kontrak atau proyek yang disponsori menulis laporan dan 3

menyerahkannya kepada klien atau sponsor dari proyek tersebut. Publikasi temuantemuan penelitian atau laporan penelitian bergantung pada faktor-faktor seperti kualitas kerja penelitian, kerahasiaan data dan temuan-temuan, ijin untuk mengungkapkan latar belakang dari penelitian, nilai pasar dari topik penelitian, dan masalah-masalah lainnya yang terkait. Masalah Penelitian Masalah penelitian yang ditetapkan dan dipilih dengan tepat adalah awal yang baik dalam proses penelitian. Sepuluh karakteristik dari masalah penelitian tesis yang baik yang direkomendasikan oleh Anderson dan Arsenault (1998) adalah sebagai berikut. • Masalah tersebut dinyatakan secara ringkas dan jelas. • Masalah tersebut menghasilkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. • Masalah tersebut didasarkan pada teori. • Masalah tersebut berhubungan dengan satu bidang studi akademik atau lebih. • Masalah tersebut mempunyai dasar dalam literatur penelitian. • Masalah tersebut sangat signifikan atau penting. • Penelitian yang diusulkan ”dapat dilakukan” dalam batas waktu dan anggaran yang ditentukan. • Tersedia atau dapat diperoleh data yang cukup. • Kekuatan metodologis peneliti dapat diterapkan untuk masalah tersebut. • Masalah tersebut adalah baru; belum dijawab secara memadai. Di dalam penelitian, mungkin tidak realistis untuk mengharapkan orang baru yang tidak mempunyai pengalaman penelitian sebelumnya untuk mengajukan masalah penelitian yang mengandung kesepuluh karakteristik tersebut. Meskipun demikian, masalah penelitian seharusnya ditulis dengan jelas dan mempunyai dasar teoretis atau literatur. Dalam mengidentifikasi masalah penelitian, peneliti seharusnya juga mengingat masalah-masalah etis, akses terhadap data, batas waktu dan anggaran. Masalahan penelitian dalam bimbingan dan konseling biasanya merupakan masalah tentang kebutuhan atau problem siswa dalam berbagai aspek pertumbuhan dan pengembangan siswa. Beberapa contohnya adalah prestasi akademik, kebutuhan emosional dan sosial, motivasi, kesejahteraan psikososial, kesulitan belajar, suasana kelas, penyesuaian terhadap sekolah, masalahan perilaku dan disiplin, tekanan orangtua dan gaya pengasuhan orangtua, perencanaan pendidikan dan perkembangan karier. Beberapa penelitian action research yang umum yang dilakukan oleh para guru di sekolah-sekolah Singapura adalah survei tentang kebutuhan siswa (penilaian kebutuhan), penelitian tentang ketrampilan belajar dan manajemen stres, penanganan masalah disiplin, evaluasi terhadap efektivitas program, penelitian percobaan tentang penilaian sekolah dan kurikulum baru. Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis Setelah masalah penelitian diidentifikasi, tugas selanjutnya yang penting adalah merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis (tidak semua penelitian memerlukan pengujian hipotesis, terutama penelitian yang menggunakan metode kualitatif seperti observasi naturalistik dan studi kasus). Hipotesis adalah ekspektasi tentang kejadiankejadian yang didasarkan pada generalisasi hubungan yang diasumsikan antara variabelvariabel. Biasanya merupakan pernyataan yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Sebagai contoh, adanya pertanyaan seperti, “Apakah ada perbedaan gender dalam konsep diri siswa?”, kita bisa menyusun tiga hipotesis berikut ini. 4

 Tidak ada perbedaan signifikan dalam konsep diri antara anak laki-laki dan anak perempuan (hipotesis nol).  Ada perbedaan signifikan dalam konsep diri antara anak laki-laki dan anak perempuan (hipotesis alternatif).  Konsep diri anak laki-laki secara signifikan lebih tinggi daripada konsep diri anak perempuan (hipotesis terarah). Adanya pertanyaan lain seperti, “Apakah ada hubungan signifikan antara prestasi akademik dan penyesuaian terhadap sekolah?”, kita dapat merumuskan dua hipotesis ini.  Tidak ada hubungan signifikan antara prestasi akademik dan penyesuaian terhadap sekolah (hipotesis nol).  Ada hubungan signifikan antara prestasi akademik dan penyesuaian terhadap sekolah (hipotesis alternatif). KAJIAN KEPUSTAKAAN Ada bermacam-macam informasi yang harus ditangkap dan digunakan oleh para peneliti pada berbagai tingkat. Langkah pertama yang biasanya kita pikirkan di dalam mencari informasi dan kajian literatur/kepustakaan adalah perpustakaan, terutama bagian referensi. NIE LIBRIS (Perpustakaan) mempunyai koleksi yang banyak dari buku, majalah dan disertasi mencakup berbagai disiplin. Di dalam perpustakaan ini ada juga sumber-sumber media dan lingkungan belajar yang dilengkapi dengan IT. Cara yang lebih menyenangkan dan efisien untuk memperoleh informasi yang relevan adalah dengan menjelajahi Internet untuk database online misalnya United States ERIC (Education Resources and Information Center) yang merupakan pusat informasi yang terkenal bagi para peneliti pendidikan. ERIC/CG (Counselling and Student Services Clearinghouse) menyediakan referensi dan sumber-sumber yang baik untuk konselor dan personel layanan siswa. Alamat website-nya adalah: http://ericcass.uncg.edu/. Bahan referensi lainnya meliputi arsip, dokumen-dokumen kebijakan, ceramah pelayanan dan laporan konferensi. Sementara kita memerlukan beberapa kata kunci untuk memulai pencarian informasi, kita tidak boleh melupakan kata sandi “fokus”. Kita perlu untuk berkonsentrasi pada topik penelitian dan tujuan pencarian. Jika tidak, kita bisa dengan mudah tersesat dalam jaringan informasi yang kompleks dan tidak teratur. Kajian literatur merupakan bagian integral dari penelitian, terutama dalam penelitian akademik dan tesis. Kajian literatur merefleksikan kualitas penelitian dan kompetensi peneliti. Kajian literatur seharusnya mencakup literatur penelitian lokal dan literatur dari luar negri yang relevan dengan topik dan dasar pengetahuan untuk teori yang digunakan dalam penelitian tersebut. Untuk informasi lokal tentang penelitian pendidikan, kita dapat menemukan referensi-referensi yang bermanfaat dalam majalah-majalah yang diterbitkan oleh majalah National Institute Education (NIE) seperti Asia Pasific Journal of Education, REACT dan Teaching and Learning. Beberapa penerbitan lokal yang baru dan relevan adalah Growing up in Singapore: Research Perspectives on Adolescent (edisi A. Chang, S. Gopinathan & W K. Ho), Psychology in Singapore: Issues of an Emerging Discipline (edisi. A. G. Tan & M. Goh) dan Studies in Educational Learning Environments (edisi. S. C. Goh & M. S. Khine). Setelah memperoleh informasi yang relevan, langkah berikutnya adalah mencatatnya dengan cara yang terorganisir dan sistematis. Untuk mengkaji literatur, dapat disarankan untuk menggunakan pertanyaan penelitian sebagai panduannya. Satu ciri

5

umum dalam kajian literatur adalah melaporkan studi-studi penelitian yang telah dilakukan pada topik penelitian yang dikaji dan meringkas temuan-temuannya. Satu cara untuk meringkas temuan-temuan penelitian adalah dengan menggunakan tabel rangkuman seperti yang diperlihatkan pada tabel 10.1. Tabel 10.1 Rangkuman Temuan-temuan dalam Korelasi antara Kematangan Karier dan SES Peneliti

Sampel

Holland (1981)

Siswa kelas 6 dari 22 sekolah, n = 300

Spurlock (1984)

Para siswa senior kulit hitam dari sebuah ”high school”, n = 302 Para siswa dari ”Secondary 1 sampai Junior College 2”, n = 324 Para siswa Malaysia dari Secondary 2 sampai 4 dalam 7 sekolah, n = 304 Para siswa kelas 9 sampai 12 dari sebuah ”high school” (orang Meksiko dan orang kulit putih)

Tan (1988) Rahim (1996)

Caraveo (1986)

Ukuran

Hasil

CMI Attitude SES secara signifikan mempunyai korelasi Scale, HISS dengan skor CMI dan merupakan prediktor yang lebih berguna untuk kematangan karier daripada variabel-variabel lainnya. Crites’ Korelasi signifikan antara SES dan kematangan Attitude karier. Scale CMI

Korelasi signifikan antara SES dan kematangan karier

CDIAustralian

Perbedaan signifikan antara kelompok SES, khususnya dalam aspek kognitif.

CMI

SES merupakan prediktor yang buruk dari kematangan karier untuk kedua kelompok etnis tersebut.

CMI = Career Maturity Inventory GDI = Career Development Inventory HISS = Hollingshead’s four factor Index of Social Status (Sumber: Tan, S.H.J., Career Maturity, Self-esteem and Academic Achievement in Singapore Adolescents, disertasi MA tidak dipublikasikan, NIE/NTU, 2002)

Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada observasi dan/atau pengukuran. Psikolog besar, Thorndike, berpendapat bahwa “jika sesuatu ada, sesuatu itu ada dalam jumlah tertentu, sesuatu itu dapat diukur. Saat ini tentu saja, kita mempunyai spektrum yang jauh lebih luas tentang apa yang dianggap sebagai data dan cara yang valid untuk mengukur, tetapi tetap berpegang pada tujuan” (Anderson, &Arsenault, 1998: 163). Dalam penelitian pendidikan, cara yang paling umum digunakan untuk mengumpulkan data adalah survei dan wawancara yang menggunakan alat pengukuran (instrumen) seperti kuesioner, daftar cek, tes dan inventori. Diskusi kelompok fokus dan studi kasus digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan opini atau perasaan pribadi para subyek dalam sampel. Triangulasi, yang menggunakan multi sumber dan metode pengumpulan data, juga digunakan di dalam penelitian-penelitian yang lebih akurat untuk membantu mengeliminasi penyimpangan dan kesalahan. 6

Metode survei adalah metode yang paling umum digunakan dalam penelitian kuantitatif sedangkan observasi naturalistik, studi kasus, wawancara dan diskusi kelompok fokus sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Namun, wawancara dan diskusi kelompok fokus dapat juga digunakan dalam penelitian kuantitatif ketika ukuran sampel cukup besar untuk analisis statistik. Survei Survei yang menggunakan kuesioner, dafrar cek atau tes yang dicetak atau dengan sarana elektronik (e-survei melalui ‘e-mail’ atau Internet) adalah metode yang paling efisien untuk pengumpulan data dari sampel responden yang besar (100 atau lebih). Aturan umum untuk sebuah sampel yang reliabel adalah 10 persen dari populasi untuk sebuah survei tertentu. Metode survei memerlukan perlengkapan analisis kuantitatif yang menggunakan perangkat lunak komputer seperti SPSS. Interpretasi statistik juga perlu ditangani dengan cermat. Ukuran dan representasi sampel yang dipilih harus mempunyai dampak langsung pada validitas dan reliabilitas temuan-temuan. Untuk sampel kecil (misalnya di bawah 20), analisis statistik mungkin tidak bermakna. Peneliti lebih mampu untuk membuat kesimpulan dan menarik generalisasi dari temuan-temuannya jika sampelnya lebih representatif (misalnya sampling yang distratifikasi). Pemilihan instrumen yang reliabel dan valid juga sangat penting dalam metode pengumpulan data ini. Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam situasi bersemuka atau telepon dapat menjadi sumber untuk informasi yang lebih personal dan mendalam. Metode ini memerlukan pelatihan bagi pewawancara dan perencanaan yang cermat tentang pertanyaan dan jadual wawancara. Metode ini lebih mahal daripada metode survei dalam hal waktu, sumber daya manusia dan sumber daya finansial. Kadang-kadang, mendapatkan akses ke orang yang diwawancarai dapat menjadi hambatan dalam proses penelitian. Orang membutuhkan jejaring yang baik untuk mendapatkan kontak yang berguna dan keterampilan komunikasi yang efektif dalam melakukan wawancara. Mencatat dan membuat kode juga merupakan keterampilan penting dalam metode pengumpulan data ini. Diskusi Kelompok Fokus Diskusi kelompok fokus membantu responden mensinergikan, memaksimalkan ingatan tentang fakta-fakta, mendorong membagikan pemikiran, pengungkapan perasaan atau pemunculan ide-ide, dan memberikan data yang kaya serta bermacam-macam perspektif. Metode pengumpulan data ini membutuhkan pemimpin atau fasilitator yang terlatih untuk melakukan pertemuan kelompok dan untuk mencatat proses kelompok. Perencanaan yang tercakup dalam membuat jadual pertemuan, menyusun pertanyaan-pertanyaan, merekam pertemuan-pertemuan dan memperoleh dukungan teknik untuk perekaman video dapat menyita banyak waktu, tenaga, atau perhatian dari peneliti. Tetapi, ketika dilakukan dengan tepat, diskusi kelompok fokus bisa menghasilkan data yang kaya dan bermacammacam baik untuk studi penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Observasi Langsung 7

Observasi langsung atau naturalistik terhadap perilaku adalah pendekatan yang paling penting dan menarik untuk mengumpulkan data. Pendekatan itu sering digunakan dalam penelitian perkembangan anak, perbandingan lintas budaya, etnografi dan penelitian sosial lainnya. Sebagai contoh, observasi naturalistik digunakan dalam penelitian Piaget mengenai masa pertumbuhan bayi, yang dilengkapi dengan eksperimentasi skala kecil. Proses tersebut biasanya sangat menyita banyak waktu dan tenaga. Akurasi pencatatan dan reliabilitas pengamat menjadi masalah utama dalam pendekatan ini. Peneliti perlu untuk memutuskan apa yang diobservasi, bagaimana mengobservasinya dan menilai validitas data yang dikumpulkan. Lembar pencatatan (pengkodean) yang didesain dengan baik yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ditetapkan dengan jelas dan para pengamat yang dilatih dengan benar adalah kunci-kunci bagi pengukuran kualitas dalam penelitian-penelitian dengan pendekatan yang demikian. Studi Kasus Studi kasus adalah metode penelitian kualitatif yang memfokuskan pada fenomena spesifik di dalam suatu batasan, misalnya perilaku siswa yang mengganggu dalam kelas tertentu. Studi kasus berorientasi proses dan berbasis pada konteks. Sebagai contoh, dalam sebuah situasi konseling, studi kasus biasanya digunakan untuk menyelidiki masalah, faktor-faktor kebetulan, proses intervensi dan hasil-hasil dari ”sebuah kasus.” Sebuah kasus bisa jadi adalah seseorang yang sedang membutuhan bantuan, misalnya seorang klien dalam proses membantu. Dalam konteks yang lebih luas, sebuah kasus dapat juga merupakan sekelompok orang yang terlibat dalam sebuah ”masalah” misalnya sebuah keluarga, sebuah klik dalam suatu kelas, sebuah gang remaja atau bahkan sebuah sekolah yang dihadapkan dengan kesulitan atau tantangan spesifik. Karena metode studi kasus memungkinkan investigator untuk menyelidiki ranah afektif seperti emosi atau perasaan, maka metode ini juga merupakan alat yang efektif dalam training yang profesional bagi konselor, pekerja sosial, dan terapis. Melakukan sebuah studi kasus membutuhkan ketrampilan khusus. Peneliti diharapkan untuk menggunakan berbagai sumber bukti dan berbagai alat untuk mengumpulkan informasi. Triangulasi dapat digunakan untuk menginterpretasikan temuan-temuan dan untuk mengambil sudut pandang yang berbeda di dalam analisis data untuk mereduksi bias. Walaupun ada keterbatasan-keterbatasan terhadap generalisasi temuan-temuan, peneliti yang terlatih seharusnya mampu untuk memperoleh reliabilitas dan validitas penelitian-penelitian dengan metode ini. Statistik Dasar Dalam ilmu sosial, statistik digunakan sebagai alat untuk mengorganisikan, menyederhanakan dan menginterpretasikan data yang dikumpulkan dari penelitian kuantitatif. Orang perlu memahami penggunaan statistik untuk dapat mengerti hasil-hasil statistik yang dilaporkan dalam literatur penelitian. Lebih jauh lagi, peneliti perlu menguasai tehnik-teknik statistik untuk melakukan analisis statistik, menginterpretasikan data yang dihasilkan dan mempresentasikan hasilnya dengan benar dalam sebuah laporan penelitian. Karena keterbatasan ruang, maka hanya statistik dasar yang dipresentasikan dan didiskusikan dalam bab ini. Level Pengukuran

8

Dalam penelitian apapun, di dalamnya dikumpulkan data dengan berbagai level atau tipe pengukuran, dan digunakan berbagai prosedur statistik. Pengukuran dapat dilakukan dengan skala menurut kategori-kategori, atau skala menurut ukuran atau besarnya. Empat level atau tipe pengukuran telah didefinisikan oleh Stevens (1968) dan digunakan secara luas di dalam statistik. Skala Nominal Pada level pengukuran nominal, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori dengan berbagai nama. Skala nominal mengklasifikasikan kasus-kasus ke dalam berbagai kategori dengan berbagai nama tetapi tidak membuat perbedaan kuantitatif apapun antara dua kasus ini. Skala nominal dapat digunakan untuk mengukur variabel-variabel gender dengan menklasifikasikan orang sebagai pria atau wanita. Di dalam eksperimen, skala nominal dapat digunakan untuk mengklasifikasikan subjek-subjek sebagai kelompok eksperimental atau kelompok kontrol. Skala nominal hanya dapat mengidentifikasi apakah dua subjek berada dalam kategori sama tetapi tidak dapat menyatakan kategori mana yang lebih tinggi dari yang lainnya. Dengan demikian, skala nominal hanya memberikan perbedaan kualitatif tetapi bukan informasi kuantitatif antara dua subjek. Skala Ordinal Pada level pengukuran ordinal, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori yang disusun dengan urutan yang mempunyai makna. Jadi, skala ordinal itu memisahkan kasus-kasus tidak hanya menurut namanya tetapi juga menurut besarnya. Dengan menggunakan skala ordinal, sekelompok siswa dapat disusun mulai dari paling tinggi ke yang paling pendek tanpa mengukur tingginya. Sebagai contoh, John bisa jadi yang paling tinggi, Joe tertinggi kedua, dan David tertinggi ketiga dalam sekelompok siswa tetapi kita tidak tahu berapa sentimeter perbedaan tinggi John dan Joe atau Joe dan David. Perhatikan juga bahwa perbedaan antara John dan Joe dan perbedaan antara Joe dan John mungkin tidak sama. Contoh ini menunjukkan bahwa sebuah skala ordinal hanya dapat memberikan suatu informasi yang berhubungan dengan ukuran subyek tetapi tidak memberikan informasi tentang berapa banyak perbedaan yang ada antara kedua kategori. Skala Interval Pada level pengukuran interval, sebuah skala terdiri dari sekelompok nilai yang berbeda. Perbedaan antara nilai-nilai ini direfleksikan secara sama dalam perbedaan-perbedaan antara ukurannya. Singkatnya, skala interval dapat menyusun kasus-kasus dan memberikan perbedaan yang tepat di antara keduanya. Dibandingkan dengan skala nominal dan ordinal, skala interval memberikan data yang lebih kuantitatif untuk melakukan analisis statistik. Sebagai contoh, nilai-nilai dari tes matematik diukur dengan skala interval. Perbedaan antara nilai 70 dan nilai 73 merepresentasikan perbedaan kuantitatif yang sama dengan nilai 65 dan nilai 68 dengan selisih 3 angka dalam kedua kelompok angka itu. Tetapi, skala interval tidak mempunyai nol absolut, skala interval hanya dapat membandingkan dua kasus karena perbedaannya tetapi tidak di dalam hal rasio. Sebagai contoh, dalam mengukur temperatur yang menggunakan skala Centigrade (100 derajat), kita dapat menyatakan bahwa perbedaan antara 30°C dan 15°C adalah 15° tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa rasio 30°C terhadap 15°C adalah 2. Hal ini karena jika kita mengukur dua temperatur yang sama tersebut dalam skala Fahrenheit, 9

kedua temperatur itu secara berturut-turut sama dengan 82°F dan 59°F dan rasio dari 82°F terhadap 59°F bukan 2 lagi. Skala Rasio Pada level pengukuran rasio, sebuah skala terdiri dari sekelompok kategori yang berbeda, dengan interval-interval yang bermakna dan nol yang absolut. Jadi, skala rasio memungkinkan kita untuk mengidentifikasi perbedaan antara dua kasus dan menginterpretasikan perbedaan itu dari segi rasio. Sebagai contoh, sebuah skala rasio dapat digunakan untuk mengukur usia dalam tahun. Dari skala itu, kita dapat mengatakan bahwa subjek A adalah 20 tahun lebih tua dari subjek B, atau bahwa A adalah dua kali tuanya dengan B. Dalam pengukuran, pemilihan skala ditentukan oleh karakteristik dari variabelvariabel dan oleh tujuan penelitian. Adalah penting untuk diingat bahwa berbagai tipe skala mempunyai berbagai limitasi pada berbagai proses matematik dan mempengaruhi interpretasi yang mungkin terhadap hasil-hasil statistik. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah prosedur statistik yang digunakan untuk menyederhanakan, mengorganisikan dan menyimpulkan data. Setelah mengumpulkan data dari sebuah survei, kita memperoleh banyak skor mentah dari seluruh subjek dalam sebuah sampel. Tetapi, tidak ada artinya untuk melaporkan semua skor individual ini sebagaimana adanya. Peneliti perlu mengorganisikan data tersebut dan melaporkannya dalam dengan cara yang disederhanakan tetapi bermakna. Statistik deskriptif adalah alat untuk menyederhanakan dan mengorganisikan skor-skor ini, dan kemudian melaporkannya dalam sebuah bentuk ringkas. Sebagai contoh, kita bisa menggunakan tabel, angka, tendensi sentral dan variabilitas sentral untuk meringkas dan melaporkan seluruh kumpulan data. Tendensi Sentral Tendensi sentral adalah prosedur statistik untuk menentukan satu skor tunggal untuk merepresentasikan semua skor yang diukur pada satu variabel. Dalam laporan penelitian, tendensi sentral memberikan ide umum tentang sekumpulan data secara keseluruhan.  Mean Tendensi sentral yang paling umum digunakan adalah mean atau rata-rata skor aritmatik. Dari sebuah sampel, mean-nya ( X ) sama dengan jumlah ( ∑ ) dari semua skor (X) dibagi dengan jumlah total skor (n). Rumus mean untuk sebuah sampel adalah: X=

∑X n

Contoh Sebuah kelompok berisi 10 siswa menjalani tes matematik dan nilainya ditunjukkan sebagai berikut: 76, 69, 71, 74, 73, 72, 76, 76, 69, 74. X

=

(76 + 69 + 71 + 74 + 73 + 72 + 76 + 76 + 69 + 74) 10 730 = = 73 10 10

Mean dari kumpulan data ini adalah 73  Median Ketika nilai ekstrem ada dalam sekumpulan data, median adalah pengukuran tendensi central yang lebih baik. Jika sekumpulan skor disusun dari nilai yang paling rendah sampai yang tertinggi, skor mediannya adalah angka dimana 50 persen skor ada di bawahnya dan 50 persen skor ada di atasnya. Untuk menghitung median dari sekumpulan skor, kita menyusun skor tersebut menurut nilainya. Contoh Sebuah kelompok berisi 10 siswa menjalani tes Bahasa Inggris dan memperoleh nilainilai ini: 69, 69, 71, 72, 73, 74, 74, 76, 76, 76. Median skor tesnya terletak antara nilai kelima dan keenam, di tengah-tengah antara 73 dan 74, yaitu (73 + 74) / 2 = 73.5  Modus Modus adalah pengukuran tendensi sentral yang lainnya. Modus adalah skor atau kategori yang mempunyai frekuensi tertinggi. Menggunakan contoh yang sama dari tes Inggris di atas, skor yang diperoleh oleh para siswa adalah: 69, 69, 71, 72, 73, 74, 74, 76, 76, 76. Skor yang paling sering terjadi adalah 76 (tiga kali), jadi modus untuk kumpulan data ini adalah 76. Dalam melaporkan tendensi sentral, modus itu bukan pengukuran yang sering digunakan. Tetapi, ketika data diukur dengan skala nominal, modus adalah satu-satunya pengukuran tendensi sentral yang mungkin. Variabilitas Di dalam statistik deskriptif, variabilitas memberikan pengukuran derajat yaitu ke derajat yang mana sebuah kelompok nilai tersebar atau berkumpul bersama-sama.  Deviasi Standar Di dalam laporan penelitian, deviasi standar adalah pengukuran variabilitas yang paling sering digunakan. Deviasi standar adalah jarak rata-rata setiap skor dari mean. Untuk sebuah sampel yang berisi nilai-nilai, rumus menghitung deviasi standarnya adalah SS x s= = (n − 1)

∑(X − X )

2

(n − 1)

Dalam rumus tersebut, SSx adalah jumlah deviasi kuadrat, yang sama dengan jumlah selisih antara masing-masing nilai X yang diobservasi dan mean dari X variabel. Untuk tes matematik di atas, deviasi standar dari kumpulan nilai-nilai tersebut adalah: (76 − 73) 2 + (69 − 73) 2 + ... + (69 − 73) 2 + (74 − 73) 2 s= (10 − 1) =

(9 + 16 + 4 + 1 + 0 + 1 + 9 + 9 + 16 + 1) = 2.71 9 11

Statistik Inferensial Di dalam studi penelitian apapun, tidaklah mungkin untuk mengukur seluruh kasus dalam sebuah populasi. Kebanyakan, hanya kasus-kasus dari sampel yang dipilih yang diukur. Namun, pertanyaan-pertanyaan penelitian dirumuskan berhubungan dengan seluruh populasi. Sebagai contoh, sebuah pendekatan konseling spesifik digunakan untuk membantu sebuah sampel remaja di dalam manajemen kemarahan. Dalam mengukur efektivitas pendekatan ini, peneliti tidak hanya tertarik untuk menemukan apakah pendekatan itu efektif untuk para remaja dalam sampel tersebut. Tujuan penelitian adalah juga untuk menemukan apakah pendekatan konseling dapat digunakan untuk membantu semua remaja untuk menangani kemarahan secara efektif. Karena itu, kita memerlukan prosedur statistik untuk mempelajari data yang dikumpulkan dari sebuah sampel dan kemudian membuat statemen-statemen umum tentang populasinya. Statistik inferensial adalah prosedur statistik yang digunakan untuk membuat generalisasi tentang populasi yang didasarkan pada hasil-hasil yang diperoleh dari sebuah sampel yang dipilih. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis adalah prosedur yang paling sering digunakan dalam statistik inferensial. Hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dari sebuah populasi. Semua pengujian statistik mengacu pada pengujian hipotesis nol. Jika kita ingin mengetahui apakah sebuah intervensi spesifik itu efektif, maka kita menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan antara orang yang telah menerima intervensi dan yang tidak menerima intervensi. Sebagai contoh, jika kita ingin menyelidiki apakah ada perbedaan dalam keyakinan harga diri antara siswa pria dan siswa wanita, maka hipotesis nol kita akan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa pria dan siswa wanita dalam keyakinan harga dirinya. Dari pengujian hipotesis dengan prosedur statistik yang tepat, jika kita bisa menolak hipotesis nol, maka pada kasus yang pertama kita mengatakan bahwa intervensi spesifik itu efektif untuk membantu klien, dan pada kasus yang kedua kita mengatakan bahwa ada perbedaan signifikan dalam keyakinan harga diri pada siswa pria dan siswa wanita. Dalam statistik inferensial, kita membuat kesimpulan mengenai hubungan antara variabel-variabel dari sebuah populasi yang tidak diukur tetapi kita membuat kesimpulan tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari sebuah sampel. Adalah mungkin bagi kita dengan benar menolak hipotesis nol dan melaporkan sebuah hubungan yang signifikan tetapi mungkin juga bagi kita secara tidak benar menolak hipotesis nol. Tingkat signifikansinya adalah pernyataan probabilitas yang digunakan dalam statistik inferensial untuk menentukan peluang/kemungkinan bahwa kita secara tidak benar menolak hipotesis nol yang benar. Tingkat signifikansi yang secara umum digunakan dan yang diterima secara luas adalah 0.05 atau 0.01. Dalam statistik inferensial, ketika kita menolak hipotesis nol, nilai-nilai ini menunjukkan bahwa kita mempunyai peluang kurang dari 5% (tingkat 0.05) atau 1% (tingkat 0.01) untuk secara tidak benar menolak hipotesis nol yang benar. Dalam statistik inferensial, berbagai tipe prosedur digunakan untuk memenuhi persyaratan berbagai tipe pengujian hipotesis dan untuk menjawab berbagai tipe pertanyaan penelitian. Namun, semua prosedur pengujian hipotesis ini mencakup: menghitung sebuah nilai spesifik, misalnya t, r atau F, dan kemudian membandingkan nilai tersebut dengan sebuah nilai kritis yang diperoleh dari tabel statistik yang sesuai. Jika nilai yang dihitung itu lebih besar dari nilai kritis, maka hipotesis nol akan ditolak.

12

Uji t Sampel Independen Uji t sampel independen adalah prosedur statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari dua kelompok subjek berbeda dan untuk menentukan apakah ada perbedaan mean populasi. Uji t sampel independen digunakan untuk desain kelompok perbandingan dengan satu variabel independen yang mempunyai dua tingkat/level. Dalam sebuah penelitian, dua kelompok ini dapat menjadi satu kelompok eksperimental dan satu kelompok kontrol yang dirancang untuk menentukan apakah, misalnya, sebuah teknik konseling itu efektif. Dalam contoh lain, sebuah penelitian bisa berupa membandingkan keyakinan harga diri pada siswa pria dan siswa wanita. Rumus untuk uji t sampel independen adalah: t=

X1 − X 2 s12 s22 + n1 n2

dimana: X 1 dan X 2 adalah rata-rata X yang diperoleh dari dua kelompok secara berturutturut; s1 dan s2 adalah deviasi standar X dari dua kelompok secara berturut-turut; dan n1 dan n2 adalah jumlah total kasus dalam dua kelompok secara berturut-turut. Mari kita mengasumsikan bahwa perhitungan yang didasarkan pada rumus di atas menghasilkan nilai t sebesar 2,69 dan tingkat signifikansinya ditetapkan pada 0,05. Tahap berikutnya adalah menetapkan apakah kita dapat menyimpulkan ada perbedaan mean populasi dengan peluang membuat kesalahan kurang dari 5%. Untuk melakukan hal itu, kita perlu menghitung jumlah derajat kebebasan yang tepat sebelum mencari informasi dari tabel untuk nilai kritis dari t. Sebuah uji t sampel independen mempunyai jumlah derajat kebebasan (df) n1 + n2 - 2. Sebagai contoh, jika 16 subjek dipilih dari kedua kelompok, maka df dari contoh ini adalah (16 + 16 - 2) = 30. Nilai kritis dari t tercantum di hampir semua buku statistik apa saja. Pemeriksaan tabel t menyatakan bahwa nilai t kritis dengan derajat kebebasan 30 adalah 2,042. Karena nilai t yang dihitung adalah 2.69, yang lebih besar dari nilai kritis 2,042, maka kita dapat menolak hipotesis nol dan melaporkan bahwa perbedaan tersebut adalah signifikan pada tingkat 0.05. Uji t Berpasangan Uji t berpasangan digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh di dalam desain within-group dengan variabel independen yang mempunyai dua level/tingkat. Uji t berpasangan sering digunakan untuk membandingkan perbedaan antara skor pra-tes dan pasca-tes. Sebagai contoh, uji t berpasangan dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kecemasan dalam sekelompok siswa sebelum dan setelah mengikuti lokakarya manajemen stres. Dalam tipe studi ini, setiap subjek diukur dua kali pada variabel yang sama. Di dalam sebuah uji berpasangan, nilai t dihitung berdasarkan pada perbedaan skor (D) antara skor pasca-tes (X2) dan skor pra-tes (X1) dari setiap subjek. D = X2-X1

13

Rumus uji t berpasangan adalah t=

D sD2 , n

dimana: D adalah mean dari perbedaan skor antara X1 dan X2;

sD adalah deviasi standar dari skor D; dan n adalah ukuran sampel (yang juga merupakan jumlah pasangan skor pasca-tes dan pra-tes). Derajat kebebasan (df) dalam uji t berpasangan = (n – 1). Dari jumlah derajat kebebasan (df), kita dapat memeriksa tabel t, mencari nilai t kritis yang sesuai dan kemudian membuat keputusan di dalam pengujian hipotesis. Korelasi Korelasi adalah prosedur statistik untuk menentukan apakah dua variabel saling berhubungan. Misalnya, kita dapat menentukan apakah ada hubungan antara nilai yang diperoleh siswa dalam tes matematik dan nilai yang diperoleh dalam tes sains. Kita dapat juga menentukan apakah ada hubungan antara keyakinan kemampuan diri siswa dan prestasi akademiknya. Hubungan antara dua variabel bisa positif atau negatif. Sebuah korelasi positif berarti bahwa ketika nilai satu variabel meningkat, nilai variabel yang lainnya juga meningkat, seperti dalam kasus hubungan antara prestasi akademik dengan keyakinan kemampuan diri. Korelasi adalah negatif jika nilai satu variabel meningkat sedangkan nilai variabel yang lainnya menurun secara ekuivalen, seperti hubungan antara umur siswa dengan waktu yang mereka habiskan di rumah. Korelasi yang paling sering digunakan adalah korelasi Pearson, yang digunakan untuk menghitung korelasi antara dua variabel yang diukur dengan skala interval atau skala rasio. Rumus untuk korelasi Pearson adalah: r=

∑ ( X − X )(Y − Y ) SS x SSY

dimana: r adalah koefisien korelasi antara variabel X dan Y (yaitu antara -1 dan +1); X adalah nilai individual dari variabel X dan X adalah mean dari X; Y adalah nilai individual dari variabel Y dan Y adalah mean dari Y; SSx adalah jumlah deviasi kuadrat dari X; dan SSy, adalah jumlah deviasi kuadrat dari Y. Dari sebuah sampel tertentu, kita dapat menghitung nilai r untuk memeriksa apakah ada hubungan antara dua variabel dan apakah r tidak sama dengan 0 (ketika tidak ada hubungan). Kita juga perlu mengetahui secara pasti apakah korelasi tersebut positif atau negatif. Setelah itu, kita dapat menggeneralisasikan hasilnya untuk menentukan apakah ada hubungan antara kedua variabel ini dalam populasi tersebut. Untuk melakukan hal ini, kita perlu menghitung derajat kebebasan (df = n - 2) dan kemudian memeriksa nilai kritis untuk korelasi Pearson dari tabel koefisien korelasi dalam buku statistik apa saja. Sebagai contoh, untuk sebuah sampel berisi 32 siswa, kita diharapkan mendapatkan nilai r sebesar 0,32 antara nilai tes sains dan bahasa Inggris mereka dengan menggunakan rumus di atas. Dari tabel yang sesuai, kita menemukan bahwa dengan df sebesar 30 (32 2), nilai r kritis adalah 0,349 pada level/tingkat signifikansi 0,05. Karena 0,32 lebih kecil 14

dari 0,349, maka kita tidak menolak hipotesis nol dan harus menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai yang diperoleh dalam tes sains dan tes Inggris dalam populasi tersebut. Etika Penelitian Para peneliti perlu mempertimbangkan berbagai masalah etis pada berbagai tahap proses penelitian. Pada tahap awal, masalah etis yang perlu dipertimbangkan adalah hak-hak para partisipan atau responden. Prinsip mendapatkan persetujuan dari para partisipasn merupakan salah satu dari masalah-masalah etis yang paling penting yang perlu dipertimbangkan di dalam penelitian yang melibatkan partisipan manusia. Peneliti harus menjelaskan kepada para partisipan mengenai tujuan penelitian dan memperoleh persetujuannya untuk berpartisipasi di dalamnya. Partisipan juga mempunyai hak atas privasi, kerahasiaan dan anonimitas. Hak-hak yang sedemikian harus dihormati baik di dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam mencatat data dan melaporkan temuan-temuannya, peneliti harus berhati-hati untuk tidak mengungkapkan identitas subyek. Dalam penelitian eksperimental, peneliti harus sensitif terhadap kebutuhan, perasaan dan keselamatan partisipan. Peneliti mempunyai kewajiban moral untuk memaksimalkan manfaat yang mungkin dan meminimalkan kerugian yang mungkin. Kerugian, dalam konteks ini, meliputi ketidaknyamanan fisik, keadaan memalukan, kerugian ekonomi dan sosial, kecemasan dan tekanan emosional atau psikologis. Untuk mengumpulkan data dari sekolah-sekolah di Singapura, peneliti perlu memperoleh ijin dari Data Management Department of the Ministry of Education dan persetujuan dari kepala sekolah masing-masing. Dalam beberapa hal, persetujuan orangtua juga diperlukan. Jika penelitian perlu menggunakan instrumen atau paket intervensi yang didesain oleh sesama peneliti atau materi-materi sumber yang hak ciptanya dimiliki penerbit, peneliti perlu memperoleh kejelasan dari berbagai sumber sebelum memulai pengumpulan data. Masalah etis yang lainnya meliputi reliabilitas instrumen dan penilai atau pengamat yang terlibat dalam penelitian, dan reliabilitas dalam generalisasi temuan-temuan. Para peneliti harus sensitif terhadap dampak dari laporan penelitian dan menghindari bias dalam gender, usia dan kelompok etnis dalam desain penelitian. Memberi rujukan dan mengakui sumber informasi dan kepemilikan instrumen penelitian adalah perbuatan etis yang baik yang harus selalu diperhatikan dalam semua jenis penelitian. PENELITIAN-PENELITIAN LOKAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Upaya Awal Di Singapura, pengenalan bimbingan dan konseling ke sekolah-sekolah sudah ada sejak tiga dekade yang lalu dengan didirikannya Guidance Clinic dan Remedial Reading Clinic pada tahun 1974 di Institut of Education. Tujuan pendirian kedua klinik tersebut adalah sebagai proyek demonstrasi untuk menunjukkan bagaimana program bimbingan dan konseling dapat membantu siswa yang mempunyai masalah emosional dan masalah belajar, dan sebagai eksperimen untuk memperbaiki perbuatan melalui penelitian. Staf dari kedua klinik tersebut mengunjungi sekolah-sekolah secara teratur untuk melakukan aktivitas bimbingan dan konseling yang berbasis-sekolah. Di kedua klinik tersebut, para staf juga mengadakan percobaan dengan pendekatan-pendekatan yang inovatif misalnya 15

modifikasi perilaku dengan anak-anak pra-remaja dan konseling kelompok dengan remaja yang mempunyai permasalahan emosional dan sosial. Diperlengkapi dengan pengalaman-pengalaman praktis yang dikumpulkan di kedua klinik tersebut, para staf juga mulai untuk menyusun modul pelatihan/pendidikan paruhwaktu dan purna waktu untuk memperlengkapi para guru dengan keterampilan konseling dasar. Pada akhir 1980-an, modul pendidikan purna waktu yang khusus ini telah berkembang menjadi program pelatihan/pendidikan purna waktu 8 modul yang disusun dengan baik untuk melatih guru-konselor di sekolah-sekolah (Tan, 1990). Pengalaman empiris dari kedua klinik ini, yang dicatat dalam sebuah penelitian mengenai 40 kasus yang dipilih, didokumentasikan dalam sebuah risalah penelitian berjudul Interdisciplinary Approach in Helping School Pupils with Learning Problems (Quah, 1982). Menekankan nilai penelitian edukasional untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, Institute of Education (IE) mengadakan konferensi pertama tentang penelitian pendidikan dengan tema “Research and Teacher Education” pada tahun 1983 di bawah kepemimpinan direktur Dr. Sim Wong Kooi yang merupakan seorang peneliti yang kritis. Konferensi yang pertama ini diikuti dengan implementasi dari penelitian utama dalam program pendidikan guru (RITE) yang dimaksudkan untuk membangun basis pengetahuan untuk pelatihan/pedidikan para guru (Ho, 1990). Pada tahun 1989, staf dari Guidance and Testing Department di IE melakukan penelitian kuasi-eksperimental tentang konsep kariernya para siswa Secondary One serta Secondary Two di sebuah sekolah pemerintah. Proyek tersebut menggunakan pendekatan non-tradisional untuk membandingkan konseling individual dan bimbingan kelompok dalam bimbingan karier. Pengalaman dan temuan-temuan penelitian dilaporkan di dalam risalah penelitian IE lainnya yang berjudul The Effectiveness of Career Guidance Approaches (Lui, 1989). Ini adalah beberapa contoh dari upaya-upaya awal untuk penelitian di dalam bimbingan dan konseling. Proyek yang Sedang Dikerjakan Pada akhir 1980-an, Dr. Sim Wong Kooi dan Dr. Tan Esther memimpin sebuah tim penelitian di Institute of Education (IE) untuk mengembangkan sebuah perangkat lunak bimbingan karier interaktif yang dibantu komputer yang disebut JOBS (Job Orientation Backup System) untuk digunakan di sekolah-sekolah menengah di Singapura (Tan, 1994). Proyek R&D ini begitu sukses sehingga proyek itu telah berjalan lebih dari satu dekade dan perangkat lunak tersebut sekarang ini sedang di-upgrade menjadi program bimbingan karier berbasis web. Di pertengahan 1990-an, Dr. Esther Tan memimpin sebuah tim penelitian di National Institute of Education untuk melakukan penelitian longitudinal lima-tahun tentang perkembangan psikososial dan kognitif serta penyesuaian terhadap sekolah dari 1.000 remaja dari empat sekolah menengah. Penelitian ini menyelidiki pengembangan kognitif remaja dalam hal kemampuan bahasa, konsep matematik dan penalaran abstrak. Untuk menyelidiki ranah afektifnya, tim peneliti terus mengikuti para siswa dalam perkembangan sosialnya ini di rumah, penyesuaian sekolah dan pengembangan karier dari tahun ke tahun. Temuan-temuan penelitian dari penelitian logitudinal lima-tahun ini sedang didokumentasikan dalam sebuah risalah penelitian. Selain penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, ada banyak lagi proyek penelitian dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh staf NIE, para guru yang mengikuti pelatihan/pendidikan purna waktu, dan para mahasiswa tingkat master dan doktoral dalam rangka memenuhi kualifikasi pasca sarjana. Topik-topik penelitian ini 16

bermacam-macam dan sangat luas, mulai dari tekanan guru (Tan, 1985) sampai dengan disiplin sekolah (Tan & Cheng, 1999). Penelitian yang Dilakukan oleh Mahasiswa Tingkat Sarjana Lim, Wong dan Lim (2002) menganalisis 77 tesis master yang diselesaikan selama tahun 1998 sampai 2002 oleh para mahasiswa program MA(AP) di National Institute of Education (NIE), Nanyang Technological University, di Singapura. Studi penelitian ini dianalisis menurut kategorisasi berikut ini: (a) topik penelitian; (b) metodologi penelitian; (c) sample yang diselidiki; (d) jumlah instrumen yang digunakan; dan (e) tipe pengukuran yang digunakan. Kita mendiskusikan tiga dari katergorisasi tersebut dalam bab ini. Topik Penelitian Topik-topik penelitian ini dikelompokkan menjadi tujuh bidang inti psikologi yaitu psikologi konseling, psikologi pendidikan, seksualitas manusia, psikologi organisasiindustri, psikologi militer, psikologi kepribadian dan psikologi sosial. Penelitian di dalam psikologi konseling (41,5 persen) dan psikologi pendidikan (33,8 persen) merupakan proporsi paling besar untuk tesis tingkat master. Topik-topik penelitian sisanya adalah psikologi kepribadian (14,3 persen), psikologi sosial (5,2 persen), seksualitas manusia (2,6 persen), dan psikologi organisasi-industri dan psikologi militer masing-masing 1,3 persen. Perlu diperhatikan bahwa topik-topik penelitian tersebut dipilih secara bebas oleh para kandidat MA(AP). Topik yang paling populer dalam psikologi konseling adalah parenting (pengasuhan orangtua) dan kesejahteraan/kesehatan psikologis. Topik yang populer dalam psikologi pendidikan adalah proses mental dan pengembangan profesional yang lebih tinggi. Di bidang psikologi kepribadian, beberapa mahasiswa memilih untuk meneliti keyakinan harga diri dan konsep diri siswa di sekolah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pilihan topik penelitian mencakup minat pribadi mahasiswa, bidang spesialisasinya (misalnya psikologi pendidikan atau psikologi konseling), tempat kerjanya pada saat itu, aksesibilitas ke setiap sampel yang dilibatkan dalam penelitian dan ketersediaan staf pengajar yang mengkhususkan diri di setiap bidang penelitian tersebut. Untuk memberikan kepada pembaca beberapa ide mengenai jenis penelitian yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling, beberapa contoh diberikan dalam tabel 10.2. Tabel 10.2

Tesis Tingkat Master dalam Bimbingan dan Konseling Topik penelitian Masalah-masalah belajar

Penyesuaian sosial

Judul tesis Keyakinan kemampuan diri siswa dengan kesulitan belajar. Persepsi remaja terhadap kelas dan dampaknya pada motivasi. Penyesuaian sosial anak remaja laki-laki dalam sebuah rumah tempat tinggal. Menghadapi intimidasi di sekolah.

Peneliti

Tahun

Lily Lee

1999

Geraldine Low Daniel Goh

1999

Chua Boon Hong Wilson Ng

2001

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kesejahteraan psikologis. Persepsi guru dan siswa mengenai disiplin di sekolah Foong Yin menengah. Ping

1999

2001 2000

17

Penyalahgunaan obat Konseling

Manajemen stres

Keluarga, pernikahan dan pengasuhan orangtua

Studi komparatif mengenai pengguna heroin dan ekstasi di SAF. Tipe kepribadian sebagai penentu dari perilaku mencari bantuan. Efektivitas menggunakan tehnik terapi realitas pada siswa dalam keadaan yang membahayakan. Hubungan antara kepribadian dan orientasi konseling. Rasa malu dan kekerasan pada pria: Sebuah studi empiris dan implikasinya untuk konseling. Strategi mengatasi remaja dalam keadaan membahayakan. Strategi mengatasi para profesional konseling. Faktor-faktor risiko dan perilaku bunuh diri pada anak muda. Sebuah studi tentang level stres yang dihadapi oleh orang tua dari anak-anak yang mengalami kelumpuhan serebral. Profil kepuasan pernikahan para pasangan Singapura.

Ip Lee Lee

1999

Alvin Goh

2000

Alice yeo

2002

Laurence Ho 2000 Karam Singh 2000 Ling Ai Hua 2000 Molly Ho Mary Mathew Sthephenie Leow

2000 2001 2001

Leong Yoke 2000 Yin Persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan orangtua. Lathika Devi 2000 Profil pelaku kekerasan anak di Singapura. Jasmin 2001 Lopez

Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti mahasiswa dikelompokkan secara luas menjadi dua bidang – prosedur penelitian kuantitatif (88 persen) dan kualitatif (12 persen). Beberapa tesis diklasifikasikan menjadi dua kategori atau lebih (misalnya metodologi deskriptif dan korelasional). Kategori metodologi penelitian mencakup kategori kuantitatif misalnya lapangan (7,1 persen), laboratorium (0 persen), kuasi-eksperimental (7,1 persen), korelasional (15,5 persen) dan desain deskriptif (58,5 persen). Hanya sedikit penelitian menggunakan metode kualitatif seperti observasi naturalistik (2,4 persen) dan studi kasus (9,5 persen). Jenis Pengukuran Sebuah tinjauan tentang jenis pengukuran yang digunakan dalam disertasi-disertasi ini menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti mahasiswa (42,3 persen) menggunakan ukuran standar sedangkan 32 persen dari mereka menggunakan ukuran yang dimodifikasi. Ukuran standar mengacu pada tes atau skala yang digunakan dalam format aslinya tanpa modifikasi apapun. Ukuran yang dimodifikasi mengacu pada tes atau skala yang diadaptasikan atau dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan sampel atau tujuan penelitian. Sebagai contoh, skala-skala tersebut mungkin saja “dibatasi” dengan memodifikasi atau mengganti beberapa istilah. Sekitar 25 persen dari peneliti mahasiswa menggunakan ukuran yang dikembangkan sendiri untuk pengumpulan data. Ini adalah instrumen original yang dikembangkan oleh peneliti itu sendiri. Kesimpulan Karena tujuan utama bab ini adalah untuk memberikan suatu pengetahuan dasar dan petunjuk-petunjuk praktis bagi guru-konselor yang ingin memulai penelitian dalam bimbingan dan konseling, maka ulasan tentang metode penelitian tersebut tidak 18

komprehensif atau luas. Dengan demikian, metode penelitian seperti penelitian longitudinal dan etnografi tidak dimasukkan. Evaluasi atau penelitian sebab-akibat juga tidak dibahas secara rinci. Aplikasi pengalaman penelitian dan temuan-temuannya dapat membantu meningkatkan belajar, kesejahteraan dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Hal itu dapat juga meningkatkan keyakinan, kemampuan dan kepuasan pekerjaan guru. Di level nasional, action research dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk pembuatan kebijakan dalam sistem pendidikan, memperbaiki administrasi sekolah dan meningkatkan perkembangan kurikulum dan staff. Presentasi temuan-temuan penelitian di konferensikonferensi nasional atau internasional dan publikasi-publikasi berikutnya dapat membangkitkan lebih banyak minat dan gairah dalam penelitian pendidikan. Educational Research Association di Singapura dan Australia Association of Research in Education bersama-sama memberikan sebuah hadiah perjalanan pada tahun 1996 untuk mendorong para lulusan pasca sarjana yang baru lulus untuk mendapatkan pengalaman dari mempresentasikan temuan-temuan penelitiannya di konferensi-konferensi internasional dan untuk melakukan penelitian lebih lanjut setelah menyelesaikan pendidikan formalnya. Penelitian adalah proses yang terus menerus, tidak semata-mata merupakan proyek untuk memenuhi persyaratan dalam sebuah program studi atau untuk menerima kontrak dari klien atau sponsor. Penelitian harus dikenali sebagai aspek penting dalam pembelajaran seumur hidup dan perkembangan profesional dari para guru, para gurupendidik, para konselor dan para profesional lainnya. Penelitian dapat menginformasikan dan meningkatkan praktik-praktik pedagogik dan proses-proses konseling karena temuantemuan penelitian dapat membantu mengakhiri kesenjangan antara teori dam praktik. Karena itu, tantangan bagi kita semua, para guru, para konselor sekolah dan para gurupendidik, oleh karenanya adalah terlibat dalam penelitian dan membantu untuk meningkatkan kultur penelitian yang penuh semangat dan antusiasme di antara para praktisi serta akademisi di Singapura untuk membuat perbedaan dalam mengedukasi kaum muda kita dan memberikan kontribusi untuk pembangunan bangsa. Misi ini bukan tidak mungkin.

Heri Kristiawan 94 2008 017 Yonathan . lie sing liat94 2008 018

19

Related Documents