Ringkasan Bab Vi Ibn Khaldun ()

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ringkasan Bab Vi Ibn Khaldun () as PDF for free.

More details

  • Words: 2,535
  • Pages: 10
RINGKASAN BAB VI MUQADDIMAH IBN KHALDUN (Berbagai macam ilmu pengetahuan, metode-metode pengajarannya dan kondisi yang terjadi sehubungan dengan hal itu)

Disusun Oleh: FAJAR FATHURAHMAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA 2009

Segala puji kami haturkan kehadiratMu Ya Allah Sang Pencipta alam semesta raya, Pemilik Ilmu dan segala keindahannya. Shalawat dan salam teruntuk kekasihMu Ya Rabbi, Nabi Muhammad SAW, yang mengantarkan kami untuk keluar dari zaman jahiliyah kepada kemajuan ilmu dan cemerlangnya pengetahuan. Di dalam bab ini, Ibn Khaldun mengulas berbagai macam ilmu pengetahuan yang lahir dari akal pikiran manusia berperadaban sebagai wujud dari anugerah Ilahi. Dengan disertai metode pengajarannya yang disampaikan secara terperinci baik dari sisi sejarah, konsep dan mekanisme lahirnya pengetahuan tersebut, ditambah dengan alasan-alasan serta keadaan yang terjadi sehubungan dengan lahirnya pengetahuan-pengetahuan tersebut membuat bab ini begitu menarik untuk ditelaah dan didiskusikan. Bab ini adalah salah satu hasil “jenius” dalam sejarah Islam yang sangat mengagumkan guna memahami pergerakan sosial dalam peradaban islam menjelang kemunduran (pada akhir masa golden age of islam) dan rekomendasi yang tepat untuk dikaji oleh para sarjana muslim, karena Analisis Ibn Khaldun yang tajam terhadap sejumlah gejala sosial pada zaman itu, terlebih lagi karena mutu isi pembahasan yang begitu baik dan cemerlang dalam cakupan semua disiplin ilmu yang berkembang pada masa itu. 1. Kesanggupan Manusia Berpikir Kesanggupan manusia berpikir adalah bukti nyata anugerah Ilahi yang diberikan kepada manusia sebagai pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, yang merupakan sumber kesempurnaan dan puncak kemuliaannya. Dari sekian banyak ayat Al Qur’an yang menyatakan tentang kemampuan berpikir manusia, Ibn Khaldun mengutip surat Al Mulk ayat 23, yang artinya: “Dia yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan akal. Tetapi amat sedikit kamu yang bersyukur”

2. Terjadinya benda-benda dan peristiwa terwujud melalui pemikiran Melalui akal pikirannya manusia mampu membuat suatu ikatan persepsi dalam menemukan tatanan sesuatu yang ia pikirkan dan ia kerjakan. Melalui akalnya manusia berproses

dalam

melakukan

segala

aktifitasnya.

Ibn

Khaldun

memcontohkan

bagaimana manusia berpikir dan menindaklanjuti pikirannya itu dalam suatu proses pekerjaan yang sistematis. Ia memaparkan bagaimana seorang manusia yang berpikir untuk membuat sebuah atap kemudian sang manusia tersebut akan berpikir tentang tiang-tiang dan dinding yang menyanggahnya, dan akhir dari pola pemikirannya adalah pikiran tentang pondasi yang menjadi

dasar

pijakan

dinding

dan

tiang.

Setelah

manusia

selesai

dalam

menuangkannya dalam logika berpikirnya lalu kegiatan yang ia lakukan adalah membuat pondasi rumah itu yang kemudian diikuti dengan didirikannya tiang dan

tembok dan sebagai akhir dari pekerjaannya adalah berdirinya atap. Sehingga ia menyimpulkan “permulaan pekerjaan merupakan akhir dari pikiran dan permulaan pikiran adalah akhir dari pekerjaan”.

3. Akal Eksperimental dan bagaimana terjadinya 4. Ilmu nabi-nabi 5. Pengetahuan manusia dan pengetahuan malaikat Manusia dianugerahi kemampuan berintuisi, melalui intuisinya yang benar, ia akan menyaksikan bahwa di dalam dirinya terdapat tiga alam dalam kerangka persepsi yaitu: persepsi sensual, persepsi indera, persepsi ilmiah. Ada perantara yang menjembatani manusia kepada alam tersebut, yaitu alam ruh dan malaikat. Ada pengaruh dalam diri manusia, meskipun ada pemisah antara manusia dan malaikat. Di atas alam manusia ada alam spiritual, ini dibuktikan oleh adanya pengaruh dari alam tersebut kepada manusia, melalui kekuatan persepsi dan kehendaknya. Esensi alam spiritual itu adalah persepsi murni dan pemikiran absolut dimana ini adalah alam para malaikat. Hal ini memiliki kaitan antara manusia sebagai makhluk berakal yang mampu menembus alam supranatural. Dari kemampuannya berpikir itulah akhirnya ia mampu menggapai jenjang ruh (malaikat) dan kembali kepada dirinya sendiri.

6. Esensi manusia bodoh, menjadi berilmu melalui pencarian pengetahuan Manusia berasal dari makhluk bodoh dan menjadi berilmu melalui pencarian pengetahuan (iqro’ dan kalam = baca dan pena), Ibn Khaldun member perhatian pada firman Allah yang artinya ”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan; menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah Tuhanmu maha mulia; yang telah mengajarkan manusia dengan pena ‘qalam’; mengajarkan manusia apa-apa yang tidak dia ketahui”

7. Ilmu pengetahuan dan pengajaran hal yang alami 8. Pengajaran ilmu pengetahuan adalah keahlian Pengajaran ilmu merupakan keahlian, dibuktikan dengan adanya perbedaan istilah teknis. Masing-masing tokoh terkenal dalam bidangnya memiliki terminologi teknis tersendiri dalam pengajaran, sebagaimana terjadi dalam semua keahlian. Pada sub bab ini dipaparkan hal-hal menyangkut teori belajar mengajar, tentang sikap guru dan murid serta apa yang dihasilkan mereka dari cara belajar dan mengajar. Ia mengungkapkan metoda oral sebagai salah satu upaya dalam memperoleh kebiasaan

menuangkan

maksud

pikiran

dalam

diskusi

dan

perbedebatan

ilmiah,

untuk

menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pengertian.

9. Ilmu pengetahuan tumbuh dalam peradaban dan kebudayaan yang berkembang pesat 10. Macam-macam ilmu pengetahuan dan peradaban masa kini 11. Ilmu-ilmu tafsir Qur’an dan qira’at Qur’an 12. Ilmu-ilmu hadist 13. Ilmu fiqh dan cabangnya Fiqh, jurisprudensi, ialah pengetahuan tentang klasifikasi hukum Allah SWT yang berkenaan dengan tindakan kaum muslimin mukallaf seperti hukum wajib, haram, sunah, makruh dan mubah yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah dan dalil-dalil yang ditegakkan Nabi Muhammad SAW. Disini Ibn Khaldun berbicara tentang hukum dan dalil dari bermacam mazhab dalam Islam. Setiap imam menjadi inti ilmu tersendiri bagi pengikutnya sehingga tidak ada jalan lagi untuk ijtihad dan qiyas, sehingga dirasa perlunya ada analisa terhadap persoalan tambahan serta mengadakan klasifikasi (tafriq) terhadap masalah yang sudah ditetapkan oleh imam mereka.

14. Ilmu faraidh 15. Ilmu ushul fiqh dan cabangnya, dialektika dan soal-soal kontroversial 16. Ilmu Kalam 17. Penjelasan terinci tentang pengertian ganda (mutasyabih) 18. Ilmu Tasawuf Ilmu Tasawuf merupakan pelaksanaan yang bersifat ajeg dalam beribadah, kesetiaan penuh kepada Allah, pantang dari kesenangan harta dan kedudukan, enggan kepada kesemarakan kosong di dunia. Pelaksanaan sufisme ini berupa pembentukan terjadinya maqom yang bertingkat-tingkat, sesuai dengan latihan rohani dan ibadah yang dilakukan oleh para sufi.

19. Ilmu tabir mimpi 20. Bermacam ilmu yang menggunakan alat berpikir 21. Ilmu yang berhubungan dengan angka-angka Ilmu ini cabang pertamanya adalah matematika dan paling pasti, kemudian masuk ke dalam pembuktian melalui hitungan. Ilmu hitung atau aritmetika ini adalah pengetahuan

tentang angka yang dikombinasikan di dalam deret hitung dan deret ukur. Ilmu hitung ini termasuk aljabar, hitung dagang. Faraidh dan yang lainnya yang hingga kini berkembang terus sehingga salah satunya menjadi hitungan kumon.

22. Ilmu Ukur 23. Astronomi 24. Ilmu Logika Ilmu logika berbicara tentang kaidah-kaidah yang memungkinkan seseorang mampu membedakan benar dan salah dengan alasan yang bermanfaat bagi persepsi. Aristoteles adalah guru pertama ilmu logika dengan karya gemilangnya berjudul teks. Buku itu terdiri dari delapan buku, empat tentang bentuk pemikiran analogis dan empat lainnya tentang materi. Ibn Khaldun mengupas tentang perkembangan logika yang pada bagian akhirnya dilengkapi dengan kalimat “Allah member petunjuk pada kebenaran” 25. Ilmu Fisika Ilmu Fisika mempelajari tentang tubuh samawi dan substansi elementer pada diri manusia, binatang, tumbuhan dan barang tambang yang diciptakan daripadanya seperti mata air dan gempa, awan, uap, Guntur, badai, kilat, dan yang terdapat pada atmosfer. Juga mempelajari permulaan bentuk gerak tubuh termasuk jiwa pada manusia, binatang dan tumbuhan. Ibnu Sina menulis karya besar tentang ini, Asy-Syifa, yang menentang pendapat Aristoteles dan menulis sendiri pendapatnya tentang Fisika.

26. Ilmu Kedokteran Salah satu cabang ilmu Fisika adalah Kedokteran, yang mempelajari tentang tubuh manusia dari segi sakit dan sehatnya. Dalam Islam banyak dokter terkemuka yang mengetahui tentang tubuh manusia seperti Ibn Sina, Ar-Razi, Al Majusi serta Ibn Zuhr. Ibn Khaldun mengatakan ketika itu, di kota besar keahlian kedokteran seakan berkurang, karena peradaban mundur dan berkurang. Pendapatnya ini mungkin tidak sepadan lagi dengan jaman sekarang, karena kemajuan Ilmu Kedokteran sudah amat maju di kota besar.

27. Ilmu pertanian 28. Ilmu Metafisika Ilmu tentang sesuatu yang ada dibelakang Fisika. Bagi Ahli metafisika, ilmu ini amat mulia, karena mereka menganggap ilmu ini memberikan pengetahuan tentang wujud sebagaimana adanya. Ilmu ini mempelajari wujud yang tidak berwujud sehingga

merupakan abstraksi dari hal kongkrit sehingga bersifat spiritual. Bahkan tentang jiwa yang terpisah dari tubuh dan kembali ke asalnya.

29. Ilmu sihir dan Azimat 30. Ilmu rahasia surat Pada masa sekarang ini, ilmu ini disebut siminya’ “surat magik” kata itu diambil dari azimat-azimat untuk ilmu ini dan dipergunakan dalam pengertian konvensional dalam istilah orang-orang sufi yang mempraktekan magik. Semua aktifitas “surat magik” dalam dunia alam muncul dari jiwa manusia dan pikiran manusia, sebab secara esensial jiwa manusia meliputi dan menguasai alam. Hal Ini merupakan keterangan mengenai praktek orang yang menggunakan azimat dan kata-kata. Azimat tercapai karena menurunnya kerohanian garis edar bintang sehingga mengikatnya dengan bantuan gambar atau ukuran angka. Orang yang mempraktekan kata-kata berupa akibat sinar Ilahi dan dukungan Tuhan yang mereka peroleh melalui latihan rohani

31. Ilmu Kimia Ilmu yang mempelajari substansi melalui emas dan perak dapat “dibangkitkan” secara artificial dan menerangkan tentang cara kerjanya. Ibn Khaldun menyatakan para ahli kimia berharap dapat menemukan substansi yang siap untuk memproduksi emas dan perak itu. Untuk itu mereka menyelidiki bahan buangan binatang, seperti tulang, bulu, rambut, telur dan kotoran badan. Ia merespon pandangan beberapa ahli tentang kimia, namun menampik anggapan karya tentang kimia itu berasal dari Al Gazali, karena pemikir itu tidak akan menerima berbagai kesalahan teori kimia.

32.Tinjauan filsafat Ilmu Filsafat, Astrologi dan kimia muncul dalam peradaban dan tumbuhan di kota-kota besar dan besar bahayanya bagi agama. Ini tentang masalah eksistensi, moral, wujud, abstrak, metafisika atau ilahiyyat. Ibn Khaldun mengupas pandangan Aristoteles dan Plato tentang sistematis norma logika. Ilmu logika mengandung hal-hal yang bertentang dengan syariat. Ia hanya mempertajam otak untuk mencari bukti dan argumentasi dalam ilmu fisika, matematika dan metafisika

33. Penolakan terhadap astrologi Astrologi bahaya terhadap peradaban manusia, menimbulkan kerusakan aqidah dan tidak dapat diteliti kebenarannya. Ibn Khaldun menemukan kelemahan persepsi dan prestasi astrologi pada buku Quadripartitum karya Ptolomeus. Aktifitas matahari dan

seluruh benda jagad raya adalah alami dan nabi tidak memberikan keterangan supranatural, kecuali yang berasal dari Allah SWT. Ini berkaitan dengan pendapat paranormal, yang didalam al Qur’an disebutkan tidak boleh diikuti.

34. Penyangkalan terhadap efektifitas kimia Ketahuilah, banyak orang yang tidak mampu mencari penghidupan dan terbawa oleh ketamakan, lalu mengolah kimia. Hal ini mengenai benda artificial yang menjerumuskan banyak orang karena menginginkan jalan pintas untuk mendapatkan keuntungan. Ketika itu Ibn Khaldun sudah mengetahui tentang esensi kimia mulai dari emas, perak, batu hitam, timah, tembaga, besi dan kharisin. Ketika itu, ia masih diperdebatkan dengan sengit tentang diferensia kimia itu dan banyak kalangan yang berdebat dengan Ibn Khaldun.

35. Tujuan yang harus dilahirkan dalam karang-mengarang Tulisan merupakan bagian atau tingkat kedua dari komunikasi. Ia memberikan informasi tentang bagian termulia dari pemikiran, yaitu ilmu, ‘ulum dan pengetahuan maarif. Ibn Khaldun pada sub bab ini membahas tentang perlunya komunikasi tertulis, setelah yang verbalistis. Para sarjana dan ahli piker menyimpan berbagai hasil pemikiran mereka dalam buku yang ditulisnya. Supaya orang yang tidak hadir atau hidup pada masa kemudian dapat mengambil manfaat dari tulisan itu. Hal ini sejalan dengan dengan pemikiran yang lahir kemudian, yang menyatakan bahwa buku itu adalah jendela dunia.

36. “Banyak buku” penghambat memperoleh ilmu pengetahuan Salah satu hal yang merintangi dan membahayakan manusia memperoleh ilmu pengetahuan adalah karena banyaknya jumlah buku yang ditulis. Berbeda-bedanya istilah yang digunakan utnuk mengajar serta beragam metodenya yang dipakai didalamnya. Ibn Khaldun mengulas tentang “spesialisasi” ilmu pengetahuan pada manusia. Tidak ada orang yang dapat menguasai seluruh bidang ilmu, sehingga diperlukan pendalaman ilmu tertentu agar dapat dikuasai secara komprehensif. Seorang pelajar yang sudah memiliki arah ilmunya, harus siap menghabiskan usianya dalam mendalami bidangnya tersebut.

37. “Banyak ringkasan” mengganggu proses pengajaran

38. Sikap yang benar dalam pengajaran

39. Mempelajari ilmu alat tidak memerlukan banyak waktu 40. Mengajar anak-anak dan perbedaan metodenya Mengajar anak-anak dalam mendalami Al Qur’an merupakan symbol dan pekerti Islam. Al Qur’an menjadi dasar

ta’lim dan fondasi bagi semua keahlian yang diperoleh

kemudian. Hal ini mengingatkan bahwa belajar Al Qur’an adalah diatas segala-galanya. Karena keimanan ini akan membawa pengaruh kepada si anak hingga dewasa. Orang-orang maghribi membatasi pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak baik mengenai ortografinya maupun masalah lainnya. Orang Andalusia mengajarkan Al Qur’an berikut penguasaan tulisannya, mereka pun tidak membatasi pengajarannya melainkan memasukkan berbagai pelajaran lain kedalam kurikulum pengajarannya. Orang Ifriqiyah mengkombinasikan pengajaran Al Qur’an pada anak biasanya dengan hadist. Adapun orang timur sejauhmana kita ketahui juga memiliki sejenis kurikulum campuran.

41. Kekerasan terhadap pelajar membahayakan Kekerasan dalam pengajaran terhadap pelajar dapat mengakibatkan kekerasan itu menguasai jiwa dan mencegah perkembangan pribadi si anak. Kekerasan membuka jalan kepada kemalasan, keserongan dan penipuan. Pemikiran ini selaras dengan ilmu psikologi tentang perkembangan jiwa seseorang yang menjadi traumatis karena mendapatkan perlakuan negative yang tidak semestinya.

42. Pendidikan sarjana yang lebih sempurna

43. Sarjana kurang akrab dengan politik Sarjana terbiasa dalam spekulasi akal, selalu dalam pencarian konsep dan mengambil berbagai abstraksi dari bukti yang sensibilia dan kemudian dicerna dalam otak sebagai permasalah universal. Sedangkan para pekerja bidang politik harus menaruh sebagian besar perhatiannya kepada apa yang berlangsung di dunia luar, dan kepada keadaan yang menyertai suatu kejadian.

44. Sebagaian besar sarjana Islam terkemuka bukan orang Arab 45. Bahasa Arab bukan bahasa utama sukar memperoleh ilmu pengetahuan Pada saat itu, hal Ini berlaku terhadap ilmu-ilmu syar’iyyah dimana risetnya kebanyakan berkenaan dengan pengertian kata-kata yang materi-materinya berupa hukum-hukum yang diperoleh dari Al Qur’an dan Sunnah. Hal yang sama juga berlaku terhadap sains.

Orang yang mempelajari ide-ide harus menggalinya dari kata-kata. Untuk itu seseorang harus memiliki pengetahuan linguistik dan keahlian berbahasa. Kalau tidak, sukar baginya memperoleh ide dan melepaskan diri dari kesukaran lazim yang berkaitan dengan penyelidikan. Ibn Khaldun member contoh tentang perlunya bahasa Arab bagi orang yang ingin mempelajari berbagai hal tentang peradaban dan hukum Islam, karena semua tertulis dalam bahasa Arab. Tapi ia tidak menyangkal, bahasa apapun harus dikuasai orang yang melakukan penyelidikan atau pembelajaran tentang hal-hal yang diselidikinya. Ia member perumpamaan, menjadi non Arab dari segi bahasa adalah sesuatu yang benarbenar berbeda.

46. Ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa Arab Sendi bahasa arab ada empat: leksikografi, nahwu (tata bahasa), bayan (gaya bahasa), dan adab (kesusasteraan). Pengetahuan ini penting bagi sarjana ilmu agama, sebab sumber hukum syar’iyyah adalah Al Qur’an dan sunnah yang menggunakan bahasa Arab. Hal ini menjadi penting, karena umat Islam di seluruh dunia membaca Al Qur’an dalam bahasa asli (Arab), walaupun terjemahannya bias berbeda-beda. Dalam mengerjakan shalat juga menggunakan bahasa Arab sehingga diperlukan kefasihan membaca dan memahami artinya. Dalam surat yusuf ayat 2 Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkan berupa Al Qur’an dengan bahasa Arab, agar kamu dapat memahaminya” dan Rasulullah SAW pun bersabda: “Cintailah bahasa Arab, karena aku (Rasulullah) adalah turunan Arab dan sekaligus bahasa penghuni syurga kelak” (HR. Al Baihaqi)

47. Bahasa adalah satu keahlian teknis Bahasa merupakan disiplin Ilmu yang mengembangkan keahlian. Bahasa adalah keterampilan merangkai ide-ide. Berhasil-tidaknya pendapat dikemukakan tergantung kepada sempurna tidaknya keahlian mengenal baik setiap perkataan dan juga mahir menyusun dan membentuk kalimat. Sehingga si pembicara dapat menyampaikan pengertian yang dimaksud secara benar kepada si pendengarnya, inilah yang dimaksud dengan balaghah, fasih dan mengesankan.

48. Lughat orang Arab pada masa ini berdiri sendiri 49. Lughat penduduk kota adalah lughat tegak tersendiri 50. Pengajaran bahasa Arab Mudhar 51. Keterampilan bahasa arab ini tidak identik denga keterampilan berbahasa arab 52. Tafsir dan arti yang sebenarnya

53. Orang kota pada umumnya tidak mampu memperoleh keahlian berbahasa melalui pendidikan 54. Pembagian pembicaraan kepada puisi dan prosa 55. Kemampuan menulis puisi dan prosa 56. Keahlian syiir dan cara mempelajarinya 57. Syair dan prosa diciptakan dengan kata-kata, dan bukan dengan ide-ide 58. Keahlian berbahasa diperoleh dengan banyak membaca dan menghapal Kualitasi yang baik dari keahlian berbahasa adalah hasil dari kualitas yang baik dari bahan yang dikuasai. Ini termasuk kedalam salah satu inti ilmu pengetahuan, yaitu membaca,

mencerna,

apa

yang

dibaca,

kemudian

mendiskusikannya

dan

menerapkannya. Semakin banyak membaca dan menghapal akan menambah wawasan ide, kosa kata serta kemampuan merangkai kata dan berbahasa.

59. Keterangan arti kata yang alami dan bikinan 60. Orang-orang berkedudukan tinggi mengembangkan persyairan 61. Syair orang arab dan orang kontemporer

Related Documents

Ibn Khaldun
October 2019 43
Ibn Khaldun
October 2019 40
Ibn Khaldun
October 2019 33
Bab Vi
May 2020 24