BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia keperawatan, sifat care seorang perawat sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien ataupun pasiennya khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. ketika seorang perawat tidak menerapkan konsep caring kepada pasiennya, maka asuhan keperawatan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian akan terjadi kesenjangan antara pasien dan perawat dan proses penyembuhanpun akan berjalan lambat. Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science dan human care merupakan hal utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetis, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985) Sebagai pengetahuan tentang human care khususnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang dikatakan oleh Watson 1985 “human care is the heart of nursing” Sebuah studi literatur merupakan survei dan pembahasan literatur pada bidang tertentu dari suatu penelitian. Studi ini merupakan gambaran singkat dari apa yang telah dipelajari, argumentasi, dan ditetapkan tentang suatu topik. Sebuah studi literatur ditulis untuk menyoroti argumen spesifik dan ide dalam suatu bidang studi. Dengan menyoroti argumen ini. Watson 1985 dalam George 1990 mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial philosophy , ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1 No.3 September 2008 : 147-150. Caring adalahideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritual meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif.
1
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu caring? 2. Apa saja sikap caring? 3. Bagaimana cara untuk belajar dan care dan komunikasi ? 4. Bagaimana caring pada klien dengan gawat darurat ? C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah: 1. Tujuan umum a. Mengetahui konsep caring b. Mengetahui caring pada klien dengan gawat darurat 2. Tujuan khusus a. Mengetahui caring dan sikap caring b. Belajar mengenai caring dan berkomunikasi c. Mengetahui sikap caring pada pasien gawat darurat
2
BAB II KARAKTER CARING
A. Pengertian Secara
bahasa,
istilah caring diartikan
sebagai
tindakan
kepedulian.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian. Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain : 1.
Florence nightingale (1860) : caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada pasien.
2.
Delores gaut (1984) : caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
3.
Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
4.
Jean watson (1985) : caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal maupun nonverbal. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring
secara umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian, perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
3
B. Sikap / prilaku caring Dalam pemberian asuhan, perawat menggunakan keahlian kata-kata yang lemah lembu, sentuhan, memberikan hapan, selalu berada disamping klien dan bersikap caring sebagai media pemberi asuhan. Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit, caring spirit seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien. Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Watson (1998) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika menunjuk pada kebiasaan yang benar dan salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Karakteristik “Caring” menurut Wolf dan Barnum (1998) 1.
Mendengar dengan perhatian Dalam kehidupan sehari-hari kerapkali kita harus mendengarkan dengan penuh perhatian orang yang kita kenal ketika mereka bercerita, pengalaman dan perasaan yang dihadapinya. Karena dengan mendengarkan akan membuat oranglain merasa nyaman dan diperhatikan.
2.
Memberi rasa nyaman Memberi rasa nyaman pada pasien sangatlah penting karena dengan kenyamanan yang kita berikan kepadanya akan timbul rasa kepercayaan pasien kepada kita sebagai perawat.
3.
Berkata jujur
4
Selalu berkata jujur dan tidak pernah membohongi klien 4.
Memiliki kesabaran Sifat sabar merupakan salah satu sifat yang mencerminkan perilaku yang disukai oleh Allah, dan kesabaran juga merupakan kunci kesuksesan. Karena dengan bersabar kita bias menjalankan kehidupan kita dengan tenang.
5.
Bertanggung jawab Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti, dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.
6.
Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan Pemberian informasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan informasi terhadap masalah kesehatan pasien yang belum diketahui oleh pasien dan keluarganya.
7.
Memberi sentuhan Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan, dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada 2 jenis sentuhan : yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non kontak.
8.
Memajukan sensitifitas Dengan meningkatkan kepekaan pada klien membuat klien tersebut sadar dan paham akan penyakit yang sedang dideritanya.
9.
Menunjukan rasa hormat pada klien Penghargaan dikomunikasikan teruma oleh perawat yang mengarahkan diri mereka kearah dan bekerja dengan klien, gagasan tersebut tentang menghargai filosofi keperawatan secra konfensional untuk menghormati seorang klien, juga memiliki kemampuan untuk menghargai bahwa klien lebih dari sekedar gejala yang tergolong penyakit.
10. Memanggil klien dengan namanya Untuk membuktikan jika seorang perawat caring dan perhatian terhadap klien, dan kesesuaian informasi nama sangat penting dalam melakukan tindakan keperawatan.
5
Sikap caring terhadap pasien : 1.
Kehadiran Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2.
Sentuhan Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan nonkontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kulit dengan kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis sentuhan ini digambarkn dalam tiga kategori : a.
Sentuhan Berorientasi-tugas. Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b.
Sentuhan Pelayanan (Caring) Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien, memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi nonverbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
c.
Sentuhan Perlindungan. Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya
6
kecelakaan dengan cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan secara bijaksana. 3.
Mendengarkan Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
4.
Memahami klien Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya (Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5.
Caring Dalam Spiritual Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi. Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan perawat mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6.
Perawatan Keluarga Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
7
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga klien. C. Caring pada klien dengan gawat darurat Rumah sakit terbagi dalam bangsal atau area pelayanan yang beragam, yang masing-masing memiliki karakteristik yang unik. Keunikan dari tiap ruang rawat dan karakteristik budaya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi penelitian dibidang kesehatan dan keperawatan untuk menyatukan konsep teori dalam pemberian pelayanan keperawatan ( Edwardson, 2007 dalam Meyer & O’Brien, 2010 ) demikian juga dengan keunikan pelayanan di instalasi gawat darurat (IGD) IGD merupakan salah satu unit terdepan dan pintu masuk pasien kerumah sakit. Instalasi ini memberikan pelayanan pertama pasien, khususnya yang bersifat gawat dan atau darurat. Pasien yang datang umumnya dalam kondisi menderita sakit yang tidak terprediksi sebelumnya oleh pasien dan keluarganya, sehingga kondisi ini tentu memerlukan pelayanan yang lebih. Disisi lain, bagi perawaat, pekerjaan di instalasi gawat darurat merupakan pekerjaan yang penuh tekanan dan memiliki area yang luas. ( Buettner, 2010 ) serta dibatasi oleh waktu. Oleh karena itu untuk dapat mewujudkan caring di layanan gawat darurat perlu juga memperhatikan aspek administratif caring serta aspek lingkungan, disamping perilaku caring perawat itu sendiri yang pelaksanaannya dapat diukur dengan instrumen yang valid dan reliabel. Kebutuhan pasien akan pelayanan gawat darurat meliputi : 1.
Cepat tanggap dalam pelayanan Pelayanan pada pasien gawat darurat memerlukan kecepatan dan ketepatan dalam setiap tindakan dengan tujuannya untuk menyelamatkan keadaan pasien.
2.
Jelas dalam pemberian informasi Jadi perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan harus memberikan informasi yang jelas kepada klien, dengan tujuan agar klien dapat mengetahui inforamasi seputar penyakit yang dideritanya.
8
3.
Ramah sikap ramah merupakan ciri dari seorang perawat, karena dengan adanya sikap ramah membuat si klien merasa bahwan dirinya itu berharga.
4.
Adil Adil merupakan bagian dari etika keperawatan, sikap adil disini yakni tidak membeda bedakan pasien baik dari status ekonomi, ras/suku, dan lainnya.
5.
Perhatian Dengan perhatian akan menimbulkan rasa peduli dan nyaman terhadap klien.
6.
Mendo’akan dan memotivasi pasien Motivasi memberikan semangat pada klien untuk sembuh dan pulih kembali.
7.
Kompeten dalam tindakan Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam selesai suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang ditetapkan. Kompeten harus dimiliki oleh setiap perawat untuk memberikan asuhan keperawatan professional.
8.
Ruangan bersih dan nyaman Lingkungan yang nyaman secara langsung akan mempercepat kesembuhan, memudahkan perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien.
9.
Fasilitas dan peralatan lengkap Fasilitas dan peralatan yang lengkap menunjukan standar dan akreditasi dari rumah sakit tersebut.
10. Keamanan ruangan Keamanan ruangan diperlukan dalam setiap mencegah terjadinya cidera lebih parah. 11. Kejelasan dan kemudahan administrasi 12. Waktu tunggu pelayanan dan pindah ruangan
9
pelayanan kesehatan guna
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Kebutuhan caring pasien pada pelayanan keperawatan gawat darurat dirumah sakit terdiri dari beberapa indikator diantaranya : cepat dan tanggap dalam pelayanan, jelas dalam pemberian informasi, ramah, sopan dan adil, perhatian, mendo’akan dan memotivasi klien, kompeten dalam tindakan, ruangan bersih dan nyaman,
fasilitas dan peralatan lengkap, keamanan ruangan, kejelasan dan
kemudahan administrasi, dan waktu tunggu pelayanan dan pindah ruang. B. Saran Penulis menyarankan agar petugas kesehatan dapat berkerja profesional dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat yang ideal dan bertanggung jawab. Sehingga pasien dapat merasakan kepuasan atas asuhan keperawatan yang diberikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A, Anne G. Perry. 2009. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam.
2011.
Managemen
keperawatan
atau
aplikasi
dalam
keperawatan profesional edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Rumagit. 2017. Perilaku Caring Perawat di Instalasi Gawat Darurat. http ://ejournal.unsrat.ac.id/article/pdf ( Diakses pada 20 Maret 2019 )
11
praktek